Anda di halaman 1dari 39

KOMUNIKASI

TERAPEUTIK PADA
KLIEN DEWASA &
LANSIA
RETNO SRI HARTATI
PENDAHULUAN

• Penerapan komunikasi pada orang dewasa meliputi 


• Permasalahan dan sikap komunikasi pada orang
dewasa,
• Suasana komunikasi pada orang dewasa,
• Serta teknik dan penerapan komunikasi terapeutik
pada orang dewasa
LANJUTAN……

• Penerapan komunikasi pada lansia meliput


• iKarakteristik lansia,
• Perkembangan komunikasi lansia,
• Faktor - faktor yang memengaruhi
• Komunikasi pada lansia, hambatan komunikasi pada lansia,
• Pendekatan komunikasi terapeutik,dan
• Penerapan teknik komunikasi terapeutik pada lansia
 
DEFINISI KOMUNIKASI

• Harrold D. Lasswell yang dikutib Cangara, H (2004)


Komunikasi adalah menjawab pertanyaan “siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan,
melalui saluran apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya”.
• Book dalam Robbins and Jones (1982)
Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur
lingkungannya dengan cara membangun hubungan antar sesama; melalui pertukaran informasi; untuk
menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu.
DEFINISI KOMUNIKASI TERAPEUTIK

• Menurut Department Kesehatan RI, 1997


Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan
klien.
• Indrawati, 2003
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar,
bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN
 

• PERSEPSI
Cara seorang menyerap sesuatu yang terjadi disekelilingnya disebut persepsi. Mekanisme penyerapan sangat
terkait dengan fungsi pancaindera. Proses penyerapan stimulan yang dihimpun dan ditafsirkan oleh otak
membentuk persepsi. Persepsi seseorang juga dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu.
Persepsi berpengaruh pada proses komunikasi karena persepsi merupakan dasar terjadinya komunikasi. Bila
terjadi kesamaan persepsi antara komunikator dan komunikan (lawan komunikasi) maka pesan dapat
tersampaikan.
• NILAI
Keyakinan yang dianut oleh seseorang disebut nilai. Keyakinan, jalan hidup, pikiran, dan perilaku seseorang
berpengaruh terhadap nilai. Nilai seseorang berkaitan erat dengan etika.
Komunikasi keperawatan dipengharuhi oleh nilai-nilai yang dimiliki oleh perawat dan pasien. Nilai yang dianut
oleh perawat dalam komunikasi kesehatan berbeda dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh pasien/klien. Oleh karena
itu, perawat harus berpegang pada nilai-nilai profesionalisme dalam berkomunikasi. Seorang perawat tidak perlu
marah kepada pasien yang tidak kooperatif terhadap rencana tindakan yang akan dilakukan, namun harus lebih
memotivasi pasien untuk lebih cepat sembuh melalui nilai-nilai yang dianut oleh pasien.
• EMOSI
Subjektifitas seseorang dalam merasakan situasi di sekelilingnya disebut emosi. Dalam
membantu pasien perawat harus melibatkan perasaan, dan merasakan apa yang dirasakan oleh
pasien yang ada dalam perawatannya. Seorang perawat yang mengalami konflik dengan
teman sejawat, hendaknya tidak menampakkan suasana hatinya yang sedang marah di depan
pasien. Perawat harus dapat bersikap professional dalam mengendalikan diri dan emosinya.
Dengan demikian komunikasi antara perawat dan pasien dapat berjalan dengan baik dan
efektif.
 
• PENGETAHUAN
Perbedaan tingkat pengetahuan dapat menjadi kendala dalam komunikasi antara
perawat dan pasien. Pasien Diabetes Mellitus (DM) akan dapat dengan mudah
memahami penjelasan tentang kadar gula darah. Sementara orang awam
mengenai kesehatan memerlukan penjelasan tentang sakit yang dideritanya
dengan keterangan yang lebih sederhana. Pada komunikasi orang yang
berpengetahuan lebih memungkinkan terjadinya komunikasi satu arah karena
kemungkinan umpan balik sangat kecil.
Dengan demikian perawat dituntut untuk mumpuni dalam memahami tingkat
pengetahuan pasien.
• PERAN DAN HUBUNGAN

Peran seseorang berpengaruh dalam komunikasi. Seorang perawat akan


merasa nyaman dan bersikap terbuka ketika berkomunikasi dengan teman
sejawat. Hal berbeda ketika seorang perawat berkomunikasi dengan dokter
atau orang yang memegang jabatan lebih tinggi.
Komunikasi dapat berjalan lancar apabila kedua pihak telah saling
mengenal. Dalam kondisi demikian lawan komunikasi akan dengan
leluasa mengemukakan perasaan atau sesuatu yang dialami atau dirasakan.
• KONDISI LINGKUNGAN

Kondisi lingkungan yang kondusif merupakan faktor pendukung yang


positif bagi berlangsungnya komunikasi. Situasi yang ramah, nyaman,
tetapi tertanggu oleh suara gaduh tidak mendukung keberhasilan
komunikasi.
Perawat berwenang mengendalikan suasana pada waktu pasien berkumpul
di suatu ruangan untuk menunggu giliran pelayanan kesehatan. Ia harus
bersikap tenang dan berbicara dengan jelas ketika menyampaikan
informasi kepada pasien atau keluarganya. Karena itu diperlukan penataan
suasana agar komunikasi dapat berlangsung efektif.
SUASANA KOMUNIKASI DENGAN KLIEN
DEWASA
• Suasana saling menghormati
Untuk dapat berkomunikasi secara efektif dengan klien dewasa, lawan komunikasi
(perawat/tenaga kesehatan) harus dapat menghormati pendapat pribadinya. Klien
dewasa akan merasa lebih senang apabila ia diperbolehkan untuk menyampaikan
pemikiran atau pendapat, ide, dan sistem nilai yang dianutnya. Apabila hal-hal tersebut
diabaikan akan menjadi kendala bagi keberlangsungan komunikasi.
• Suasana saling percaya
Komunikasi dengan klien dewasa perlu memperhatikan rasa saling
percaya akan kebenaran informasi yang dikomunikasikan. Apabila hal ini
dapat diwujudkan maka tujuan komunikasi akan lebih mudah tercapai.
 
• Suasana saling terbuka
Keterbukaan untuk menerima hasil komunikasi dua arah, antara perawat
atau tenaga kesehatan dan klien dewasa akan memudahkan tercapainya
tujuan komunikasi.
 
• Suasana saling terbuka
Keterbukaan untuk menerima hasil komunikasi dua arah, antara perawat atau tenaga
kesehatan dan klien dewasa akan memudahkan tercapainya tujuan komunikasi.
HAMBATAN KOMUNIKASI PADA DEWASA

1. Kemampuan Bahasa :
- Afasia macam jenisnya: - Afasia Sensoria.
- Afasia Motoris
-Afasia Konduktif
- Afasia Amnestic
-Gangguan Bicara
-Gangguan Suara
2. INTERAKSI YANG
SULIT
• Kemarahan
• Kecemasan
• Depresi
3.KESULITAN WAWANCARA
4.PERILAKU SULIT
• Perilaku Menuntut
• Perilaku dengan Maksud Seksual
MODEL-MODEL KONSEP
KOMUNIKASI DAN
PENERAPANNYA PADA
KLIEN DEWASA
1. Model Shanon & Weaver
Suatu model yang menyoroti problem penyampaian pesan berdasarkan tingkat
kecermatannya. Model ini melukiskan suatu sumber yang berupa sandi atau
menciptakan pesan dan menyampaikan melalui suatu saluran kepada penerima.
Dengan kata lain model shannon; weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi
menghasilkan suatu pesan untuk di komunikasikan dari seperangkat pesan yang
dimungkinkan. Pemancar (Transmitter) mengubah pesan menjadi suatu signal yang
sesuai dengan saluran yang digunakan.
• Penerapannya terhadap komunikasi
klien dewasa :
Bila komunikasi ini diterapkan pada
klien dewasa, klien akan lebih mudah
untuk menerima penjelasan yang
disampaikan karena tanpa adanya
perantara yang dapat mengurangi
kejelasan informasi. Tetapi tidak ada
hubungan transaksional antara klien
dan perawat, juga tidak ada feedback
untuk mengevaluasi tujuan komunikasi.
2. Model Komunikasi Leary
Refleksi dari model komunikasi interaksi dari Leary (1950)
ini menggabungkan multidimensional yang ditekankan pada
hubungan interaksional antara 2 (dua) orang, dimana antara
individu saling mempengaruhi dan dipengaruhi. 
Leary mengamati tingkah laku klien, dimana didapatkan
tingkah laku tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sekitar.
Dari gambaran model leary ; pesan komunikasi dapat terjadi
dalam 2 dimensi: 1) Dominan-Submission (Penentu-
Ditentukan), dan 2) Hate-love (Suka-Tidak Suka).
 
• Penerapan Pada Klien Dewasa :
Bila model konsep ini diterapkan pada klien dewasa, peran
dominan oleh perawat hanya mungkin dilakukan dalam
keadaan darurat/akut untuk menyelamatkan kehidupan klien,
sehingga klien harus patuh terhadap segala yang dilakukan
perawat. Kita tidak dapat menerapkan posisi dominan ini
pada klien dewasa yang dalam keadaan kronik karena klien
dewasa mempunyai komitmen yang kuat terhadap sikap dan
pengetahuan yang kuat dan sukar untuk dirubah dalam waktu
yang singkat. Peran Love yang berlebihan juga tidak boleh
diterapkan terhadap klien dewasa, karena dapat mengubah
konsep hubungan profesional yang dilakukan lebih kearah
hubungan pribadi
3. Model lnteraksi King
Model interaksi King menekankan arti proses komunikasi
yang berlangsung antara perawat merupakan hasil
interaksi yang bertujuan untuk menentukan suatu
keputusan dalam pelaksanaan tindakan kesehatan. Proses
interaksi dalam komunikasi merupakan dasar tindakan
yang dilakukan oleh perawat kepada klien. Prosedur
tindakan dan risiko yang mungkin terjadi, dan biaya yang
harus ditanggung oleh pihak klien perlu dijelaskan
kepada klien. Penjelasan ini perlu dikomunikasikan agar
pihak klien dapat mengambil keputusan terbaik
• Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa:
Penerapan model ini didasarkan pada pertimbangan untuk membantu
klien agar berupaya mempertahankan kesehatan. Perawat perlu
memperhatikan dan menganalisis komponen yang berkaitan dengan
status kesehatan klien. Kesehatan klien bukan faktor yang berdiri
sendiri melainkan berhubungan erat dengan lingkungan, sosial, dan
budaya masyarakat disekitarnya. Model ini menekankan hubungan
timbal balik antara individu dan sistem sosial.
4. Model Komunikasi Kesehatan
 Model komunikasi kesehatan memandang penting
persepsi klien sebagai upaya pencegahan penyakit.
Model komunikasi dicetuskan oleh Rossentock.
Persepsi klien penting dalam menjaga tingkat
kesehatan. Model ini dipengaruhi oleh psikologi yang
pada pokoknya menekankan cara individu berupaya
untuk sehat dengan cara menghindari penyebab sakit.
Komunikasi ini difokuskan pada transaksi antara
professional kesehatan-klien. Ada 3 (tiga) faktor
utama dalam proses komunikasi kesehatan yaitu : 1)
Relationship, 2) Transaksi, dan 3) Konteks
• Penerapannya terhadap komunikasi klien dewasa :
Model komunikasi ini juga dapat diterapkan pada klien dewasa, karena
profesional kesehatan (perawat) memperhatikan karakteristik dari klien yang akan
mempengaruhi interaksinya dengan orang lain. Transaksi yang dilakukan terjadi
secara berkesinambungan, tidak statis dan umpan balik. Komunikasi ini juga
melibatkan orang lain yang berpengaruh terhadap kesehatan klien. Konteks
komunikasi disesuaikan dengan tujuan, jenis pelayanan yang diberikan.
Keunggulan model ini terletak pada penerapan komunikasi yang lebih luas,
mengubah persepsi klien sehingga mereka berupaya meningkatkan aktivitas
dalam pencegahan penyakit.
PERAN PERAWAT DALAM KOMUNIKASI PADA DEWASA
 

1. Peran Perawat secara Umum dalam Menghadapi Klien/Pasien Dewasa


• Kenali bahwa mungkin terdapat perbedaan generasi antara pasien dan perawat; hargai sudut
pandang pasien.
• Dengarkan narasi riwayat pasien, sesuai ketersediaan waktu. Hal ini akan menggambarkan
pengalaman, kepribadian, kekuatan dan tantangan pasien tersebut.
• Hindari istilah teknik berlebihan dengan menilai pemahaman pasien dan mengulang kembali
penjelasan istilah medis dan intervensi sesuai dengan tingkat pemahaman pasien.
• Hindari nama yang merendahkan seperti “nenek” dan “sayang”. Selalu mulai secara
formal (Tn, Ny atau Nn) kemudian tanyakan pasien dengan nama apa ia lebih suka
dipanggil.
• Sadari bahwa beberapa orang dewasa mungkin menggunakan bahasa yang
merendahkan terhadap perawat yang lebih muda. Hargailah tetapi tunjukkan
kemampuan Anda yang luas, menegaskan latihan dan keahlian Anda.
• Luangkan waktu lebih untuk mengajarkan mengenai pemeriksaan atau pembedahan
atau pengobatan. Lakukan dengan kecepatan yang lebih lambat dan nilai ulang
pemahamannya secara berskala.
• Berikan pasien kesempatan untuk membuat keputusan secara mandiri, sesuai
kebutuhan.
2. Peran Perawat dalam Berbagai Situasi atau Kondisi Klien/Pasien
Dewasa
a. Peran Perawat terhadap Ekspresi Kemarahan
• Dengarkan, tetap tenang dan biarkan pasien mengatur langka.
• Hindari bersikap defensif, menarik diri atau agresif selama ledakan
kemarahan.
• Pertahankan nada suara tetap rendah dan terkendali, berbicara pelan
dan lambat.
• Hindari terlalu banyak tersenyum dan respons yang sekedar hafalan.
• Refleksikan atau katakan ulang apa yang telah dikatakan, mencari
klarifikasi.
• Ketahui komponen emosional dari pesan tersebut.
• Beri jedah waktu setelah ledakan untuk memungkinkan energi
emosional menghilang.
• Tawarkan untuk bekerja bersama pasien menyelesaikan masalah
tersebut.
• Gunakan respon yang jelas asertif (“saya”) mengenai tindakan
yang dapat dilakukan mengenai masalah.
• Cari bantuan segera jika situasi telah memanas, pasien tidak
mampu mengendalikan kemarahannya, dan/atau terhadap ancaman
bahaya fisik
b. Peran perawat untuk membantu pasien yang cemas
• Sadari tanda dan gejala kecemasan.
• Cobalah memahami perasaan pasien dengan menunjukkan keinginan yang tulus untuk
membantu pasien.
• Hindari bersikap tenang atau defensive jika pasien mulai mengeluh atau mengekspresikan
kemarahan.
• Berbicara lambat dan singkat, hindari kalimat hafalan seperti “Tenangkan diri anda” atau
“anda akan merasa lebih baik besok”.
• Bantu pasien untuk mengungkapkan perasaannya dan cobalah untuk mengidentifikasi
sumber kecemasan.
• Janganlah mengasumsikan penyebab kecemasan pasien tanpa memvalidasikannya
dengan pasien.
• Nilailah sistem pendukung pasien.
• Identifikasikanlah mekanisme untuk mengatasi masalah yang sebelumnya
bermanfaat bagi pasien.
• Tawarkanlah penjelasan atau informasi yang sesuai bagi pasien dan situasinya.
• Sesuaikan intervensi untuk mengurangi sumber kecemasan jika mungkin atau
dukunglah pasien melalui situasi tersebut.
• Rujuklah pasien dengan kecemasan berat dan/atau tidak teratasi untuk dievaluasi
lebih lanjut
c. Peran perawat dengan pasien Depresi
• Mulailah percakapan (“anda terlihat tidak senang”)
• Tunjukan pemahaman, kepedulian, dan penerimaan terhadap perilakunya, termaksud tangis
dan kemarahan
• Fokuslah pada kemampuan pasien, yang mendukung sikap realitas dan penuh harapan
• Cegah pasien agar tidak membuat keputusan besar dalam hidupnya.
• Dukung aktifitas sederhana (seperti berkebun, melipat baju) sejalan dengan perbaikan
depresinya.
• Anggap serius semua ide dan pernyataan tentang bunuh diri (“mengakhirinya” atau
“menunjukan kepada diri mereka”)
d. Peran perawat terhadap ketidak jelasan pasien
• Pastikanlah telah tercapai hubungan saling percaya
• Nilailah pemahaman pasien, mencakup tingkat kesadaran, pendengaran, ketajaman
mental, dan tingkat kecemasan
• Gunakan pertanyaan umum, yang terbuka seperti, “Bagaimana saya bisa membantu
Anda hari ini?” atau “Apa masalah Anda hari ini?”
• Gunakan pertanyaan terarah dan terinci untuk membantu pasien berfokus.
• Yakinkan pasien mengenai hak untuk mendapatkan privasi.
• Ingatlah bahwa mungkin yang tidak jelas atau sedikt sulit adalah wawancaranya,
bukan pasiennya.
e. Peran perawat terhadap Pasien yang Melantur
• Bantu pasien berfokus pada topik
• Klarifikasikan hal yang anda dengar kepada
pasien
• Tetapkan ulang tujuan kunjungan
f. Pendekatan perawat terhadap Pasien yang Menuntut
• Ambil napas dalam dan dengarkan
• Hindari memberikan respon defensif
• Bicara dengan nada suara sedang
• Jangan terlibat dalam perdebatan, tetapi sebaliknya, bersikap ingin tahu dan
fleksibel
• Jelaskan peran dan ketersediaan perawat bagi pasien
• Gabungkan harapan pasien sesuai ketersediaan waktu dan sumber-
sumber
• Carilah dukungan dari rekan sehingga asuhan pasien tidak
terganggu
• Tentukan batasan jika perlu untuk memastikan asuhan yang aman
dan efektif bagi semua pasien
KESIMPULAN

• Klien dewasa adalah orang yang telah mampu menentukan sikap dan keputusan tertentu. Sikap yang
telah terbentuk dapat bertahan dalam jangka panjang dan tidak mudah untuk diubah. Sebagai orang
yang telah memiliki kepribadian matang dan mampu mengembangkan diri dengan menyerap
berbagai pengetahuan menjadikan klien dewasa memerlukan cara tertentu untuk menyampaikan
informasi.
• Komunikasi merupakan suatu proses emosional dan intelektual bagi klien dewasa yang telah mampu
berpikir dan berperasaan.
• Model konsep komunikasi yang tepat dan dapat diterapkan pada klien dewasa adalah model
komunikasi interaksi King dan model komunikasi kesehatan. Karena pada kedua model komunikasi
ini menunjukkan hubungan relationship yang memperhatikan karakteristik dari klien dan melibatkan
pengirim dan penerima, serta adanya umpan balik untuk mengevaluasi tujuan komunikasi.
SAMPAI JUMPA LAGI

• "Lakukan apa yang harus


kamu lakukan sampai
kamu dapat melakukan
apa yang kamu inginkan."
- Oprah Winfrey
• Dalam berkomunikasi dengan orang dewasa memerlukan suatu aturan
tertentu seperti; sopan santun, bahasa tertentu, melihat tingkat pendidikan,
usia, faktor budaya, nilai yang dianut, faktor psikologi, sehingga perawat
harus memperhatikan hal-hal tersebut agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Pada komunikasi orang dewasa diupayakan agar perawat menerima pasien
sebagaimana manusia seutuhnya dan perawat harus dapat menerima setiap
orang berbeda satu dengan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai