Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Tn.P DENGAN DIABETES MELITUS

OLEH
 
ASTRI WAHYUNI
20131104
 
 
 
Dosen Pembimbing : Ises Reni, M.Kep

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Pengertian
Diabetes Melitus (DM) menurut American Diabetes
01 Association (ADA) adalah suatu penyakit metabolik
dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena
kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

02 Diabetes Melitus suatu gangguan metabolik yang


terjadi secara kronis atau menahun karena tubuh tidak
mempunyai hormon insulin yang cukup akibat gangguan
pada sekresi insulin (Kemenkes RI, 2014), yang ditandai
dengan gejala polydipsia (merasa sering haus),
polyuria (sering BAK), dan poliphagi (sering lapar) dan
jika tidak ditangani secara teratur akan menyebabkan
kerusakan pada organ tubuh lainnya.
ANATOMI DAN FISIOLOGI PANKREAS
Pankreas adalah kelenjar terengolasi berukuran besar dibalik kurvatura besar
lambung. Pankreas terlatak di retroperitonial rongga abdomen bagian atas,
dan terbentang horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjang Pankreas
sekitar 10-20 cm dan lebar 2,5-5 cm. Pankreas mendapat pasokan darah dari
arteri mesenterika superior dan splenikus.
1. Fungsi eksokrin pankreas ( asinar )
Getah pankreas mengandung enzim-enzim untuk pencernaan. ketiga jenis
makanan utama, protein, karbohidrat dan lemak. Getah pankreas juga
mengandung ion bikarbonat dalam jumlah besar, yang memegang peranan
penting dalam menetralkan timus asam yang dikeluarkan oleh lambung ke
dalam duodenum.
2. Fungsi endokrin pankreas.
Fungsinya sebagai organ endokrin didukung oleh pulau-pulau langerhans.
Pulau-pulau langerhans terdiri dari tiga jenis sel yaitu :
a) Sel α (alpha) yang menghasilkan glukagon. glukagon merangsang
glikogenolisis (pemecahan glukogen menjadi glukosa) dan meningkatkan
transportasi asam amino dari otot serta meningktakan glukoneogenesis
b) Sel β (betha) yang menghasilkan insulin
c) Sel deltha yang menghasilkan somatostatin namun fungsinya belum jelas
diketahui.
Klasifikasi DM

DM DM TIPE
DM TIPE I DM TIPE II GESTASIONAL LAIN

Jumlah insulin yang Merupakan gangguan


Biasanya terjadi
Terjadi karena diproduksi oleh pankreas endokrin yang
pada kehamilan
destruksi sel beta biasanya cukup untuk menimbulkan
pankreas mencegah ketoasidosis hiperglikemia akibat
tetapi tidak cukup untuk peningkatan produksi
memenuhi kebutuhan tubuh glukosa hati atau
total penurunan penggunaan
glukosa oleh sel.
Penyebab
Penyebab pasti DM tipe II belum diketahui Menurut Priscilla LeMone, dkk, 2016
adapun faktor-faktor resiko DM tipe II yaitu:

Keturunan

Kegemukan
Ras/etnis

Tidak ada aktivitas fisik


a. Poliuria (sering BAK)
b. Polidipsia (haus berlebihan)
c. Polifagia (lapar berlebihan)
d. Penurunan berat badan
e. Pandangan kabur berulang
f. Pruritus, infeksi kulit dan vaginitis
g. Lemah, letih dan pusing

h. Kesemutan
• Perubahan pada sistem kardiovaskuler
KOMPLIKASI DM • Penyakit arteri koroner
• Hipertensi
• Stroke (cedera serebrovaskular)
• Penyakit vaskular perifer
• Retinopati diabetik
01
KOMPLIKA
SI AKUT • Perubahan pada sistem saraf perifer dan
otonom

KOMPLIKASI
KRONIS 02
• Hipoglikemi
• Ketoasidosis diabetik (KAD)
Patofisiologi DM TIPE II
PENATALAKSANAAN DM

Penatalaksanaan Medis
Jenis obat-obatan diantaranya
• Sulfonylurea
Bekerja dengan merangsang sel beta
pankreas untuk melepaskan cadangan
insulinnya. Yang termasuk obat jenis
ini adalah glibenklamid, tolbutamid,
klorpropamid.
• Biguanida Penatalaksanaan Keperawatan
• Edukasi
Bekerja menggunakan menghambat
• Penatalaksanaan Ahli Gizi
penyerapan glukosa di usus, misalnya
metformin, glukophage. Prinsip pengaturan makan dalam
• Terapi Insulin penderita diabetes melitus yaitu
makan seimbang dan sesuai
kebutuhan kalori dan zat gizi masing-
masing individu.
KONSEP ASUHAN A. PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
Identitas
• Usia : Biasanya DM Tipe 2
( terjadi pada saat usia
bertambah yaitu resiko
meningkat setelah usia 45 Keluhan utama
thn) Biasanya pada penderita DM
• Jenis kelamin : Biasanya mengeluh lemas dan kelelahan
yang paling banyak walaupun tidak melakukan
menyerang wanita, resistensi aktivitas berat.
insulin timbul karena wanita
kebanyakan suka makan,
terlalu gemuk, dan kurang
olah raga. (Dr. Roy Panusuan
Sibarani, SpPD KEMD, 2017)
RIWAYAT KESEHATAN

RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG RIWAYAT KESEHATAN DAHULU RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

Biasanya pasien datang ke RS Klien biasanya ada riwayat Klien biasaya mengalami
dengan keluhan lemas, dan penyakit dahulu dan ada penyakit keturunan yang
terlihat ulkus DM yang belum riwayat penyakit menular dapat menyebabkan
sembuh walaupun sudah diobati, seperti TBC, hepatitis, terjadinya defisiensi insulin
kesemutan / rasa berat, mata mempunyai riwayat hipertensi, misalnya hipertensi, jantung.
kabur. Disamping itu klien juga diabetes gestasional, riwayat
mengeluh poliuri, polidipsi, ISK berulang, penggunaan
anorexsia, mual dan muntah, bb obat seperti (steroid, tiazid,
menurun, diare kadang-kadang dilantin, penoborbital), riwayat
disertai nyeri perut, kram otot, mengkonsumsi
gangguan tidur / istirahat, rasa glukosa/karbohidrat
haus, pusing berlebihan.
Pengkajian Pola Gordon
01 POLA PERSEPSI 02 POLA NUTRISI 03 POLA ELIMINASI 04 POLA AKTIVITAS DAN
LATIHAN

Pada pasien diabetik Akibat produksi insulin tidak Adanya hiperglikemia Biasnya akan terjadi
terjadi perubahan persepsi adekuat atau adanya menyebabkan terjadinya kelemahan, susah
dan tata laksana hidup defisiensi insulin maka diuresis osmotik berjalan/bergerak, kram
sehat karena kurangnya kadar gula darah tidak dapat yangmenyebabkan pasien otot, gangguan istirahat
pengetahuan tentang dipertahankan sehingga sering kencing (poliuri) dan tidur. Adanya luka
dampak diabetic sehingga menimbulkan keluhan sering dan pengeluaran glukosa gangren dan kelemahan
menimbulkan persepsi kencing, banyak makan, pada urine (glukosuria ) otot-otot pada tungkai
yang negatif terhadap banyak minum, berat badan bawah menyebabkan
dirinya dan kecenderungan menurun dan mudah penderita tidak mampu
untuk tidak mematuhi lelah.Keadaan tersebut melaksanakan aktivitas
dapat mengakibatkan
prosedur pengobatan dan
perawatan yang lama terjadinya gangguan nutrisi 05 Pola istirahat tidur sehari-hari
maksimal,
secara
penderita
(Debra Clair, journal danmetabolisme yang dapat mudah mengalami
februari 2011). mempengaruhi status Biasanya Istirahat tidak kelelahan.
kesehatan penderita. efektif Adanya poliuri, nyeri
Nausea,vomitus, berat pada kaki yang luka ,
badan menurun, turgor kulit sehingga klien mengalami
jelek, mual/muntah. kesulitan tidur.
Pola Aktivitas POLA PERAN
09
06 POLA PERSEPSI
SENSORI 07 POLA KONSEP DIRI 08 HUBUNGAN POLA SEKSUALITAS

Biasanya adanya perubahan Biasanya Luka yang sukar Biasanya Angiopati


Biasanya Pasien
fungsi dan struktur tubuh sembuh dan berbau dapat terjadi pada sistem
cenderung mengalami
akan menyebabkan menyebabkan penderita pembuluh darah di organ
neuropati/ mati rasa
penderita mengalami malu dan sering menarik reproduksi sehingga
sehingga tidak peka
gangguan pada gambaran diri dari pergaulan. menyebabkan gangguan
terhadap adanya nyeri.
diri. Luka yang sukar POLA KOPING potensi sek, gangguan
Pengecapan
penurunan,
mengalami
gangguan
sembuh, 10 TOLERANSI kualitas maupun ereksi,
lamanya perawatan, banyak Biasanya Lamanya waktu serta memberi dampak
penglihatan.
nya biaya perawatan dan pe perawatan, perjalanan pada proses ejakulasi serta
POLA NILAI DAN ngobatan menyebabkan pas orgasme. Adanya
11 KEPERCAYAAN ien mengalami kecemasan
penyakit yang kronik,
peradangan pada daerah
perasaan tidak berdaya karena
Biasanya adanya dan gangguan peran pada vagina, serta orgasme
ketergantungan menyebabkan
perubahan status keluarga menurun dan terjadi
reaksi psikologis yang negatif
kesehatan dan penurunan
fungsi tubuh serta luka 10
berupa marah, impoten pada pria. (Chin-
Hsiao Tseng on journal,
kecemasan,mudah
pada kaki tidak Maret 2011).
tersinggung dan lain-lain,
menghambat penderita
dapat menyebabkan penderita
dalam melaksanakan
tidak mampu menggunakan
ibadah tetapi
mekanisme koping yang
mempengaruhi pola ibadah
konstruktif / adaptif.
penderita
PEMERIKSAAN FISIK
KEADAAN UMUM

• Keadaan Umum
Biasanya keadaan penderita tampak lemah atau pucat. Tingkat kesadaran
biasanya baik atau menurun.
• Tanda-tanda Vital
Biasanya dapat terjadi peningkatan tekanan darah jika disertai hipertensi.
Pernapasan mungkin terjadi pernafasann cepat dalam, frekuensi meningkat, nafas
berbau aseton. Denyut nadi reguler atau ireguler, adanya takikardia, denyutan kuat
atau lemah. Suhu tubuh meningkat apabila terjadi infeksi
PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE

PEMERIKSAAN
KEPALA DAN LEHER • Kepala : biasanya normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan
tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital di bagian posterior
• Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu berminyak.
• Mata : simetris mata, refleks pupil terhadap cahaya, terdapat gangguan penglihatan
apabila sudah mengalami retinopati diabetik.
• Telinga : fungsi pendengaran mungkin menurun.
• Hidung : adanya sekret, pernapasan cuping hidung, ketajaman saraf hidung menurun.
• Mulut : biasanya mukosa bibir kering.
• Leher : biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan getah bening.
PEMERIKSAAN DADA
PEMERIKSAAN DADA I : ictus cordis tidak terlihat
P : ictus cordis tidak teraba, nadi 84
I : Biasanya pada saat inspeksi saluran x/menit, irama reguler.
pernafasan terkadang bentuk dada simetris, P : suara dullnes/redup/pekak, bisa
tidak ada retraksi alat bantu nafas, terkadang terjadi nyeri dada.
ada yang membutuhkan alat bantu nafas A : bunyi jantung normal dan mungkin
oksigen. tidak ada suara tambahan seperti
P : RR : kurang lebih 22 x/menit, gallop rhytme ataupun murmur.
panastesia/paralise otot pernafasan (jika (Wijaya, 2013)
kadar kalium menurun tajam), vokal premitus
antara kanan dan kiri sama
P: terdengar bunyi sonor.
A: tidak ditemukan suara nafas tambahan,
PEMERIKSAAN ABDOMEN
suara nafas vesikuler, mungkin terjadi I : Tidak terlihat adanya pembesaran,
pernafasann cepat dalam, frekuensi simetris kiri kanan, tidak ada luka
meningkat. (Wijaya, 2013) A : suara bising usus yang meningkat.
P: Biasanya Adanya nyeri tekan pada bagian
pankreas, distensi abdomen
P : biasanya terdengar bunyi timpani
• Integumen
Biasanya terdapat lesi atau luka pada kulit yang lama sembuh. Kulit kering, adanya
ulkus di kulit, luka yang tidak kunjung sembuh. Adanya akral dingin, capillarry refill
kurang dari 3 detik, adanya pitting edema.
• Pemeriksaan Ekstremitas
Biasanya Kekuatan otot dan tonus otot melemah. Adanya luka pada kaki atau kaki
diabetik. Kekuatan otot dapat menurun, pergerakan sendi dan tungkai bisa mengalami pada
penurunan.ada perkusi adakah fraktur, dislokasi. (Wijaya, 2013)
• Pemeriksaan Status Mental : Biasanya penderita akan mengalami stres, menolak
kenyataan, dan keputus asaan.
Pemeriksaan penunjang DM Menurut
Purwanto (2016)

• Gula darah Biasanya meningkat > 200 ml/dl


• Aseton plasma (aseton) positif secara mencolok.
• Osmolaritas serum : meningkat tapi biasanya < 330 mOsm/lt
• Gas darah arteri pH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik)
• Alkalosis respiratorik
• Trombosit darah : mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis dan
hemokonsentrasi menunjukkan respon terhadap stres atau infeksi.
• Ureum/ kreatinin : mungkin meningkat/ normal lochidrasi/penurunan fungsi
ginjal
• Amilase darah: mungkin meningkat > pankacatitis akut.
• Insulin darah : mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I), normal sampai
meningkat (Tipe II) yang mengindikasikan insufisiensi insulin.
• Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktivitas hormon tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
• Urine : gula dan aseton positif, BJ dan osmolaritas mungkin meningkat
• Kultur dan sensitivitas : kemungkinan adanya ISK dan infeksi luka.
Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakstabilan kadar gula darah b.d resistensi insulin


2. Gangguan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi
3. Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient
4. Resiko infeksi b.d penyakit kronik (DM)
5. Resiko gangguan persepsi sensoris b.d
6. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
7. Deficit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
8. Keletihan b.d kondisi fisiologis
9. Resiko perfusi perifer tidak efektif b.d hiperglikemia
Resume Kasus

Tn.P berumur 63 tahun datang ke IGD RSUD M.Zein Painan diantar oleh keluarganya dengan keluhan
badan terasa lemas, pusing, gula darah tinggi dan juga ada luka dikaki sebelah kanan, luka terasa
nyeri. Tn.P juga mengalami sesak nafas sejak 6 hari yang lalu sebelum masuk RS, sesak dirasakan
meskipun tidak melakukan aktivitas apapun.
Pada saat pengkajian Tn.P mengatakan badanya terasa lemah, letih dan sering merasa haus dan
lapar. Tn.P mengatakan gula darahnya tinggi saat masuk rumah sakit karena jarang control kerumah
sakit. Tn.P mengatakan ada luka dibagian kaki sebelah kanan dank lien merasa tidak nyaman dengan
lukanya. Klien mengatakan juga sering merasa kebas pada bagian tangan dan kaki, sering BAK
sebanyak kurang lebih 10x/hari.
Keluarga mengatakan Tn.P menderita DM lebih kurang 4 tahun yang lalu, pasien pernah dirawat
karena penyakitnya ini yaitu pada saat itu gula darahnya mencapai 560 mg/dl. Gula darahnya naik
turun kira-kira sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu karena Tn.P juga jarang minum obat dan periksa
kesehatan karena masalah biaya. Tn.P dang keluarga mengatakan ada anggota keluarganya yang
menderita penyakit DM yaitu ibu dari Tn.P.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa kesadaran kompos
mentis, TD 130/80 mmHg, nadi 80x/menit, pernapasan
24x/menit, suhu 370 celcius. Pada kaki sebelah kanan tampak
terdapat luka dengan luas luka 8x4 cm, luka tampak meluas dari
jari kaki sampai ke punggung kaki, tampak pus berwarna
kekuningan, luka tercium bau yang khas, area sekitar luka
tampak kemerahan dan membengkak. Tn.P mengatakan
awalnya kakinya hanya terkena semen 2 bulan yang lalu,
kemudian semakin lama luka semakin membesar dan bernanah,
luka yang diderita tampak masih basah dan Tn.P mengatakan
lukanya lama sembuh.
Tn.P tampak mukosa bibir pucat dan kering, konjugtiva
anemis, tampak gelisah. Tn.P mengeluhkan tidak nafsu makan,
mual dan badan terasa lemah, tampak turgor kulit kurang baik,
tampak kurus, terjadi penurunan berat badan dari 68 kg menjadi
65 kg, nafas bau aseton, bising usus berlebih.
Jenis Pemeriksaan Nilai Hasil Nilai Rujukan Kesimpulan

Hemoglobin 9,4 g/dL P : 14-18 g/dL Menurun


W : 12-16 g/dL

Leukosit 11.000/ mm3 5.000-10.000/mm3 Meningkat

Trombosit 252.000/mm3 150.000-400.000/mm3 Normal

Hematocrit 29% P : 40-48% Menurun


W : 37-43%

MCV 83 fL 82-92 fL Normal

MCH 28 pg 27-31 pg Normal

MCHC 32 % 32-36% Normal

Ureum darah 30 mg/dL 5-25 mg/dL Meningkat

Kreatinin darah 7.6 mg/dL 0.6-1.2 mg/dL Meningkat

Natrium 127 mmol/L 136-145 mmol/L Normal

Kalium 15 mmol/L 3.5-5 mmol/L Meningkat

Klorida Serum 97 mmol/L 97-111 mmol/L Normal

Total Protein 5.7 g/dL 6.6-8.7 g/dL Menurun

Albumin 2.7 g/dL 3.8-5.0 g/dL Menurun

Globulin 3,0 g/dL 1.3-2.7 g/dL Meningkat

GDS 338 mg/dL < 200 mg/dL Meningkat

GD 2 J PP 251. /Dl >140 mg/dL Meningkat

GDP 298 mg/dL >130 mg/dL Meningkat


No Data Masalah Etiologi WOC
1. DS Ketidakstabilan Resistensi insulin F. resiko (genetic, makanan,
 Tn.P mengatakan badan terasa lemah dan kadar glukosa darah umur)
letih  
 Tn.P mengatakan sering terasa kebas pada Sel β pancreas terganggu
bagian tangan dan kaki
 Tn.P mengatakan sering merasa haus dan Produksi insulin
lapar  
 Tn.P mengatakan sering BAK sebanyak
10x/hari Glikogen
 Tn.P mengatakan menderita DM sudah ±  
4 tahun yang lalu Hiperglikemia
 Tn.P mengatakan gula darahnya tidak  
terkontrol ± 1 tahun Tubuh gagal meregulasi
DO hiprglikemia
 Tn. R tampak mukosa bibirnya pucat dan  
kering Ketidakstabilan kadar glukosa
 Tn.P tampak lemah darah
 GD 2 J PP 251 mg/dL
 GDP 298 mg/dL
 GDS 338 mg/dL
2. DS Gangguan Perubahan Deficit insulin
 Tn.P mengatakan awalnya kakinya hanya integritas kulit sirkulasi
terkena semen 2 bulan yang lalu kemudian Ambilan
semakin lama luka bernanah  
 Tn.P mengatakan luka lama sembuh Hiperglikemia
DO  
 Tampak luka di daerah kaki sebelah kanan Glukosa  
 Luka dengan ukuran 8x4 cm
 Luka tampak meluas dari jari sampai ke Penebalan membran
punggung kaki  
 Tampak pus berwarna kekuningan dan Disfungsi endotel makro dan
tercium bau yang khas mikrovaskuler 
 Area sekitar luka tampak kemerahan, dan
membengkak Perubahan dinding endotel
 Turgot kulit menurun  
Tidak mendapat suplai darah
 
Hipoksia jaringan  
Ganggren
3. DS Deficit nutrisi Ketidakmampuan Deficit insulin
 Tn.P mengatakan tidak nafsu makan mengabsorbsi  
 Tn.P mengatakan mual nutrient Glukogenensis
 Tn.P mengeluhkan lemah  
DO Lemak
 Nafas bau aseton  
 Tampak mukosa bibir kering dan pucat Ketogenensis
 Hb rendah (9,4 g/dL)
 Tampak porsi makan tidak habis Ketonemia
 Bising usus meningkat
 Penurunan BB dari 68kg ke 65kg Mual muntah
 Turgot kulit kurang baik  
 Albumin menurun 2.7 g/dL Anoreksia  
 
Daftar Diagnosa
Keperawatan

• Ketidakstabilan kadar gula darah b.d resistensi insulin


• Gangguan integritas kulit b.d perubahan sirkulasi
• Deficit nutrisi b.d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
No Hari/Tgl DX Implementasi
1 Rabu I 1. Manajemen hiperglikemia
 Mengidentifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia
 Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat
 Memonitor kadar glukosa darah
 Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia
 Memonitor intake dan output cairan
 Memonitor keton urin, kadar analisa gas darah, elektrolit, tekanan darah ortostatik dan frekuensi nadi
 Memberikan asupan cairan oral
 Menganjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah lebih dari 250 mg/dl
 Menganjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
 Menganjurkan kepatuhan terhadap diet dan olahraga
 Mengajarkan pengelolaan diabetes
 Mengkolaborasi pemberian insulin
 mengkolaborasi pemberian cairan IV, jika perlu
 mengkolaborasi pemberian kalium, jika perlu
1 Rabu I 1. Pemberian obat subkutan (insulin)
 Mengidentifikasi kemungkinan alergi, interaksi dan kontraindikasi obat
 memverifikasi order obat sesuai dengan indikasi
 Memeriksa tanggal kadaluarsa obat
 Memonitor efek terapiotik obat
 Memonitor efek samping, toksisitas, dan interaksi obat
 Melakukan prinsip 6 benar (pasien, obat, dosis, waktu, rute, dokumentasi)
 Melakukan teknik aseptic
 Memilih jarum suntik yang sesuai
 Menghindari daerah penyuntikan yang mengalami edema, massa, luka, memar, abrasi atau infeksi
 Menusukkan jarum dengan cepat pada sudut 45-90 tergantung pada ukuran tubuh
 Menghindari memijat daerah atau area suntikan
 Menjelaskan jenis obat, alas an pemberian obat, tindakan yang diharapkan dan efek samping sebelum dan
sesudah pemberian
 Mengajarkan pasien dan keluarga tentang cara injeksi obat secara mandiri
2. Rabu II 1. Perawatan luka
 Memonitor karakteristik luka
 Memonitor tanda infeksi
 Melepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Membersihkan dengan airan Nacl atau pemebrsih nontoksik sesuai kebutuhan
 Membersihkan jaringan nekrotik
 Memberikan salep yang sesuai ke kulit, jika perlu
 Memasang balutan sesuai jenis luka
 Mempertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
 Mengganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
 Memberikan suplemen vitamin dan mineral
 Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
 Menganjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori tinggi protein
 Menganjurkan prosedur perawatan luka secara mandiri
 Mengkolaborasi prosedur debridement
 Mengkolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai