Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN IBU

MELAHIRKAN DENGAN DISTOSIA

KELOMPOK 7:
Divah Nahdya 1902006 (2A)
Fitri 1802089 (3B)
Intan Agustina 1902010 (2A)
Mutia Alesa 1802097 (3B)
Sindi Febri maladia 1802111 (3B)
Tiara Zulvi Putri 1802113 (3B)
Winda Yulianti 1902021 (2A)

Dosen Pengampu:
Etri Yanti, S.Kp,M.Biomed
Defenisi Distosia
Distosia adalah Kesulitan dalam
jalannya persalinan (Rustam Mukhtar,
1994). Persalinan abnormal yang erat
kaitannya dengan kelainan pada 4P
(pelvis, passenger, power, dan plasenta)
dan ditandai dengan adanya hambatan
kemajuan dalam persalinan.
Klasifikasi Distosia
1. Distosia karena HIS
2. Karena kelainan letak dan bentuk janin
3. Karena kelainan pelvis
Etiologi
Secara garis besar penyebab dari distosia dapat dibedakan menjadi 3 yaitu
(Fraseretal. 1995):
1. Power (Uterus)
Faktor power atau tenaga berkaitan dengan aktivitas uterus yang abnormal, yaitu:
 Hipotonik (inersia uteri), yaitu ketika tekanan uterus lemah (25 mmHg)
sehingga tidak mampu menipiskan dan membuka serviks
 Hipertonik (tetania uteri), yaitu ketika uterus berkontraksi sangat kuat dan
sering namun tidak terkoordinasi dengan baik
2. Passenger (Fetal)
 Faktor passenger/ penumpang adalah faktor yang berhubungan dengan
kelainan posisi/ letak janin dan juga presentasi janin (letak sungsang, letak
lintang) dan janin yang besar (makrosomia).
3. Passage (Pelvis)
 Faktor passage berkaitan dengan jalan lahir (pelvis), yang meliputi kelainan
bentuk rahim (panggul sempit), kelainan postur tubuh (skoliosis, kifosis, rickets)
Patofisiologi
Patofisiologi distosia atau partus macet adalah
terjadinya perlambatan/arrest proses
persalinan, baik pada kala 1 maupun kala 2.
Berdasarkan penyebabnya maka dapat
diklasifikasikan menjadi gangguan kontraksi,
abnormalitas pada janin, atau adanya
gangguan pada jalan lahir.
1. Gangguan Kontraksi
2. Abnormalitas pada Janin
3. Gangguan jalan lahir
Tanda Dan Gejala
1. Distosia Bahu
Distosia bahu terjadi dikarenakan posisi/letak/presentasi janin yang
abnormal ataupun CPD karena jalan lahir yang sempit, sehingga distosia
bahu dapat dikategorikan menjadi distosia fetal dan distosia pelvis. Distosia
jenis ini dapat ditandai dengan:
Kesulitan dalam melahirkan wajah bayi
Kepala bayi seperti terjepit di vulva, atau atau mengalami retraksi (turtle neck sign)
Leher bayi sulit sekali untuk dilahirkan

2. Distosia servikal
Penyebab distosia servikal adalah faktor power (uterus) sehingga distosia ini
ditandai dengan:
Uterus yang tidak berkontraksi dengan adekuat (sering tapi lemah, atau kuat tapi
tidak beraturan).
Penipisan dan pembukaan serviks tidak bertambah (partus lama)
Kepala bayi tidak dapat turun dikarenakan serviks tidak membuka
Pemeriksaan laboratorium/diagnostik
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik
 Diagnosis banding
 Pemeriksaan penunjang
Komplikasi
1. Fetal
 Komplikasi yang dapat terjadi pada bayi antra lain brachial
plexus injury sebanyak 2,3 – 16% pada distosia bahu,
kecacatan dan kematian bayi akibat hipoksia dan asidosis,
fraktur humerus atau fraktur klavikula, dan pneumothoraks
2. Maternal
 Pada ibu yang mengalami persalinan dengan distosia
kemungkinan dapat terjadi Haemorhagic Post Partum
(HPP) pada 11% kasus, robekan perineum derajat 3 dan 4
pada 3,8% kasus, laserasi vagina, robekan serviks, ruptur
blader, ruptur uteri, symphyseal separation, sacroiliac joint
dislocation, lateral femoral nerve neuropathy
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan distosia dibedakan berdasarkan tipenya, (F. Gary
Cunningham et al. 2010):
 Distosia Bahu
Cari pertolongan, terutama jika tersedia bantuan dari dokter Sp.OG senior
atau bidan senior atau ahli anestesi
Minta ibu untuk berhenti mendorong bayi karena dapat menyebabkan
impaksi yang lebih buruk dan meningkatkan risiko BPI
Lakukan maneuver McRobert
Jika gagal, lakukan episiotomi, dan second line maneuver : Rubins
maneuver ,Wood’s screw maneuver, extra maneuver
 Distosia Servikal
Penatalaksanaan untuk distosia servikal tergantung dari
penyebabnya. Pada kasus insersia uteri, dimana uterus tidak
mampu berkontraksi dengan adekuat, maka perlu pemberian
oksitosin untuk memperkuat kontraksi
Asuhan Keperawatan
A. PENGKAJIAN

1. Identitas klien
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Yang perlu dikaji pada klien, biasanya klien pernah mengalami
distosia sebelumnya, biasanya ada penyulit persalinan sebelumnya
seperti hipertensi, anemia, biasanya ada riwayat DM, biasanya ada
riwayat kembar dll.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya dalam kehamilan sekarang ada kelainan seperti: kelainan
letak janin (lintang, sunsang, dll) apa yang terjadi presentasi dll.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit kelainan
darah, DM, eklamsi dan preeklamsi
Next . . .

3. Pemeriksaan fisik

 Kepala : rambut tidak rontok, kulit kepala bersih tidak ada ketombe
 Mata : biasanya konjungtiva anemis
 Thorak : inpeksi pernapasan, frekuensi, kedalaman, jenis pernafasan
 Abdomen : kaji his (kekuatan, frekuensi, lama), biasanya his kurang
semenjak awal persalinan atau menurun saat persalinan, biasanya
posisi, letak, presentasi dan sikap anak normal atau tidak, raba fundus
keras atau lembek, biasanya anak kembar/tidak, lakukan perbaan
pada simpisis biasanya blas penuh/ tidak untuk mengetahui adanya
distensi usus dan kandung kemih
 Vulva dan vagina : lakukan VT, biasanya ketuban sudah pecah atau
belum, edm pada vulva/ servik , biasanya teraba promantorium, ada/
tidaknya kemajuan persalinan, biasanya teraba jaringan plasenta untuk
mengidentifikasi adanya plasenta previa
 Panggul : lakukan pemeriksaan panggul luar, biasanya ada kelainan
bentuk panggul dan kelainan tulang belakang.
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b/d
tekanan kepala pada servik, partus lama,
kontraksi tidak efektif
2. Defisit volume cairan b/d kehilangan
volume cairan secara aktif
3. Risiko infeksi b/d trauma jaringan atau
kerusakan kulit
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Noc Nic Aktivitas
1 Gangguan Ansiety Penurunan 1.Gunakan pendekatan
rasa nyaman: •Mampu kecemasan yang menenangkan
nyeri b/d mengontrol 2.Nyatakan dengan jelas
tekanan kecemasan harapan terhadap pelaku
kepala pada •Status pasien
servik, partus lingkungan 3.Jelaskan semua
lama, yang prosedur dan apa yang
kontraksi nyaman dirasakan selama
tidak efektif •Mengontrol prosedur
nyeri 4.Identifikasi tingkat
kecemasan
5.Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
2 Defisit volume
cairan b/d
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan defisit volume
Manajemen
cairan
1.Pertahankan catatan intake dan output
yang akurat
kehilangan cairan teratasi dengan 2.Monitor status hidrasi (kelembaban
volume cairan kriteria hasil: membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
secara aktif 1.Mempertahankan urine darah ortostatik), jika diperlukan
output sesuai dengan usia 3.Monitor vital sign setiap 15menit – 1 jam
dan BB, BJ urine normal 4.Kolaborasi pemberian cairan IV
2.Tekanan darah, nadi, 5.Monitor status nutrisi
suhu tubuh dalam batas
normal
3.Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas
turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada
rasa haus yang berlebihan

3 Risiko infeksi
b/d trauma
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama……
Proteeksi diri
terhadap infeksi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
jaringan atau pasien tidak mengalami 2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
kerusakan kulit infeksi dengan kriteria hasil: 3. Berikan perawatan kulit pada area epidema
1.Klien bebas dari tanda dan 4. Inspeksi kulit dan membran mukosa
gejala infeksi terhadap kemerahan, panas, drainase
2.Menunjukkan kemampuan 5. Dorong masukkan nutrisi yang cukup
untuk mencegah timbulnya 6 .Dorong masukan cairan
infeksi 7. Dorong istirahat
3.Menunjukkan perilaku
hidup sehat
4.Status imun,
gastrointestinal,
genitourinaria dalam batas
normal

Anda mungkin juga menyukai