Anda di halaman 1dari 41

MERGER & AKUISISI

Kelompok 2:
1. Aulia Nurul Fadilah (2012070438)
2. Elvitawati Utami (2012070449)
3. Yohana Novia Armanda (2012070439)
4. Triyani (2012070431)

1
Merger
Merger merupakan suatu proses penggabungan usaha, dengan jalan
mengambil alih satu atau lebih perusahaan yang lain. Setelah terjadi
pengambilalihan, maka perusahaan yang diambil alih dibubarkan atau
dilikuidasi, sehingga eksistensinya sebagai badan hukum lenyap, dengan
demikian kegiatan usahanya dilanjutkan oleh perusahaan yang
mengambil alih.
- (PSAK) no 22

Bank A

Bank A atau
Bank B
Bank B
Akuisisi
Akuisisi adalah bentuk pengambilalihan kepemilikan perusahaan oleh
pihak pengakuisisi (acquirer), sehingga akan mengakibatkan berpindahnya
kendali atas perusahaan yang diambil alih (acquiree) tersebut Kendali
perusahaan yang dimaksud adalah kekuatan untuk:
a) Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan.
b) Mengangkat dan memberhentikan manajemen.
c) Mendapat hak suara mayoritas dalam rapat redaksi.
- (PSAK) no 22

PT Semen Gresik PT Semen Gresik

PT Semen Padang PT Semen Padang


Konsolidasi
Konsolidasi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh 2 perseroan
atau lebih untuk meleburkan diri dengan cara membentuk satu perseroan
baru dan masing-masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar.

Bank Bumi Daya

Bank Dagang Negara


Bank Mandiri
Bank Ekspor Impor

Bank Pembangunan Nasional


Perbandingan Ketiga Bentuk
Sebelum Sesudah
Merger A dan B A atau B
Akuisisi A dan B A dan B
Konsolidasi A dan B C
Keuntungan Merger & Akuisisi:
1) Memperoleh tambahan cashflow
2) Memperoleh kemudahan dana/pembiayaan
3) Adanya sistem operasional yang mapan dan
terintegrasi
4) Memperoleh SDM yang berkualitas
5) Mengurangi risiko kegagalan bisnis
6) Mendapat infrastruktur untuk mencapai
pertumbuhan yang lebih cepat
Kelemahan Merger & Akuisisi

1) Proses integrasi yang tidak mudah


2) Kesulitan menentukan nilai perusahaan target
secara akurat
3) Biaya koordinasi dan konsultan yang mahal
4) Meningkatnya kompleksitas birokrasi
5) Tidak menjamin peningkatan nilai perusahaan/
kemakmuran pemegang saham
Klasifikasi Merger & Akuisisi
 Berdasarkan aktivitas ekonomi:
1) Merger Horizontal: merger dimana antara satu perusahaan dengan
perusahaan lainnya memiliki kegiatan atau bidang bisnis yang sama
2) Merger Vertical: penggabungan perusahaan yang masing-masing
kegiatan bisnisnya memiliki keterkaitan satu sama lain dalam hal input,
output maupun pemasaran
3) Merger Konglomerasi: merger dua atau lebih perusahaan yang
masing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait.
4) Merger Ekstensi Pasar: merger yang dilakukan oleh dua atau lebih
perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar.
5) Merger Ekstensi Produk: merger yang dilakukan oleh dua atau lebih
perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan
Klasifikasi Merger & Akuisisi
 Berdasarkan pola merger:
1. Mothership Merger: pengadopsian satu pola atau sistem untuk
dijadikan pola atau sistem pada perusahaan hasil merger. Biasanya
perusahaan yang dipertahankan hidup adalah perusahaan yang
dominan dan sistem pola bisnis perusahaan yang dominan inilah yang
diadopsi.
2. Platform Merger: Jika dalam mothership merger hanya satu system
yang diadopsi, maka dalam platform merger hardware dan software
yang menjadi kekuatan masing-masing perusahaan tetap
dipertahankan dan dioptimalkan. Artinya adalah semua system atau
pola bisnis, sepanjang itu baik, akan diadopsi oleh perusahaan hasil
merger.
Klasifikasi Merger & Akuisisi
Berdasar Objek Pajak (Terkena Pajak)
1. Merger ke depan (forward merger)

PS-1 PS-2 PS-2


(2) Kas

PT A PT B PT B
(1) Aset A

Aset A Aset B Aset A+B

a) Pemegang saham-1 (PS-1) memiliki 100% saham A


b) Pemegang saham-2 (PS-2) memiliki 100% saham B
c) A merger ke B. Aset A dialihkan ke B; saham A dihentikan dan A bubar (panah 1)
d) PS-1 menerima kas dari B sebagai pengganti aset yang dialihkan ke B (panah 2)
Klasifikasi Merger & Akuisisi Berdasar
Objek Pajak (Terkena Pajak)
3. Merger melalui perusahaan anak (subsidiary merger)/
merger segitiga

PS-1 PS-2 PS-2


(2) Kas

PT A PT A

PT B PT C PT B
(1) Aset C

Aset C Aset B+C


Aset A

a)PS-1 memiliki 100% saham A; A memiliki 100% saham B (perusahaan anak); PS-2
memiliki 100% C
b) C dimerger ke B. Saham C dihentikan dan C bubar
Klasifikasi Merger & Akuisisi
Berdasar Objek Pajak (Bebas Pajak)
 Reorganisasi tipe A: merger dengan saling mempertukarkan
saham

PS-1 (2) Saham B PS-2 PS-1 PS-2

(1) Aset PT B
PT A A
PT B

Aset A Aset B Aset


A+B

a) PS-1 memiliki 100% saham A; PS-2 memiliki 100% B


b) A dimerger ke B. Saham A dihentikan dan A bubar
c) A mengalihkan aset ke B (panah 1)
d) PS-2 mengalihkan sebagian kepemilikan saham B ke PS-1 (panah 2)
e) Paska merger PS-1 dan PS-2 bersama-sama memiliki saham di B
Klasifikasi Merger & Akuisisi
Berdasar Objek Pajak (Bebas Pajak)
 Reorganisasi hybrid tipe A: pengakuisisi melakukan penggabungan perusahaan
target melalui perusahaan anak

PS-1 (2) Saham PS-1 PS-2


A

PS-2
PT A PT A

(1) Aset C
PT B PT C PT B

Aset B Aset C Aset B+C

a) PS-1 memiliki 100% saham A; A memiliki 100% saham B; PS-2 memiliki 100% C
b) C dimerger ke B. Saham C dihentikan dan C bubar
c) Aset C dialihkan ke B (panah 1) dan PS-1 mengalihkan saham A ke PS-2 (panah 2)
d) Paska merger PS-1 dan PS-2 bersama-sama memiliki A
Klasifikasi Merger & Akuisisi
Berdasar Objek Pajak (Bebas Pajak)
 Reorganisasi tipe B: pengakuisisi hanya boleh menggunakan saham
biasa berhak suara untuk membeli/ mengambil alih saham biasa
perusahaan target

PS-1 PS-2 PS-1 PS-2


(2) Saham
A

PT A PT B PT A
(1) Saham B

Aset B PT B
Aset A

a) PS-1 memiliki 100% saham A; PS-2 memiliki 100% saham B


b) PS-1 mengalihkan saham A ke B
c) Atas pengalihan tersebut PS-1 menerima saham B
d) Paska merger PS-1 dan PS-2 bersama-sama memiliki A
Klasifikasi Merger & Akuisisi
Berdasar Objek Pajak (Bebas Pajak)
 Reorganisasi tipe B Segitiga: pemilik perusahaan target menyerahkan
saham kepada perusahaan anak yang akan menerima penggabungan. Atas
penyerahan saham tersebut pemegang saham target menerima saham
perusahaan induk, bukan perusahaan anak.

PS-1 PS-2
PS-1 PS-2
Saham A

PT A PT A
Saham C

PT B PT B PT B

a) PS-1 memiliki 100% saham A; A memiliki 100% saham B: PS-2 memiliki 100% saham B
b) PS-2 mengalihkan saham C ke B
c) Atas pengalihan tersebut PS-2 menerima saham A
d) Paska merger PS-1 dan PS-2 bersama-sama memiliki A
Klasifikasi Merger & Akuisisi
Berdasar Objek Pajak (Bebas Pajak)
Reorganisasi tipe C: pengakuisisi harus mengambil alih minimal
80% dari nilai pasar wajar perusahaan target dengan menggunakan
saham berhak suara milik pengakuisisi

(2) Saham B
PS-1 PS-2
PS-1 PS-2

(1) Aset PT B
PT A A
PT B

Aset A Aset B Aset


A+B
a) PS-1 memiliki 100% saham A; PS-2 memiliki 100% B
b) A dimerger ke B. A mengalihkan aset ke B dan A bubar
c) PS-2 mengalihkan sebagian kepemilikan saham B ke PS-1
d) Paska merger PS-1 dan PS-2 bersama-sama memiliki B
Klasifikasi Merger & Akuisisi
Berdasar Objek Pajak (Bebas Pajak)
Reorganisasi tipe D: bentuk khusus merger dimana perusahaan yang
ukurannya lebih kecil justru dipertahankan hidup, dan perusahaan yang
lebih besar dibubarkan.

(2) Saham B
PS-1 PS-2
PS-1 PS-2

(1) Aset PT B
PT A A
PT B

Aset A Aset B Aset


A+B
a) A memiliki total aktiva lebih besar daripada B
b) PS-1 memiliki 100% saham A; PS-2 memiliki 100% B
c) A merger dengan B. A mengalihkan aset ke B dan A bubar
d) PS-2 mengalihkan sebagian kepemilikan saham B ke PS-1
Motif Merger dan Akuisisi
1. Motif Ekonomi
Tujuan:
 Memperluas pasar
 Mengakses
teknolgi
 Mengakses SDM
 Mengurangi
persaingan dan
kegagalan pasar
 Mendiversifikasi
produk
 Mengakses merek
dagang
 Mempercepat
pertumbuhan
Pembiayaan Merger dan Akuisisi

 Tunai
 Utang
 Saham
 Dalam praktek, alat pembayaran yang digunakan
adalah kombinasi dari beberapa cara tersebut.
Kas atau Saham?
 Perbedaan pembayaran kas atau saham adalah:
 Dalam pembayaran kas, pemegang saham
pengakuisisi akan menanggung seluruh risiko jika
sinergi gagal dicapai
 Dalam pembayaran saham, risiko akan
ditanggung bersama pemegang saham
pengakuisisi dan yang diakuisisi.
 Pilihan pembayaran akan memengaruhi besarnya
keuntungan bersih yang diharapkan pemegang
saham diperoleh dari merger shareholder value
added (SVA)
Contoh:
 PT A dan B melakukan merger. Diketahui data sbb:

PT A PT B

Nilai kapitalisasi pasar Rp 3 milyar Rp 2 milyar


Jumlah lembar saham 10 juta lembar 8 juta lembar
Harga pasar saham Rp300,00/lembar Rp250,00/lembar

PT A mengharapkan sinergi sebesar Rp 1 M dan


menghargai saham PT B sebesar Rp300,00/lembar.
Pilihan pembayaran menggunakan kas atau saham.
Hitunglah SVA apabila sinergi tercapai dan tidak tercapai.

21
Perhitungan SVA
 PT A akan mengeluarkan kas senilai Rp300,00/lembar x 8 juta
lembar=Rp2,4 M sedangkan nilai kapitalisasi pasar PT B sebesar Rp2 M,
maka PT A membayar premium sebesar Rp2,4 M-Rp2 M=Rp0,4 M atau
400 juta. Jumlah ini = premium per lembar saham (Rp50,00)x8 juta
lembar =Rp400 juta.
KASUS 1: SINERGI TERCAPAI
 Jika PT A menggunakan kas maka SVA Rp1 M-Rp400 juta=Rp600
juta. PT B mendapat SVA sebesar premium (Rp400 juta)

 Jika PT A menggunakan saham maka:


 
1 0 jt l e m b a r
S VA p m g n g s h m A   x 1 0 0 %  x R p 6 0 0 juta
 1 8 jt l e m b a r

 55,6% x R p 6 0 0 juta  R p 3 3 3 , 6 juta

 SVA pemegang saham B = 44,4% x Rp600 juta = Rp 266,4 juta


Perhitungan SVA (Lanj.)
KASUS 2: SINERGI TIDAK TERCAPAI
• Jika pembayaran dengan kas maka PT A kehilangan
seluruh premium senilai Rp400 juta. PT B tetap mendapat
SVA sebesar premium (Rp400juta).
• Jika pembayaran dengan saham maka PT A kehilangan
55,6% dari premium = Rp222,4 juta. Sisa kerugian
ditanggung pemegang saham B sebesar (44,4%x400
juta)=Rp177,6 juta.

Situasi Alat Nilai SVA


Pembayaran PT A PT B

Sinergi Kas +600 +400


Saham +333,6 +266,4
Tidak Kas -400 +400
sinergi Saham -222,4 -177,6
SOAL LATIHAN
 Hitunglah SVA PT X dan Y apabila pembayaran
akuisisi dilakukan dengan kas atau saham dalam
kondisi tercapai sinergi dan tidak tercapai
sinergi.
PT X PT Y
Nilai kapitalisasi pasar Rp 72 milyar Rp 60 milyar
Jumlah lembar saham 20 juta lembar 12 juta lembar
Harga pasar saham Rp600,00/lembar Rp500,00/lembar

Nilai sinergi yang diharapkan Rp3 milyar dan saham


PT Y dihargai Rp600,00 per lembarnya.
Pengaruh Pertukaran Saham terhadap EPS

 Jika metode pembayaran menggunakan pertukaran


saham, maka cara ini berdampak pada EPS pengakuisisi
maupun yang diakuisisi. Hal ini terjadi karena:
1. Perbedaan keuntungan bersih
2. Perbedaan jumlah lembar saham yang dimiliki
masing-masing perusahaan

 Ada 2 kondisi:
1. Merger dengan perusahaan yang memiliki PER lebih
rendah
2. Merger dengan perusahaan yang memiliki PER lebih
tinggi
Merger dgn Perusahaan yang Memiliki PER Lebih
Rendah
 Data PT Bidder dan PT Target sebelum merger

PT Bidder PT Target
Laba bersih Rp400 juta Rp250 juta
Jumlah lembar saham 10 juta lembar 5 juta lembar
beredar
EPS Rp40,00/ lembar Rp50,00/ lembar
Harga pasar saham* Rp500,00 Rp500,00
PER (harga/EPS) 12,5 kali 10 kali
Pertumbuhan EPS 10% 7%
* (asumsi harga pasar kedua perusahaan sama)
 Bagaimana pengaruh pertukaran saham pada berbagai rasio
tukar terhadap EPS?
Pengaruh Pertukaran Saham

Kasus 1: Rasio 1:1


 Oleh karena harga saham Target=Bidder maka setiap
lembar saham Target ditukar dengan 1 lembar saham
Bidder.

Perhitungan EPS setelah merger


 Total laba: PT Bidder+PT Target = Rp650 juta
 Total lembar saham: PT Bidder+PT Target =15 juta
lembar
 EPS =(Rp650 juta/ 15 juta lembar)
= Rp43,33/ lembar
Pengaruh Pertukaran Saham
Kasus 2: Rasio 1:1,1
 Pemegang saham Target meminta harga Rp550,00 sehingga setiap
1 lembar saham Target dihargai dengan 1,1 lembar saham Bidder.
 Harga saham Target menjadi Rp550,00 sehingga Bidder harus
mengeluarkan saham baru sebanyak (550/500)x5 juta lembar =5,5
juta lbr
Perhitungan EPS setelah merger
 Total laba: PT Bidder+PT Target = Rp650 juta
 Total lembar saham: PT Bidder+PT Target =15,5 juta lembar
 EPS =(Rp650 juta/ 15,5 juta lembar)
= Rp41,94,00/ lembar

Berapakah rasio tukar agar EPS pengakuisisi sebelum dan sesudah


merger sama? Hitung RASIO PARITAS
Rasio Paritas
 EPS = Laba/ Jumlah lembar saham

 Apabila disimbolkan:
EPS =E
Laba = L1 + L2
Jumlah lembar = S1 +S2R
saham
 Dimana:
R = rasio paritas
L1 = laba bidder (pengakuisisi) L2
= laba target (yang diakuisisi)
S1 = jumlah lembar saham bidder
S2 = jumlah lembar saham target E
= EPS bidder sebelum merger
Rasio Paritas (Lanj.)

E  L1  L 2
R = rasio paritas
S1  S 2 R
L1 = laba bidder (pengakuisisi)
= L1+L2 L2 = laba target (yang diakuisisi)
 E(S1+S2R)
= L1+L2 S1 = jumlah lembar saham
 ES1+ES2R
ES2R = L1+L2-ES1
 bidder S2 = jumlah lembar saham
target E = EPS bidder sebelum
L1  L 2  ES1 merger
R 

ES2
Rasio Paritas (Lanj.)

 Dari data
tersebut:
L1 =Rp400 juta
L2 =Rp250 juta
E =Rp40,00
S1 =Rp10 juta
=Rp5 juta

S2
4 0 0 j u t a  2 5 0 j u t a  4 0 (1 0 j u t a )
R   1,25
40(5juta)
 R=1,25 berarti harga saham maksimum adalah Rp500,00
x 1,25=Rp625,00
 Rp625,00 ini disebut harga paritas yaitu harga saham
maksimum yang dibayarkan oleh bidder kepada target agar
EPS bidder tidak turun paska merger
Kasus 3: Rasio
1:1,25
Jika R=1,25 maka harga yang dibayarkan sebesar 1,25x
Rp500,00=Rp625,00
 Harga saham Target menjadi Rp625,00 sehingga Bidder
harus mengeluarkan saham baru sebanyak (625/500)x5 juta
lembar =6,25 juta lbr

Perhitungan EPS setelah merger


 Total laba: PT Bidder+PT Target = Rp650 juta
 Total lembar saham: PT Bidder+PT Target =16,25 juta
lembar
 EPS =(Rp650 juta/ 16,25 juta lembar)
= Rp40,00/ lembar (sama dengan EPS sebelum
merger)
Merger dgn Perusahaan yang Memiliki PER
Lebih Tinggi
 Data PT Bidder dan PT Target sebelum merger

PT Bidder PT Target
Laba bersih Rp400 juta Rp250 juta
Jumlah lembar 10 juta lembar 5 juta lembar
saham beredar
EPS Rp40,00/ lembar Rp50,00/ lembar
Harga pasar saham Rp500,00 Rp700,00
PER (harga/EPS) 12,5 kali 14 kali
Pertumbuhan EPS 10% 16%
Merger dgn Perusahaan yang Memiliki PER
Lebih Tinggi (Lanj.)
Kasus 4
 Pemegang saham Target meminta harga Rp800,00 per lembar
 Bidder harus mengeluarkan saham baru sebanyak (800/500)x5
juta lembar =8 juta lbr

Perhitungan EPS setelah merger


 Total laba: PT Bidder+PT Target = Rp650 juta
 Total lembar saham: PT Bidder+PT Target =18 juta lembar
 EPS =(Rp650 juta/ 18 juta lembar)
= Rp36,11,00/ lembar
EPS bidder sebelum merger Rp40,00 dan paska merger
Rp36,11,00 sehingga bidder mengalami dilusi/penurunan EPS
ketika melakukan merger dengan perusahaan yang PERnya
lebih tinggi.
Latihan Soal
 Data PT Bidder (PTX) dan PT Target (PT Y) sebelum merger

PT X PT Y
Laba bersih Rp200 juta Rp100 juta
Jumlah lembar 10 juta lembar 5 juta lembar
saham beredar
EPS Rp20,00/ lembar Rp20,00/ lembar
Harga pasar saham Rp300,00 Rp400,00
PER (harga/EPS) 15 kali 20 kali
Pertumbuhan EPS 8% 12%

 Hitunglah:
a) EPS PT X setelah merger
b) Rasio paritas dan harga paritas
Efek Jangka Panjang Merger thd EPS

Data dari Kasus 2


 Misalkan pertumbuhan tahunan EPS bidder 10% dan
Target 7%. Diasumsikan pertumbuhan ini berlangsung
selama 10 tahun.
 Keuntungan Bidder Rp400 juta dan Target Rp250 juta.
 EPS sebelum merger Rp40,00, EPS paska merger
Rp41,94
 Maka pertumbuhan rata-ratanya:
Rp400 juta/ Rp650 juta (10%) + Rp250 juta / Rp 650
juta
(7%)= 8,84%
Bidder Merger dengan Target (PER
Lebih Rendah)
Thn Tanpa Merger Dengan Merger Selisih
EPS Pertum EPS EPS Pertum EPS
buhan Diharap buhan Diharap
kan kan

1 40,00 10% 44,00 41,94 8,84% 45,65 1,65


2 44,00 10% 48,40 45,65 8,84% 49,68 1,28
3 48,40 10% 53,24 49,68 8,84% 54,07 0,83
4 53,24 10% 58,58 54,07 8,84% 58,85 0,27
5 58,58 10% 64,42 58,85 8,84% 64,06 -0,36
6 64,42 10% 70,86 64,06 8,84% 69,72 -1,14
7 70,86 10% 77,95 69,72 8,84% 75,88 -2,07
8 77,95 10% 85,74 75,88 8,84% 82,59 -3,15
9 85,74 10% 94,32 82,59 8,84% 89,89 -4,43
10 94,32 10% 103,75 89,89 8,84% 97,84 -5,91
Bidder Merger dengan Target
(PER Lebih Rendah)-Lanj.

KESIMPULAN
 Pada tahun pertama sampai keempat mula-mula EPS
yang diharapkan bidder dengan merger lebih tinggi
daripada tanpa merger
 Mulai tahun kelima terjadi dilusi EPS yaitu EPS yang
diharapkan setelah merger lebih rendah dibandingkan
EPS tanpa merger
Bidder Merger dengan Target
(PER Lebih Tinggi)
Data dari Kasus 4
 Misalkan pertumbuhan tahunan EPS bidder 10%
dan Target 16%. Diasumsikan pertumbuhan ini
berlangsung selama 10 tahun.
 Keuntungan Bidder Rp400 juta dan Target Rp250
juta.
 EPS sebelum merger Rp40,00, EPS paska
merger Rp36,11
 Maka pertumbuhan rata-ratanya:
Rp400 juta/ Rp650 juta (10%) + Rp250 juta / Rp
650 juta
(16%)= 12,31%
Bidder Merger dengan Target
(PER Lebih Tinggi)
Thn Tanpa Merger Dengan Merger Selisih
EPS Pertum EPS EPS Pertum EPS
buhan Diharap buhan Diharap
kan kan

1 40,00 10% 44,00 36,11 12,31% 40,56 -3,44


2 44,00 10% 48,40 40,56 12,31% 45,55 -2,85
3 48,40 10% 53,24 45,55 12,31% 51,15 -2,09
4 53,24 10% 58,58 51,15 12,31% 57,45 -1,13
5 58,58 10% 64,42 57,45 12,31% 64,52 0,10
6 64,42 10% 70,86 64,52 12,31% 72,47 1,61
7 70,86 10% 77,95 72,47 12,31% 81,39 3,44
8 77,95 10% 85,74 81,39 12,31% 91,41 5,67
9 85,74 10% 94,32 91,41 12,31% 102,66 8,34
10 94,32 10% 103,75 102,66 12,31% 115,30 11,55
Bidder Merger dengan Target
(PER Lebih Tinggi)-Lanj.
KESIMPULAN
 Mulai tahun pertama-keempat terjadi dilusi EPS
 Mulai tahun kelima EPS yang diharapkan setelah
merger lebih tinggi dibandingkan EPS tanpa merger

Anda mungkin juga menyukai