Anda di halaman 1dari 7

PELATIHAN KEPEMIMPINAN PENGAWAS (PKP)

Tugas
Kelompok
materi
Membangun
tim efektif
A M B A R R A H AY U

W I D YA I S WA R A A H L I U TA M A
KASUS YANG DIBAHAS
I. KELOMPOK I Tentang Hebohnya kasus covid19 di Bangkalan

KELOMPOK II Tentang Tren peningkatan kasus aktif Covid-19 di


II Provinsi Jawa Barat (Jabar) makin memprihatinkan

III KELOMPOK III Tentang Pemimpin Jadi Kunci dalam Perubahan Perilaku Masyarakat
Terkait Vaksinasi COVID-19
Menurut kelompok I apakah hal ini perlu dibentuk tim efektif? Jika iya
I
lengkapi jawaban anda dengan pedoman di bawah
Tiga kecamatan di kabupaten yang berada di Pulau Madura itu, yaitu Arusbaya, Klampis, dan Bangkalan,
dinyatakan sebagai zona merah kasus Covid-19.
Dua puskesmas dan satu rumah sakit umum milik daerah di tiga kecamatan itu ditutup dalam beberapa
hari terakhir. Puluhan tenaga kesehatan di lembaga itu positif Covid.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Bangkalan, Agus Sugianto Zein, menyebut 87 dari 90 tempat
tidur khusus pasien penyakit ini juga telah terisi.Padahal, merujuk standar penanganan pandemi yang
disusun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), keterisian tempat tidur khusus ini semestinya tidak boleh
lebih dari 60%.
Lonjakan kasus ini, menurut Agus, dipicu aktivitas silaturahmi tatap muka masyarakat saat libur
Idul Fitri lalu dan arus kepulangan pekerja migran dari luar negeri.
Ada tradisi saling mengunjungi saat lebaran. Saat itu masyarakat mungkin sudah mengabaikan protokol
kesehatan," kata Agus.
"Situasi itu ditambah kepulangan pekerja migran yang paling banyak ke Kecamatan Arusbaya. Jadi kami
sekarang meminta kegiatan masyarakat di sana diperketat," ucapnya.
II Diskusikan kasus di bawah ini apakah perlu membangun tim efektif yang solid untuk memecahkan
masalah ini?? Analisis dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip pembangunan Tim Efektif

Bandung (16/6) -- Tren peningkatan kasus aktif Covid-19 di Provinsi Jawa Barat (Jabar) makin memprihatinkan.
Ironisnya, berdasarkan fakta bahwa ibu hamil dan anak yang dikandungnya memiliki potensi risiko yang cukup tinggi terinfeksi Covid-19.
Data Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Kota Bandung, selama tahun 2021 terdapat sekitar 400 ibu hamil yang suspect dan 260 positif
Covid-19. RSKIA sebagai salah satu RS rujukan Covid-19 telah ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jabar No. 445/ Kep.186-Dinkes/
2020.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyampaikan bahwa melihat kasus yang
terjadi di Kota Bandung, pada prinsipnya Covid-19 mampu menyerang siapapun termasuk ibu hamil dan bayi yang masih dalam kandungan.
"Di RSKIA ini ibu hamil yang terkena Covid-19 hampir 60%. Ini menunjukkan Covid-19 sudah tidak pandang bulu, ibu hamil bahkan berisiko pada
anak yang dikandungnya," ujar Menko PMK usai meninjau fasilitas dan pelayanan RSKIA Kota Bandung, Jabar, Rabu (16/6).
Merujuk hasil pantauannya langsung di lapangan bersama Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Menko PMK mengaku sangat mengapresiasi fasilitas dan
pelayanan RSKIA. Ibu hamil yang terindikasi Covid-19 dilakukan pemeriksaan dan setelah dinyatakan positif langsung ditangani intensif termasuk
hingga saat melahirkan.
"Anak yang dilahirkan juga akan langsung ditangani dan diperiksa ulang untuk memastikan apakah dia suspect atau sudah positif (Covid-19) seperti
yang terjadi pada ibunya," ungkap Menko PMK.
Muhadjir pun berharap kondisi RSKIA yang saat ini sudah mencapai 80% lebih dari kapasitas tempat tidur (bed) untuk pasien Covid-19 bisa
mendapatkan tambahan dari pemerintah pusat terutama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Menanggapi itu, Gubernur Jabar Ridwan Kamil menyatakan bahwa Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar saat ini sedang menyiapkan sekitar 3 ribu
bed untuk seluruh provinsi dengan hasil perhitungan 30%. Walaupun, menurutnya, ada RS-RS yang ada di atas 30%.
"RSKIA ini dari 370 kamar yang berfungsi, 150 untuk Covid-19 atau sekitar 40% lebih," tutur Kang Emil.
Ia pun mengimbau kepada masyarakat, khususnya wisatawan untuk tidak melakukan perjalanan ke Bandung Raya. Selain karena sudah ada penetapan
status Siaga 1 untuk Bandung Raya, kapasitas RS juga sudah di atas 80%.
"Kalau ada keteledoran dan ketidakpatuhan prokes tentu akan membuat situasi semakin tidak terkendali. (Status siaga 1) ini akan kita ukur hasilnya
per-7 hari untuk melihat apakah nantinya akan ada pelonggaran atau tidak, termasuk juga agar ditaati WfH sebagai bagian pengendalian dari situasi
kedaruratan ini," pungkasnya.
III
Pemimpin Jadi Kunci dalam Perubahan Perilaku Masyarakat Terkait
Vaksinasi COVID-19
25 Januari 2021·Bacaan 2 menit
Liputan6.com, Jakarta - Banyaknya hoaks tentang vaksin COVID-19 membuat sebagian masyarakat ragu menerimanya. Dalam hal ini, para pemimpin
menjadi kunci perubahan perilaku dan sudut pandang masyarakat terhadap vaksin.
Seperti disampaikan guru besar Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Jawa Tengah, DR. Dr. Budi Laskono, MHSc. Ia melihat bahwa pemberian contoh
oleh para pemimpin dalam vaksinasi COVID-19 perdana dapat mengubah keraguan masyarakat.
“Yang menarik adalah bagaimana LEADERSHIP menjadi kunci perubahan persepsi dan perilaku masyarakat dalam penerimaan vaksinasi,” tulis Budi dalam
pesan teks yang dibagikan kepada Liputan6.com, Senin (25/1/2021).
Setelah tahap penyuntikan perdana, masih ada banyak tahapan dalam perjalanan vaksinasi baik dari sisi pengadaan, distribusi, hingga kelola kejadian ikutan
pasca imunisasi (KIPI). Budi menambahkan, dalam teori perubahan perilaku ada beberapa fase orang untuk bisa memahami pengetahuan baru. Fase-fase ini
membutuhkan waktu lama untuk dilalui, apalagi jika ditambah hoaks.
Ketika informasi baru sudah menjadi pengetahuan baru dan persepsi sehat, belum tentu akan mengubah perilakunya. Di sinilah fenomena perubahan perilaku
yang dipelajari ahli kesehatan ternyata tidak sederhana, katanya.
Pengetahuan, pendidikan, status sosial dan ekonomi mendasari bagaimana informasi membentuk persepsi. Ketika informasi sudah di otak, maka persepsi
yang muncul adalah persepsi untung dari rugi.
“Bila seseorang menemukan keuntungan vaksinasi maka akan terdukung perubahan perilaku menerima vaksinasi. Bila persepsi rugi yang muncul, maka akan
menjadi penghalang penerimaan.”
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Faktor Enable
Ketika persepsi sudah terbentuk positif pun, belum tentu perubahan perilaku akan terjadi, lanjut Budi.
Saat ini, banyak orang sudah sadar pentingnya penggunaan masker. Namun, masih ada beberapa orang yang tidak taat. Dalam kajian perubahan perilaku hal
ini disebut faktor enable. Faktor ini membuat seseorang mungkin bisa atau gagal melakukan sesuatu.

DENGAN TEORI MEMBANGUN TIM EFEKTIF SILAHKAN DISKUSIKAN BAGAIMANA MEMBANGUN EFEKTIF
Tugas Kelompok

• Diskusikan Bersama dengan anggota kelompok bacaan yang tersedia. Apa yang terjadi
dengan proses pembangunan tim efektif.
• Jika anda seorang pemimpin yang melayani maka harus membangun tim efektif yang solid
• Analisis bahan bacaan tsb dan identifikasi proses pembentukan tim efektif secara bertahap
dan jelaskan 3 kunci utama dalam membangun tim efektif
• Lengkapi dengan strategi membangun tim efektif
• Apabila anda diminta untuk memimpin, Langkah-Langkah apa yang harus dilakukan melalui
proses pembentukan tim baik berdasarkan teori maupun menurut pengalaman saudara
• Hasil diskusi kelompok harap disubmit / upload di LMS dengan batas waktu yang telah
ditetapkan oleh penyelenggara
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
arahayu0603@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai