Anda di halaman 1dari 10

KASUS JIWASRAYA

ETIKA KEUANGAN
SEKILAS TENTANG JIWASRAYA

Jiwasraya dibangun dari sejarah Panjang, bermula dari NILLMIJ, Nederlandsch Indiesche Levensverzekering en
Liffrente Maatschappij van 1859, tanggal 31 Desember 1859. Perusahaan asuransi jiwa yang pertama kali ada di
Indonesia (Hindia Belanda waktu itu). Tanggal 17 Desember 1960 NILLMIJ van 1859 dinasionalisasi dengan
mengubah namanya menjadi PT Perusahaan Pertanggungan Djiwa Sedjahtera, selanjutnya tanggal 21 Agustus 1984
berubah namanya menjadi PT Asuransi Jiwasraya hingga saat ini.
PERJALANAN JIWASRAYA

Meluncurkan produk JS Saving Plan Kejagung melakukan penyidikan terhadap PT Jiwasraya

2013 2018 2019

Manajemen melakukakan pengumuman gagal bayar


Apa itu JS Saving Plan?

Jadi pada awal mulanya, cara kerja asuransi adalah sebagai berikut:
Nasabah dijanjikan Uang Pertanggungan sebesar maksimal sekian Rupiah jika terjadi peristiwa tertentu yang
membutuhkan uang dalam jumlah besar, misalnya jika anda sakit dan harus dirawat di RS (jika asuransinya adalah
asuransi kesehatan). Sebagai gantinya, nasabah harus membayar premi sebesar sekian persen dari UP tadi, biasanya
sekitar 1 – 4% (jadi kalau UP-nya Rp100 juta, maka preminya Rp1 – 4 juta) tergantung banyaknya jenis penyakit
yang di-cover, tingkat risiko si nasabah untuk menderita sakit, lamanya masa proteksi, dst.

=================================================================================
Lalu, muncullah perusahaan asuransi yang kemudian menciptakan produk “asuransi sekaligus tabungan/investasi”,
yang dikenal sebagai unitlink (istilah lain dari JS Saving Plan/JS Proteksi Plan).

================================================================================
Asuransi Unitlink vs Asuransi Biasa

[Proses Kerja Unitlink]

1) Nasabah tetap mendapatkan UP jika sakit dll, tapi nilai setoran preminya jauh lebih besar dibanding asuransi
biasa. Contohnya saya mempunyai UP-nya cuma Rp120 juta, dibanding nilai setoran premi-nya yang mencapai
Rp60 juta setelah 10 tahun. Ini berarti premi-nya mencapai 50% dari nilai UP (asuransi biasa hanya sampai 4%).

2) Meski premi-nya besar, tapi uang premi yang disetor ke unitlink tidak akan hangus termasuk jika UP tadi
===dicairkan, dan bahkan bisa bertambah jika hasil investasinya bagus. Ini karena uang premi tersebut akan
===dibelikan instrumen investasi, biasanya reksadana. Tapi disisi lain kalau hasil investasinya jelek, maka nilai
===pokok setorannya tetap bisa berkurang.

=================================================================================
Nah, bagian dimana “nilai pokok setorannya bisa berkurang” inilah, yang biasanya tidak dijelaskan oleh si agen
asuransi. Karena jangankan dijelaskan soal risiko investasi saham, si nasabah hanya bisa mengerti kalau dia ini
seperti sedang menabung di bank, dan tetap mendapatkan proteksi kalau sakit.
================================================================================
Lalu, kenapa masyarakat tertarik JS Saving Plan ?

Produk ini laris manis, karena berbeda dengan produk unitlink dari perusahaan asuransi lain yang tidak menjanjikan
keuntungan yang tetap, maka JS Saving Plan ini berani menawarkan bunga fix yang besarnya diatas bunga
deposito, dan semua risiko investasi ditanggung oleh Jiwasraya sendiri, sehingga nasabah tidak perlu khawatir
nilai investasinya akan turun.

=================================================================================
Akibatnya, nilai aset, pendapatan, dan ekuitas perusahaan mampu untuk terus naik, yang ternyata itu berkat sejumlah
inovasi yang dilakukan manajemen, salah satunya dengan memasarkan produk asuransinya melalui bank (sehingga
produknya disebut juga bancassurance).

================================================================================
Penyebab kasus mega Jiwasraya

Dalam bisnis asuransi, meningkatnya pendapatan premi tidak selalu berarti positif, karena itu akan diiringi oleh
kenaikan beban klaim dan manfaat yang harus dibayar ke nasabah. Dimana kalau pendapatannya masih lebih
tinggi dibanding bebannya, maka perusahaan akan untung. Tapi kalau bebannya lebih tinggi dibanding pendapatan,
maka perusahaan akan rugi. Nah, karena yang dijual Jiwasraya adalah JS Saving Plan yang menawarkan bunga fix
sekian persen, maka tak peduli sebesar apapun pendapatan preminya, tapi beban klaim-nya akan selalu lebih besar.
Misal, bunga yang ditawarkan adalah 6.5% per tahun, maka untuk setiap pendapatan Rp1,000 yang diterima
Jiwasraya, perusahaan harus membayar ke nasabah sebesar Rp1,065 di tahun berikutnya.

=================================================================================
Sehingga sejak awal, produk JS Saving Plan ini berisiko merugikan Jiwasraya itu sendiri, yakni jika kegiatan investasi
yang dilakukan tidak membuahkan profit seperti yang diharapkan. Dan semakin besar pendapatan premi yang
diperoleh perusahaan, maka semakin besar pula risiko terjadinya kerugian tersebut.

================================================================================
Penyebab kasus mega Jiwasraya (lanjutan)

Memasuki tahun 2016, pendapatan premi Jiwasraya sudah menembus Rp17.9 trilyun, atau sudah melejit lebih dari
tiga kali lipat sejak JS Saving Plan diperkenalkan pertama kali di tahun 2013. Tapi pada tahun 2016 inilah, mulai
tampak beberapa hal yang janggal, yaitu beban klaim yang ditanggung Jiwasraya di tahun 2016 mencapai Rp18.0
trilyun, atau sudah sudah hampir sama dengan pendapatan premi-nya yang Rp17.9 trilyun tadi, dan itu masih
belum termasuk beban pemasaran dan administrasi.

=================================================================================
Namun, faktanya di tahun 2016 itu Jiwasraya justru membukukan rekor laba bersih Rp1.7 trilyun, jadi dari mana
asalnya laba tersebut?

================================================================================
PENYEBAB KASUS MEGA JIWASRAYA (LANJUTAN)
Dalam dunia akuntansi hal dibawah ini disebut “creative accounting”/”window dressing”/”manipulasi laporan
keuangan”.

[Lampiran pengakuan pendapatan investasi] [Lampiran arus kas realiasasi hasil investasi]
Puncak kasus Jiwasraya (korupsi)

Kasus Jiwasraya mengemuka ketika perusahaan asuransi pelat merah itu mengalami keuangan negatif hingga
Rp23,92 triliun pada September 2019.
=================================================================================
Pada 2019, Menteri BUMN Erick Thohir bahkan datang ke Kejaksaan Agung untuk melaporkan dugaan tindak pidana
korupsi di tubuh Jiwasraya.
================================================================================
Dari sidang di kejaksaan diketahui, Benny Tjokro bersama Komisaris Utama PT Trada Alam Minera Tbk Heru
Hidayat melalui Joko Hartono Tirto serta pihak-pihak yang terafiliasi telah bekerja sama dengan Hendrisman, Hary
Prasetyo, dan Syahmirwan untuk melakukan pembelian dan/atau penjualan saham BJBR, PPRO, SMBR, dan SMRU
dengan tujuan mengintervensi harga yang pada akhirnya tidak memberikan keuntungan investasi.
=================================================================================
Dari perbuatan tersebut, keenam terdakwa diyakini memperkaya diri sendiri.
Keenam orang ini diduga merugikan Jiwasraya hingga Rp17 triliun.

=================================================================================

Anda mungkin juga menyukai