Anda di halaman 1dari 61

Zahara Farhan, S.Kep., Ners., M.

Kep
ANATOMI
FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN

Alveoli harus terus


menerus mengalami
pengisian udara segar
yang mengandung
oksigen dalam jumlah
adekuat
GOLDEN HOUR
Respon Time : 4 – 8
menit
PENYEBAB KEMATIAN
TERCEPAT:
A-B-C
Gangguan Airway >> cepat dari gangguan
Breathing >> cepat dari gangguan
Circulation
 Prioritas Pertama dalam penanganan
gawat darurat.
 Sumbatan total jalan napas 
pembunuh tercepat
 Selalu imobilisasi tulang servical 
CURIGA FRAKTUR TULAN SERVIKAL ,
apabila : G

 Multiple trauma
 Trauma Kapitis dengan penurunan
kesadaran
 Luka di atas klavikula
 Biomekanik mendukung
MASALAH/ GANGGUAN
AIRWAY

SUMBATAN (OBSTRUKSI)
SUMBATAN NAPAS
JALAN
• Chocking
Total

• Cairan  Gurgling
• Pangkal lidah  Snoring
Parsial • Anatomis  Crowing
Jika korban bisa bicara tanpa
Suara tambahan

Airway Clear
Setiap pernapasan berbunyi,
tanda sumbatan parsial jalan
napas

(Gurgling, Snoring, Crowing)


Sumbatan Parsial Cairan
Suctioning Perhatikan waktu
suction

Log Roll

Airway
Definitif
SUCTION CANULE

Rigid Tip Soft Tip


SUMBATAN PARSIAL
Lidah
Pasien tidak sadar

Lidah jatuh
menyumbat
hipofaring

Tindakan mengangkat
pangkal lidah
Non Trauma

Head Tilt Chin Lift


Trauma

CHIN LIFT
Trauma  JAW THRUST
SUMBATAN PARSIAL
Lidah

 Oropharingeal Airway (OPA)


 Nasopharingeal Airway (NPA)
OPA (Oropharingeal Airway)

 Menahan lidah pada


bagian belakang faring
 Untuk mempermudah
proses suctioning faring
 Untuk menghindari
tergigitnya ETT
 Digunakan pada
pasien tidak sadar
tanpa Gag Reflex
OP
A
NPA ( Nasopharingeal Airway)
NPA (Nasopharingeal Airway)
Teknik Pemasangan
NPA
Complications
 Nasal mucosa injury
 Laryngospasm

Gunakan Jelly
NPA (Nasopharingeal Airway)

Hati-hati pemasangan
NPA pada
kecurigaan fraktur basis
kranii!!
NP
A
Laryngeal Mask Airway
(LMA)
 Digunakan pada pasien dengan airway
yang sulit, terutama bila intubasi
endothrakheal atau bag mask (sungkup
muka) gagal.
 LMA bukan airway definitive. Bila
seorang pasien terpasang LMA, maka
setibanya di rumah sakit dokter harus
menggantinya dengan airway definitif.
Combitube
 Jika airway definitif tidak mungkin
dilakukan. Salah satu lubang
menghubungkan esophagus dan lubang
lainnya menghubungkan dengan jalan
nafas.
AIRWAY DEFINITIF
Indikasi pemasangan airway definitif:
1. Adanya apnea
2. Tidak mampu mempertahankan airway cara lain.
3. dengan
4. Adanya
Ancamanrisiko aspirasi
segera atau oleh darah/muntah
bahaya potensial sumbatan
airway  cedera inhalasi, patah tulang wajah,
hematoma retri faringeal
5. Cedera kepala tertutup yangmemerlukan
bantuan napas
6.
(GCS < 8)
Ketidakmampuan mempertahankan oksigenasi dengan
BVM
ADVANCE AIRWAY

 ENDOTRACHEAL INTUBATION: Oro


tracheal dan naso trakheal

 NEEDLE CRICOTHYROIDOTOMY
OROTRACHEAL
INTUBATION
 Ventilasi dan oksiganisasi harus diberikan
sebelum memasukan laringoskop dan ETT
TEHNI
K
TEHNIK

Sellick Manouver
Intubasi Orotrakhea
ENDOTRACHEAL
INTUBATION
Penyulit saat intubasi:
 Cedera luas tulang leher
 Athritis berat pada cervical
 Trauma maksila/mandibula yang berat
 Keterbatasan membuka mulut
 Variasi anatomi  dagu terlalu panjang
 Gigi overbite
 Otot leher yang pendek
NASOTRACHEAL
INTUBATION
(BLIND INTUBATION)
 Sambil mendengar
pernafasan
 Dorong saat inspirasi
 Bila suara hilang
masuk Oesofagus
 Hati-hati bila fraktur
basis kranii
NASOTRACHEAL
INTUBATION
(BLIND INTUBATION)
 Hanya dipasang pada
penderita yang masih
dapat bernapas
spontan
 Dipasang secara
manual, mengikuti
irama napas penderita
NEEDLE CRICOTHYROIDOTOMY

APABILA INTUBASI TIDAK BISA DILAKUKAN


(Mis. Fraktur Maksilofasial berat)

Jet Insuflation / Jet Ventilation


(30 – 45 Menit)

 Menggunakan IV Cath. Paling besar Nomor 14


Kriko- tiroidotomi

Kartilago tiroid
Membrana
Kartilago krikoid
Trakea
Needle Krikotiroidotomi

Paling
kecil 14 G
Needle Cricothyroidotomy
Tanda-Tanda Pernapasan Tidak
Adekuat

1. Napas sangat cepat/sangat lambat.


Frekuensi napas normal: dewasa 12-
20x/menit, anak-anak 15-30 x/menit,
bayi 30-50 x/menit)
2. Pergerakan dinding dada tidak adekuat
3. Sianosis
Tanda-Tanda Pernapasan Tidak
Adekuat
4. Penurunan kesadaran
5. Adanya usaha napas berlebih
6. Sesak/ngorok
7. Denyut nadi lambat diikuti frekuensi
napas lambat
BREATHIN
G
Oksigen

Selalu berikan bila keadaan


umum (ku) pasien kurang baik
Nilai kebutuhan oksigen sel
dengan pulse oksimetri
OXYMET
RI
SATURASI INTERPRETASI INTERVENSI
OKSIGEN
95% - 100% Normal O2 4 liter / menit – nasal
canule

90% - <95% Hypoxia ringan - sedang Face Mask 6 – 10 Liter /


menit

85% - <90% Hypoxia sedang - berat Face Mask dengan resevoir


8 – 12 liter  assisted
ventilation

<85 % Hipoxia berat – mengancam Assisted ventilation


nyawa
OKSIGENA
ALAT SI FLOW RATE DELIVERY O2
Nasal Canule 1 Liter / Menit 21 % - 24 %
2 Liter / Menit 25 % - 28 %
3 Liter / Menit 29 % - 32 %
4 Liter / Menit 33 % - 36 %
5 Liter / Menit 37 % - 40 %
6 Liter / Menit 41 % - 44 %
Rebreathing Mask 6 – 10 Liter / Menit 35 % - 60 %
NonRebreathing Mask 6 Liter / Menit 60 %
7 Liter / Menit 70 %
8 Liter / Menit 80 %
9 Liter / Menit 90 %
10 - 15 Liter / Menit 95 % - 100 %
ALAT UNTUK
PEMBERIAN OKSIGEN
ALAT UNTUK
PEMBERIAN OKSIGEN
VENTILASI

Ventilasi Buatan (Control Ventilation)

Ventilasi Bantuan (Assisted Ventilation)


PEMBERIAN
VENTILASI
PEMBERIAN
VENTILASI
Kondisi Tidak Membaik

WASPADA Lakukan
TRAUMA pemeriksaan
THORAX fisik
PEMERIKSAAN
FISIK
• Frekuensi, Ritme,
Inspeksi • Kesimetrisan dinding dada
pengembangan
• Vesikuler
Auskultasi • Ronkhi, Rales

• Sonor / Hipersonor / Redup


Perkusi

• Krepitasi
Palpasi • Nyeri

Anda mungkin juga menyukai