• Tidak cukup percaya kepada Allah yang satu, sebab Iblis juga
percaya dan gemetar.
• Logos memiliki tabiat yang sama dengan Allah, oleh karena itu
dapat dikatakan Ia satu dengan Allah, tetapi karena Ia keluar
dari Allah Bapa, maka Ia lebih rendah dari Allah Bapa.
• Dalam pemikiran Origenes, Yesus selaku Firman adalah Theos
Deuteros (Allah berderajat/berpangkat dua).
Pemikiran Unitarianisme Origenes
• Roh Kudus, dipandang sebagai Zat yang
ada pada Allah atau Roh Kudus
merupakan pangkat ketiga dalam Zat
Allah.
• Pengaruh ajaran Arius tersebut dapat kita lihat dari ajaran Saksi
Yehovah, dan pemikiran/ajaran tauhid dalam agama Islam.
Ajaran Saksi Yehova
• Saksi Yehova, yang mengajarkan bahwa Allah Bapa dan Putera
Allah (Yesus Kristus) adalah dua pribadi dan Roh yang secara
hakiki berbeda dan terpisah satu sama lain. Allah Bapa, Jehova,
sang Pencipta, lebih tinggi dari sang Putera. Yesus Kristus adalah
Saksi dan Pelayan utama dari Jehova.
• Pada suatu ketika Allah berada sendirian, tetapi setelah memulai
penciptaan, Allah mengeluarkan seorang Putera. Dengan demikian sang
Putera itu mempunyai keberadaan pra-manusia sebelum kelahiran-Nya di
dunia dan merupakan “permulaan dari penciptaan oleh Allah” Sang Putera
itu dinamakan “Mikhael atau Logos” (“Firman”) ketika masih dalam
keadaan tidak fana, lalu dinamakan Yesus selama Ia melawat dunia.
Teologi Islam
• Teologi Islam yang menolak ketuhanan Yesus. Yesus yang disebut
Isa Almasih yang walau pun bisa membuat mukjizat termasuk
membangkitkan orang mati dan menciptakan burung dari tanah
liat, Ia hanya nabi bukan Tuhan.
• Allah yang esa dan sama itu setelah kematian dan kebangkitan
Yesus pada hari Pentakosta menyatakan diri-Nya sebagai Roh
Kudus.
• Dengan pola pemikiran modalisme tersebut, Sabellius memang berhasil
mempertahankan keesaan Allah tetapi pada sisi lain mengorbankan segi
pluralitas Allah (Turner 1977, 220).
Pemikiran Unitarianisme Sabellius
Konsep “tritunggal” menurut Sabellius sebenarnya tidak lebih sebagai
proses urut-urutan cara penampakan Allah yang esa dalam berbagai
momen sejarah.
• Pengajaran unitarisme atau monarkhianisme disebut dengan
modalistik-monarkhianisme (Allah yang esa menampakkan diri-Nya
dalam tiga rupa atau wujud) (Erickson 1991, 49).