Pemicu 3 Etika
Pemicu 3 Etika
• Kulit pucat
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Perubahan Setelah Mati
Perubahan Lanjut
Perubahan Dini
(Tanda Pasti Kematian)
mumifikasi
Kaku mayat (rigor mortis)
Adipocere
Penurunan suhu (algor
mortis) maserasi
Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan Ilmu Forensik Dalam Penegakan Hukum: Sebuah Pengantar. Jakarta; 2008.
Lebam mayat (Livor mortis)
• Setelah kematian klinis peredaran darah berhenti stagnasi eritrosit
menempati tempat terbawah akibat gravitasi mengisi vena dan venula bercak
merah ungu pada bagian terbawah tubuh kecuali yg tertekan
• Mulai 20-30 menit pasca mati, menetap setelah 8-12 jam
• Lebam bisa memucat / hilang posisi mayat diubah dan pd penekanan > cepat
pada 6 jam pertama setelah mati klinis
• Merah terang keracunan CO atau CN
• Chocolate brown keracunan Nitro Benzena / Potassium Chlorat
• Kebiruan akibat asphyxia
• Merah terang / pink jenasah yang disimpan dalam kamar pendingin
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Kaku mayat (rigor mortis)
• Menunjukkan tanda pasti kematian dan perkiraan kematian
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Keadaan yg Mirip Dengan Rigor Mortis
Heat stiffening
• Terjadi karena koagulasi protein otot akibat suhu yang tinggi
• Otot yang telah menjadi kaku akibat heat stiffening ini tidak dapat mengalami rigor
mortis
Freezing (cold stiffening)
• Kaku sendi yg disebabkan oleh cairan synovial membeku
• Bila sendi tersebut digerakkan, terdengar crepitasi
Cadaveric spasm (Instantenous Rigor)
• Yaitu kontraksi otot terus-terusan dan kuat sebelum mati. Akibat habisnya glikogen & ATP
setempat karena kelelahan atau emosi hebat sebelum meninggal
13
Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
• Terjadi karena proses pemindahan panasa dari suatu benda ke benda yang lebih
dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi, dan konveksi
• Kecepatan dipengaruhi suhu keliling, aliran dan kelembaban, bentuk tubuh,
posisi tubuh, pakaian, keadaan tubuh korban, aktifitas, sebab kematian
• Untuk perhitungan perkiraan saat kematian
• Rumus : 98,40 F – suhu rectal jenasah (0F)1,50F
Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Perubahan pasca kematian
• Pembusukan (decomposition, putrefaction)
• Proses degradasi jaringan yg terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri
• Autolisis perlunakan dan pencairan jaringan yg terjadi dalam keadaan steril. Timbul
akibat kerja digestif oleh enzim yg dilepaskan sel pascamati dan hanya dapat dicegah
dengan pembekuan jaringan.
• Bakteri normal dari usus (Clostridium welchii), segera masuk ke jaringan darah
sebagai media terbaik terbentuk gas-gas alkana, H2s, HCN, asam amino serta asam
lemak
• Baru tampak 24 jam pasca mati, berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah
disebabkan terbentuknya sulf-met-hemoglobin menyebar ke seluruh perut dan dada
bau busuk mulai tercium. PD bawah kulit tampak seperti melebar dan berwarna hijau
kehitaman
• Tanda-tanda yg ditemukan:
• Rambut menjadi mudah dicabut, kuku mudah terlepas
• Wajah menggembung dan berwarna ungu kehijauan
• Kelopak mata membengkak
• Pipi tembem, bibir tebal
• Lidah membengkak dan sering terjulur diantara gigi
• Luka akibat hewan pengerat khas berupa lubang-lubang dangkal dengan
tepi bergerigi
• Interpretasi dari penemuan larva lalat:
• Kumpulan telur lalat menetas menjadi larva dalam waktu 24 jam
• Dijumpai telur lalat setelah pembentukan gas pembusukan nyata 36-48 jam pasca mati. (di
tempat yang bersih)
• Identifikasi spesies lalat dan panjang larva dapat memperkirakan saat kematian (dgn
asumsi, lalat langsung meletakan telurnya setelah seseorang meninggal dan tidak lagi dapat
mengusir lalat yg hinggap)
• Pembentukan gas dalam tubuh
• dimulai di lambung dan usus tegangnya perut keluarnya cairan kemerahan dari mulut dan
hidung.
• Pembentukan gas terabanya derik (krepitasi)
• Pembengkakan yg menyeluruh dan terbesar terdapat pada daerah dengan jaringan longgar
(skortum dan payudara)
• Terkumpul dalam rongga sendi kedua lengan dan tungkai dalam sikap setengah fleksi
pugilistic attitude
• Prostat dan uterus non gravid merupakan organ padat yg paling lama bertahan dalam pembusukkan.
• Faktor yg mempercepat pembusukkan
• Suhu keliling optimal (26.5 oC)
• Kelembaban dan udara yg cukup
• Banyak bakteri pembusuk
• Tubuh gemuk atau menderita penyakit infeksi dan sepsis
• Mayat yg terdapat di udara. Perbandingan kecepatan pembusukkan mayat di dalam tanah : air : udara = 1:2:8.
• Bayi baru lahir, lebih lama membusuk, karena:
• Hanya memiliki sedikit bakteri dalam tubuhnya
• Hilangnya panas tubuh yang cepat pada bayi menghambat pertumbuhan bakteri
Knight’s Forensic Pathology 4th ed
• Adiposera (lilin mayat)
• Terbentuknya bahan yg berwarna keputihan, lunak atau berminyak, berbau tengik yg terjadi di dalam
jaringan lunak tubuh pasca mati
• Hidrolisis membentuk asam lemak tak jenuh hidrogenisasi asam lemak jenuh pasca mati yg
bercampur dgn sisa-sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf yg termumifikasi dan kristal2 sferis
gambaran yg radial
• Terbentuk disembarang lemak tubuh, bagian superficial yg terlebih dahulu.
• Perubahan adiposera berbentuk bercak di daerah: pipi, payudara, bokong, ekstremitas.
• Membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan hingga bertahun-tahun.
• Faktor yg mempercepat:
• Kelembaban tinggi
• Lemak tubuh yg cukup
• Suhu rendah
• Invasi bakteri endogen ke dalam jaringan
• Faktor yg menghambat:
• Air yg mengalir membuang elektrolit
• Udara hangat / panas
Knight’s Forensic Pathology 4th ed
• Mumifikasi
• Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yg cukup cepat pengeringan jaringan
menghentikan pembusukan.
• Jaringan berubah menjadi: keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput, tidak membusuk (o.k
kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan yg kering.
• Dapat terjadi bila:
• Suhu hangat
• Kelembaban rendah tidak terjadi di indonesia dgn suhu yg lembab
• Aliran udara yg baik
• Tubuh yg dehidrasi dan waktu yg lama (12-14 minggu)
Negative False
• Racun sudah dimetabolisme atau diekskresi
• Racun hilang/rusak karena perubahan pasca mati
• Tidak dapat ditentukan dengan metode yang dipakai
• Racun tidak ditemukan di dalam sample
• Dugaan racun yang salah sehingga tidak tercakup dalam pemeriksaan toksikologi
Narkotika
• Narkotika adalah zat atau obat yg berasal dari tanaman/bkn tanaman baik sintetis
maupun semisintetis, yg dpt menyebabkan penurunan/perubahan kesadaran, hilang
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,dan dpt menimbulkan
ketergantungan.
UU NO 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA
Golongan I Yaitu narkotika yg hanya dpt digunakan untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan dan tdk digunakan u/ terapi serta punya potensi tinggi
timbulnya ketergantungan
Contoh: heroin, kokain dan ganja
Golongan III Yaitu narkotika berkhasiat pengobatan dan bnyk digunakan u/ terapi dan
pengembangan ilmu serta potensi ringan menimbulkan ketergantungan.
Contoh: kodein
Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum: sebuah pengantar. Jakarta; 2008.
Tanda dan Gejala Keracunan Narkoba
• Mula2 eksitasi ssp kemudian disusul o/narkosis (mabuk)
• Penderita merasa mengantuk sampai koma
• Relaksasi otot2 shg lidah dptmenutupi saluran nafas
• Nadi kecil dan lemah
• Pernafasan sukar, irreguler, pernafasan dangkal-lambat dan dpt tjd pernafasan
cheyne stokes (pernafasan periodik antara apnea dan hiperapnea)
• Suhu badan turun, muka pucat, pupil pin point dan akan melebar bila tjd anoksia.
• TD turun hingga syok
Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum: sebuah pengantar. Jakarta;
Pemeriksaan Keracunan Narkoba
KORBAN HIDUP KORBAN MATI
Yg menunjukkan gejala keracunan PEMERIKSAAN LUAR:
narkotika, perlu dilakukan • Bekas2 suntikan pada daerah lipat siku, punggung tangan, leher, sekitar puting
pengambilan darah dan urin untuk susu, dan pada daerah pembuluh nadi mudah dilihat
pemeriksaan lab. • Klu korban menggunakan cara sniffing dpt ditemukan perforasi septum nasi
Apabila pemeriksaan lab • Pembesaran KGB terutama sekitar ketiak
menunjukkan adanya narkotika • Adanya lepuh kulit (skin blister) klu narkotika dlm jumlah besar.
maka kita wajib melaporkannya • Tanda2 mati lemas spt keluar busa halus putih dr hidung dan mulut, bntik2
kepada pihak berwenang pendarahan pada mata
(pasal 48 UU Narkotika 1976) PEMERIKSAAN DALAM:
• Pembengkakan paru dan pembendungan yg ditandai tanda asfiksia dan didptkan
paru tanpak mengembang disertai ada titik pendarahan (narcotic lungs), sebagian
tampak pucat (emfisem), sbgian tampak gelap (ateletaksis), dan paru2 jadi berat.
• Dpt tjd hepatitis hati
• Pembesaran KGB sekitar hati, empedu, dan kelenjar ludah perut.
• Tanda peradangan alat dalam lain
Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum: sebuah pengantar. Jakarta;
Pemeriksaan Lab Narkoba
• Sample biologis ambil dr tubuh korban : urin, cairan empedu, 5-10cm daerah
tempat suntikan, dan darah korban, klu korban menggunakan cara sniffing maka
lendir dari hidung juga diambil.
• UJI NALORFIN : dgn 3mg nalorfin subkutan akan memperlihatkan midriasis dan gejala
putus obat.
• KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (TLC) atau cara lain KROMATOGRAFI GAS (GLC)
• UJI MARQUIS: Reagen 3ml as sulfat pekat + 2tetes formaldehida 40% akan
menghasilkan pada morfin,heroin dan kodein + marquis = ungu, dan pada pethidine +
marquis = jingga.
• TES MIKROKRISTAL
10 Tidak ada
10-20 Rasa berat di kening, mungkin sakit kepala
• ringan, pelebaran PD subkutan, dispneu, gg.
Gas CO tidak berwarna, tidak berbau, Koordinasi
dan tidak merangsang selaput lendir, 20-30 Sakit kepala, berdenyut pada pelipis, emosional
dan mudah menyebar 30-40 Sakit kepala keras, lemah, pusing, penglihatan
• Sumber : motor menggunakan buram, mual muntah, kollaps
bensin, gas arang batu, alat pemanas 40-50 Sama dengan diatas tetapi kemungkinan
kollaps/sinkop > besar, pernafasan dan nadi
bahan bakar gas, cerobong asap yg meningkat, ataksia
terganggu fungsinya, kebakaran, dan 50-60 Sinkop, pernafasan dan nadi meningkat, koma dg
asap tembakau dalam orofaring kejang interminten, pernafasan cheyne stokes
60-70 Koma dg kejang, depresi pernafasan dan jantung,
mungkin mati
70-80 Nadi lemah, nafas lambat, gagal nafas dan mati
Pemeriksaan Forensik
• Pada korban hidup diagnosa cukup dengan anamnesis adanya kontak dan
ditemukannya gejala keracunan CO
• Pada korban yg mati tidak lama setelah keracunan CO ditemukan lebam mayat
warna merah muda terang ( Cherry pink colour) bila kadar COHb mencapai 30%/
lebih
• Cara membedakannya :
• Pada mayat didinginkan dan keracunan CN penampang ototnya warnanya biasa tidak
merah terang dan pada mayat didinginkan warnanya tidak merata ada daerah yg
keunguan
• Pada CO jaringan otot, viscera, dan darah juga berwarna merah terang dan pada otak
besar dapat ditemukan petechie di substansia alba bila korban dapat bertahan hidup >
0.5 jam
Keracunan sianida (CN)
• Racun yg sangat toksik karena dosis kecil cukup menimbulkan kematian
• Sering terjadi pada kasus bunuh diri dan pembunuhan
• Ada hidrogen sianida, garam sianida, dan cyanogen
• HCN cairan jernih, sifatnya asam, larut dalam air, alkohol, dan eter, punya aroma khas
bitter almond
• Garam sianida biasa dipakai dalam proses pengerasan besi dan baja serta
penyepuhan emas dan perak
• Cyanogen dipakai dalam sintesis kimiawi
• Korban biasanya meninggal karena hipoksia tetapi darahnya kaya akan oksigen
karena CN menghambat pelepasan O2 ke jaringan
• Takaran toksik peroral HCN adalah 60-90 mg dan untuk KCN atau NACN adalah
200 mg
• Kadar gas sianida dalam udara lingkungan dan lama inhalasi dengan kecepatan
timbulnya gejala keracunan
20 ppm Gejala ringan timbul setelah beberapa
jam