Anda di halaman 1dari 63

PEMICU 3

HEBOH SAAT DUGEM


Kelompok 4
Blok Etika & Hukum Kedokteran dan Forensik
Tutor: dr. Norbert
Ketua : Denise Elycia 405150001
Sekretaris : Belinda Sentosa 405150079
Penulis : Mudita Dewi 405150016
Anggota : Like Splendya 405140010
Sopaka Udakadharma 405140068
Petrus Mario Tromp 405140097
Cliffian Hosanna 405150022
Anastasia Claudya 405150025
Merlyn Priscilla 405150044
Sherly Puspitasari 405150064
Ario Lukas 405150072
Monica Pramana 405150106
Pemicu 3: Heboh saat Dugem
Seorang laki-laki berusia 30 tahun dibawa ke UGD RS terdekat dengan keluhan mendadak kejang saat sedang
berada di diskotik. Saat diperiksa oleh dokter, ia sudah tidak bernafas, denyut nadi tidak teraba, detak jantung
tidak terdengar, dan refleks pupil negatif.
Menurut keterangan teman perempuannya, mereka saat itu sedang dugem dan korban mengonsumsi beberapa
pil dengan minuman keras. Setelah itu, beberapa menit saat sedang berjoget, korban mendadak roboh dan
kejang-kejang. Temannya mengaku panic dan meminta pertolongan sehingga korban segera dibawa ke RS.
Dokter kemudian melapor ke polisi dan memeriksa ulang korban. Hasil pemeriksaan ulang menunjukkan pada
punggung bagian atas di antara kedua tulang belikat terdapat lebam mayat berwarna merah terang, kaku
mayat terdapat pada jari-jari tangan dan kaki. Seluruh tubuh tidak ditemukan luka-luka.
Keluarga korban dating dan dokter menanyakan apakah korban menderita suatu penyakit, namun disangkal
oleh keluarga. Keluarga menanyakan penyebab kematian korban dan meminta surat keterangan kematian.
Polisi kemudian dating dan meminta keterangan kepada dokter.

Apa yang dapat Saudara pelajari dari pemicu di atas?


Learning Issues
1. Menjelaskan tentang Kriteria Kematian
2. Menjelaskan tentang tanda kematian
3. Menjelaskan tentang mekanisme, cara, penyebab, dan perkiraan waktu
kematian
4. Menjelaskan tentang Kematian mendadak
5. Menjelaskan tentang surat keterangan kematian
6. Analisa Kasus
KRITERIA KEMATIAN
Istilah mati
Mati somatis (mati klinis)
• Terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, sistem
kardiovaskular dan sistem pernapasan yang menetap
Mati suri (apparent death)
• Terhentinya ketiga sistem kehidupan ditentukan hanya dengan panca indera tanpa bantuan
peralatan.
• Biasa pada kasus keracunan obat tidur
Mati serebral (vegetative state)
• Kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan
kedua sistem lainnya masih berfungsi tanpa bantuan alat
Mati batang otak
• Kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang ireversibel, termasuk batang otak dan
serebelum. Sistem penunjang kehidupan menggunakan bantuan alat.
Mati seluler (mati molekuler)
• Kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis
• Susunan saraf pusat 4 menit
• Otot masih dapat dirangsang listrik kira-kira 2 jam pasca mati, dan mengalami mati
seluler setelah 4 jam
• Dilatasi pupil (msh tjd pd pemberian adrenalin atau sulfas atropin)
• Miosis hingga 20 jam pascamati (pemberian pilokarpin atau fisostigmin)
• Kulit masih berkeringat lebih dari 8 jam pasca mati (pemberian pilokarpin)
• Spermatozoa masih bertahan hidup beberapa hari dalam epididimis
• Kornea dan darah masih dapat digunakan sampai 6 jam pasca mati
TANDA-TANDA
KEMATIAN
Tanda Kematian Tidak Pasti
• Pernafasan berhenti, dinilai selama >10 menit

• Terhentinya sirkulasi, nadi karotis tidak teraba. Paling lama 1 menit.

• Kulit pucat

• Tonus otot menghilang dan relaksasi

• Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit


setelah kemarian
• Pengeringan kornea  keruh dalam waktu 10 menit yang masih
dapat dihilangkan dengan air

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Perubahan Setelah Mati
Perubahan Lanjut
Perubahan Dini
(Tanda Pasti Kematian)

Lebam mayat (livor mortis) Pembusukan

mumifikasi
Kaku mayat (rigor mortis)
Adipocere
Penurunan suhu (algor
mortis) maserasi

Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan Ilmu Forensik Dalam Penegakan Hukum: Sebuah Pengantar. Jakarta; 2008.
Lebam mayat (Livor mortis)
• Setelah kematian klinis peredaran darah berhenti  stagnasi  eritrosit
menempati tempat terbawah akibat gravitasi  mengisi vena dan venula  bercak
merah ungu pada bagian terbawah tubuh kecuali yg tertekan
• Mulai 20-30 menit pasca mati, menetap setelah 8-12 jam
• Lebam bisa memucat / hilang posisi mayat diubah dan pd penekanan  > cepat
pada 6 jam pertama setelah mati klinis
• Merah terang  keracunan CO atau CN
• Chocolate brown  keracunan Nitro Benzena / Potassium Chlorat
• Kebiruan  akibat asphyxia
• Merah terang / pink  jenasah yang disimpan dalam kamar pendingin

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Kaku mayat (rigor mortis)
• Menunjukkan tanda pasti kematian dan perkiraan kematian

• Dibuktikan dengan memeriksa persendian

• Mati  cadangan glikogen habis  energi tidak terbentuk  aktin


miosin menggumpal  otot kaku
• Mulai tampak 2 jam pasca mati (dimulai dari otot kecil ke otot
besar) lengkap setelah 12 jam  dipertahankan selama 12 jam 
menghilang
• Faktor yg mempercepat  aktivitas fisik sebelum mati, suhu tubuh
yang tinggi, kurus, suhu lingkungan tinggi

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Keadaan yg Mirip Dengan Rigor Mortis
Heat stiffening
• Terjadi karena koagulasi protein otot akibat suhu yang tinggi
• Otot yang telah menjadi kaku akibat heat stiffening ini tidak dapat mengalami rigor
mortis
Freezing (cold stiffening)
• Kaku sendi yg disebabkan oleh cairan synovial membeku
• Bila sendi tersebut digerakkan, terdengar crepitasi
Cadaveric spasm (Instantenous Rigor)
• Yaitu kontraksi otot terus-terusan dan kuat sebelum mati. Akibat habisnya glikogen & ATP
setempat karena kelelahan atau emosi hebat sebelum meninggal
13
Penurunan suhu tubuh (algor mortis)
• Terjadi karena proses pemindahan panasa dari suatu benda ke benda yang lebih
dingin, melalui cara radiasi, konduksi, evaporasi, dan konveksi
• Kecepatan dipengaruhi  suhu keliling, aliran dan kelembaban, bentuk tubuh,
posisi tubuh, pakaian, keadaan tubuh korban, aktifitas, sebab kematian
• Untuk perhitungan perkiraan saat kematian
• Rumus : 98,40 F – suhu rectal jenasah (0F)1,50F

Bagian Kedokteran Forensik FK Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 1997.
Perubahan pasca kematian
• Pembusukan (decomposition, putrefaction)
• Proses degradasi jaringan yg terjadi akibat autolisis dan kerja bakteri
• Autolisis perlunakan dan pencairan jaringan yg terjadi dalam keadaan steril. Timbul
akibat kerja digestif oleh enzim yg dilepaskan sel pascamati dan hanya dapat dicegah
dengan pembekuan jaringan.
• Bakteri normal dari usus (Clostridium welchii), segera masuk ke jaringan  darah
sebagai media terbaik terbentuk gas-gas alkana, H2s, HCN, asam amino serta asam
lemak
• Baru tampak 24 jam pasca mati, berupa warna kehijauan pada perut kanan bawah 
disebabkan terbentuknya sulf-met-hemoglobin  menyebar ke seluruh perut dan dada
 bau busuk mulai tercium. PD bawah kulit tampak seperti melebar dan berwarna hijau
kehitaman
• Tanda-tanda yg ditemukan:
• Rambut menjadi mudah dicabut, kuku mudah terlepas
• Wajah menggembung dan berwarna ungu kehijauan
• Kelopak mata membengkak
• Pipi tembem, bibir tebal
• Lidah membengkak dan sering terjulur diantara gigi
• Luka akibat hewan pengerat  khas berupa lubang-lubang dangkal dengan
tepi bergerigi
• Interpretasi dari penemuan larva lalat:
• Kumpulan telur lalat menetas menjadi larva dalam waktu 24 jam
• Dijumpai telur lalat setelah pembentukan gas pembusukan nyata 36-48 jam pasca mati. (di
tempat yang bersih)
• Identifikasi spesies lalat dan panjang larva  dapat memperkirakan saat kematian (dgn
asumsi, lalat langsung meletakan telurnya setelah seseorang meninggal dan tidak lagi dapat
mengusir lalat yg hinggap)
• Pembentukan gas dalam tubuh
• dimulai di lambung dan usus  tegangnya perut  keluarnya cairan kemerahan dari mulut dan
hidung.
• Pembentukan gas  terabanya derik (krepitasi)
• Pembengkakan yg menyeluruh dan terbesar terdapat pada daerah dengan jaringan longgar
(skortum dan payudara)
• Terkumpul dalam rongga sendi  kedua lengan dan tungkai dalam sikap setengah fleksi 
pugilistic attitude
• Prostat dan uterus non gravid merupakan organ padat yg paling lama bertahan dalam pembusukkan.
• Faktor yg mempercepat pembusukkan
• Suhu keliling optimal (26.5 oC)
• Kelembaban dan udara yg cukup
• Banyak bakteri pembusuk
• Tubuh gemuk atau menderita penyakit infeksi dan sepsis
• Mayat yg terdapat di udara. Perbandingan kecepatan pembusukkan mayat di dalam tanah : air : udara = 1:2:8.
• Bayi baru lahir, lebih lama membusuk, karena:
• Hanya memiliki sedikit bakteri dalam tubuhnya
• Hilangnya panas tubuh yang cepat pada bayi  menghambat pertumbuhan bakteri
Knight’s Forensic Pathology 4th ed
• Adiposera (lilin mayat)
• Terbentuknya bahan yg berwarna keputihan, lunak atau berminyak, berbau tengik yg terjadi di dalam
jaringan lunak tubuh pasca mati
• Hidrolisis  membentuk asam lemak tak jenuh  hidrogenisasi  asam lemak jenuh pasca mati yg
bercampur dgn sisa-sisa otot, jaringan ikat, jaringan saraf yg termumifikasi dan kristal2 sferis 
gambaran yg radial
• Terbentuk disembarang lemak tubuh, bagian superficial yg terlebih dahulu.
• Perubahan adiposera berbentuk bercak di daerah: pipi, payudara, bokong, ekstremitas.
• Membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan hingga bertahun-tahun.
• Faktor yg mempercepat:
• Kelembaban tinggi
• Lemak tubuh yg cukup
• Suhu rendah
• Invasi bakteri endogen ke dalam jaringan
• Faktor yg menghambat:
• Air yg mengalir  membuang elektrolit
• Udara hangat / panas
Knight’s Forensic Pathology 4th ed
• Mumifikasi
• Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yg cukup cepat  pengeringan jaringan 
menghentikan pembusukan.
• Jaringan berubah menjadi: keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput, tidak membusuk (o.k
kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan yg kering.
• Dapat terjadi bila:
• Suhu hangat
• Kelembaban rendah  tidak terjadi di indonesia dgn suhu yg lembab
• Aliran udara yg baik
• Tubuh yg dehidrasi dan waktu yg lama (12-14 minggu)

Knight’s Forensic Pathology 4th ed


MEKANISME, SEBAB, CARA KEMATIAN
PERKIRAAN WAKTU KEMATIAN
Mekanisme, Sebab, dan Cara Kematian
• Mekanisme kematian  suatu keadaan fisio – patologis yang tidak cocok
( kompatibel) dgn kehidupan, yang disebabkan oleh sebab kematian, misalnya
pendarahan, septicemia, asfiksia, fibrilasi jantung, atau aritmia jantung
• Sebab kematian  setiap cedera, luka atau penyakit yang mengakibatkan
rangkaian gangguan fisiologis tubuh yang berakhir kematian, misalnya luka
tembak di kepala, luka tusuk di dada, penyakit aterosklerotik coroner ataupun TB
paru
• Mekanisme kematian diakibatkan oleh sebab kematian
• Pada kedokteran forensic  sebab di taruh di depan mekanisme kematian
• Cara kematian  Kejadian yg menimbulkan penyebab kematian
Cara Kematian
• 3 cara kematian
• Wajar  kematian karena penyakit yang terdiagnosa
• Tidak wajar  bunuh diri, pembunuhan atau kecelakaan
• Tidak dapat ditentukan

• Penentuan kematian membutuhkan data yg lengkap & adekuat, dari kesaksian,


pemeriksaan TKP, pem mayat
• Pada mayat yg membusuk, cara kematian kadang tdk dapat dipastikan/ditentukan
• Di Indonesia disepakati bahwa dr forensik tdk berkewajiban u/ menetukan cara kematian,
meskipun dapat memberikan petunjuk tentang perkiraan cara kematian korban
• Penetuan cara kematian merupakan kewenangan polisi penyidik tingkat penyidikan/hakim
tinglat persidangan
MENENTUKAN SEBAB KEMATIAN
• Perlu dilakukan pemeriksaan bedah mayat atau otopsi (autopsy)
dengan atau tanpa pemeriksaan tambahan seperti pemeriksaan
mikroskopis, toksigologi, bakteriologis dan lain-lain
• Dapat diketauhi juga dari sifat luka, lokasi serta derajad berat
ringannya kerusakan korban
• Bedakan antara sebab kematian dan mekanisme kematian
WAKTU PERKIRAAN KEMATIAN
1. PERUBAHAN MATA
- Bila mata terbuka pada
atmosfer yang kering :
konjungtiva di kiri-kanan
kornea akan berwarna
kecokelatan dalam bbrapa
jam berbentuk segitiga
dengan dasar di tepi kornea.
- Dapat hilang jika ditetes
dengan air, tapi jika > 6 jam
keruhan sudah menetap.
- 30 menit pasca mati  tampak kekeruhan macula dan mulai mucatnya
diskus optikus.
- 1 jam pasca mati  macula lebih pucat dan tepinya tidak tajam lagi.
- 2 jam pertama pasca mati  retina pucat dan daerah sekitar diskus menjdi
kuning. Pola vascular koroid tampak bercak2 dengan latar belakang merah
dengan pola segmentasi yang jelas.
- 3 jam  menjdi kabur
- 5 jam  homogen dan lebih pucat
- 6 jam  batas diskus kabur dan hanya pembuluh2 besar yang mengalami
segmentasi yang dapat dilihat dengan latar belakang kuning-kelabu.
- 15 jam  tidak ada pembuluh darah retina dan diskus, hanya macula saja
yang tampak berwarna cokelat gelap.
2. Perubahan dalam lambung
- Kecepatan pengosongan lambung sangat bervariasi  tidak dapat digunakan untuk mmberikan petunjuk
pasti.
3. Perubahan rambut
- Panjang rambut kumis dan jenggot dapat dipergunakan untuk mmperkirakan saat kematian  hanya
dapat digunakan untuk pria yang mmpunyai kbiasaan mencukur kumis atau jenggitnya dan dikeathui saat
terakhir mencukur*
4. Pertumbuhan kuku
- Hanya digunakan jika diketahui ps terakhir gunting kuku**
5. Perubahan dalam cairan CS
- Kadar nitrogen as. Amino < 14 mg% mnnjukkan kematian belum lewat 10 jam.
- Kadar nitrogen non protein < 80 mg% mnjukkan kematian belum lewat 24 jam.
- Kadar keratin < 5 mg% dan 10 mg% masing2 mnjukkan belum 10 jam dan 30 jam.
6. Cairan vitreus
- terjadi peningkatan kadar kalium yang cukup akurat u/ mmperkirakan saat kematian antara 24 hingga 100
jam pasca mati.
TOKSIKOLOGI
FORENSIK
• Pada orang hidup
Pengambilan Sampel • Secepatnya
• Jenis dan jumlah tergantung dugaan racun dan
• Pada orang mati cara masuknya
• Seperti pada orang hidup
• Secara umum: seluruh urin, seluruh
• Sebagian jaringan organ: muntahan/bilas lambung , 20-50cc darah
• Dugaan insektisida  hati 100 g • Curiga logam berat  tambahkan rambut dan
• Dugaan morfin  seluruh empedu tinja
• Dugaan Na nitrit  darah diencerkan 1:5 • Dikemas terpisah tanpa pengawet, dimasukkan
u/ pemeriksaan metHb ke kotak tertutup dan dilabel
• Disertakan hasil autopsi • Sertakan bahan temuan di TKP sbg pembanding
• Mayat dari kuburan • Dibuatkan berita acara dan keterangan klinik.
• Organ tertentu dan isi lambung Kirim ke Lab terdekat segera
• Tanah di bawah lambung • Jika pengiriman butuh waktu lama  darah
• Tanah sekitar makam sebagai diawetkan dengan NaF, urin dengan Na
pembanding benzoat, dan organ dengan alkohol absolut
• Contoh pengawet disertakan sbg pembanding
• Bila jumlah zat tidak dapat ditentukan, kematian karena racun dapat diduga dari:
• Mati mendadak/mati tanpa sebab jelas
• Anamnesis: kontak dengan zat yang dicurigai
• Gejala sesuai racun yg dipakai
• Orang-orang yang berhubungan dengan obat/racun
• Lebih dari 1 orang mati dengan gejala hampir sama & sesuai
• Tidak ada trauma, dugaan bunuh diri, dll

Negative False
• Racun sudah dimetabolisme atau diekskresi
• Racun hilang/rusak karena perubahan pasca mati
• Tidak dapat ditentukan dengan metode yang dipakai
• Racun tidak ditemukan di dalam sample
• Dugaan racun yang salah sehingga tidak tercakup dalam pemeriksaan toksikologi
Narkotika
• Narkotika adalah zat atau obat yg berasal dari tanaman/bkn tanaman baik sintetis
maupun semisintetis, yg dpt menyebabkan penurunan/perubahan kesadaran, hilang
rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri,dan dpt menimbulkan
ketergantungan.
UU NO 22 TAHUN 1997 TENTANG NARKOTIKA
Golongan I Yaitu narkotika yg hanya dpt digunakan untuk tujuan pengembangan
ilmu pengetahuan dan tdk digunakan u/ terapi serta punya potensi tinggi
timbulnya ketergantungan
Contoh: heroin, kokain dan ganja

Golongan II Yaitu narkotika yg berkhasiat pengobatan, digunakan sbg pilihan


terakhir dan dpt digunakan sbg terapi dan pengembangan ilmu dan
punya potensi tinggi timbulnya ketergantungan
Contoh: morfin, petidin, dan derivatnya

Golongan III Yaitu narkotika berkhasiat pengobatan dan bnyk digunakan u/ terapi dan
pengembangan ilmu serta potensi ringan menimbulkan ketergantungan.
Contoh: kodein

Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum: sebuah pengantar. Jakarta; 2008.
Tanda dan Gejala Keracunan Narkoba
• Mula2 eksitasi ssp kemudian disusul o/narkosis (mabuk)
• Penderita merasa mengantuk sampai koma
• Relaksasi otot2 shg lidah dptmenutupi saluran nafas
• Nadi kecil dan lemah
• Pernafasan sukar, irreguler, pernafasan dangkal-lambat dan dpt tjd pernafasan
cheyne stokes (pernafasan periodik antara apnea dan hiperapnea)
• Suhu badan turun, muka pucat, pupil pin point dan akan melebar bila tjd anoksia.
• TD turun hingga syok

Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum: sebuah pengantar. Jakarta;
Pemeriksaan Keracunan Narkoba
KORBAN HIDUP KORBAN MATI
Yg menunjukkan gejala keracunan PEMERIKSAAN LUAR:
narkotika, perlu dilakukan • Bekas2 suntikan pada daerah lipat siku, punggung tangan, leher, sekitar puting
pengambilan darah dan urin untuk susu, dan pada daerah pembuluh nadi mudah dilihat
pemeriksaan lab. • Klu korban menggunakan cara sniffing dpt ditemukan perforasi septum nasi
Apabila pemeriksaan lab • Pembesaran KGB terutama sekitar ketiak
menunjukkan adanya narkotika • Adanya lepuh kulit (skin blister) klu narkotika dlm jumlah besar.
maka kita wajib melaporkannya • Tanda2 mati lemas spt keluar busa halus putih dr hidung dan mulut, bntik2
kepada pihak berwenang pendarahan pada mata
(pasal 48 UU Narkotika 1976) PEMERIKSAAN DALAM:
• Pembengkakan paru dan pembendungan yg ditandai tanda asfiksia dan didptkan
paru tanpak mengembang disertai ada titik pendarahan (narcotic lungs), sebagian
tampak pucat (emfisem), sbgian tampak gelap (ateletaksis), dan paru2 jadi berat.
• Dpt tjd hepatitis hati
• Pembesaran KGB sekitar hati, empedu, dan kelenjar ludah perut.
• Tanda peradangan alat dalam lain

Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum: sebuah pengantar. Jakarta;
Pemeriksaan Lab Narkoba
• Sample biologis ambil dr tubuh korban : urin, cairan empedu, 5-10cm daerah
tempat suntikan, dan darah korban, klu korban menggunakan cara sniffing maka
lendir dari hidung juga diambil.
• UJI NALORFIN : dgn 3mg nalorfin subkutan akan memperlihatkan midriasis dan gejala
putus obat.
• KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (TLC) atau cara lain KROMATOGRAFI GAS (GLC)
• UJI MARQUIS: Reagen 3ml as sulfat pekat + 2tetes formaldehida 40% akan
menghasilkan pada morfin,heroin dan kodein + marquis = ungu, dan pada pethidine +
marquis = jingga.
• TES MIKROKRISTAL

Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan ilmu forensik dalam


penegakan hukum: sebuah pengantar. Jakarta; 2008.
KERACUNAN CO % saturasi
COHb
Gejala-gejala

10 Tidak ada
10-20 Rasa berat di kening, mungkin sakit kepala
• ringan, pelebaran PD subkutan, dispneu, gg.
Gas CO tidak berwarna, tidak berbau, Koordinasi
dan tidak merangsang selaput lendir, 20-30 Sakit kepala, berdenyut pada pelipis, emosional
dan mudah menyebar 30-40 Sakit kepala keras, lemah, pusing, penglihatan
• Sumber : motor menggunakan buram, mual muntah, kollaps
bensin, gas arang batu, alat pemanas 40-50 Sama dengan diatas tetapi kemungkinan
kollaps/sinkop > besar, pernafasan dan nadi
bahan bakar gas, cerobong asap yg meningkat, ataksia
terganggu fungsinya, kebakaran, dan 50-60 Sinkop, pernafasan dan nadi meningkat, koma dg
asap tembakau dalam orofaring kejang interminten, pernafasan cheyne stokes
60-70 Koma dg kejang, depresi pernafasan dan jantung,
mungkin mati
70-80 Nadi lemah, nafas lambat, gagal nafas dan mati
Pemeriksaan Forensik
• Pada korban hidup diagnosa cukup dengan anamnesis adanya kontak dan
ditemukannya gejala keracunan CO
• Pada korban yg mati tidak lama setelah keracunan CO ditemukan lebam mayat
warna merah muda terang ( Cherry pink colour) bila kadar COHb mencapai 30%/
lebih
• Cara membedakannya :
• Pada mayat didinginkan dan keracunan CN penampang ototnya warnanya biasa tidak
merah terang dan pada mayat didinginkan warnanya tidak merata ada daerah yg
keunguan
• Pada CO jaringan otot, viscera, dan darah juga berwarna merah terang dan pada otak
besar dapat ditemukan petechie di substansia alba bila korban dapat bertahan hidup >
0.5 jam
Keracunan sianida (CN)
• Racun yg sangat toksik karena dosis kecil cukup menimbulkan kematian
• Sering terjadi pada kasus bunuh diri dan pembunuhan
• Ada hidrogen sianida, garam sianida, dan cyanogen
• HCN cairan jernih, sifatnya asam, larut dalam air, alkohol, dan eter, punya aroma khas
bitter almond
• Garam sianida biasa dipakai dalam proses pengerasan besi dan baja serta
penyepuhan emas dan perak
• Cyanogen dipakai dalam sintesis kimiawi
• Korban biasanya meninggal karena hipoksia tetapi darahnya kaya akan oksigen
karena CN menghambat pelepasan O2 ke jaringan
• Takaran toksik peroral HCN adalah 60-90 mg dan untuk KCN atau NACN adalah
200 mg
• Kadar gas sianida dalam udara lingkungan dan lama inhalasi dengan kecepatan
timbulnya gejala keracunan
20 ppm Gejala ringan timbul setelah beberapa
jam

100 ppm Sangat berbahaya dalam 1 jam

200-400 ppm Meninggal dalam 30 menit

2000 ppm Meninggal seketika


Tanda dan gejala
• Keracunan akut :
• Racun yg ditelan cepat menyebabkan kegagalan pernafasan dan kematian timbul dalam
beberapa menit
• Pada interval antara menelan racun sampai kematian ditemukan gejala-gejala dramatis,
mengeluh terasa terbakar pada kerongkongan dan lidah, sesak nafas, hipersalivasi,
mual muntah, sakit kepala, vertigo, fotofobi, tinitus, pusing, dan kelelahan
• Bisa juga ditemukan sianosis pada wajah, busa keluar dari mulut, nadi cepat dan lemah,
pernafasan cepat dan tidak teratur, pupil dilatasi dan refleks melambat,udara nafas
berbau amandel, muntahan tercium bau amandel, dan saat menjelang kematian timbul
kedut otot dan kejang dg inkotinensia urin dan alvi
• Bila racunnya diinhalasi menimbulkan palpitasi, kesukaran bernafas, mual, muntah,
sakit kepala, salivasi, lakrimasi, iritasi mulut dan kerongkongan, pusing dan kelemahan
ekstremitas, dapat kejang dan koma hingga meninggal
Pemeriksaan Forensik
• Pemeriksaan luar jenazah
• Tercium bau amandel (bitter almond) saat menekan dada mayat karena akan keluar gas
dari mulut dan hidung-> patognomonik
• Sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut, dan biasanya lebam mayat
berwarna merah terang
• Pemeriksaan bedah jenazah
• Tercium bau amandel yg khas saat membuka rongga dada, perut, otak, dan lambung
( bila racun melalui mulut)
• Darah dan penampang organ tubuh berwarna merah terang
• Tanda-tanda asfiksia pada organ-organ tubuh
Keracunan Arsen
• Kematian dengan arsen sering tidak menimbulkan kecurigaan karena gejala keracunan
akutnya menyerupai gejala gangguan GI tract yang hebat sehingga sering salah diagnosa
sebagai suatu penyakit
• Nilai ambang batas arsen dalam air minum 0.2 ppm
• Pada orang dewasa kadar normal dalam urin 100 ug/L, rambut 0.5 mg/kg, dan kuku o.5
mg/kg. Saat keracunan kadar dalam rambut 0.75 mg/kg dan pada kuku 1mg/kg atau lebih
• Sumber :
• Industri dan pertanian ( penyemprot buah-buahan, insektisida, pembunuh lalat, racun tikus, cat)
• Tanah
• Air yg terkontaminasi
• Kerang ( keong, kepiting, ikan)
• Tembakau ( asapnya mengandung arsen)
• Obat-obatan( carbarsone, tryparsamide)
• Tanda dan gejala
• Keracunan akut
• Gejala GI tract yang hebat
• Dimulai dari rasa terbakar di tenggorok dengan rasa logam di mulut, diikuti mual
muntah (isi lambung dapat keluar), muntahan dapat mengandung bubuk putih dan
kadang sedikit berdarah
• Diikuti nyeri epigastrium menjalar ke seluruh perut dan nyeri saat perabaan diare hebat
dan kadang dapat terlihat bubuk putih di kotoran seperti air cucian beras, muntah dan
berak hebat dapat berhenti spontan kemudian timbul lagi
• Akhirnya dehidrasi dan syok serta juga memperlemah kerja otot jantung dan dilatasi
kapiler sehingga syok makin berat dan akhirnya kematian
Pemeriksaan Forensik
• Korban mati keracunan akut
• Pemeriksaan luar
• Ditemukan tanda” dehidrasi
• Pembedahan jenazah
• Tanda iritasi lambung, mukosa warna merah, kadang disertai perdarahan (flea bitten
appearance). Tampak orpimen yaitu partikel arsen warna kuning dan bila As2O3 tampak
partikel warna putih
• Jantung ditemukan perdarahan subendokard pada septum, histopatologi tampak infiltrat sel
radang bulat pada miokard
• Bahan yang perlu diambil pada orang meninggal yaitu semua organ, darah, urin, isi usus dan
lambung, rambut, kuku, kulit, dan tulang
• Pada korban hidup yaitu muntahan, urin, tinja, bilas lambung, darah, rambut, dan kuku
• Korban mati keracunan arsin
• Bila meninggalnya cepat terlihat tanda” kegagalan kardiorespirasi akut
• Bila meninggalnya lambat ditemukan ikterus dg anemia hemolitik, tanda kerusakan
ginjal yaitu degenerasi lemak dengan nekrosis lokal serta nekrosis tubuli
• Korban mati keracunan kronik
• Pemeriksaan luar
• Keadaan gizi buruk
• Kulit terdapat pigmentasi coklat, keratosis telapak tangan dan kaki, kuku ada garis-garis putih
(Mee’s lines) pada bagian kuku yang tumbuh dan dasar kuku.
• Pemeriksaan dalam tidak ada temuan yg khas
• Pemeriksaan lab
• Kadar arsen dalam darah, urin, rambut, dan kuku meningkat
• Rambut : normal ( 0.5 mg/kg), curiga keracunan (0.74 mg/kg), keracunan akut (30 mg/kg)
• Kuku : normal ( sampai 1 mg/kg), curiga keracunan (1 mg/kg), keracunan akut (80 ug/kg)
• Urin -> arsen ditemukan dalam waktu 5 jam setelah minum dan bertahan hingga 10-12 hari
• Pemeriksaan darah tepi
• Pada keracunan kronis ditemukan titik” basofil pada eritrosit dan leukosit muda
• Uji kopro porfirin urin +
• Pemeriksaan toksikologik
• Uji reinsch
• Uji gutzeit
• Uji marsh
Alkohol
• Keracunan menyebabkan penurunan daya reaksi, kemampuan untuk menduga jarak
dan ketrampilan mengemudi, penurunan kemampuan untuk mengontrol diri, dan
hilang kapasitas untuk berfikir kritis
• Sumber :
• Whisky, brandy, rum, vodka, gin (45% alkohol)
• Wines (10-20% alkohol)
• Beer dan ale (48%)
• Alkohol diabsorbsi sebagian besar di usus halus dan sisanya di kolon dan
dimetabolisme di hati
• Obat-obat seperti meprobamat, klorpromazine, penenang, barbiturat, dan morfin
punya efek sinergis dengan alkohol
• Umumnya 35 gram alkohol ( 2sloky whisky) menyebabkan penurunan
kemampuan dalam mengukur jarak dan kecepatan serta menimbulkan euforia
• Alkohol sebanyak 75-80 gram ( 150-200ml whisky) menimbulkan gejala keracunan
akut
• 250-500 gram alkohol ( 500-1000 ml whisky) adalah takaran fatal
• Cara menghitung kadar alkohol darah : a= cxpxr
• A : jumlah alkohol yg diminum
• C : kadar alkohol darah (mg%)
• P : BB (kg)
• R : konstanta (0,007)
Pemeriksaan Forensik
• Orang hidup
• Bau alkohol keluar dari udara pernafasan
• Pemeriksaan kadar alkohol darah baik periksa darah vena, udara pernafasan, atau urin
• Korban mati
• Tidak khas
• Ditemui gejala seperti asfiksia
• Seluruh organ menunjukkan tanda perbendungan, darah lebih encer, berwarna merah gelap
• Mukosa lambung ada tanda perbendungan, kemerahan, dan tanda inflamasi
• Organ-organ termasuk otak dan darah berbau alkohol
• Histopatologi dijumpai edema dan pelebaran PD otak dan selaput otak, degenerasi bengkak
keruh pada parenkm organ, dan inflamasi mukosa saluran cerna
• Pemeriksaan lab
• Diagnosis pasti hanya dapat ditegakkan dengan pemriksaan kuantitatif kadar alkohol
darah
• Kadar alkohol dari urin atau udara ekspirasi pilihan pemeriksaan kedua
• Untuk korban meninggal untuk pilihan kedua dapat dilakukan pemeriksaan kadar
alkohol dalam otak, hati, atau cairan tubuh seperti cairan serebrospinalis
• Pada mayat -> untuk pemeriksaan toksikologik diambil darah dari pembulu darah vena
perifer (cubitti/femoralis)
• Untuk pemeriksaan kadar alkohol darah saat kejadian dilakukan perhitungan yaitu kadar
alkohol darah saat pemeriksaan + lama jeda waktu antara kejadian dengan pemeriksaan
( 10mg% tiap jam)
Keracunan insektisida
• Adalah racun serangga yg banyak dipakai dalam pertanian, perkebunan, dan
rumah tangga
• Biasanya karena kecelakaan dan percobaan bunuh diri
• Penggolongan insektisida :
• Hidrokarbon terklorinasi ( DDT, toxaphane, BHC)
• Inhibitor kolinesterase : organofosfat dan karbamat
• lainnya
Hidrokarbon
• Takaran toksik DDT adalah 1 gram dan takaran fatal adalah 30 gram
• Tanda dan gejala :
• Gejala utama : muntah, tremor, kejang
• Bila keracunan ringan gejalanya merasa lelah, berat dan sakit di tungkai, sakit kepala,
parestesia pada lidah, bibir, dan muka, gelisah, dan lesu mental
• Pada keracunan berat gejalanya pusing, gg. Keseimbangan, bingung, rasa tebal pada
jari-jari, tremor, mual muntah, fasikulasi, midriasis, kejang tonik klonik, dan koma
• Pemeriksaan kedokteran forensik
• Diagnosis ditegakkan dg anamnesa adanya kontak dg insektisida ( bekerja sbg penyemprot
hama), adanya gejala keracunan dan pemeriksaan laboratorium darah dan urin
• Keracunan kronik dilakukan biopsi lemak tubuh diambil dari perut setinggi garis pinggang
minimal 50 gram dan dimasukkan ke dalam botol mulut lebar dengan penutup dari gelas
dan ditimbang
• Pada keadaan normal insektisida dalam lemak tubuh < 15 ppm
Inhibitor kolinesterase
• Kematian disebabkan karena kegagalan pernafasan dan blok jantung
• Takaran fatal untuk golongan organofosfat :
• Malathion 1-5g
• Parathion 10mg/kgBB
• Tetraetilpirofosfat 0.4 mg/kgBB
• Takaran fatal untuk golongan karbamat :
• Aldicrab 0.9-1 mg/kgBB
• Propoxur 95 mg/kgBB
• Tanda dan gejala
• Gejala utama yaitu gg. Penglihatan, kesukaran bernafas, dan hiperaktif
gastrointestinal
• Keracunan akut gejala timbul dalam 30-60 menit dan puncaknya dalam 2-8 jam
• Keracunan ringan gejalanya yaitu tampak anoreksia, sakit kepala, pusing, lemah,
gelisah, tremor lidah&kelopak mata, miosis, dan penglihatan kabur
• Gejala keracunan sedang yaitu mual, salivasi, lakrimasi, kejang perut, muntah,
banyak keringat, nadi lambat, dan fasikulasi otot-otot
• Gejala keracunan berat meliputi diare, pupil pinpoint dan tidak bereaksi,
pernafasan sukar, edema paru, sianosis, kendali sfingter hilang, kejang, koma,
dan blok jantung
• Gejala keracunan kronik timbul karena penghambatan kolinesterase dab
menetap selama 2-6 minggu. Biasanya mirip dengan keracunan akut yang
ringan. Tetapi bila terpapar terus menerus dapat menjadi gejala berat.
• Untuk keracunan karbamat sifatnya sementara dan reversibel sehingga tidak
akan timbul keracunan kronik
• Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala keracunan yg kompleks, dan
pemeriksaan lab
• Pada korban meninggal biasanya tidak ada tanda khas.
• Pada kasus keracunan akut hanya ditemukan tanda-tanda asfiksia, edema paru, dan
perbendungan organ tubuh, mungkin bisa tercium bau zat pelarut seperti minyak tanah
• Pada keracunan kronik ditemukan nekrosis sentral dan degenerasi bengkak keruh pada hati,
vakuolisasi, girolisis, dan retikulasi basofilik jelas pada otak dan medula spinalis, perlemakan
pada miokardium, degenerasi sel tubuli ginjal
• Pemeriksaan lab
• Pemeriksaan toksikologi perlu diambil darah, jaringan hati, limpa, paru-paru, dan lemak
badan
• Mengukur kadar AChE dalam darah dan plasma dapat dilakukan dengan cara tintometer dan
paper strip
• Cara tintometer :
• Ambil darah dan ditambah indikator brom timol biru kemudian dibandingkan warnanya

% aktifitas AChE darah Interpretasi


75-100% dari normal Tidak ada keracunan
50-75% dari normal Keracunan ringan
25-50% dari normal Keracunan
0-25% dari normal Keracunan berat

• Cara paper strip


• Perubahan warna harus sama dg perubahan warna pembanding yaitu warna kuning telur ( < 18 menit
: tidak ada keracunan, 20-35 menit : keracunan ringan, 35-150 menit : keracunan berat)
Kematian mendadak
• Disebabkan oleh natural cause (penyakit)
• Definisi (WHO): kematian dalam 24 jam setelah onset gejala
• Beberapa praktisi: 1 jam
• Bisa saja asimptomatik dan tidak diketahui pada penyakit kronik / meremehkan gejala
• Unexplained death (diduga tidak wajar) : perlu penyidikan medikolegal  tidak bias
ditetapkan sebab kematian walau pasien dalam asuhan medis bahkan dengan
autopsy
• Pemeriksaan sebab kematian pasti : Autopsi
• Sebab tersering: system KV
SURAT PELAPORAN KEMATIAN
DAN
SURAT KETERANGAN KEMATIAN
SURAT KETERANGAN KEMATIAN
• Menyatakan telah meninggalnya seseorang dengan identitas tertentu, tanpa
menyebutkan sebab kematian
• Dibuat sekurang-kurangnya berdasarkan pemeriksaan luar jenazah
• Bila kematian berkaitan dengan tindak pidana tertentu :
• Pastikan prosedur hukum telah dilakukan
• Pembedahan jenazah dibutuhkan untuk memperoleh sebab kematian yang pasti
• Tidak boleh dibuat pada orang yang mati diduga karena peristiwa pidana tanpa
pemeriksaan kedokteran forensik terlebih dahulu
• Harus dilakukan dengan hati-hati → aspek hukumnya luas

Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan ilmu forensik dalam


penegakan hukum: sebuah pengantar. Jakarta; 2008.
Surat Pelaporan Kematian
• PERATURAN BERSAMA MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 15 TAHUN
2010 NOMOR 162/MENKES/PB/I/2010 TENTANG PELAPORAN KEMATIAN DAN PENYEBAB KEMATIAN
• Pasal 2 (1) Setiap kematian wajib dilaporkan oleh keluarganya atau yang mewakili kepada Instansi Pelaksana atau
UPTD Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak tanggal kematian.
• (2) Pelaporan kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus melampirkan persyaratan: a. surat pengantar
dari RT dan RW untuk mendapatkan surat keterangan kepala desa/lurah; dan/atau b. KK dan/atau KTP yang
bersangkutan; c. Surat keterangan kematian dari dokter yang berwenang dari fasilitas pelayanan kesehatan
terdekat.
• Pasal 3
• (1) Berdasarkan laporan kematian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Pejabat Pencatatan Sipil pada instansi
pelaksana atau UPTD instansi pelaksana mencatat pada register akta kematian dan menerbitkan kutipan akta
kematian.
• (4) Dalam hal kematian seseorang diduga tidak wajar, pencatatan pada register akta kematian dan penerbitan
kutipan akta kematian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan surat keterangan kematian dari
kepolisian.
Analisa Kasus
Korban sudah tidak bernafas, denyut nadi tidak teraba, detak jantung tidak terdengar,
dan refleks pupil negatif Tanda kematian tidak pasti
Mengonsumsi beberapa pil dengan minuman keras
korban mendadak roboh dan kejang-kejang
Lebam mayat berwarna merah terang pada punggung bagian atas di antara kedua
tulang belikat  curiga keracunan sianida
kaku mayat terdapat pada jari-jari tangan dan kaki  tanda kematian pasti
Seluruh tubuh tidak ditemukan luka-luka  tidak ada tindak kekerasan
Korban tidak menderita suatu penyakit  kemungkinan bukan penyakit yang
menyebabkan kematian
Keluarga menanyakan penyebab kematian korban dan meminta surat keterangan
kematian  karena diduga kematian tidak wajar, surat keterangan kematian dari
kepolisian  NOMOR 162/MENKES/PB/I/2010 pasal 3 ayat (4)
Polisi kemudian datang dan meminta keterangan kepada dokter

Anda mungkin juga menyukai