Anda di halaman 1dari 9

PREVENSI

DARI PELAYANAN REHABILITASI FISIK MENUJU REHABILITASI BERBASIS


MASYARAKAT (RBM)

Tiar Erawan
 Salah satu upaya untuk membangun masyarakat
menjadi masyarakat yang memiliki kemauan dan
kesadaran tinggi menghormati hak-hak anak difabel
adalah mutlak menjadi tanggung jawab pengambil
kebijakan dalam membuat sebuat aturan.
 Keputusan Pemerintah terhadap isu difabel secara
langsung akan pengaruhi sikap dan perilaku seluruh
masyarakat itu sendiri bagi kaum difabel.
 Perundangan, peraturan, dan keputusan pemerintah
daerah yang berkaitan dengan perlindungan anak
harus disertakan hak-hak anak-anak difabel. Sehingga,
perlakuan diskriminasi terhadap mereka oleh banyak
orang yang selama ini terjadi karena masyarakat
belum paham sepenuhnya bahwa isu difabel bukanlah
sebatas isu sosial biasa. Masyarakat perlu dididik
dengan diperkenalkan konsep baru pengertian difabel.
Mengapa ini penting?
 Stigma negatif masyarakat tentang difabel juga
masih kerap muncul dalam kehidupan sehari-hari
di lingkungan masyarakat. Sedangkan pengertian
Difabel (Different Ability) adalah seseorang yang
keadaan fisik atau sistem biologisnya berbeda
dengan orang lain pada umumnya.
 Kebanyakan keluarga yang memiliki anak difabel
dan masih menganggap aib serta malu untuk
terbuka. Padahal, anak difabel juga memerlukan
hak yang sama salah satunya pendidikan.
Pemerintah sendiri sering tak menyadari masalah
ini.
 terkait masalah pemenuhan hak-hak difabel.
Kadang kala, kita berpikir tentang pemahaman
sejauh mana pemahaman para pengambil
kebijakan tentang isu difabel itu sendiri.
 Masyarakat umumnya telah memutuskan sendiri
bahwa kaum difabel itu harus dikasihani dan
dihormati. Itu sudah takdir Tuhan yang tak mungkin
dilawan.
 Sehingga, masyarakat masih menempatkan isu
difabel itu tak perlu dibahas lebih jauh. Alasannya,
kita tak bisa berbuat banyak mengubah kondisi
mereka. Pada hal, masyarakat perlu diberi
pengetahuan lebih jauh bahwa kaum difabel bukan
sebatas mendapatkan bantuan dari Dinas Sosial.
Bukan pula mereka hanya mendapat layanan dasar
di pusat rehabiltasi medik sebuah rumah sakit
umum milik Pemerintah Daerah. Akan tetapi,
masyarakat perlu dilibatkan langsung dalam
pemenuhan hak-hak kaum difabel, terutama anak-
anak difabel dalam sebuah aksi bernama
Rehabilitasi Berbasiskan Masyarakat (RBM).
PENGERTIAN REHABILITASI
BERBASIS MASYARAKAT (RBM)
 RBM adalah sebuah program rehabilitasi untuk difabel non
panti (difabel yang hidup
ditengah masyarakat, yang tidak ditangani atau tidak tinggal
di panti). Dalam RBM juga diusahakan adanya transfer
pengetahuan dan ketrampilan dari professional kepada
keluarga dan masyarakat agar mereka mau dan mampu 
terlibat dalam upaya membantu kemandirian hidup difabel
agar kualitas hidupnya meningkat.  Konsep dan pelaksanaan
RBM kemudian berkembang pesat dan dilaksanakan di lebih
dari 90 negara, termasuk mencakup kesehatan, pendidikan,
mata pencaharian, sosial, dan pemberdayaan. Termasuk di
dalamnya adalah upaya advokasi dan pengarusutamaan
(mainstreaming) isu-isu terkait difabel dan difabilitas
ke dalam agenda pembangunan.
 Di Indonesia, RBM sudah dilaksanakan sejak
tahun 1970-an, salah satu perintis RBM di
Indonesia adalah PPRBM (Pusat Pengembangan
dan Pelatihan Rehabilitasi Bersumberdaya
Masyarakat) Prof. Dr. Soeharso – YPAC
Nasional, Solo. PPRBM didirikan oleh YPAC
Pusat atau YPAC Nasional.
 PPRBM Solo mulai berkarya sejak awal tahun
1970-an dan resmi berdiri sebagai lembaga
tahun 1978. Sampai sekarang ini ada sekitar
30 lembaga yang melaksanakan RBM di
Indonesia, yang tersebar di berbagai provinsi
di Indonesia. Lembaga-lembaga tersebut sejak
tahun 2008 tergabung dalam Aliansi RBM
Indonesia.
 Masyarakat harus disadarkan bahwa kaum
difabel harus terpenuhi hak-haknya. Dan kita
harus bertanya pada diri kita sendiri bahwa,
“apakah harus menjadi Difabel dulu sehingga
kita baru mau merasakan dan ikut
memperjuangkan hak-hak kita sendiri?
 Tentu saja kita tak memiliki pandangan
demikian. Kita menyadari sepenuhnya bahwa
Tuhan telah ciptakan kita seindah-indah bentuk
sehingga perwujudan yang sempurna itu
tergambar dlam tingkah laku kita sehari-ahri.
Peka terhadap kebutuhan orang lain yang sama
dengan kita, rela berbagi dan saling menolog,
serta mendukung terpenuhi hak-hak bagi kaum
difabel yang merupakan saudara-saudara kita
juga.
 Kita tidak ingin saling menyalahkan satu
sama lain dalam upaya pemenuhan hak-hak
kaum difabel. Mari kita saling bekerjasama
wujudkan masyarakat yang paham isu difabel
dan rehabilitasi yang ikut melibatkan kita
semua. Semoga pemerintah yang baru paham
akan masalah penting ini serta mau
mendengar masukan positif dari kita semua.
 WHO telah meluncurkan Panduan RBM terbaru
yang meliputi 5 komponen yang terangkum
dalam CBR Matrix atau matriks RBM. Panduan 
baru tersebut perlu diperkenalkan kepada
stakeholder RBM tingkat Nasional: LSM,
Organisasi Difabel, dan jajaran Pemerintahan,
baik pemerintah kabupaten/kota maupun
pemerintah pusat (kementerian). Hal ini
penting karena upaya pemberdayaan dan
pemenuhan hak-hak difabel harus
terintegrasi, lintas sektor, lintas dinas/lintas
kementrian, terorganisir dan dilakukan oleh
Pemerintah bersama-sama dengan masyarakat
dan dimonitor serta dievaluasi secara serius
dan berkesinambungan oleh pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai