Anda di halaman 1dari 42

KEPERAWATAN MEDIKAL

BEDAH
STUDI KASUS TIFOID
Achmad Taufik (20210910170026)
Alfi Divia Qotrun Nida (20210910170081)
Awalia Rahmah (20210910170003)
Diah Saputri (20210910170004)
Dwi Novrita Maulidia (20210910170035)
Fitri Maelasari (20210910170009)
Lita Janiar Indriana (20210910170012)
Nurul Imsakiyah R(20210910170075)
Siti Mulyanah (20210910170044)
Yuni Rizka Amelia (20210910170025)
ANATOMI FISIOLOGI TIFOID
• Anatomi Sistem Pencernaan Manusia
Menurut (Sodikin, 2011) Anatomi pada pasien thypoid yaitu terjadi pada sistem
pencernaan manusia. Sistem pencernaan manusia terdiri dari:

Kerongkongan
Faring
Kerongkongan adalah tabung

(Esofagus)
Mulut merupakan jalan Terdiri dari tiga bagian
Mulut
masuk untuk sistem yaitu nasofaring, orofaring, (tube) berotot pada vertebrata
pencernaan. Bagian dalam dan laringofaring yang dilalui sewaktu makanan
dari mulut dilapisi oleh Fungsi Faring mengalir dari bagian mulut ke
selaput lendir. Pengecapan dalam lambung
dirasakan oleh organ perasa Swallowing
Esofagus dibagi menjadi tiga
yang terdapat di permukaan Breathing
lidah. Pengecapan relatif bagian:
Protection  Bagian superior (sebagian
sederhana, terdiri dari manis,
asam, asin dan pahit. besar adalah otot rangka).
Penciuman dirasakan oleh  Bagian tengah (campuran otot
saraf olfaktorius di hidung rangka dan otot halus).
dan lebih rumit, terdiri dari  Serta bagian inferior (terutama
berbagai macam bau
terdiri dari otot halus)
ANATOMI FISIOLOGI TIFOID
Lambung Usus Kecil (Usus Halus)
Bagian-bagian Lambung Merupakan saluran panjang sekitar 8,25
 Cardia, atau cardiac region m dan dibagi menjadi 3 bagian utama
 Fundus yaitu :
 Tubuh  Duodenum
 Pylorus  Jejunum
Fungsi Lambung  Ileum
 Storage Fungsi Usus Kecil
 Digestion o Neutralization
 Absorption o Digestion
 Mixing and propulsion o Absorption
 Protection o Mixing and propulsion
Enzim yang dihasilkan o Excretion
 HCl/asam chlorida/asam lambung o Protection
 Pepsinogen [dihasilkan oleh sel Kelenjar atau enzim didalam usus halus
chief (chief ceel)  Enterokinase Disakarase
 Lipase  Eripsin Peptidase
 Hormone gastrin  Laktase Lipase
 Lendir/musin  Maltase Sukrase
ANATOMI FISIOLOGI TIFOID
● Usus Besar ( Intestinum Mayor )
Panjang usus besar ± l½ m dengan lebar 5 - 6cm.
Bagian-bagian usus besar, yaitu :
 Caecum/sekum merupakan pertemuan antara usus halus dan usus besar.
Usus Buntu (appendiks)
 Colon/kolon/usus tebal merupakan bagian yang lebih tebal dan menyempit
dengan banyak tonjolan pada bagian pemukaannya. Colon terbagi menjadi 4
bagian yaitu:
• Kolon Asendens
• Kolon Transversum
• Kolon Descendens
• Kolon Sigmoid.
Fungsi usus besar
 Absorption
 Storage
 Mixing and propulsion
 Protection
ANATOMI FISIOLOGI TIFOID

● Rektum dan Anus


Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon
sigmoid) dan berakhir di anus.
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar
dari tubuh.
Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.
●Dinding anus diperkuat oleh 3 spinter:
● Spinter Ani internus (Bekerja tidak menurut kehendak )
● Spinter Levator Ani (Bekerja juga tidak menurut kehendak)
●Spinter Ani Eksternus (Bekerja menurut kehendak
ANATOMI FISIOLOGI TIFOID
● Liver/Hepar
Hepar Merupakan kelenjar pencernaan yang terbesar dalam
tubuh dengan berat sekitar 2 kg dan berwarna kemerahan.
Memiliki dua bagian utama yaitu lobus sebelah kanan dan
kiri serta lobus minor yaitu caudate dan quadrate.
Fungsi hepar antara lain adalah:
 Fungsi hati sebagai metabolisme karbohidrat
 Fungsi hati sebagai metabolisme lemak
 Fungsi hati sebagai metabolisme protein
 Fungsi hati sehubungan dengan pembekuan darah
 Fungsi hati sebagai metabolisme vitamin
 Fungsi hati sebagai detoksikasi
 Fungsi hati sebagai fagositosis dan imunitas
 Fungsi hemodinamik
ANATOMI FISIOLOGI TIFOID
● Limpa (Spleen)
Limpa atau disebut juga dengan Lien atau Spleen, merupakan salah
satu organ jaringan limfatik dengan massa lunak yang terletak di
bagian kiri atas rongga abdomen (rongga perut), diantara diafragma
dan gaster (lambung). Limpa merupakan kelenjar tanpa saluran
(ductless), berfungsi untuk memecah dan megurai sel darah merah
(filter darah) serta berperan dalam sistem imun manusia.
Limpa termasuk salah satu organ sistem limfoid, selain timus, tonsil,
dan kelenjar limfe. Sistem limfoid itu sendiri berfungsi untuk
melindungi tubuh dari kerusakan akibat zat asing. Sel-sel pada sistem
ini dikenal dengan sel imunokompeten yaitu sel yang mampu
membedakan sel tubuh dengan zat asing dan melakukan perusakan
benda-benda asing . Sel imunokompeten terdiri atas :
●sel utama bergerak, yakni sel limfosit dan makrofaga,
●sel utama menetap, yakni retikuloendotel dan sel plasma
ANATOMI FISIOLOGI TIFOID
Fisiologi Sistem Pencernaan Berikut tahapan system proses
Manusia pencernaan pada manusia
Nutrisi berguna untuk proses Mastication Propulsion
sintesis, atau gula yang digunakan Ingestion
(Mengunyah (Mendorong
(Ingesti)
untuk membentuk energi. Fungsi ) )
utama dari sistem pencernaan adalah
mecerna makanan baik secara fisik
ataupun kimia, proses absorbsi,
mengumpulkan dan membuang Mixing Sekresi Digestion
komponen dari makanan yang tidak
dibutuhkan (sisa-sisa makanan).
Menurut Ziser (2014).

Absorption Elimination
KONSEP DASAR
TIFOID
DEFINISI
Tipes atau Typoid adalah penyakit infeksi
bakteri pada usus halus dan terkadang pada Etiologi
aliran darah yang disebabkan oleh bekteri Etiologi demam thypoid adalah Salmonella
Salmonella parathypi B, C' selain ini juga thypi (S.thypi) 90 % dan salmonella parathypi (S.
menyebabkan gastroenteritis (radang Iambung Parathypi Adan B serta C). Bakteri ini berbentuk
Measyarakat mengenal ini dengan nama tipes batang, gram negatif, mempunyai flagela, dapat
hidup dalam air, sampah dan debu. Namun
atau thypes abdominal karena berhubungan
bakteri ini dapat mati dengan pemanasan suhu
dengan usu didalam perut (Widoyono, 2011). 60o C selama 15-20 menit. Akibat infeksi oleh
salmonella thypi, pasien membuat antibodi atau
aglutinin yaitu :
• Aglutinin O (antigen somatik)
• Aglutinin H (antigen flagela)
• Aglutinin Vi (envelope)
Manifestasi Klinis
Minggu ke-4
Minggu ke- I Minggu ke-2 Minggu ke-3

• Demam berangsur • pada minggu ke-2 • pada minggu ke-3 • pada minggu ke-4
naik, terutama pada gejala sudah jelas terdapat gejala gejala atau keluhan
sore hari dan malam dapat berupa seperti komplikasi, pada pasien
hari.panas demam, rash, nyeri perdarahan saluran menurun, relaps, dan
berlangsung pada abdomen, diare cerna, perforasi, dan mengalami
insidious, tipe panas atau konstipasi, syok. Gejala melena, penurunan pada BB.
stepladder hingga delirium. Gejala ilius, ketegangan Gejala tampak sakit
mencapai 39-40 rose spot, pada abdomen dan berat, kakeksia.
o
C.Dengan keluhan splenomegali, dan mengalami Patologi kolelitiasis,
dan gejala klinis hepatomegali. penurunan dan carrier kronik.
suhu tubuh Patologi vaskuliris, kesadaran. Patologi
meningkat, hiperplasi pada ulserasi pada peyer's
menggigil, nyeri peyer 's parches, patches, nodul
kepala. Gejala nodul typhoid pada typhoid limpa dan
ganguan pada limpa dan hati hati.
saluran pencernaan
patologi
Tanda dan Gejala Klinis yang sering muncul
pada typhoid meliputi :

01.
Demam (Peningkatan
suhu Tubuh)
03. Gangguan kesadaran

Gangguan Saluran
02. Pencernaan 04. Hepastoplemegali

05. Bradikardia Relatif


KOMPLIKASI
Menurut (Widagdo, 2011) pada minggu ke-2 atau lebih sering timbul komplikasi typhoid dengan gejala klinis
yang ringan sampai yang berat, bahkan kematian. Beberapa komplikasi yang sering terjadi diantaranya
adalah :

Syok Septik

Perdarahan dan Perforasi Intestinal

Peritonitis

Hepatitis Tifosa

Pankreatitis Tifosa

Pneumonia

Komplikasi lain

Osteomielitis Artritis

Osteomielitis Artritis
PEMERIKSAAN PENUNJANG
● Menurut (Sodikin, 2011)
Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan
demam typhoid tetapi bila biakan darah negatif
tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam
typhoid.
Pemeriksaan Darah Perifer Pemeriksaan Pemeriksaan Uji
Hal ini dikarenakan hasil biakan darah tergantung
Lengkap SGOT dan SGPT Widal
dai beberapa faktor :
1. Tehnik pemeriksaan laboratorium
2. Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
3. Vaksinasi di masa lampau
4. Pengobatan dengan obat anti mikroba

Kultur
Kultur darah : bisa positif pada
minggu pertama Kultur urin : bisa Anti Salmonella typhi
positif pada akhir kedua Kultur feses IgM
: bisa positif pada minggu kedua
hingga minggu ketiga
PENATALAKSANAAN

NON
• Bedrest
FARMAKOLOGIS • Diet
•Kloramfenikol
•Bila ada kontraindikasi kloramfenikol diberikan ampisilin dengan

FARMAKOLOG dosis 200 mg/kgBB/hari


• pada kasus berat dapat diberikan seftriakson dengan dosis

IS
50mg/kgBB/hari
•Pada pasien yang diduga mengalami MDR, maka pilihan
antibiotika adalah meropenem, azithromisin, dan fluoroquinolo.
• Pemberian antipiretik untuk menurunkan demam
EDUKASI PENCEGAHAN
• dilakukan dengan cara imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari strain
Salmonella typhi yang dilemahkan, mengkonsumsi makanan sehat agar
meningkatkan daya tahan tubuh, memberikan pendidikan kesehatan untuk
Primer menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat

• Penderita demam tifoid perlu dirawat yang bertujuan untuk isolasi dan
pengobatan
• Penderita demam tifoid sebaiknya memakan makanan yang cukup cairan,
Sekunder kalori, tinggi protein, lembut dan mudah dicerna seperti bubur nasi

• Apabila telah dinyatakan sembuh dari demam tifoid, sebaiknya tetap menjaga
kesehatan dan kebersihan, sehingga daya tahan tubuh dapat pulih kembali dan
terhindar dari infeksi ulang demam tifoid
Tersier
PATOFISIOLOGI
Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk ke dalam tubuh melalui
mulut. Pada saat melewati Iambung dengan suasana asam (pH < 2) banyak bakteri yang mati.
Keadaan-keadaan seperti aklorhidiria, gastrektomi, pengobatan dengan antagonis reseptor
histamin H2, inhibitor pompa proton atau antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi
dosis infeksi. Bakteri yang masih hidup akan mencapai usus halus. Di usus halus, bakteri
melekat pada sel-sel mukosa dan kemudian menginvasi mukosa dan menembus dinding usus,
tepatnya di ileum dan jejunum. Sel-sel M, sel epitel khusus yang melapisi Peyer'S patch,
merupakan tempat internalisasi Salmonella typhi. Bakteri mencapai folikel limfe usus halus,
mengikuti aliran ke kelenjar limfe mesenterika bahkan ada yang melewati sirkulasi sistemik
sampai ke jaringan RES di organ hati dan limpa. Salmonella typhi mengalami multiplikasi di
dalam sel fagosit mononuklear di dalam folikel limfe, kelenjar limfe mesenterika, hati dan
limfe (Soedarmo, 2012).
MASALAH KEPERAWATAN YANG LAZIM
MUNCUL

Resiko Kekurangan volume cairan


Hipertermia berhubungan dengan proses
berhubungan dengan intake cairan tidak
infeksi Salmonella Thyphi
adekuat dan peningkatan suhu tubuh

Ketidakseimbangan nutrisi kurang


Nyeri akut berhubungan dengan agen
dari kebutuhan tubuh berhubungan
cidera biologis, proses
dengan intake yang tidak adekuat
KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
Perawat harus mengumpulkan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat, dan
berkesinambungan. Pengumpulan data ini juga harus dapat menggambarkan status kesehatan klien dan kekuatan
masalah-masalah yang dialami oleh klien. (Hutahaean Serri, 2010). Menurut (Sodikin: 2011) pengkajian pada demam
typhoid antara lain:
• Anamnesa (Data subyektif)
 Identitas Pasien (mengetahui tentang nama, jenis kelamin, usia, agama, suku bangsa, Pendidikan nomor registrasi, dan
penanggung jawab (Yudi Elyas, 2013))
 Keluhan utama (keluhan yang dirasakan oleh klien)
 Riwayat penyakit sekarang
 Riwayat penyakit dahulu (Apakah pasien pernah menderita penyakit demam tifoid, atau menderita penyakit lainnya )
 Riwayat kesehatan keluarga
 Pola fungsi kesehatan
• Pola nutrisi dan metabolisme
• Pola eliminasi
• Pola Aktivitas dan Latihan
• Pola persepsi dan konsep diri
• Pola tidur dan istirahat
• Pola sensori dan kognitif
• Pola hubungan dan peran
• Pola penanggulangan stress
PENGKAJIAN
● Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan
Keadaan umum Mata Hidung
kepala
Inspeksi: Pada klien Inspeksi: Pada klien
Inspeksi: Pada klien demam tifoid demam tifoid
demam tifoid dengan serangan umumnya lubang
Keadaan umum: umumnya bentuk berulang umumnya
klien tampak lemas kepala normal salah satunya, besar hidung simetris, ada
Kesadaran : cephalik, rambut pupil tampak isokor, tidaknya produksi
Composmentis tampak kotor dan reflek pupil positif, secret, adanya
TandaVital :Suhu kusam konjungtiva anemis, pendarahan atau
tubuh tinggi Palpasi: Pada pasien adanya kotoran atau
tidak
tidak, ada tidaknya
>37,5°C ; Nadi dan demam tifoid
frekuensi nafas
gangguan penciuman.
dengan hipertermia Palpasi: Umumnya
menjadi lebih cepat umumnya terdapat bola mata teraba Palpasi: Ada tidaknya
nyeri kepala kenyal dan nyeri pada saat sinus
(Muttaqin, 2011) melenting di tekan (Debora,
(Muttaqin, 2011) 2013).
PENGKAJIAN
● Telinga
Telinga
● Inspeksi:
Inspeksi:Pada
Padaklienkliendemam
demam tifoid
tifoid
umumnya
umumnya simetrsis,
simetrsis,
ada tidaknya
ada tidaknya
serumen.
serumen.
● Palpasi:
Palpasi:Pada
Padaklienklien
demam
demam tifoid
tifoid
umumnya
umumnya tidaktidak
terdapat
terdapat
nyeri tekan
nyeri pada
tekandaerah
padatragus
daerah tragus
(Muttain, 2011).
(Muttain, 2011).
● Mulut
Mulut
● Inspeksi:
Inspeksi:Lihat
Lihatkebersihan
kebersihan mulut
mulutdandan
gigi,gigi,
padapada
klienklien
demam demam
tifoid tifoid
umumnya
umumnya
mulut tampak
mulut tampak
kotor,
kotor, mukosa
mukosa bibir kering
bibir(Setyadi,
kering (Setyadi,
2014). 2014).
● Kulit dan
dan Kuku
Kuku
● Inspeksi:
Inspeksi:Pada
Padaklienkliendemam
demam tifoid
tifoid
umumnya
umumnya mukamuka
tampaktampak
pucat,pucat,
Kulit kemerahan,
Kulit kemerahan,
kulit kering,
kulit turgor
kering,
turgormenurun
kullit kullit menurun
. .
● Palpasi:
Palpasi:Pada
Padaklienklien
demam
demam tifoid
tifoid
umumnya
umumnya turgor
turgor
kulit kulit
kembali
kembali
<2 detik
<2 karena
detik karena
kekurangan
kekurangan
cairan dan
cairan dan
Capillary Refill
Capillary
time (CRT)
Refill kembali
time (CRT) <2detik
kembali <2detik
● Leher
Leher
● Palpasi:
Palpasi:Ada
Adatidaknya
tidaknya bendungan
bendungan venavena
jugularis,
jugularis,
ada tidaknya
ada tidaknya
pembesaran
pembesaran
kelenjarkelenjar
tiroid, ada
tiroid,
tidaknya
ada
tidaknya
deviasi trakea
deviasi
(Debora,
trakea2013)
(Debora, 2013)
PENGKAJIAN
• Thorax (dada)(dada)
● Thorax Paru-paru
Paru-paru
• Inspeksi : Tampak
● Inspeksi penggunaan
: Tampak otot bantu
penggunaan nafas
otot bantu diafragma,
nafas diafragma, tampak
tampak Retraksi
Retraksiinterkosta,
interkosta, peningkatan
peningkatan
frekuensi pernapasan, sesak nafas
frekuensi pernapasan, sesak nafas
• Perkusi :Terdengar
● Perkusi suara suara
:Terdengar sonorsonor
padapada
ICS ICS
1-5 1-5
dextra dandan
dextra ICSICS1-21-2
sinistra
sinistra
• Palpasi : Taktil fremitus teraba sama kanan dan kiri, taktil fremitus
● Palpasi : Taktil fremitus teraba sama kanan dan kiri, taktil fremitus teraba
terabalemah
lemah
• Auskultasi
● Auskultasi : Pemeriksaan bisa tidak ada kelainan dan bisa juga terdapat bunyinafas
: Pemeriksaan bisa tidak ada kelainan dan bisa juga terdapat bunyi tambahan seperti
nafas tambahan seperti
ronchi pada pasien dengan peningkatan produksi secret, kemampuan batuk yang menurun pada klien yang
ronchi pada pasien dengan peningkatan produksi secret, kemampuan batuk yang menurun pada klien yang
mengalami penurunan kesadaran (Mutaqin, 2011; Debora, 2013).
mengalami penurunan kesadaran (Mutaqin, 2011; Debora, 2013).
• Abdomen
● Abdomen
•Inspeksi : Persebaran warna kulit merata, terdapat distensi perut atau tidak, pada klien demam

tifoid umumnya: tidak
Inspeksi Persebaran warna
terdapat kulit merata,
distensi terdapatada
perut kecuali distensi perut atau
komplikasi laintidak, pada klien
(Mutaqin, demam
2011).
• Palpasitifoid umumnya tidak
: Ada/tidaknya terdapat
asites, distensi
pada klien perut kecuali
demam ada komplikasi
tifoid umumnya lain nyeri
terdapat (Mutaqin,
tekan2011).
pada
● Palpasi : Ada/tidaknya asites, pada klien
epigastrium, pembesaran hati (hepatomegali) dan limfe demam tifoid umumnya terdapat nyeri tekan pada
• Perkusi epigastrium, pembesaran
: Untuk mengetahui hatiyang
suara (hepatomegali)
dihasilkandan darilimfe
rongga abdomen, apakah timpani atau
● Perkusi
dullness yang mana
: Untuk timpani adalah
mengetahui suara
suara normal
yang dan dullness
dihasilkan menunjukan
dari rongga adanyatimpani
abdomen, apakah obstruksi.
atau
• Auskultasi : Pada
dullness klien
yang manademam
timpanitifoid umumnya,
adalah suara
suara normal danbising usus
dullness normal >15x/menit
menunjukan adanya obstruksi.
(Mutaqin,2011).
●Auskultasi : Pada klien demam tifoid umumnya, suara bising usus normal >15x/menit
(Mutaqin,2011).
PENGKAJIAN
● Musculoskeletal
● Inspeksi : Pada klien demam tifoid umumnya, dapat menggerakkan ekstremitas secara penuh .
• ●Musculoskeletal
Palpasi : periksa adanya edema atau tidak pada ekstremitas atas dan bawah. Pada klien demam tifoid
• Inspeksi
umumnya, : Pada
akral klien
terabademam
hangat, tifoid umumnya,
nyeri otot dan sendidapat
serta menggerakkan ekstremitas
tulang (Elyas, 2013; Debora, secara
2013). penuh .
● •Genetalia
Palpasi :danperiksa
Anus adanya edema atau tidak pada ekstremitas atas dan bawah. Pada klien demam
●tifoid umumnya,
Inspeksi akral
:Bersih atau teraba
kotor, hangat,
adanya nyeri atau
hemoroid otot tidak,
dan sendi serta
terdapat tulang (Elyas,
perdarahan 2013;
atau tidak, Debora,
terdapat
2013).
massa atau tidak. Pada klien demam tifoid umumnya tidak terdapat hemoroid atau peradangan pada
• Genetalia dan Anus
genetalia kecuali klien yang mengalami komplikasi penyakit lain
• Inspeksi :Bersih atau kotor, adanya hemoroid atau tidak, terdapat perdarahan atau tidak,
● Palpasi : Terdapat nyeri tekanan atau tidak. Pada klien demam tifoid umumnya, tidak terdapat nyeri
terdapat massa atau tidak. Pada klien demam tifoid umumnya tidak terdapat hemoroid atau
kecuali klien yang mengalami komplikasi penyakit lain (Mutaqin, 2011).
peradangan pada genetalia kecuali klien yang mengalami komplikasi penyakit lain
• Palpasi : Terdapat nyeri tekanan atau tidak. Pada klien demam tifoid umumnya, tidak terdapat
nyeri kecuali klien yang mengalami komplikasi penyakit lain (Mutaqin, 2011).
Diagnosa Keperawatan
• Resiko Kekurangan
volume cairan
• Hipertermia berhubungan dengan proses berhubungan dengan intake
infeksi Salmonella Thyphi cairan tidak adekuat dan
peningkatan suhu tubuh

1 2

3 4
•Nyeri akut berhubungan dengan agen •Ketidakseimbangan nutrisi
cidera biologis, proses kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan
intake yang tidak adekuat
.
Intervensi Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : suhu tubuh passien turun dan bertahan dalam batas normal setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama
3x24 jam , dengan kriteria hasil : temperatur tubuh normal 36-37 o C
Intervensi :
● Observasi tanda tanda vital Rasional :Untuk memantau keadaan umum selama proses penyakit Observasi
dan catat masuk
● keluarnya cairan Rasional : keseimbangan cairan tersebut dapat diketahuidan terjaga
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebuluhan tubuh b.d ketidakmampuan dalam mengabsorbsi
makanan
Kriteria hasil : Intake makanan meningkat Diet habis I porsi
Intervensi :
●Kaji status nutrisi pasien
Rasional : Mengidentifikasi dari hasil yang diharapkan
●Bantu pemenuhan nutrisi klien
Rasional : untuk membantu memenuhi nutrisi klien
●Libatkan keluarga dalam pemenuhan nutrisi pasien
Rasional: anggota keluarga lebih tahu tentang kebiasaan klien, makanan kesukaanya sehingga diharapkan
anggita
keluarga dapat membantu dalam pemenuhan nutrisi pada klien
Intervensi Keperawatan
3. Risiko defisit volume cairan brhubungan dengan kurangnya intake cairan, muntah, peningkatan suhu tubuh, yaitu kurang
terpenuhinya kebutuhan cairan dalam tubuh, disebabkan oleh output yang belebihan bisanya mengarah pada dehidrasi
kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium
Tujuan : klien tidak muntah lagi, suhu tubuh normal. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam.
Kriteria hasil :
● Kebutuhan cairan
● Tidak ada tanda-tanda dehidrasi
● Mukosa bibir lembab
Intervensi :
● Jelaskan penyebab konstipasi kehilangan cairam
Rasional : Agar keluarga mengerti bagaimana proses penyakit yang diderita oleh pasien
● Anjurkan untuk banyak minum air putih
4. Nyeri b.d agen injury biologi
Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan rasa nyeri dapat berkurang.
Kriteria hasil : Menyatakan nyeri berkurang Pasien tampak rileks
Intervensi :
● Observasi karakteri stik nyeri (PQRST)
Rasional: Nyeri merupakan respon subyektif yang dapat diukur
● Observasi TTV
Rasional : menunjukan perubahan nyeri Beri posisi yamg nyaman Rasional : mengurai nyeri
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

EVALUASI KEPERAWATAN
Pelaksanaan keperawatan
merupakan kegiatan yang
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan dan merupakan tindakan intelektual
yang telah ditetapkan. Selama untuk melengkapi proses keperawatan yang
pelaksanaan kegiatan dapat bersifat menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan,
mandiri dan kolaboratif. Selama rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
melaksanakan kegiatan perlu berhasil dicapai. Perawat mengevaluasi kemajuan
pasien terhadap tindakan keperawtan dalam
diawasi dan dimonitor kemajuan
mencapai tujuan dan merevisi data dasar dan
kesehatan klien (Santosa, 2014) perencanaan (Hutahaean Serri, 2010). Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien
dalam mecapai tujuan
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Tifoid
Resume

Pasien Tn. I usia 25 tahun, masuk rumah sakit, dengan keluhan mengalami panas, mual, muntah selama 3 hari
yang lalu. Pasien mengalami demam tinggi pada waktu malam hari, disertai mual, muntah, badan terasa lemas,
tidak enak badan, nyeri pada perut keluhan bertambah berat bila beraktivitas, dan kurang bila dikompres,
istirahat dan minum obat. Pasien meminum obat penurun panas paracetamol dan panasnya turun dan timbul
panas lagi. Setelah pasien merasa sakitnya tidak kunjung sembuh, makin panas dan lemas. Pasien memeriksakan
diri ke IGD Rumah Sakit Tipe D di Jakarta pada tanggal 21 Feb 2022 pukul 22.15. Setelah dilakukan anamnesa
dengan TD: 90/60 mmHg, S: 38.6 C, N: 82 x/menit, RR: 20 x/menit. Setelah dilakukan anamnesa dan hasil
observasi pasien mengalami demam selama lebih dari 3 hari, muntah sudah lebih dari 3x sejak pagi. Pasien
disarankan untuk dilakukan pemeriksaan lanjut, yaitu pemeriksaan laboratorium, uji widal, swab PCR (SARS-
Cov-2) dan Rontgen thorax. Hasil dari pemeriksaan laboratorium dan uji widal terdapat leukosit: 12 10^3μL,
trombosit: 125 10^3μL, salmonella typhi O: Positif 1/320, Salmonella Typhi H: Positif 1/320, Tubex T: IgM
Salmonella Typhi Positif score 5. Ro Thorax: pulmo dalam batas normal. Hasil Swab PCR negatif. Dan pasien
positif dinyatakan terdiagnosa demam typoid.
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Tifoid
Pemeriksaan Fisik

Pada saat dilakukan pemeriksaan fisik pada pasien pengukuran tanda tanda vital didapatkan TD :
90/60 mmHg, S : 38.6 C, N : 82 x/menit, RR : 20 x/menit. Keadaan umum pasien lemah dengan GCS
15, tingkat kesadaran composmentis kooperatif. BB: 61 kg, TB: 170 cm. IMT= 21,4 (normal).
Konjungtiva pasien tidak anemis, skelra tidak ikterik, mukosa bibir kering, tidak ada sianosis, leher
tidak teraba pembesaran kelenjar tyroid, tidak teraba pembesaran kelenjer getah bening. Pemeriksaan
dada tampak simetris kiri dan kanan, fremitus kiri dan kanan sama, perkusi sonor diseluruh lapangan
paru, bunyi pernapasan pasien vesikuler, tidak ada wheezing dan ronkhi. ada nyeri tekan pada
abdomen regio kanan atas, pasien mengatakan nyeri seperti tertekan, pada perut bagian kanan atas,
skala nyeri 5 (sedang), memberat saat aktivitas dan berkurang saat berbaring. terdapat pembesaran
hepar. Suara abdomen tympani tidak ada tanda-tanda asites. Telapak tangan tampak memerah atau
eritema palmaris turgor kulit elastis, dan tidak ada kelainan pada kulit. Pasien tidak terpasang kateter,
Ekstremitas atas tampak normal, ekstremitas bawah normal, tidak terdapat udem pada ekstermitas,
kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah baik 55/55.
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Tifoid
Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermia b.d peningkatan suhu tubuh


2. Nyeri akut b.d agen cedera fisiologis (inflamasi)
3. Resiko Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif (muntah) dan hipertermi
4. Resiko Defisit Nutrisi b.d intake yang tidak adekuat
5. Defisit Pengetahuan b.d kurang terpapar informasi tentang tifoid
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Tifoid
No. Intervensi
DIAGNOSAKeperawatan
KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI
1. Hipertermia b.d Setelah dilakukan perawatan 3x24 Intervensi Utama: Manajemen
peningkatan suhu tubuh jam di harapkan termoregulasi Hipertermia
membaik Observasi :
Luaran Utama 1. Identifikasi penyebab hipertermia
Termoregulasi dengan kriteria hasil: 2. Monitor suhu tubuh
a. Menggigil menurun 3. Monitor kadar elektrolit
b. Kulit merah menurun 4. Monitor komplikasi akibat hipertermia
c. Pucat cukup menurun Terapeutik :
d. Suhu tubuh membaik 5. Sediakan lingkungan yang dingin
e. Tekanan darah membaik 6. Longgarkan atau lepaskan pakaian
7. Berikan caian oral
8. Ganti linen setiap hari atau lebih serig jika
mengalami hyperhidrosis (keringat berlebihan)
9. Lakukan kompres hangat ( mis pada dahi, leher,
dada)
Edukasi :
10. Anjurkan tirah baring Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena
2. Kolaborasi pemberian obat antipiretik
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Tifoid
No. Intervensi
DIAGNOSA Keperawatan
KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI
2. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam di Intervensi Utama Manajemen
cedera fisiologis harapkan nyeri akut teratasi Hipertermia
(inflamasi) Luaran Utama Observasi :
Termoregulasi dengan kriteria hasil: 1. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
a. Keluhan nyeri menurun
b. Pasien tidak terlihat meringis kualitas, intensitas nyeri, identivikasi skala
c. Pasien tampak nyaman nyeri
2. Identifikasi respon nyeri non verbal
Terapeutik :
3. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi :
5. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
6. Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi :
7. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Tifoid
No. DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
Intervensi Keperawatan
KEPERAWATAN
3. Resiko Hipovolemia Setelah dilakukan perawatan 3x24 jam Intervensi Utama
b.d kehilangan cairan di harapkan hipovolemia tidak terjadi Manajemen Hipovolemia
aktif (muntah) dan Luaran Utama Observasi :
hipertermi Termoregulasi dengan kriteria hasil: 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis.
a. Turgor kulit baik Frekuensi nadi meningkat, madi teraba
b. Mukosa bibir lembab lemah,tekanan darah menurun, turgor kulit
c. Suhu tubuh membaik menurun, membrane mukosa kering, hematokrit
d. Muntah berkurang meningkat, haus, lemah)
2. Monitor intake dan output cairan
Terapeutik :
3. Hitung kebutuhan cairan
4. Berikan asupan cairan oral
Edukasi :
5. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
6. Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi :
7. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena
8. Kolaborasi pemberian antiemetik
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Tifoid
No. DIAGNOSA KEPERAWATAN LUARAN INTERVENSI
4. Intervensi
Resiko Defisit Nutrisi b.d Setelah dilakukan perawatan 3x24
Keperawatan Intervensi Utama Menejemen
intake yang tidak jam di harapkan defisit nutrisi tidak Nutrisi Observasi :
adekuat 1. Identifikasi status nutrisi
terjadi
Luaran Utama 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan\
Status Nutrisi dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi kebutuhan kalori dn jenis nutrein
a. Frekuensi makan sedang 4. Monitor asupan makanan
b. Nafsu makan sedang 5. Monitor berat badan
c. Berat badan sedang 6. Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
 
Terapeutik :
7. Lakukan oral hygine sebelum makan, jika
perlu
8. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
sesuai
9. Berikanan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
 
Edukasi :
10. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
11. Ajarkan diet yang diprogramkan
 
Kolaborasi :
12. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
Asuhan Keperawatan Pasien dengan Tifoid
No. DIAGNOSA LUARAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
Intervensi Keperawatan
5. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan perawatan 1x24 jam Intervensi Utama
b.d kurang terpapar di harapkan pengetahuan tentang tifoid Edukasi Kesehatan
informasi tentang meningkat dengan kriteria hasil: Observasi :
tifoid a. Verbalisasi minat dalam belajar 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
b. Kemampuan menjelaskan tentang informasi
tifoid dan pencegahannya Terapeutik :
2. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
4. Berikan kesempatan untuk bertanya
5. Lakukan evaluasi validasi terhadap materi yang
telah diasmpaikan
Edukasi :
6. Jelaskan pengertian dan penyebab tifoid
7. Jelaskan pencegahan tifoid (primer, sekunder
dan tersier)
PEMBAHASAN JURNAL
JUDUL : TERAPI PADA DEMAM TIFOID TANPA KOMPLIKASI

PEMBAHASAN
Tatalaksana demam tifoid tanpa komplikasi adalah berupa pemeberian antibiotik golongan fluoroquinolone, diantaranya adalah
ciprofloxacin, ofl oxacin, dan pefloxacin. Pemebrian antibiotik golongan fluoroquinolone pada demam tifoid cukup efektif, karena
isolat dari bakteri Salmonella tyhpi tidak resisten terhadap golongan fluoroquinolone. Angka kesembuhan dari pemberian
antibiotik golongan fluoroquinolone mencapai 98%, demam akan turun dalam 4 hari, dan angka fecal carrier dan kekambuhan
kurang dari 2% (Bhan, Bahl, Bhatnagar, 2005). Salah satu antibiotik dari golongan fluoroquinolone yang saat ini telah diketahui
memiliki efektivitas yang cukup baik dalam mengatasi demam tifoid adalah levofloxacin. Pada penelitian sebelumnya dilakukan
perbandingan antara levofloxacin dengan obat standar ciprofloxacin untuk terapi demam tifoid tanpa komplikasi, denganb dosis
Levofloxacin diberikan sebanyak 500 mg, untuk 1 kali sehari dan antibiotik ciprofloxacin diberikan dengan dosis 500 mg, untuk 2
kali sehari, kedua antibiotik ini diberikan selama 7 hari. Kesimpulan yang didapat dari studi ini berupa levofloxacin lebih
bermanfaat dan efektif jika dibandingkan dengan ciprofloxacin dalam hasil mikrobiologi, waktu penurunan demam, dan juga
antibiotik ini memiliki efek samping yang jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah efek samping yang ditimbulkan oleh
ciprofloxacin (Nelwan et al., 2013). Salah satu terapi antbiotik lain yang dapat diberikan pada pasien demam tifoid adalah
azitromisin. Azitromisin merupakan antibiotic dari golongan makrolid pertama yang termasuk ke dalam kelas azalide. Terapi pada
demam tifoid tidak hanya berupa pemberian antibiotik, namun juga dapat berupa terapi suportif dan istirahat (bed rest).
PEMBAHASAN JURNAL
JUDUL : TERAPI PADA DEMAM TIFOID TANPA KOMPLIKASI

PEMBAHASAN
Tatalaksana demam tifoid tanpa komplikasi adalah berupa pemeberian antibiotik golongan fluoroquinolone, diantaranya adalah
ciprofloxacin, ofl oxacin, dan pefloxacin. Pemebrian antibiotik golongan fluoroquinolone pada demam tifoid cukup efektif, karena
isolat dari bakteri Salmonella tyhpi tidak resisten terhadap golongan fluoroquinolone. Angka kesembuhan dari pemberian
antibiotik golongan fluoroquinolone mencapai 98%, demam akan turun dalam 4 hari, dan angka fecal carrier dan kekambuhan
kurang dari 2% (Bhan, Bahl, Bhatnagar, 2005). Salah satu antibiotik dari golongan fluoroquinolone yang saat ini telah diketahui
memiliki efektivitas yang cukup baik dalam mengatasi demam tifoid adalah levofloxacin. Pada penelitian sebelumnya dilakukan
perbandingan antara levofloxacin dengan obat standar ciprofloxacin untuk terapi demam tifoid tanpa komplikasi, denganb dosis
Levofloxacin diberikan sebanyak 500 mg, untuk 1 kali sehari dan antibiotik ciprofloxacin diberikan dengan dosis 500 mg, untuk 2
kali sehari, kedua antibiotik ini diberikan selama 7 hari. Kesimpulan yang didapat dari studi ini berupa levofloxacin lebih
bermanfaat dan efektif jika dibandingkan dengan ciprofloxacin dalam hasil mikrobiologi, waktu penurunan demam, dan juga
antibiotik ini memiliki efek samping yang jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah efek samping yang ditimbulkan oleh
ciprofloxacin (Nelwan et al., 2013). Salah satu terapi antbiotik lain yang dapat diberikan pada pasien demam tifoid adalah
azitromisin. Azitromisin merupakan antibiotic dari golongan makrolid pertama yang termasuk ke dalam kelas azalide. Terapi pada
demam tifoid tidak hanya berupa pemberian antibiotik, namun juga dapat berupa terapi suportif dan istirahat (bed rest).
PEMBAHASAN JURNAL
JUDUL : TERAPI PADA DEMAM TIFOID TANPA KOMPLIKASI

PEMBAHASAN
Tatalaksana demam tifoid tanpa komplikasi adalah berupa pemeberian antibiotik golongan fluoroquinolone, diantaranya adalah
ciprofloxacin, ofl oxacin, dan pefloxacin. Pemebrian antibiotik golongan fluoroquinolone pada demam tifoid cukup efektif, karena
isolat dari bakteri Salmonella tyhpi tidak resisten terhadap golongan fluoroquinolone. Angka kesembuhan dari pemberian
antibiotik golongan fluoroquinolone mencapai 98%, demam akan turun dalam 4 hari, dan angka fecal carrier dan kekambuhan
kurang dari 2% (Bhan, Bahl, Bhatnagar, 2005). Salah satu antibiotik dari golongan fluoroquinolone yang saat ini telah diketahui
memiliki efektivitas yang cukup baik dalam mengatasi demam tifoid adalah levofloxacin. Pada penelitian sebelumnya dilakukan
perbandingan antara levofloxacin dengan obat standar ciprofloxacin untuk terapi demam tifoid tanpa komplikasi, denganb dosis
Levofloxacin diberikan sebanyak 500 mg, untuk 1 kali sehari dan antibiotik ciprofloxacin diberikan dengan dosis 500 mg, untuk 2
kali sehari, kedua antibiotik ini diberikan selama 7 hari. Kesimpulan yang didapat dari studi ini berupa levofloxacin lebih
bermanfaat dan efektif jika dibandingkan dengan ciprofloxacin dalam hasil mikrobiologi, waktu penurunan demam, dan juga
antibiotik ini memiliki efek samping yang jauh lebih sedikit dibandingkan jumlah efek samping yang ditimbulkan oleh
ciprofloxacin (Nelwan et al., 2013). Salah satu terapi antbiotik lain yang dapat diberikan pada pasien demam tifoid adalah
azitromisin. Azitromisin merupakan antibiotic dari golongan makrolid pertama yang termasuk ke dalam kelas azalide. Terapi pada
demam tifoid tidak hanya berupa pemberian antibiotik, namun juga dapat berupa terapi suportif dan istirahat (bed rest).
PEMBAHASAN JURNAL

SIMPULAN

Terapi pada demam tifoid tanpa komplikasi adalah berupa pemberian antibiotik tiamfenikol,
kloramfenikol, Sefalosporin generasi III (sefotaksim, seftriakson, sefiksim), fluorokuinolon (ofloksasin,
siprofloksasin, perfloksasin) atau ampisilin/ amoksisilin, dan azitromisin pada saat ini juga sering
digunakan sebagai terapi pada demam tifoid. Pemberian antipiretik juga dapat digunakan sebagai terapi
pada demam tifoid untuk menurunkan suhu dan menghilangkan gejala demam. Terapi lain yang juga
dapat diberikan pada demam tifoid tanpa komplikasi adalah terapi suportif seperti pemeberian cairan
dan juga bed rest
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai