Anda di halaman 1dari 21

Ijtihad

Dan
Perkembangannya
PENGERTIAN IJTIHAD
1. Secara Bahasa
Kata ijtihad berasal dari kata ijtahada.
Kata ini terambil dari kata jahada
yang berarti kesungguhan, sepenuh
hati atau serius. Perubahan kata
jahada menjadi ijtahada mengandung
pengertian sangat sehingga artinya
menjadi kesungguhan yang sangat
atau kemampuan yang maksimal.
Ijtihad adalah pengerahan
kemampuan seorang faqih dalam
memperoleh dugaan kuat tentang
hukum syara’ yang bersifat ‘amali
melalui cara istinbath.
Dari definisi tersebut dapat diuraikan :
1. Ijtihad adalah pengerahan daya nalar secara
maksimal.
2. Ijtihad dilakukan oleh orang yang menguasai
bidang ilmu
tertentu dalam hukum syara’ yang disebut
faqih.
3. Produk yang dihasilkan adalah dugaan yang
DALIL PENETAPAN IJTIHAD
1. al-Qur’an
Dalil dari al-Qur’an dapat dilihat padaQS. 59:2, 4:59
dan 83, 42:38.
2. al-Hadits
a. Rasulullah bersabda : ’’Apabila seorang hakim
berijtihad dan benar maka baginya dua pahala tetapi
apabila ijtihadnya keliru baginya satu pahala” .
b. Hadits Nabi pada saat mengutus Muadz bin Jabal ke
negeri Yaman.
c. Ijma’
Telah terjadi ijma’ di kalangan sahabat tentang
pelaksanaan ijtihad
P
1. Ijtihad pada masa NabiERKEM B A NG A
a. Ijtihad yang dilakukan oleh Nabi N
b. Ijtihad yang dilakukan oleh sahabat IJTIHAD
di masa Nabi
2. Ijtihad pada masa sahabat
3. Ijtihad pada masa tabi’in
a. Ahlu Hadits
b. Ahlu Ra’yu
4. Ijtihad pada masa imam mazhab
a. Mazhab Hanafiyah (Nu’man bin Tsabit 80-150 H)
b. Mazhab Maliki (Malik bin Anas 93-179 H)
c. Mazhab Syafi’I (Muhammad bin Idris al-Syafi’I 150-204 H)
d. Mazhab Hanbali (Ahmad bin Hanbal 164-241 H)
e. Mazhab Zhahiri (Daud Ibnu Ali al-Asbahani 202-270 H)
f. Mazhab Zaidi (Zaid bin Ali Zainal Abidin 80-122 H)
g. Mazhab Ja’fari (Ja’far al-Shadiq 80-148 H)
PERSYARATAN MUJTAHID
A. Persyaratan yang berkaitan dengan kepribadian
1. Baligh dan berakal
2. Beriman

B. Persyaratan yang berkaitan dengan kemampuan


1. Mengetahui ilmu bahasa Arab
2. Mengetahui al-Qur’an dan ilmunya
3. Mengetahui Hadits baik dirayah maupun riwayahnya
4.Mengetahui tentang ijma’
5. Mengetahui tentang qiyas
6. Mengetahui tentang maksud syara’
7. Mengetahui ilmu Ushul Fikih
yang hukumnya tidak dijelaskan dalam al-Qur’an maupun
OBJEK IJTIHAD
dalam Sunnah Nabi. Tidak terdapatnya penjelasan hukum

tersebut dapat dilihat dari dua segi:


1. al-Qur’an dan Hadits tidak menjelaskannya
baik secara
keseluruhan maupun sebagiannya. Contoh :
hukum
menghimpun dan membukukan al-Qur’an
2. Secara jelas, langsung dan menyeluruh tidak
ada
ketentuan hukumnya namun secara tidak
METODE-METODE
IJTIHAD
A. Metode yang disepakati
1. Ijma’
2.Qiyas
B. Metode yang diperselisihkan
1. Istihsan 5. Syar’u man qoblana
2. Maslahah 6. Mazhab shahabi
3. Istishab 7. Dzariah
4.Urf
Ijma’
1. Pengertian
Ijma adalah kesepakatan mujtahid dari umat
Nabi Muhammad pada suatu masa setelah wafatnya
terhadap suatu hukum syara’ yang bersifat ‘amaliyah.
2. Kehujjahan ijma’
Menurut jumhur ulama ijma’ merupakan hujjah yang qoth’i
dan menempati urutan ketiga sebagai dalil syara’ berdasarkan
QS 4:59, 2:143, 3:110 dan 42:10 serta hadits Nabi : “Umatku
tidak akan bersepakat terhadap yang salah.”(HR at-Tirmidzi)
3. Tingkatan ijma’
a. Ijma’ sharih/lafzhi
Kesepakatan semua mujtahid tentang hukum tertentu di mana
semua mujtahid mengemukakan pandangannya.
b. Ijma’ Sukuti
Pendapat sebagian mujtahid tentang suatu maslah yang telah
tersebar sedang sebagian mujtahid lainya hanya diam dan tidak
menolak pendapat tersebut.
4. Kemungkinan terjadinya ijma’
Berdasarkan pandangan para ulama berkaitan dengan
kemungkinan terjadinya ijma’. Menurut mereka, ijma’
hanya mungkin terjadi pada masa sahabat karena
mereka masih berada pada satu daerah. Sedang pada
masa setelahnya untuk melakukan ijma’ tidak mungkin
karena luasnya wilayah Islam.
Contoh-contoh ijma’
1. Warisan buat nenek sebanyak 1/6
2. Pengangkatan Abu Bakar sebagi khalifah
3. Larangan menjual makanan yang belum
ada di tangan penjual
1. Pengertian
QIYAS
Qiyas secara bahasa artinya membandingkan,
mempersamakan atau mengetahui ukuran sesuatu.
Sedangkan secara istilah adalah menyamakan sesuatu
yang tidak ada nash hukumnya dengan sesuatu yang
ada nash hukumnya karena adanya persamaan ilat
hukum.
2. Dalil kehujjahan qiyas
Di antara ayat al-Qur’an yang dijadikan dalil
penggunaan qiyas antara lain : QS 4:59, 2:222, 2:179.
Sedangkan dari hadits Nabi antara lain hadits tentang
pengutusan Muadz bin Jabal ke negeri Yaman. Adapun
dalil dari ijma’ sahabat pada praktiknya mereka
menggunakan qiyas ketika diajukan permasalahan
hukum.
3.Rukun qiyas :
1. Ashal 3. Hukum
2.Far’un 4. Illat
4. Macam-macam qiyas
a. Qiyas aulawi
Penetapan illat pada hukum furu’ lebih kuat dari illat
dalam hukum ashal. Contoh : berbuat kasar pada orang
tua.
b. Qiyas setara
Penetapan illat pada hukum furu setara dengan illat pada
hukum ashal. Contoh : mengqiyaskan budak laki-laki
dengan budak perempuan (4:25)
c. Qiyas naqish
Penetapan illat pada hukum furu’ kurang tegas
sebagaimana dalam illat hukum ashal, contoh : illat
memabukkan pada minuman yang di buat dari anggur
1. Pengertian
ISTIHSAN
Istihsan secara bahasa artinya menyatakan atau meyakini baiknya
sesuatu. Sedang secara istilah istihsan berarti meninggalkan qiyas
dan mengamalkan yang lebih kuat dari itu karena adanya dalil
yang menghendakinya serta lebih sesuai dengan kemaslahatan
manusia.
2. Macam-macam istihsan
1. Beralih dari tuntutan qiyas jali kepada qiyas khofi. Contoh :
mempersamakan antara mewakfkan tanah dengan jual beli.
2. Beralih dari tuntutan nash umum kepada nash khusus. Contoh

penerapan sanksi hukum terhadap pencuri (QS 5:37) pada


musim paceklik atau kelaparan seperti yang terjadi pada masa
Umar bin Khotob.
3. Beralih dari tuntutan hukum kulli kepada hukum pengecualian.

Contoh : larangan wakaf bagi orang yang belum dewasa


1. Pengertian MASLAHAH
Maslahah secara bahasa artinya manfaat atau pekerjaan yang
mengandung manfaat. Sedang secara istilah maslahah berarti
mengambil manfaat dan menolak kemudharatan dalam rangka
memelihara tujuan-tujuan syara’.
2. Macam-macam mashlahah
a. Maslahah dhoruriyah
Mashlahah yang berhubungan dengan kebutuhan pokok manusia
di antaranya : memelihara agama, memelihara jiwa, memelihara
akal, memelihara keturunan, memelihara harata.
b. Maslahah hajiyah
Kemaslahatan yang dibutuhkan untuk menyempurnakan
kemaslahatan pokok. Misalnya di bidang ibadah seperti menjamak
dan mengqoshor sholat bagi musafir.
c. Maslahah tahsiniyah
Kemaslahatan yang sifatnya sebagai pelengkap. Misalnya makan
makanan bergizi, melakukan ibadah sunnah dan lain-lain.
ISTISHAB
1. Pengertian
Istishab secara bahasa berarti minta
bersahabat. Sedang secara istilah berarti
berlakunya hukum asal yang ditetapkan
berdasarkan nash sampai ada dalil yang
menunjukkan perubahan hukum tersebut.
Contoh : ketika telah terjadi akad nikah dan
suami menuduh istrinya sudah tidak gadis
lagi maka ia harus membuktikan
tuduhannya itu jika tidak maka berlaku
hukum asal bahwa istrinya masih gadis.
‘URF
1. Pengertian
‘Urf secara bahasa berarti yang baik.
Sedangkan secara istilah ‘urf adalah
kebiasaan mayoritas kaum, baik
dalam perkataan dan perbuatan.
‘Urf apabila tidak bertentangan
hukum syara’ maka boleh dijadikan
hujjah dalam menetapkan hukum.
SYAR’U MAN QOBLANA

1. Pengertian
Syar’u man qoblana berarti syariat
sebelum Islam.Para ulama sepakat bahwa
seluruh syariat sebelum Islam telah
dibatalkan secara umum oleh syariat
Islam. Namun pembatalan tersebut tidak
menyeluruh karena masih ada bagian-
bagian tertentu yang tidak dihapuskan.
MAZHAB SHAHABI
1. Pengertian
Mazhab shahabi berarti pendapat
para sahabat yang dinukil para
ulama, baik berupa fatwa maupun
ketetapan hukum sedang ayat atau
hadits tidak menjelaskan tentang
persoalan tersebut.
DZARIAH 1. Pengertian
Dzariah berarti jalan menuju kepada
sesuatu, baik yang dilarang atau
mengandung kemudharatan atau
sebaliknya. Apabila perbuatan
tersebut dilarang maka disebut sadd
ad-dzariah dan jika perbuatan
tersebut dituntut untuk dikerjakan
disebut fath ad-dzariah.
Terima Kasih atas Perhatian Anda
Semoga Bermanfaat
TEMA-TEMA DISKUSI
1.Konsep manusia menurut al-Qur’an
2.Konsep masyarakat Islam
3. Rasul dan Risalah (Islam era Mekkah)
4. Rasul dan risalah (Islam era Madinah)
5. Ibadah dalam Islam
6. Hukum dan ekonomi dalam Islam
7. Gelombang westernisasi dan modernisasi
8. Peran pemuda dalam menghadapi fenomena syirik,
murtad dan kekufuran
9. Pernikahan ; persiapan, tata cara, dan
pelaksanaannya secara Islami
10. Menuju keluarga barokah dan manajemen konflik
dalam rumah tangga

Anda mungkin juga menyukai