DIGESTIF LOWER
GI
Dr. Susetyowati, DCN., M.Kes
Dietetik dan penyakit 3 | 2019
PASKA BEDAH DIGESTIF
DIPENGARUHI OLEH :
• Lokasi stoma ileustomi, kolostomi
• Lokasi reseksi (digestif) gaster, usus halus,
usus besar
• Risiko kebocoran penyakit krons,
peritonitis masif, syok, sepsis
TUJUAN DIET
PASCA BEDAH
Faktor aktifitas :
pasien rawat jalan 1,25
pasien bed rest 1,15
dengan ventilator 1,10.
Faktor stress :
bedah minor dengan operasi elektif = 1,0 – 1,2
bedah mayor 1,3 – 1,55 (landt, 2002)
BERDASAR TINGKAT STRESS & BERAT BADAN
(Land, 2002)
ATRESIA ANI
• Tidak didapatkan adanya lubang anus pada bayi
baru lahir.
• Gejala dalam waktu 24-48 jam perut kembung,
muntah dan tidak bisa BAB
• atresia letak tinggi dan tengah kolostomi
umur 6 bulan dilakukan operasi definitif
• Kolostomi merupakan salah satu jenis Stoma
usus, yaitu suatu lubang pada usus yang tembus
sampai ke permukaan abdomen, yang temporer
atau permanen.
TUJUAN DIET
• Memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi pasien
secara bertahap untuk menurunkan pengeluaran
dan iritasi stoma
• Mengganti kehilangan zat gizi paska operasi
• Mempercepat proses penyembuhan dan
meningkatkan daya tahan tubuh dengan
memperhatikan faktor tumbuh kembang bayi dan
anak
SYARAT DIET
• Pemberian makanan secara bertahap dimulai dengan
cairan jernih diet rendah sisa.
• Pada tahap penyembuhan luka operasi diberikan diet
tinggi energi dan protein.
• Pemberian cairan harus cukup, untuk mencegah
konstipasi.
• Pemberian makanan ditingkatkan dari diet redah serat
kemudian diet tinggi serat.
DIET PENYAKIT HIRSCHPRUNG
• Kelainan kongenital tidak dijumpai
pleksus auerbachii maupun pleksus meisneri
pada kolon.
• Tidak adanya ganglion sel hambatan pada
gerakan peristaltik ileus fungsional
( megakolon Kongenital)
• neonatus : gangguan konstipasi, obstruksi
usus maupun enterokolitis
• Anak : Konstipasi.
• Tanda-tanda malnutrisi
• Operasi 2 tahap dengan kolostomi
• Operasi satu tahap tanpa kolostomi.
SYARAT DIET
• Pada periode preoperatif , neonatus dengan gizi
buruk karena obstruksi gastrointestinal,
memerlukan nutrisi paranteral.
• Pada periode post operasi pemberian makanan
per oral dimulai sesegera mungkin untuk
memfasilitasi adaptasi usus dan penyembuhan
anastomosis.
• Pemberian oral pada hari ke dua paska bedah dan
nutrisi enteral secara penuh pada hari ke empat
pada pasien yang sering muntah
• Pemberian ASI tetap dilanjukan
• Energi dan protein tinggi, diberikan secara
bertahap.
PENERAPAN DIET ILEUSTOMI
DAN COLOSTOMI
Transverse colostomy
output = soft
Descending colostomy
Sigmoid colostomy
Ileostomy output = formed
effluent is soft and fluid
PENGKAJIAN DATA
Riwayat Penyakit :
◦Colostomi Carcinoma, Diverticular disease, Trauma,
Radiation enteritis, Bowel ischaemia, Hirschprung’s
disease, Congenital abnormalities, Obstruction, Crohn’s
disease
◦Ileustomi Ulcerative colitis, Crohn’s disease, Familial
polyposis coli, Obstruction, Radiation enteritis, Trauma,
Meconium ileus. Carcinoma
◦Operasi colostomi, ileustomi
◦Permanen / temporer
ASSEMEN GIZI
◦ Asupan zat gizi ◦ Biokimia
◦ Pola makan : makanan yang ◦ Albumin
menyebabkan bau, ◦ Hb
konstipasi ◦ Gangguan elektrolit :
◦ Recall 24 jam kalium, natrium
◦ Antropometri
◦ Fisik dan Klinik
◦ TB, BB
◦ Konstipasi
◦ IMT ; LILA
◦ Diare
◦ Perubahan berat badan
DIAGNOSIS GIZI
◦ NB-1.4 Kurangnya monitoring individu
(riwayat ostomi baru)
◦ Konstipasi
Asupan cairan dan
serat bertahap
Cairan jernih diet
rendah sisa untuk
menurunkan
pengeluaran dan iritasi
stoma.
Rendah serat
cukup serat
MASALAH :
Bau tidak sedap
◦ Aroma bau tidak sedap
disebabkan steatorea atau
bakteri.
Kebutuhan Cairan
• Nutrisi polimerik
• Nutrisi enteral elemental diberikan pada
kondisi hipoalbuminemia dan fistula letak
tinggi high output pada nutrisi yg dimasukkan
langsung ke distal fistula
COMPLETE BOWEL REST
• Reduce fistula drainage
• Solid food stimulates secretion of digestive juices and
therefore increases fistula output, exacerbating poor
nutritional status and limiting healing
NUTRITIONAL SUPPORT
• Enteral feeding
• Primary method of choice
• Esophagus, distal ileum, and colon
• Given below proximal fistula if accessible
• Parenteral nutrition
• Intolerance to enteral nutrition
• Gastroduodenal, pancreatic, or jejuno-ileal fistulae
• Proximal fistulas if distal enteral access is not
possible