Anda di halaman 1dari 37

ASKEB II 1

1. Perubahan Fisiologis pada


Kala II Persalinan

A.. Kontraksi, dorongan otot-otot dinding


Kontraksi uterus pada persalinan mempunyai
sifat tersendiri. Kontraksi menimbulkan
nyeri, merupakan satu-satunya kontraksi
normal muskulus. Kontraksi ini dikenalkan
oleh syaraf intrinstik, tidak disadari, tidak
dapat diatur oleh ibu bersalin, baik frekuensi
maupun lama kontraksi.

ASKEB II 2
Sifat khas kontraksi :
A. Penyebab rasa nyeri belum diketahui secara pasti.
Beberapa dugaan penyebab antara lain :
1. Pada saat kontaksi terjadi kekurangan oksigen
pada miometrium.
2. Penekanan ganglion syaraf di serviks dan uterus
bagian bawah.
3. Pergerakan servik akibat dari pelebaran serviks.
4. Peregangan peritoneum sebagai organ yang
menyelimuti uterus.

Rasa sakit dari fundus merata ke seluruh uterus


sampai berlanjut ke punggung bawah.
ASKEB II 3
Pada waktu selang kontraksi / periode relaksasi
diantara kontraksi memberikan dampak berfungsinya
sistem-sistem dalam tubuh, yaitu :

a. Memberikan kesempatan pada jaringan otot-otot


uterine u/beristirahat agar tidak menurunkan
fungsinya oleh karena kontraksi yang kuat secara
terus menerus.
b. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk istirahat,
karena rasa sakit selama kontraksi.
c. Menjaga kesehatan janin karena pada saat kontraksi
uterus mengakibatkan kontriksi pembuluh darah
plasenta sehingga bila secara terus menerus
berkontaksi, maka akan menyebabkan hipoksia,
anoksia dan kematian janin.
ASKEB II 4
B. Uterus
• Terjadi perbedaan pada bagian uterus :
A. Segmen atas : Bagian yang berkontraksi, bila dilakukan
palpasi akan teraba keras saat kontraksi.
B. Segmen bawah : Terdiri atas uterus dan cerviks,
merupakan daerah yang teregang, bersifat pasif. Hal ini
mengakibatkan pemendekan segmen bawah uterus.
C. Batas antara segmen atas dan segmen bawah uterus
membentuk lingkaran cincin retraksi fisiologis. Pada
keadaan kontraksi uterus inkoordinasi akan membentuk
cincin retraksi patologis yang dinamakan cincin bandl.

ASKEB II 5
c. Perubahan ligamentum rotundum

Pada saat kontraksi uterus ligamentum


rotundum yang mengandung otot-otot polos ikut
berkontaksi sehingga ligamentum rotundum
menjadi pendek.

Faal ligamentum rotundum dalam persalinan

A. Fundus uteri pada saat kehamilan bersandar


pada tulang belakang, ketika persalinan
berlangsung berpindah kedepan mendesak
dinding perut bagian depan ke depan pada setiap
kontraksi. Perubahan ini menjadi sumbu rahim
searah dengan sumbu jalan rahim.
ASKEB II 6
Lanjutan. . . .

B. Fundus uteri terlambat karena adanya


kontraksi ligamentum rotundum pada
saat kontraksi uterus, hal ini
menyebabkan fundus tidak dapat naik
keatas. Bila pada waktu kontraksi fundus
naik keatas maka kontraksi itu tidak
dapat mendorong anak kebawah.

ASKEB II 7
D. Effasment dan dilatasi serviks
Pengaruh tidak berlangsung dari kontraksi uterus
adalah terjadinya effasment dan dilatasi serviks.
Effasment merupakan pemendekan atau pendataran
ukuran dari panjang kanalis servikalis. Ukuran normal
kanalis servikalis 2-3 cm.
Dilatasi adalah pembesaran ukuran ostium uteri
interna (OUI) yang kemudian disusul dengan pembesaran
ukuran ostium uteri eksterna (OUE). Pembesaran ini
berbeda antara primigravida dan multigravida. Proses
dilatasi ini dibantu / dipermudah oleh tekanan hidrostatik
cairan amnion. Tekanan hidrostatik cairan amnion terjadi
akibat dari kontraksi uterus.

ASKEB II 8
2. Asuhan sayang Ibu dan posisi meneran

Posisi ibu saat persalinan membantu ibu agar


tetap tenang dan rileks selama persalinan.
Pemilihan posisi adalah yang diingginkan oleh
ibu dalam persalinannya. Bidan mendukung dan
menyarankan alternatif-alternatif hanya
apabila tindakan ibu tidak efektif atau
membahayakan bagi dirinya sendiri atau bagi
bayinya.

ASKEB II 9
Asuhan sayang Ibu dan posisi meneran

Adapun beberapa hal yang merupakan


asuhan sayang ibu adalah :
a. Pendampingan keluarga
b. Libatkan keluarga
c. KIE proses persalinan
d. Dukungan psikologi
e. Membantu ibu memilih posisi
f. Cara meneran (mengejan)
g. Pemberian nutrisi
ASKEB II 10
Posisi Meneran
POSISI ATASAN / RASIONALISASI
DUDUK ATAU Lebih mudah bagi bidan untuk membimbing kelahiran kepala
SETENGAH DUDUK bayi dan mengamati / mensupport perineum.

POSISI MERANGKAK Baik untuk persalinan dengan punggung yang sakit :


► Membantu bayi melakukan rotasi
► Peregangan minimal pada perineum

BERJONGKOK ATAU Membantu penurunan kepala bayi :


BERDIRI ► Memperbesar ukuran panggul, menambah 25 % ruang
outletnya
► Memperbesar dorongan untuk meneran (bisa memberi
kontribusi pada laserasi).
BERBARING MIRING ► Memberi rasa santai bagi ibu yang letih.
KEKIRI ► Memberi oksigenisasi yang baik bagi bayi.
►Membantu mencegah terjadinya laserasi.

ASKEB II 11
3. MEKANISME PERSALINAN
1. Penurunan terjadi selama persalinan oleh karena daya
dorong dari kontraksi dan posisi, serta peneranan
(selama kala II) oleh ibu.
2. Fiksasi (engagement) ialah tahap penurunan pada
waktu diameter bipariental dari kepala janin telah
masuk panggul ibu.
3. Fleksi adalah sangat penting bagi penurunan selama
kala dua. Melalui fleksi ini, diameter terkecil dari
kepala janin dapat masuk kedalam panggul dan terus
menuju dasar panggul. Pada saat kepala berada di
dasra panggul tahanannya akan meningkat sehingga
terjadi fleksi yang bertambah besar yang sanggat
diperlukan supaya diameter terkecil dapat terus
menurun.
ASKEB II 12
MEKANISME PERSALINAN. . . . .
4. Rotasi internal dari kepala akan membuat
diameter anteroposterior (yang lebih panjang)
dari kepala menyesuaikan diri dengan diameter
anteroposterior dari panggul ibu.
5. Lahirnya kepala dengan cara ekstensi (untuk
posisi-posisi occiput anterior) terjadi oleh
karena gaya tahanan dari dasar panggul dimana
gaya tersebut membentuk cekungan carus,
yang menggarahkan kepala ke atas menuju ke
lubang vulva. Bagian leher belakang di bawah
occiputnya akan bergeser di bawah symphys
pubis dan bekerja sebagai titik poros. Uterus
yang berkontraksi kemudian memberikan
tekanan tambahan atas kepala yang
menyebabkannya ekstensi kepala lebih lamjut
saat lubang vulva vagina membuka lebar.
ASKEB II 13
MEKANISME PERSALINAN. . . . .

6. Restitusi ialah perputaran kepala sejauh 45


derajat baik kearah kiri atau kearah kanan,
bergantung pada arah dimana ia mengikuti
perputaran menuju posisi occiput anterior.
7. Rotasi eksternal terjadi secara bersamaan
dengan putaran intern dari bahu. Pada saat
kepala janin mencapai dasar panggul, bahu
akan mengalami perputaran dalam arah yang
sama dengan kepala janin agar terletak
didalam diameter yang besar dari rongga
panggul (AP). Bahu anterior akan terlihat
pada lobang vulva vagina, dimana ia akan
bergeser di bawahASKEB
sysmphysis
II
pubis. 14
MEKANISME PERSALINAN. . . . .

8. Bahu posterior kemudian akan meregangkan


perineum dan kemudian dilahirkan dengan cara fleksi
lateral, setelah bahu dilahirkan, sisa tubuh akan
segera lahir mengikuti lengkung carus (kurva jalan
lahir).

ASKEB II 15
MEKANISME PERSALINAN NORMAL

Mekanisme persalinan merupakan


gerakan janin dalam menyesuaikan dengan
ukuran dirinya dengan ukuran panggul
saat kepala melewati panggul. Mekanisme
ini sangat diperlukan mengingat diameter
janin yang lebih besar harus berada pada
satu garis lurus dengan diameter paling
besar dari
panggul .
ASKEB II 16
Diameter kepala janin yang perlu diperhatikan :

1. Diameter bipariental yaitu Jarak antara dua


pariental ( 9.5 cm).
2. Diameter suboccipito bregmatika jarak
antara pertemuan leher dan oksiput ke
bregma (ubun-ubun besar 9.5 cm).
3. Diameter occipitofrontalis. Jarak dari
oksiput ke sinsipital (11.5 cm).
4. Occipitomento yaitu jarak dari ubun-ubun
kecil ke mentium (dahi) 12.5 – 13.5 cm.
5. Submentobregmatik yaitu jarak pertemuan
leher dan rahang bawah ke bregma 9.5 cm.
ASKEB II 17
Adapun gerakan0gerakan janin dalam persalinan /
gerakan kardinal adalah sebagai berikut :

1. Engagement
2. Penurunan kepala
3. Fleksi
4. Rotasi dalam
5. Ekstensi
6. Rotasi luar
7. Ekspulsi

ASKEB II 18
4. ASUHAN KALA II
1. Meningkatkan perasaan aman dengan mendukung,
mendorong dan menyakinkan ibu.
2. Membantu pernafasan.
3. Membantu dalam teknik meneran.
4. Mengikutsertakan, menghormati, anggota keluarga
atau teman yang menemani.
5. Memberikan tindakan-tindakan yang menyenangkan
misalnya mengusap dahi.
6. Membiarkan dan membantu ibu minum antara selang
waktu kontraksi.
7. Secara terus menerus mengamati prinsip-prinsip
pencegahan infeksi serta dasar-dasar hygiene.
8. Memastikan kandung kemih kosong dengan
membantu dan mendorong ibu mengosongkannya
secara teratur.

ASKEB II 19
KALA II
PERSALINAN

Proses pengeluaran buah kehamilan


sebagai hasil pengenalan proses
dan penatalaksanaan kala
pembukaan
ASKEB II 20
Tujuan
• Batasan dan diagnosis kala II
• Persiapan proses pengeluaran buah kehamilan
• Amniotomi dan indikasinya (termasuk risiko)
• Posisi dan cara meneran
• Menilai kemajuan kala II
• Memantau dan menilai kondisi ibu dan janin pada
kala II
• Perasat melahirkan kepala, bahu, dan tubuh
• Mengenali penyulit dan komplikasi kala II
• Kemungkinan melakukan rujukan

ASKEB II 21
Gejala dan Tanda Kala II

 Adanya dorongan mengejan


 Penonjolan pada perineum
 Vulva membuka
 Anus membuka

ASKEB II 22
Diagnosis

 Telah terjadi pembukaan


lengkap.
 Tampak bagian kepala janin
melalui bukaan introitus
vagina.
ASKEB II 23
Persiapan penolong persalinan

 Sarung tangan dan barier protektif lainnya


 Tempat bersalin
 Peralatan dan bahan yang diperlukan
 Tempat meletakkan dan lingkungan yang
nyaman bagi bayi
 Penyiapan ibu dan keluarganya (Asuhan
Sayang Ibu, bersihkan perineum dan lipat paha,
kosongkan kandung kemih, amniotomi, dan
menjelaskan peran suami/pendamping)
ASKEB II 24
Penatalaksanaan Kala II
• Setelah pembukaan lengkap, pimpin untuk
meneran apabila timbul dorongan spontan untuk
melakukan hal itu
• Beristirahat diantara kontraksi
• Berikan posisi yang nyaman bagi ibu
• Pantau kondisi janin
• Bila ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap,
anjurkan bernafas cepat/biasa, atur posisi agar
nyaman, upayakan tidak meneran hingga
pembukaan lengkap

ASKEB II 25
Perhatikan ! ! ! !
► Bila pembukaan sudah lengkap tetapi ibu tidak
ingin meneran, anjurkan untuk mobilisasi atau
mengubah-ubah posisi hingga timbul dorongan
untuk meneran
► Bila kontraksi kuat tetapi ibu tidak ingin meneran
setelah 60 menit dari sejak pembukaan lengkap,
pimpin untuk meneran saat kontraksi puncak (beri
asupan yang cukup)
► Bila 60 menit setelah itu kelahiran bayi masih
belum terjadi, rujuk ibu ke fasilitas rujukan
ASKEB II 26
Pemantauan penatalaksanaan
Kala II
• Nadi ibu setiap 30 menit
• Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit
• DJJ setelah meneran atau kontraksi
• Penurunan kepala (palpasi luar) setiap 30 menit
atau jika ada indikasi, lakukan periksa dalam setiap
60 menit
• Kondisi selaput ketuban dan warna cairan ketuban
• Kemungkinan adanya presentasi majemuk
• Putaran paksi luar (setelah lahirnya kepala bayi)
• Pencatatan hasil pemeriksaan dan intervensi
ASKEB II 27
Episiotomi

Tidak dilakukan secara rutin


Bila tidak tepat waktu dan
prosedurnya salah, terjadi
peningkatan jumlah perdarahan,
laserasi derajat 3 atau 4 dan kejadian
hematoma
Menyebabkan nyeri pascapersalinan
Meningkatkan risiko infeksi
ASKEB II 28
Episiotomi untuk mempercepat persalinan,
dilakukan pada kondisi berikut:

 Terjadi gawat janin dan persalinan


mungkin harus diselesaikan dengan
bantuan alat (ekstraksi cunam atau
vakum)
 Adanya penyulit (distosia bahu,
persalinan sungsang)
 Adanya parut yang menghambat proses
pengeluaran bayi

ASKEB II 29
Pada saat pengeluaran, perhatikan hal-
hal berikut:

 Posisi ibu saat melahirkan bayi


 Cegah terjadinya laserasi atau trauma
 Proses melahirkan kepala
 Memeriksa lilitan tali pusat pada leher bayi
 Proses melahirkan bahu
 Proses melahirkan tubuh bayi
 Mengusap muka, mengeringkan dan
rangsangan taktil pada bayi
 Memotong tali pusat

ASKEB II 30
Gejala dan Tanda Distosia Bahu

• “Turtle Sign” : kepala terdorong keluar


tetapi kembali ke dalam vagina setelah
kontraksi atau ibu berhenti meneran
• Tidak terjadi putaran paksi luar apabila
kepala telah lahir
• Kepala tetap pada posisinya (dalam
vagina) walau ibu meneran sekuat
mungkin
ASKEB II 31
Kondisi yang harus diatasi sebelum
menatalaksana Kala II
 Syok
 Dehidrasi
 Infeksi
 Pre-eklampsia/Eklampsia
 Inersia Uteri
 Gawat janin
 Penurunan kepala terhenti
 Adanya gejala dan tanda distosia bahu
 Pewarnaan mekonium pada cairan ketuban
 Kehamilan ganda/kembar
 Tali pusat menumbung atau
ASKEB II
lilitan tali pusat 32
Jenis-jenis Episiotomi

ASKEB II 33
Ekstraksi Vakum

ASKEB II 34
Ekstraksi Forseps

ASKEB II 35
Penambahan sumbu anteroposterior
dengan perasat Mc Robert

ASKEB II 36
ASKEB II 37

Anda mungkin juga menyukai