Anda di halaman 1dari 13

PEMANFAATAN LIMBAH EX-FIBRECYCLON SEBAGAI

ALTERNATIF MEDIA TANAM JAMUR TIRAM PUTIH


(Pleurotus ostreatus)

Oleh:
AGUNG WICAKSONO
PENDAHULUAN

JAMUR TIRAM

Jamur digolongkan sebagai tanaman


heterotrofik, karna jamur hidup dengan
cara mengambil zat makanan, seperti
selulosa, glukosa, lignin, protein dan
senyawa pati dari organisme lain
(Saparinto et al.,2010).

Fibre sebagian besar terdiri dari


karbohidrat termasuk selulosa,
hemiselulosa dan lignin (Intara et al.,
Gambar 4 : Jamur Tiram 2012).
TUJUAN PENELITIAN

1. Mendapatkan alternatif media tanam jamur tiram putih (Pleurotus


Ostreatus) dari limbah padat industri kelapa sawit.

2. Mengetahui pengaruh fibre ex-fibrecyclone terhadap produktivitas jamur


tiram putih (Pleurotus Ostreatus).

3. Mendapatkan perlakuan terbaik untuk meningkatkan produktivitas


jamur tiram putih (Pleurotus Ostreatus).
 
MANFAAT PENELITIAN

1. Sebagai bahan informasi yang diharapkan dapat menjadi alternatif solusi


dalam mengatasi langkanya media tanam jamur untuk konsumsi.

2. Sebagai bahan informasi alternatif metode pengolahan limbah industri


kelapa sawit.

3. Meningkatkan nilai ekonomi limbah industri kelapa sawit dengan


mengurangi dampak negatifnya bagi lingkungan.

4. Mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan.

5.Meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya masyarakat disekitar


sawit.

6. Menciptakan kerja sama antara pelaku industri kelapa sawit dengan


masyarakat.
 
HIPOTESIS PENELITIAN

1. Perlakuan dengan dosis 100% fibre ex-fibrecyclone merupakan perlakuan terbaik


untuk meningkatkan prosuktivitas jamur tiram (Pleurotus Ostreatus).

2. Fibre ex-fibrecyclone sebagai alternatif media tanam jamur tiram putih (Pleurotus
Ostreatus) dari limbah padat industri kelapa sawit.

3. Mendapatkan perlakuan terbaik untuk meningkatkan produktivitas jamur tiram putih


(Pleurotus Ostreatus).

BUDIDAYA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT


Lanjutan…..

METODE PENELITIAN

Penelitian ini disusun dengan menggunakan metode dekskriftif. Dengan 4 Perlakuan .


antara lain :
P0 : 100% serbuk kayu
P1 : 100% fibre ex-fibrecyclone
P2 : 50% fibre ex-fibrecyclone + 50% serbuk kayu
P3 : 75% fibre ex-fibrecyclone + 25% serbuk kayu.

Setiap perlakuan terdiri dari 3 ulangan dan setiap ulangan terdiri dari 1 sampel sehingga
terdapat 12 unit percobaan ( bag log jamur).
ALAT DAN BAHAN
ALAT

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar 4. Gambar 5.


Ayakan Timbangan manual Ph Meter Otoklaf Lampu Bunsen

Gambar 9. Gambar 8. Gambar 7. Gambar 6.


Ayakan Spatula Sprayer Timbangananalitik
BAHAN

Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3. Gambar4. Gambar 5.


Serbuk kayu Fibre Bekatul Dolomit Serbuk kayu

Gambar 10. Gambar 9. Gambar 8. Gambar 7. Gambar 6.


Karet Kapas Pelastik Bibit jamuf F2 Alkohol
PROSEDUR PERCOBAAN

GAMBAR 3.
GAMBAR 1. GAMBAR 2. GAMBAR 4.
Pengelompakan dari masing-
Pemisahaan bagan dari Penimbangan bahan Pencampuran Bahan
masing perlakuan
sampagh

GAMBAR 8. GAMBAR 7. GAMBAR 5.


GAMBAR 6.
Melakukan sterilisasi dengan Melakukan sterilisasi dengan Pengomposan
Pencetakan Bag log
lampu bunsen otoklaf

GAMBAR 9.
GAMBAR 10.
Inokulasi
inkubasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai ph Awal pada media

Tabel 1. Hasil Pengukuran pH sebelum Nilai pH berkisar dari 0 hingga


ada perlakuan 14. Nilai pH>7 menunjukkan
larutan memiliki sifat basa,
sedangkan nilai pH<7
Nilai pH sebelum menunjukan keasaman.
Media pencampuran

Nilai pH

Serbuk kayu 8,96

Fibre 9,27

BUDIDAYA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT


Nilai pH Awal dan Akhir

Tabel 2. Rataan Hasil Dari Pengukuran pH


awal dan akhir

Rataan Pengukuran pH awal dan akhir


Perlakuan
(Sebelum) (Sesudah)
P0 8,51 6,98
P1 8,99 7,25
P2 8,57 7,39
P3 8,69 6,8

Jamur dapat tumbuh optimum pada pH media 6


sampai 8(Seswati, et al., 2013).

BUDIDAYA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT


TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai