Anda di halaman 1dari 47

ANTIPSIKOTIK

PADA PENGOBATAN
SKIZOFRENIA
I DEWA GEDE BASUDEWA
Pemeriksaan neurologis meliputi: fungsi cerebral(al:
Glasgow Coma Scala (GCS), fungsi nervus cranialis,
fungsi sensorik, fungsi motorik dan reflek
PERAN SSO (Susunan Saraf Otonom)
HUBUNGAN OTAK MEMORI DAN
EMOSI
Fungsi Otak Emosi
Amygdala(Otak Emosi)
“Reasoning” Terapi Psikofarmaka
• Fenomena psikologis berhubungan dengan fungsi
otak
• Psikopatologi berhubungan dengan fungsi otak yang
abnormal
• Intervensi merubah fungsi otak
• Cara termudah dengan obat
– Mempengaruhi daripada menghilangkan hubungan syaraf
– Dapat reversible
Antipsikotik

• Dopamine receptor blockers


– Dasarnya “the dopamine hypothesis”
• Overactive sistem dopamine  gejala positif schizophrenia
• Dopamine berperan dalam kontrol perilaku dan pergerakan
• Berhubungan dengan
– Dialog internal
– Ingatan akan kejadian yang tidak biasa

– Efek samping dopamine receptor blockers


• Tardive dyskinesia (gerakan involunter; mulut, bibir, lidah)
• Tremor Parkinson
Neurotransmiter
• Neurotransmiter adalah salah satu dari kelas
zat kimia yang membawa pesan antarneuron.
Biasanya, neuron pengirim melepaskan
sejumlah kecil neurotransmiter, yang
mengaktifkan reseptor pada neuron
penerima. Aktivasi reseptor kemudian
memulai serangkaian perubahan kimia di
neuron penerima, dan jika cukup reseptor
yang diaktifkan, neuron penerima mungkin
menjadi aktif dan mengirim pesan bersama.
PERAN NEUROTRANSMITER
• Neurotransmiter adalah bahan kimia endogen yang
mengirimkan sinyal dari neuron ke sel
target di sinaps . Neurotransmitter yang dikemas ke
dalamvesikel sinaptik berkerumun di
bawah membran di sisi presynaptic sinaps, dan
dilepaskan ke dalam celah sinaptik, di mana mereka
mengikat pada reseptor dimembran pada
sisi postsynaptic dari sinaps. Pelepasan
neurotransmiterbiasanya mengikuti kedatangan
sebuah potensial aksi pada sinapsis, tetapi juga
dapat mengikuti potensi listrik dinilai.
Neurotransmiter
• Istilah yang mungkin terkait dengan
Neurotransmiter :
• Neuron
• Akson
• Dendrit
• Dopamin
• Serotonin
• Norepinefrin
GAMBAR SARAF/NEURON
Patofisiologi & Pengobatan Farmakologik
SKIZOFRENIA, PSIKOSIS
• PENINGKATAN AKTIVITAS SYSTEM
DOPAMINERGIK DI SSP
• SYMPTOM: GANGGUAN PROSES FIKIR,
MENURUNNYA EMOSI, HALUSINASI ATAU
DELUSI
• PERLU PENGOBATAN JANGKA PANJANG:
Relaps rate: 40%(2 th)- 80% tanpa obat(2th),
PBD 50%--10% berhasil
Psikotropik & Narkotik
• Psikotropik : Obat yg mempunyai efek utama
terhadap aktivitas mental & perilaku dan
digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik.
• Narkotika : Obat yg bekerja pada SSP dan
digunakan sebagai analgetika dalam praktek
kedokteran.
Obat Anti Psikotik
Obat Anti Psikotik / Neuroleptika / Major Tranquillizers.
Neuroleptik  menekankan pada efek neurologis dan motorik
dari sebagian besar obat. (Perkembangan baru banyak obat
(Risperidone)  sedikit efek neurologis  label neuroleptik
tak tepat untuk keseluruhan Obat Anti Psikotik.
Mayor Trankuilizer  menekankan efek primer obat ini adalah
mensedasi pasien. (Tidak tepat seolah-olah sedasi golongan
Trankuiliser Minor/Benzodiasepin kurang poten dibanding
mayor, juga banyak OAP generasi baru berefek sedasi
ringan/bahkan tanpa sedasi)
Obat Acuan : Chlorpromazin
(CPZ),Haloperidol,risperidone,clozapin
Penggolongan OAP
• Berdasar rantai kimiawi (struktur molekul) 
menentukan farmakokinetiknya.
• Berdasar Tipikal & Atipikal (Efek pada
reseptor)  Menentukan
farmakodinamiknya.
• Berdasar Potensi (Low Potensi & High Potensi)
 menentukan sediaan dosis obat serta efek
sampingnya.
Penggolongan Anti Psikotik Struktur
Molekul
1. Phenothiazine
a. Rantai Alifatik :
- Chlorpromazin
- Levomepromazin (Nozinan)
b. Rantai Piperazin :
- Perfenazin (Trilafon; Avomit)
- Trifluoperazin (Stelazin)
- Flufenazin ( Anatensol, Modecate)
c. Rantai Piperidin :Thioridazin ( Melleril/dg efek
neurologis > sedikit)
Penggolongan OAP
2. Butirofenon :
Haloperidol (Haldol, Serenace, Lodomer dsb)
3. Difenil-butil-piperidin : Pimozide (Orap 
diyakini mengurangi Gx negatif Skizofren).
4. Benzamid : Sulpiride (Dogmatil)
5. Dibenzoxazepin : Loxapin (Loxitane).
6. Rauwolfia Alkaloid : Reserpin ( serpasil)
OAP Atipikal
• Klozapin (Clozaril, Sizoril / 25mg dsb).
• Quetiapin (Seroquel; 50 mg).
• Zotepin (Lodopin; 25 mg).
• Olanzapin (Zyprexa, 5mg).
• Ziprasidon ( belum dipasarkan).
• Risperidone (Risperdal, Rizodal; 1 mg dsb).
• Aripiprazol (Abilify 10 mg/ Partial Agonis Serotonin
 perbedaan bermakna dg yg lain sebagai
antagonis/partial agonis 5 HT).
Indikasi Penggunaan Utama
• Gejala Sasaran (target Syndrome) : Sindrom
Psikotik dg simtom diagnostik :
1. Hendaya berat RTA (Reality Testing Ability)

- Awareness (kesadaran diri).
- Judgment (daya nilai norma sosial).
- Insight (daya tilikan).
Indikasi Penggunaan Utama
2. Hendaya berat dalam fungsi mental 
- Gangguan asosiasi pikiran;
- isi pikiran yg tidak wajar (waham),
- gangguan persepsi (halusinasi),
- gangguan perasaan (tidak sesuai dg
situasi).
- perilaku aneh / tidak terkendali
(disorganized)

3. Hendaya Berat dalam fungsi Kehidupan sehari-hari 


tidak mampu bekerja, berhubungan sosial, merawat diri.
Reseptor yg diyakini berpengaruh
dg Ggg Psikotik

• D-2  gejala positip


• D-1  Gejala negatif
• D-4  Fungsi kognitif
• 5 HT-2A  memperbaiki simtom negatif &
mengurangi gejala ekstrapiramidal.
• 5 HT-2C  meningkatkan BB
Efek Samping NonNeurologis
1. Jantung :
OAP Low potency > OAP High potency.
Perpanjangan interval QT & PR,
penumpukan glb T serta depresi ST segmen
 ggg irama jantung.
2. Hipotensi Otostatik (postural) :
- OAP low potency > OAP high potency.
- Akibat penghambatan adrenergik alfa
(tidak beta)  adrenalin dikotraindikasikan.
3. Hematologi :
- Agranulositosis ( terutama CPZ & Melleril);
Insiden 5/10.000 pasien; sering terjadi 3 bulan
pertama terapi.
- Purpura trombositopenik/
nontrombositopenik
- anemia hemolitik,
- pansitopenia.
4. Antikolinergik Perifer :
- Kering hidung & mulut.
- Pandangan kabur/midriasis.
- Konstipasi & retensi Urin.
- Mual; muntah
- Dapat > parah bila OAP LP+ Anti depresan
trisiklik / OAP LP+Obat antikolinergik.
- Risperidone  Rinitis /Kongesti hidung
(Penghambatan Adrenergik alfa-1)
5. Endokrin  Peningkatan sekresi Prolaktin  -
ginaekomastia (pembesaran payudara)
- galaktorea (keluarnya air susu).
- Ggg Fungsi seksual (impotensi).
- Amenorea & penghambatan orgasme.
6. Penambahan Berat Badan.
7. Dermatologis  sering pada OAP LP
- Dermatitis alergika; Fotosensitivitas.
8. Mata :
Pigmentasi retina (Melleril), deposit granular
coklat keputihan – coklat kekuningan di lensa
anterior & kornea posterior (dg Funduscopy)
 tak ganggu penglihatan.
9. Hepar :
Ikterus Obstruktif / kolestatik  relatif jarang,
pada bulan pertama  gejala nyeri abdomen
bag atas, mual, muntah, demam, ruam kulit,
peningkatan bilirubin urin, serum, alkali
fosfatase dan transaminase.
10. Overdosis OAP  Gejala :
- Extrapiramidal sindrom, midriasis, takikardia,
penurunan refleks tendon dan hipotensi.
- Gejala > Parah  Delirium,koma, Depresi
Pernafasan dan kejang.
- Gejala > Parah tsb terjadi bila juga konsumsi Zat
Depresan SSP (Alkohol, Bensodiazepin, Opiat dsb).
- haloperidol (OAP Tipikal yg paling aman).
Melleril  Blok jantung, Fibrilasi Ventrikuler.
- Tatalaksana  Arang aktif & Lavage lambung serta
Perbaiki Gejala KU yg memburuk.
11. Pada Kehamilan :
- Jika mungkin harus dihindari pemeberian selama
kehamilan trimester pertama.
- Bukti belum jelas (diduga CPZ yg paling mungkin 
Malformasi kongenital).
- Neonatus  penurunan reseptor dopamin,
peningkatan kolesterol & kemungkinan Ggg perilaku.
- Pemakaian Trimester II & III relatif aman.
- Wanita dg OAP tidak boleh menyusui (OAP bisa
disekresi lewat ASI)
Efek Samping Neurologis
1. Sindrom Parkinsonisme
(Rigiditas – Tremor – Bradikinesia) disertai Gaya
berjalan menyeret, Postur membungkuk, Air liur
menetes, Wajah mirip topeng.).
• - 25 % Pasien dg OAP.
- Biasanya dlm hari ke 5 – 90 dg OAP.
- Wanita  2 x lipat > d/p Laki2.
- Jarang di usia > 40 th.
- Semua OAP; khususnya OAP HP dg aktivitas
kolinergik yg rendah.
Trias Gejala
Sindroma Parkinsonisme

1.Rigiditas (kekakuan otot : lead-pipe rigidity &


Cog-wheel rigidity)
2.Tremor/Gemetar  Postural, Tremor Fokal
Perioral (Rabbit sindrom), Tremor-pill rolling.
3. Bradikinesia (gerakan lamban).
2. Distonia akut
- 10 % Pasien dg OAP.
- Biasanya dlm beberapa jam / hari.
- Sering pd laki2 muda (<40 th).
- > sering dg OAP HP dg pemberian Intra
Muskuler.
- Kemungkinan akibat hiperaktivitas
dopaminergik di Ganglia basalis yg terjadi
ketika kadar obat diantara pemberian mulai
menurun.
2. Gejala Distonia Akut
- Gerakan akibat kontraksi (spasme otot) yg perlahan & terus
menerus  gerakan involunter  Gerakan menyangkut :
- Leher (Tortikolis, retrotortikolis spasmodik)
- Rahang (pembukaan paksa  trismus & Dislokasi)
- Lidah  Protrusi/memuntir.
- Mata  Krisis Okulogirik (gerakan mata ke lateral atas).
- Blefarospasme (Klp mata susah menutup).
- Distonia glossofaringeal  disartria.
- Disfagia  kesulitan menelan
- Keseluruhan tubuh  Opistotonus.
3. Akatisia Akut :
- Perasaan subyektif adanya rasa tidak nyaman
pada otot  Ps agitasi, bergerag dg gelisah,
ganti2 duduk – berdiri scr cepat, merasa
disforik seluruh tubuh.
- Gejala terutama motorik yg tak dapat
dikendalikan.
- Bisa tampak tiap saat pemberian OAP.
- Sering dikelirukan dg menjadi parahnya
psikosis.
4. Tardiv Diskinesia :
- Disebabkan supersensitivitas reseptor dopaminergik
akibat penghambatan kronik reseptor Dopamin oleh
OAP.
- Efek Lambat OAP.
- Jarang terjadi sampai setelah 6 bulan terapi.
- Sekitar 10 – 20% Ps dg OAP > 1 th  Tardiv
diskinesia.
- Wanita > laki2.
- Ps Usia > 50 th, Ps dg Kerusakan otak, Anak2, Ps dg
Ggg Mood  berisiki > tinggi.
- Sering menjadi Ireversibel (tidak dapat Diterapi).
4. Gejala Tardiv Diskinesia
- Gejala :
* Gerakan koreoatetoid abnormal, involunter,
ireguler, pada otot2 kepala-anggt gerak-batang
tubuh.
* Gerakan perioral: gerak otot skt mulut yg tiba2,
memuntir & menjulurkan lidah, mengunyah, gerakan
rahang ke lateral, mengkerutkan bibir dan
menyeringaikan wajah.
* Gerakan jari & menggenggamkan tangan.
* Diskinesia dieksaserbasi oleh stres & menghilang
saat tidur.
5. Sindroma Neuroleptik Malignan
- Komplikasi membahayakan yg dpt terjadi setiap saat.
- Gejala biasanya timbul 24 – 72 jam pemberian OAP.
- Laki2 > Wanita.
- Ps Muda > Ps Lanjut Usia.
- Angka Mortalitas 20 - 30% & > tinggi dg OAP Depo
(Long Acting).
- Patofisiologi belum diketahui.
• Semua pasien dg OAP berisiko terjadinya SNM;
terutama pasien dg kondisi dehidrasi, kelelahan dan
malnutrisi.
5. Gejala
Sindroma Neuroleptik Malignan

- 1. Motorik & Perilaku : Rigiditas, distonia, akinesia,


mutisme, Obtudansi Dan Agitasi.
- 2. Gejala Otonomik : Hiperpireksia, berkeringat,
peningkatan tekanan darah & denyut nadi.
- 3. Gejala laboratorik : Leukositosis, peningkatan
kreatinin fosfatase, enzim hati, mioglobin plasma &
mioglobin urin kadang disertai gagal ginjal.
6. Efek Epileptogenik
- OAP  perlambatan & sinkronisasi EEG.
- OAP  menurunkan ambang kejang.
- OAP LP > epileptogenik.
7. Efek Sedasi
- Akibat Penghambatan Reseptor Dopamin tipe alfa-1.
- OAP LP > sedasi d/p OAP HP.
8. Efek Antikolinergik Sentral :
- agitasi parah, disorientasi, halusinasi, kejang, demam
tinggi, dilatasi pupil  Stupor  Koma.
Cara Penggunaan OAP
• Pada dasarnya semua OAPmempunyai efek primer
(klinis) yg sama pada dosis ekivalennya, perbedaan
terutama pada efek sekundernya.
• Pemilihan jenis OAP mempertimbangkan gejala
psikosis yg dominan dan efek samping obat.
Penggantian disesuaikan dg dosis ekivalennya.
• Apabila OAP tertentu tidak memberikan respon klinis
dalam dosis optimal setelah jangka waktu tertentu,
dapat diganti dg OAP lain (dari golongan yg tak sama,
sehingga efek sampingnya belum tentu sama)
Kondisi yg dpt menurunkan kepatuhan
• Cara pemberian yg rumit.
• Timbulnya efek samping secara dini & terus
menerus.
• Efek bermanfaat yg lama timbulnya.
• Risiko kekambuhan yg tampaknya rendah jika obat
dihentikan.
• Pemahaman yg kurang (Psikosis, Konfuse, demensia,
pseusodemensia, Intelegensia rendah, Ggg
pendengaran, penglihatan, buta huruf dsb).
Prinsip Umum tatalaksana Terapi efek
merugikan obat
1. Kurangi / Stop OAP.
2. Ganti dg OAP yg kurang efek merugikannya.
3. Awasi & Beri tatalaksana simtom yg
ada;misal: - Hipotensi  Posisi ditinggikan,
beri Infus Cairan, beri Dopamin dsb.
- Gangguan pergerakan  antikolinergik,
anti histamin, Antiparkinson, Bensodiazepin
dsb.
4. Awasi gejala yg ada terus menerus.

Anda mungkin juga menyukai