Anda di halaman 1dari 26

Stereotip, Prasangka dan

Diskriminasi
Psikologi Sosial dan Kepribadian I
Tujuan

1. Mempelajari dan memahami tentang stereotip, prasangka dan


diskriminasi
2. Dengan memahami stereotip, prasangka dan diskriminasi, kita
dapat belajar untuk tidak tergesa-gesa dalam berpikir, berkata dan
bertindak
3. Memberikan waktu dan ruang bagi diri sebelum mengambil
sebuah keputusan
STEREOTIP
Stereotip

• Stereotip tidaklah akurat, namun stereotip berlaku sangat universal dan sering
dialami sehingga tampak hampir merupakan bagian esensial dari kondisi
manusia

• Contoh :
Orang Madura terkenal sebagai pedagang soto, sate hingga barang loakan
hingga memunculkan stereotip pekerja keras, religious, kasar dan sebagainya.
Orang Padang yang merantau ke luar pulau, stereotipnya suka merantau dan
pekerja keras
Perhatikan sifat-sifat berikut

A B

• Hangat • Lemah • Stabil • Kompeten


• Emosional • Ramah • Keras/ Kasar • Pembangkang
• Baik/ Sopan • Mengerti • Percaya Diri • Agresif
• Sensitif fashion • Pemimpin
• Pengikut • Lembut • Kuat
Perhatikan sifat-sifat berikut

1 2

• Tidak dewasa • Kesepian • Dewasa • Jujur


• Jelek • Mandiri • Stabil • Penyayang
• Egois • Baik hati • Suka memberi
• Tidak bahagia • Bahagia
• Merasa tidak aman
Stereotip

• Dari kelompok A dan B, manakah yang Anda lekatkan dengan


sifat-sifat Pria dan mana yang Anda lekatkan dengan sifat-sifat
Wanita ?

• Dari kelompok 1 dan 2, manakah yang Anda lekatkan dengan


sifat-sifat pada individu yang lajang dan mana yang Anda
lekatkan dengan sifat-sifat individu yang sudah menikah ?
Stereotip

• Stereotip mengacu pada gambaran tentang sifat-sifat yang kita


lekatkan seperti pada pria atau wanita yang sering kita sebut
sebagai stereotip gender

• Wanita seringkali dilihat sebagai pribadi yang baik dan hangat

• Sebaliknya pria dipandang sebagai pribadi yang lebih kompeten


dan independen
Stereotip

• Stereotip pada individu lajang biasanya cenderung negatif bila


dibandingkan dengan individu yang sudah menikah.

• Stereotip adalah keyakinan kita tentang suatu kelompok berdasarkan


komponen kognitif kita (berkaitan dengan kepercayaan kita)

• Stereotip memang belum tentu benar, tetapi mengapa orang


membentuk dan menggunakan stereotip?
Stereotip

• Bagi orang yang seringkali mencari penyelesaian masalah dengan


cepat dan sebisa mungkin lebih sedikit menggunakan upaya kognitif
di berbagai situasi cenderung mengandalkan stereotip ketika merespon
orang lain (Bodenhausen, 1993; Macrae, Milne & Bodenhausen,
1994)

• Bagi orang dengan tipe ini, daripada berpikir lebih untuk mencari
informasi tentang suatu kelompok, lebih baik waktunya digunakan
untuk melakukan tugas-tugas lain.
PRASANGKA
Prasangka

• Kita mudah menilai seseorang dan sesuatu menggunakan preferensi diri


sendiri, yaitu hal-hal yang kita ketahui saja

• Sementara kita enggan membuka kemungkinan bahwa banyak hal


YANG TIDAK KITA KETAHUI, yang sebenarnya jadi pertimbangan
orang lain berperilaku

• Fokus pada apa YANG TIDAK KITA KETAHUI akan membuat kita
SADAR DIRI dan MAWAS DIRI
Prasangka

• Prasangka pada dasarnya merupakan cara pandang seseorang terhadap


orang lain secara negatif

• Oleh sebab itu, prasangka sangat potensial menimbulkan


kesalahpahaman ketimbang kesepahaman dalam berkomunikasi
(Purwasito, 2003)

• Prasangka berhubungan dengan perasaan yang ditujukan terhadap


seseorang karena keanggotaannya dalam kelompok tertentu
Diskriminasi
Diskriminasi

• Diskriminasi adalah perwujudan prasangka dalam bentuk perilaku


(Sarwono, 1997)

• Diskriminasi dapat bersifat halus atau samar, yakni menyembunyikan


prasangka dari orang lain di depan umum, namun ketika merasa aman,
individu cenderung bersikap intoleran.

• Diskriminasi bisa berdasarkan jenis kelamin, ras, pekerjaan, agama dan


sebagainya (Suryanto, et. al., 2012)
Motif Dasar Antar Kelompok

• Manusia cenderung membagi dunia menjadi ingroup dan outgroup (“kita”


versus “mereka”)

• Teori kekhasan optimal (optimal distinctiveness theory) menyatakan orang


berusaha ingin menjadi bagian suatu kelompok, namun di sisi yang lain
ingin berbeda dan dibedakan dari yang lain (Abrams, 2009), hal ini
mendorong orang untuk mengidentifikasi diri dengan ingroup dan
menjauhkan diri dari outgroup atau individu yang status kelompoknya
ambigu
Motif Dasar Antar Kelompok

• Teori konflik realistis (realistic conflict theory) dari Levine & Campbell
(1972) menjelaskan, persaingan untuk mendapatkan sumber daya yang
berharga dan terbatas akan memunculkan permusuhan di antara kelompok.

• Kelompok yang kalah akan merasa frustrasi dan benci, sebaliknya kelompok
yang menang merasa terancam dan protektif hingga muncul konflik yang
cepat memanas

• Banyak prasangka dipicu oleh persaingan secara nyata (Coanders et al., 2008)
Citra Diri

• Menurut Tajfel (1982) dan Turner (1987), masing-masing dari kita


berusaha untuk meningkatkan harga diri. Peningkatan harga diri
bisa melalui prestasi pribadi maupun afiliasi dengan keberhasilan
kelompok.

• Kassin et al (2011) menyatakan bahwa ancaman atau pukulan


terhadap citra diri (self-image) seseorang akan membangkitkan
prasangka dan pengkspresiannya akan membantu memulihkan
citra diri.
Citra Diri

• Citra diri yang kita afiliasikan dengan keberhasilan atau


kesuksesan kelompok akan menuntun kita untuk memperoleh
kebanggaan dari hubungan kita dengan orang lain meskipun
sebenarnya kita tidak menerima manfaat dari orang lain tersebut
(Gagnon & Bourhis, 1996)

• Kita selalu bertahan dan merasa perlu mempercayai orang-orang


tersebut dengan maksud memberikan rasa aman pada diri kita
(Suryanto, et. al., 2012)
Kita vs Mereka

• Kecenderungan kuat untuk mengukir dunia menjadi “kita”


(ingroups) dan “mereka” (outgroups) memiliki konsekuensi
penting (Kassin et al., 2011)

• Salah satu konsekuensi negatif adalah melebih-lebihkan


perbedaan antara “kita” dan “mereka”. Semakin kita merasa
banyak perbedaan antara “kita” dan “mereka” maka stereotip akan
semakin terbentuk dan diperkuat.
Kita vs Mereka

• Stereotip yang timbul bisa disebabkan oleh sedikitnya kontak


pribadi dengan objek yang dikenai stereotip dan seringkali kita
tidak menemukan sampel anggota di luar grup (outgroup) yang
representative

• Dengan kata lain kurangnya keakraban ingroup dan outgroup serta


kurang beragamnya pengalaman dengan anggota outgroup
menganggap mereka semua terlihat sama saja
Mengapa stereotip cenderung
bertahan dan sulit diubah?
Mengubah Stereotip

• Kategorisasi sosial membawa andil dalam memunculkan stereotip.

• Kategorisasi sosial memang memberikan kita rasa nyaman karena informasi


dapat tersaji secara cepat tanpa perlu kita bersusah payah menggali informasi
lebih dalam. Di sisi lain, seringkali kita tidak menyadari telah membentuk
kesan keliru tentang seseorang

• Meiser & Hewstone (2006) menyatakan adanya kecenderungan orang melebih-


lebihkan hubungan antara variabel yang hanya sedikit dan tidak berkorelasi
sama sekali. Misalnya Wanita dianggap sebagai pengemudi yang buruk karena
Wanita lebih banyak terlibat kecelakaan dibanding pria
Usaha Mengurangi Stereotip, Prasangka dan Diskriminasi

1. Belajar untuk tidak membenci

2. Meningkatkan intensitas hubungan/ kontak

3. Kategorisasi ulang, meninjau kembali dengan menggeser batasan


antara “ingroup” dan “outgroup”
Kesimpulan

• Stereotip terkait dengan keyakinan, prasangka berkaitan dengan


perasaan dan diskriminasi terkait tindakan atau perilaku

• Berhati-hati dengan pikiran, perasaan dan perilaku kita dalam


menghadapi persoalan dan mengambil keputusan akan membuat
kita tidak terjebak dalam asumsi atau kesimpulan sesaat yang
dapat merugikan diri maupun orang lain
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai