STEMI
GANGGUAN SISTEM
KARDIOVASKULER AKIBAT STEMI
DI RUANG ICU RS BHAYANGKARA SUKABUMI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
BANDUNG YULLY FITRIANA, S.KEP
NPM 4120177
Agenda Pembahasan BAB
PENDAHULUAN
I Latar Belakang, Tujuan, Metode Pengumpulan data, Sistematika
Penulisan, Manfaat
II
BAB TINJAUAN KASUS
Pengkajian Keperawatan: Identitas, Primery Survey, Secondary
BAB PEMBAHASAN
Pengkajiaan Keperawatan, Diagnosa, Intervensi, Implementasi,
IV Evaluasi
BAB KESIMPULAN
Simpulan dan Saran
V
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang, Tujuan, Metode Pengumpulan Data, Sistematika Penulisan, Manfaat
Latar Belakang
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara permanen akibat insufisiensi aliran
darah koroner oleh proses degeneratif maupun di pengaruhi oleh banyak faktor yang ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan
enzim jantung dan ST elevasi pada pemeriksaan EKG (Doengos, 2003).
Berdasarkan laporan World HealthOrganization (WHO) pada tahun 2008, infark miokardmerupakan penyebab kematian
utama di dunia. Terhitung sebanyak 7,25 juta (12,8%) kematian terjadi akibat penyakit ini di seluruh dunia. Menurut data
statistik National Health and Nutrition ExaminationSurvey (NHANES) 2007 – 2010, prevalensi infark miokard lebih banyak
diderita laki – laki dibandingkan perempuan. Kejadian ini mulai meningkat pada laki – laki saat berusia ≥ 45 tahun dan
perempuan ≥55 tahun (Hastuti dkk, 2013).
Penyakit infark miokard juga merupakan salah satumasalah kesehatan di Indonesia. Laporan Riskesdas tahun 2007
memperlihatkan bahwa penyakit infarkmiokard termasuk 10 penyebab kematian terbanyak dengan proporsi kematian sebesar
5,1%.Menurut data Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) tahun2010, penyakit infark miokard menduduki peringkat 10 besar
Penyakit Tidak Menular (PTM) yang menyebabkan rawat jalan (1.88%) dan rawat inap(2,29%) rumah sakit di
Indonesia(Hastuti dkk, 2013).
Tujuan
Tujuan Umum
Mengembangkan pola pikir ilmiah tentang asuhan keperawatan Tn. R dengan STEMI menggunakan pendekatan keperawatan
di ruang ICU Rumah Sakit Bhayangkara Setukpa Polri.
Tujuan Khusus
• Mengkaji pasien dengan diagnosa Stemi di ruang ICU Rumah Sakit Bhayangkara Setukpa Polri.
• Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa Stemi di ruang ICU Rumah Sakit Bhayangkara Setukpa Polri.
• Merencanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa Stemi di ruang ICU Rumah Sakit Bhayangkara Setukpa Polri.
• Melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa Stemi di ruang ICU Rumah Sakit Bhayangkara
Setukpa Polri.
• Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa Stemi di ruang ICU Rumah Sakit Bhayangkara Setukpa Polri.
• Mendokumentasi asuhan keperawatan orang dewasa dengan diagnosa Stemi di ruang ICU Rumah Sakit Bhayangkara Setukpa
Polri.
Metode Pengumpulan Data
1. Manfaat Teoritis
Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar dapat melakukan pencegahan untuk diri sendiri dan orang
disekitarnya agar tidak terkena Infark Miokard (seragan jantung) serta mengetahui tanda dan gejala serangan
jantung.
2. Manfaat Praktik
• Bagi Perawat
Memperkaya pengetahuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pasien dengan STEMI di ruang
ICU.
• Bagi Pasien dan Keluarga
Meningkatkan pengetahuan tentang ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) sehingga dapat memberikan
penanganan awal di rumah.
BAB II TINJAUAN TEORI
Konsep Dasar Penyakit STEMI, Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
K O N S E P D A S A R P E N YA K I T S T E M I
ST Elevasi Miokard Infark (STEMI) adalah rusaknya bagian otot jantung secara permanen
akibat insufisiensi aliran darah koroner oleh proses degeneratif maupun di pengaruhi oleh
banyak faktor dengan ditandai keluhan nyeri dada, peningkatan enzim jantung dan ST elevasi
pada pemeriksaan EKG.
ANATOMI JANTUNG
Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat buah ruang yang terletak di rongga dada,
di bawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum. Ruang jantung terdiri atas
dua ruang yang berdinding tipis disebut atrium (serambi) dan dua ruang yang berdinding
tebal disebut ventrikel (bilik) (Muttaqin, 2014).
Anatomi & Fisiologi
FISIOLOGI JANTUNG
Fisiologi jantung menurut (Syaifuddin, 2019) meliputi:
1. Fisiologi Umum Otot Jantung
2. Elektrofisiologi Sel Otot Jantung
3. Fungsi Jantung Sebagai Pompa
Etiologi STEMI
Aterosklerosis atau pengerasan arteri adalah kondisi pada arteri besar dan kecil
yang ditandai penimbunan endapan lemak, trombosit, neutrofil, monosit dan
makrofag di seluruh kedalaman tunika intima (lapisan sel endotel), dan akhirnya
ke tunika media (lapisan otot polos). Arteri yang paling sering terkena adalah
arteri koroner, aorta dan arteri- arteri sereberal. (Ariesty, 2011).
Lanjutan AterosklerosisTrombosis
Konstriksi arteri koronaria
Oksigen turun
Intoleransi
aktifitas
COP turun Kegagalan pompa jantung
Perluasan infark dan iskemia pasca infark, aritmia (sinus bradikardi, supraventrikular,
takiaritmia, aritmia ventricular, gangguan konduksi), disfungsi otot jantung (gagal jantung
kiri, hipotensi), infark ventrikel kanan, defek mekanik, rupture miokard, aneurisma ventrikel
kiri, perikarditis, dan thrombus mural. (Nurarif, 2013).
Penatalaksanaan
Menurut American Heart Ascossiation (2013) tujuan utama tatalaksanaan ini adalah
diagnosis cepat, menghilangkan nyeri dada, penilaian dan implementasi strategi perfusi yang
mungkin dilakukan, pemberian antitrombotik dan terapi antiplatelet, pemberian obat
penunjang dan tatalaksana komplikasi stemi.
Pemeriksaan Penunjang
• EKG
• Chest X-Ray (foto dada)
• Latihan tes stres jantung (treadmill)
• Ekokardiogram
KONSEP DASAR ASUHAN
K E P E R AWATA N
Pengkajian
Diagnosa
Perencanaan
Pelaksanaan
Evaluasi
Pengkajian
Perubahan perfusi
3 DS: Klien mengeluh badan jaringan Intoleransi
nya terasa lemas ↓ aktivitas
DO: O2 dalam darah
- Klien tampak lemah menurun
- hipoksia ↓
Hipoksia
↓
Kelemahan
↓
Intoleransi aktivitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS
• Nyeri berhubungan dengan adanya obstruksi pada arteri coroner.
• Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan perfusi jaringan.
• Intoleransi aktivitas berhubungan dengan inflamasidan degenerasi sel-sel otot miokard, penurunan curah jantung.
R E N C A N A T I N D A K A N K E P E R AWATA N
1 Nyeri berhubungan dengan adanya TUPAN: Mandiri 1. Mengetahui lokasi dan derajat nyeri.Pada
obstruksi pada arteri coroner ditandai Setelah dilakukan tindakan 1. Selidiki keluhan iskemkia miokardium nyeri dapat
dengan: keperawatan selama 3x24jam nyeri dada memburukdengan inspirasi dalam, gerakan atau
DS: Klien mengeluh nyeri dada sebelah nyeri hilang. berbaring dan hilang dengan duduk tegak atau
kiri TUPEN: membungkuk.
DO: 2. Faktor pemberat 2. Memberikan lingkungan yang tenang dan
Klien tampak memegang
Setelah dilakukan tindakan dan penurun nyeri tindakan kenyamanan. Misalnya merubah
dada yang sakit keperawatan selama 1x24 posisi, menggunakan kompres hangat, dan
Klien tampak meringis jam obstruksi pada arteri menggosok punggung. Tindakan ini dapat
Posisi untuk menahan coroner tidak ada dengan meningkatkan kenyamanan fisik dan emosional
nyeri kriteria hasil: pasien.
Klien tampak gelisah • Mengidentifikasi metode
yang dapat menghilangkan
nyeri 3. Dapat menghilangkan nyeri, menurunkan
• Melaporkan nyeri hilang respon inflamasi
atau terkontrol 4. Untuk menurunkan demam dan meningkatkan
kenyamanan
5. Diberikan untuk gejala yang lebih berat
6. Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk
menurunkan beban kerja jantung dan
Kolaboratif menurunkan ketidaknyamanan karena iskemia.
1. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi
obat
2 Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan tindakan Berikan obat-obatan sesuai indikasi: • Kecepatan dan upaya mungkin meningkat
berhubungan dengan gangguan keperawatan selama 3x24jam • Agen non steroid, misal: indometasin (indocin), ASA karena nyeri, takut, demam, penurunan
perfusi jaringan ditandai dengan: ketidakefektifan pola nafas teratasi (aspirin). volume sirkulasi, hipoksia atau distensi
DS: Klien mengeluh sesak nafas TUPEN: • Antipiretik missal: ASA/asetaminofen(Tylenol) gaster.
DO: Setelah dilakukan tindakan • Steroid • Sianosis bibir, kuku, atau daun telinga
• klien tampak sesak keperawatan selama 1x24jam • Oksigen 3-4 ltr/mnt menunjukkan kondisi hipoksia atau
• Respirasi 28x/menit gangguan perfusi jaringan tidak Mandiri: komplikasi paru.
• O2 2-3 ltr/mnt terjadi dengan kriteria hasil: • Evaluasi frekuensi pernafasan dan kedalaman seperti • Merangsang fungsi pernafasan/ ekspansi
• Ronchi(-) • Mempertahankan pola nafas adanya dyspnea, penggunaan otot bantu nafas, paru. Efektif pada pencegahan dan
• Wheezing(-) efektif pelebaran nasal. perbaikan kongesti paru.
• Bebas sianosis • Lihat kulit dan membran mukosa untuk adanya • Meningkatkan pengiriman oksigen ke paru
• Tidak terjadi tanda lain dari sianosis. untuk kebutuhan sirkulasi khususnya pada
hipoksia • Tinggikan kepala tempat tidur, letakkan pada posisi adanya gangguan ventilasi.
duduk atau semifowler
Kolaboratif:
• Berikan tambahan oksigen dengan kanul atau
masker sesuai indikasi
C ATATA N I M P L E M E N TA S I
no No. Dx.
Tanggal/Jam
Implementasi
Paraf Evaluasi ( SOAP) dan paraf
Kep ( Respon dan atau Hasil )
1 1 24 November • Mengobservasi TTV dan K/U klien Tanggal : 24 November 2021
2021/10.00 • Mengobservasi skala nyeri Jam: 11.00
• Mengajarkan teknik distraksi dan relaksasi S: Klien mengatakan masih mengeluh nyeri dada sebelah kiri
• Memberikan obat sesuai advise dokter: O: Skala nyeri 4 dari (0-10)
ISDN 3X5mg Klien tampak tenang
Arixtra 1x2,5mg A: Masalah belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan
2 2 Tanggal 24 November 2021
24 November - Mengobservasi TTV dan K/U
Jam: 11.45
2021/11.25 - Mengatur posisi tempat tidur fowler atau S: Klien mengatakan sesaknya sudah berkurang
O:
semifowler
- R: 22x/mnt
- Membatasi pengunjung - Klien tidak terlihat sesak
- Klien tampak tenang
- Menciptakan lingkungan yang nyaman dan
A: masalah teratasi sebagian
tenang P: Intervensi dilanjutkan
- Memberikan oksigen 3 ltr/mnt
Pengkajian
Diagnosa
Perencanaan keperawatan
Pelaksanaan keperawatan
Evaluasi
TERIMAKASIH