Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN KASUS

STROKE

PENDAMPING:
DR. HJ SRI MURDIYAH HIDAYATI, MH

DIBUAT OLEH :
DR. RISA AZZAHRA KHATAMI
ILUSTRASI
KASUS
Identitas Pasien
• No. RM : 004007
• Nama : Ny. J
IDENTITAS • Jenis Kelamin : Wanita

PASIEN •
Usia
Alamat
: 67 tahun
: Pulasaren RT 5/ RW 5
• Pekerjaan : Tidak bekerja
• Pendidikan : Tamat SMA
• Suku : Jawa
• Agama : Islam
• Status Pernikahan : Menikah
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis pada
tanggal 1 Agustus 2022 di poli umum UPT Puskesmas
Pulasaren.

Keluhan Utama
Mulut mencong sebelah kanan sejak 2 bulan yang lalu.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
14 Juni 2022 1 Agustus 2022

Pasien mengalami kelemahan Pasien mengalami


pada tangan dan kaki sebelah perbaikan pada tangan dan
Keluarga pasien membawa kaki sebelah kanannya.
kanan 2 bulan yang lalu sebelum
Namun masih terdapat
dibawa ke UPT PKM Pulasaren ke Puskesmas, namun
mulut mencong sebelah
menolak untuk dirujuk ke
Pasien juga dikatakan tidak dapat kanan dan cadel pada
Rumah Sakit untuk
diajak berkomunikasi, terdapat pasien.
dilakukan pemeriksaan
mulut mencong sebelah kanan penunjang. Saat itu pasien Saat ini pasien sudah dapat
dan cadel. Namun keluarga hanya menerima berjalan dan dapat
pasien mengatakan pasien dapat memahami perintah.
pengobatan.
memahami perintah. Pasien tidak Keluhan lainnya seperti sakit
dapat berjalan dan hanya bisa kepala, muntah, demam,
dipapah keluarganya. Tidak ada kejang dan lainnya tidak ada.
riwayat mengamuk ataupun
mengalami penurunan kesadaran.
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa
sebelumnya. Riwayat dirawat di Rumah Sakit tidak ada,
riwayat dioperasi tidak ada, riwayat pengobatan rutin

RIWAYAT tidak ada, riwayat trauma tidak ada. Riwayat alergi tidak
ada. Tidak ada riwayat gula darah tinggi pada pasien
PENYAKIT
sebelumnya. Pasien mempunyai riwayat penyakit
DAHULU tekanan darah tinggi dan kolesterol tinggi namun tidak
mengonsumsi obat darah tinggi secara rutin dan tidak
pernah kontrol sebelumnya. Pasien dikatakan hanya
mengonsumsi obat-obatan herbal.
Tidak ada yang memiliki keluhan serupa di
keluarga. Tidak ada riwayat stroke dan alergi pada
RIWAYAT
keluarga. Terdapat riwayat darah tinggi dan gula darah
KELUARGA pada keluarga.
Pasien lulusan SMA dan saat ini tidak bekerja, pasien
tinggal bersama anak dan menantunya. Pasien mempunyai
RIWAYAT 3 orang anak. Kondisi di lingkungan padat penduduk.
Pasien tidak pernah berolahraga. Pasien makan teratur
PRIBADI DAN 3x/hari jarang mengonsumsi buah. Pasien tidak
SOSIAL mempunyai pantangan makan sebelumnya. Tidak ada
riwayat mengkonsumsi alkohol, merokok, dan penggunaan
obat-obatan terlarang.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 1 Agustus 2022 di UPT PKM Pulasaren.

Status Generalis
• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Antropometri
• Kesadaran : Somnolen
• Berat Badan : 58 kg
• Tinggi Badan : 158 cm
Tanda Vital
• BMI : 23,2 kg/m2 (Normoweight)
•Tekanan Darah : 171/81 mmHg
•Nadi : 87 x/menit
•Frekuensi Napas : 23 x/menit
•Suhu : 36,6 C
•SaO2 : 99%
PEMERIKSAAN FISIK
Mata Tenggorokan dan Rongga Mulut
• Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), • Bucal : Warna normal
nistagmus (-/-), ptosis (-/-), pupil bulat isokor, RCL • Lidah : Lidah kotor (-), ulkus (-)
(+/+), RCTL (+/+). • Mukosa : Mukosa mulut licin

Telinga
• Preaurikuler : Hiperemis (-/-), abses (-/-), massa
(-/-), skar (-/-)
• Aurikuler : Normotia, hiperemis (-/-)
• Postaurikuler : Hiperemis (-/-), abses (-/-), massa
(-/-), skar (-/-) 
PEMERIKSAAN FISIK
Leher Jantung
• Tidak ada pembesaran KGB dan Tiroid • Inspeksi : Pulsasi ictus kordis tidak
  terlihat

Paru • Palpasi : Pulsasi ictus cordis tidak


teraba, thrill (-), heaving (-), lifting (-)
• Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris saat
statis dan dinamis • Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS
IV parasternal dekstra
• Palpasi : Fremitus sama dikedua lapang paru
• Batas jantung kiri pada ICS V 1 jari
• Perkusi : Sonor dikedua lapang paru
medial dari midklavikula sinistra.
• Auskultasi : Vesikuler (+/+), ronki (-/-), wheezing • Auskultasi : BJ I-II reguler, murmur
(-/-)
(-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK

Abdomen Ekstremitas
• Inspeksi : Massa (-), striae (-), scar (-), • Akral teraba hangat, sianosis (-/-), CRT <2
bekas operasi (-) detik, edema lengan (-)/(-), edema
• Auskultasi : BU (+) normal • tungkai (-)/(-)
• Palpasi : Supel, nyeri tekan epigastrium (-),
massa (-) hepar dan lien tidak teraba Genitalia
• Perkusi : Timpani • Tidak diperiksa
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
• GCS : E3M4Vafasia motorik
• Pupil : Bulat, isokor, RCL (+/+), RCTL (+/+)
  Kanan Kiri
N. I
  Tidak dapat dilakukan
N. II
Visus Tidak dapat dilakukan

NERVUS
Lapang Pandang Tidak dapat dilakukan
Melihat warna Tidak dapat dilakukan

CRANIALIS
Funduskopi Tidak dilakukan
N. III, IV, VI
Kedudukan bola mata Ortoforia Ortoforia
Pergerakan bola mata    
Ke Nasal Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Ke Temporal Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Ke Nasal atas Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Ke Nasal bawah Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Ke Temporal atas Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Ke Temporal bawah Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
Pupil Isokor Isokor
Bentuk Bulat Bulat
Refleks Cahaya Langsung (+) (+)
N. V

Cabang motoric    

M. Masseter Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

M. Temporalis Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

M. Pterygoid lateral Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Cabang Sensorik    

Opthalmika Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan

Maxilla Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan

Mandibularis Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan

N. VII

Motorik

M. Frontalis Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan


M. Orbicularis oculi Tidak dapat menutup Tidak ada kelainan
rapat
Plica Nasolabialis Datar Tidak ada kelainan

Sensorik    

Pengecap lidah Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan


N. VIII

Rinne Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan

Weber Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan

Swabach Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan

N. IX, X

Uvula Tidak dapat dinilai Tidak dapat dinilai

Palatum Mole Normal Normal

N. XI

Mengangkat bahu Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

Menoleh Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan

N. XII

Saat statis Deviasi ke kiri

Mengeluarkan lidah Deviasi ke kanan

Atrofi (-)

Fasikulasi (-)

Tremor (-)
Sistem Motorik
4444/5555
4444/5555
• Kesan hemiparese dextra
• Trofi : Eutrofi / Eutrofi
• Tonus : Normotonus / Normotonus
Sistem Sensorik
Gerakan Involunter • Proprioseptif : Tidak dapat dilakukan
• Tremor : (-) •Eksteroseptif : Tidak dapat dilakukan
• Chorea : (-)
• Atetose : (-) • Fungsi Otonom
• Mioklonik : (-) • Miksi : Baik
• Tics : (-) • Defekasi: Baik
• Keringat: Baik
• Refleks Fisiologis • Refleks Patologis
Kanan Kiri Kanan Kiri
Bisep : (+2) (+2) Hoffman
: (-) (-)
Tromner
Trisep : (+2) (+2) Babinsky : (-) (-)
Chaddock : (-) (-)
Patela : (+2) (+2)
Oppenheim : (-) (-)
Achilles : (+2) (+2)
Gordon : (-) (-)
Gonda : (-) (-)
Schaeffer : (-) (-)
Klonus Lutus : (-) (-)

Klonus Tumit : (-) (-)


PEMERIKSAAN PENUNJANG

GDS = 127 mg/dl

Chol = 118 mg/dl

As. Urat = 5.8 mg/dl


DIAGNOSIS
• Hemiparese dextra, parese nervus VII dan XII e.c Stroke non hemoragik (Siriraj score -5)
• Hipertensi grade II tidak terkontrol
TATALAKSANA
• Mengendalikan tekanan darah dengan kombinasi 2 obat :
- Amlodipin 5 mg 1x1 tab malam hari
- Captopril 25 mg 2 x 1 tab pagi – siang hari

• Edukasi
- Diet rendah garam (tidak melebihi 2gram/hari atau setengah sendok teh)
- Konsumsi buah dan sayur, hindari makanan berlemak
- Meningkatkan aktivitas fisik juga pasien sudah stabil, dapat dimulai dengan aktivitas ringan.
- Kontrol rutin minimal 1 bulan 1x
- Melakukan rujukan ke dokter spesialis saraf di Rumah Sakit Pelabuhan
PROGNOSIS

Ad functionam : Ad sanationam :
Ad vitam : Bonam
Dubia ad Bonam Dubia ad Bonam
TINJAUAN
PUSTAKA
PENDAHULUAN
• Stroke didefinisikan sebagai sindrom klinis yang ditandai oleh manifestasi gangguan fungsi
otak fokal atau global dalam kasus koma, yang berkembang cepat dan berlangsung lebih dari
24 jam atau menyebabkan kematian tanpa penyebab yang jelas selain etiologi vaskular.

• Stroke diklasifikasikan menjadi dua kategori, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik.

• Telah diperkirakan bahwa 60-80% dari semua kasus stroke adalah stroke iskemik
EPIDEMIOLOGI
•Data epidemiologi stroke menunjukkan bahwa penyakit ini merupakan penyebab kematian kedua tertinggi di seluruh
dunia. Di Indonesia, sekitar prevalensi stroke dilaporkan sebesar 10,9%.

Global
•Stroke iskemik dan hemoragik secara global menjadi penyebab kematian tertinggi kedua setelah penyakit jantung iskemik.
Stroke juga merupakan penyakit peringkat ketiga tertinggi penyebab disabilitas. Hipertensi merupakan faktor risiko stroke
yang paling sering dilaporkan.

Indonesia
•Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2018 oleh Kementrian Kesehatan RI, prevalensi stroke adalah sebesar 10,9%.
Sebanyak 713.783 orang menderita stroke setiap tahunnya. Kalimantan Timur merupakan provinsi dengan angka kejadian
stroke tertinggi di Indonesia, yaitu sebanyak 9.696 atau sebesar 14,7% dari total penduduknya. Selain itu, penderita
ditemukan paling banyak pada kelompok umur di atas 75 tahun.
FAKTOR RESIKO

Faktor yang Tidak Dapat


Faktor Dapat Dimodifikasi
Dimodifikasi
STROKE ISKEMIK STROKE HEMORAGIK

•Stroke hemoragik terjadi karena ruptur pembuluh


•Stroke iskemik terjadi karena obstruksi
darah yang menyebabkan terkumpulnya darah di rongga
pada pembuluh darah yang menyebabkan
intrakranial. Berdasarkan lokasi perdarahan, stroke
gangguan suplai darah ke otak.
hemoragik dapat diklasifikasikan menjadi perdarahan
intraserebral atau perdarahan subarachnoid.

•Stroke iskemik dapat disebabkan oleh


plak aterosklerosis atau emboli, dan dapat •Stroke hemoragik umumnya berkaitan dengan
diperparah dengan hipertensi, diabetes, dan pecahnya aneurisma atau adanya malformasi arterio-
berbagai faktor risiko lain. venosa
DIAGNOSIS
Fitur klinis yang paling umum dari stroke adalah munculnya defisit neurologis dengan awitan yang
mendadak. Presentasi klinis paling sering adalah kelemahan pada separuh badan dan bicara pelo. Pada
beberapa kasus, pasien juga bisa mengalami kelemahan pada sebelah wajah, gangguan sensori pada
separuh badan, nyeri kepala, pusing, dan disartria.

• Facial droop,
FAST • Arm weakness,
• Slurred speech and
• Time of onset

BE-FAST
• Loss of balance, Eyes disturbance, facial droop, arm weakness,
and slurred speech).
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik, pasien stroke dapat menunjukkan adanya gangguan gait, paresis pada separuh badan,
paresis fasial, abnormalitas penglihatan, dan defek lapangan pandang. Pasien juga bisa menunjukkan disartria
dan nistagmus.

TEKANAN DENYUT JTG/


KESADARAN STATUS GIZI
DARAH NADI

KEPALA LEHER PARU-PARU JANTUNG


PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Pemeriksaan neurologis bertujuan untuk menemukan defisit neurologis yang
dapat membantu melokalisir lokasi lesi stroke.

FUNGSI LUHUR
NERVUS DAN
MOTORIK SENSORIK
KRANIALIS KESEIMBANGA
N
SKOR
• Pada kondisi dimana CT Scan kepala tidak tersedia, membedakan diagnosis stroke hemoragik atau
iskemik dapat dibantu dengan perhitungan skor pada pasien stroke.
• Terdapat beberapa jenis perhitungan skor untuk membedakan stroke iskemik dan stoke hemoragik, antara
lain, Siriraj Stroke Score, Allen Stroke Score, Besson Stroke Score, dan Algoritma Stroke Gadjah Mada.
SIRIRAJ STROKE SCORE
•Sebuah studi menyatakan bahwa Siriraj Stroke Score (SSS) memiliki sensitivitas dan spesifisitas tertinggi
dalam mengidentifikasi jenis stroke. Siriraj Stroke Score (SSS) juga sederhana, murah, dan mudah
digunakan, tetapi perlu diingat bahwa CT Scan kepala tetap menjadi gold standard untuk diagnosis stroke.
Cara perhitungan Siriraj Stroke Score (SSS):

(2,5 x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x tekanan diastolik) - (3 x ateroma) – 12

Apabila didapatkan hasil >1, maka kemungkinan pasien mengalami stroke hemoragik. Apabila didapatkan
hasil < -1, maka kemungkinan pasien mengalami stroke iskemik. Namun, bila didapatkan hasil 0, maka
diagnosis masih meragukan dan memerlukan pemeriksaan penunjang.
FORMAT
PENILAIAN
DIAGNOSIS BANDING
STROKE
TIA EPILEPSI
MIMIC

PENYEBAB DEFISIT PENYEBAB DEFISIT


NEUROLOGIS FOKAL NEUROLOGIS
LAIN GLOBAL LAIN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
GOLD STANDART : CT SCAN

CT Scan kepala bersama dengan riwayat klinis yang merujuk pada stroke merupakan modalitas
utama dalam menegakkan diagnosis stroke dan membedakan antara stroke iskemik dan
hemoragik.

Selain itu, pemeriksaan seperti MRI otak, USG karotis, dan pungsi lumbal juga mungkin
bermanfaat.
TATALAKSANA
•Penatalaksanaan stroke biasanya dimulai dengan penanganan akut dalam kondisi emergensi dan dilanjutkan
dengan rehabilitasi pasien jangka panjang.
•Selain itu, pemilihan jenis terapi juga dilihat dari waktu masuk layanan kesehatan dan onset dari stroke.
•Stroke memiliki jendela terapi 3-6 jam.
TATALAKSANA DI FASKES PRIMER
• Pertolongan pertama pada pasien stroke akut
1. Menilai jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi
2. Menjaga jalan nafas agar tetap adekuat
3. Memberikan oksigen apabila diperlukan
4. Memposisikan badan dan kepala lebih tinggi 20-30 derajat
5. Memantau irama jantung
6. Memasang cairan infus salin normal atau RL 500ml/12 jam
7. Mengukur kadar gula darah (finger stick)
8. Memberikan dextrose 50% 25 gram iv bila hipoglikemia berat
9. Menilai perkembangan gejala stroke selama perjalanan ke rumah sakit layanan sekunder
10. Menenangkan penderita
• Rencana tindak lanjut
STROKE ISKEMIK STROKE HEMORAGIK

•Terapi stroke iskemik bertujuan untuk


mempertahankan jaringan
•Kunci penanganan stroke hemoragik
pada ischemic penumbra.
adalah menghentikan perdarahan,
•Terapi yang dapat diberikan mencakup penanganan tekanan tinggi intrakranial,
pemberian recombinant tissue-type serta identifikasi dan penanganan
plasminogen activator (rtPA), aspirin, komplikasi seperti kejang.
dan terapi suportif.
•Antihipertensi tidak lagi disarankan
karena justru berkaitan dengan luaran
yang buruk.
REHABILITASI
• Terapi rehabilitasi pada stroke dapat terdiri dari terapi bicara, fisioterapi, konseling psikologi, dan terapi
okupasi.
• Tim yang merawat pasien haruslah tim multidisiplin dengan anggota meliputi, dokter, perawat, pekerja
sosial, psikolog, terapis okupasi, fisioterapis, dan terapis bicara dan bahasa
KOMPLIKASI
FASE AKUT FASE LANJUTAN

•Komplikasi stroke dibagi menjadi •. Komplikasi jangka panjang dapat


komplikasi fase akut dan fase lanjut. berupa gejala sisa stroke, serangan
Pada komplikasi fase akut, stroke berulang, dan dementia.
komplikasi yang sering terjadi adanya
edema otak yang terjadi 24-48 jam
pertama setelah stroke. Selain itu,
kejang juga dapat terjadi pada stroke
hemoragik
EDUKASI DAN PENCEGAHAN
• Mayoritas kasus stroke adalah stroke iskemik. Interval antara onset gejala dengan penanganan medis
sangat penting dalam penanganan stroke iskemik. Oleh karenanya, masyarakat perlu diedukasi mengenai
gejala klinis awal stroke. 
• Pencegahan primer adalah suatu upaya untuk mencegah stroke pada orang yang belum terkena stroke. Hal
ini meliputi penanganan faktor risiko stroke, misalnya dengan antihipertensi pada pasien hipertensi, 
berhenti merokok, dan penurunan berat badan pada pasien obesitas.
• Pencegahan Sekunder Stroke. Pencegahan sekunder adalah upaya yang dilakukan pada pasien yang telah
terkena stroke. Memberikan edukasi agar tidak terjadi kekambuhan atau serangan stroke berulang,
mengawasi pasien agar teratur minum obat dan menghindari faktor rresiko.
KRITERIA RUJUKAN
• Semua pasien stroke setelah ditegakkan diagnosis secara klinis dan diberikan penanganan awal,
segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang memiliki dokter spesialis saraf,
terkait angka kematian dan kecacatan yang tinggi.
• Dalam hal ini, perhatian terhadap teurapeutik window untuk penatalaksanaan stroke akut
sangat diutamakan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai