Anda di halaman 1dari 27

ASSALAMUALAIKUM WR. WB.

DISKRIMINASI HARGA

Anggota Kelompok 9 :
EKONOMI INDUSTRI
1. Siti Nurjanah
(12402183057)

2. Susi Retno Utami


(12402183070)

3. Devy Eva Saputry


(12402183085)

Jurusan : Ekonomi Syariah


Kelas : 5-B
Dosen Pengampu : Rafika Meilia Sari, S.E.,M.M
A. SIFAT DASAR DISKRIMINASI
 K o n d isi Ya n g M e n g a w a li D i s k r im in a s i

Diskriminasi harga dapat terjadi bila


diawali tiga kondisi sebagai berikut:
Pada kondisi seperti hal tersebut, penjual
1. Pembeli-pembeli mempunyai
akan membagi pembeli-pembeli ke dalam dua
elastisitas permintaan yang berbeda-
kelompok atau lebih dan kemudian memungut
beda secara tajam.
harga yang lebih tinggi kepada pembeli yang
2. Para penjual mengetahui perbedaan-
elastisitas permintaannya lebih rendah.
perbedaan ini dan dapat
Agar diskriminasi harga berjalan, penjual harus
menggolongkan pembeli dalam
dapat mencegah terjadinya penjualan kembali
kelompok-kelompok berdasarkan
barang-barang yang dibeli dengan harga murah
elastisitas yang berbeda- beda.
kepada pembeli yang dikenai harga yang lebih
3. Para penjual dapat mencegah pembeli
mahal.
untuk menjual kembali barang-barang
yang dibeli.
Kasus Diskriminasi Harga
Perusahaan memaksimumkan
Dapat dilihat dari
keuntungan total dengan menawarkan
gambar 8.1 bahwa biaya
marginal ditunjukkan oleh output kepada setiap kelompok harga
gharis MC. Biaya marginal dimana MC = MR. harga yang terjadi
ini konstan dan sama untuk untuk output yang sama jauh berbeda.
dua kelompok pembeli, Dimana kelompok A membeli dengan
dengan kata lain produk
harga Rp. 100,00 dan kelompok B
yang dijual mempunyai
biaya produksi yang sama. membeli dengan harga Rp. 20,00 untuk
barang yang sama.
Kelompok A
Permintaan yang inelastic menyebabkan
mempunyai permintaan
yang relatif inelastis dan rasio harga biaya yang tinggi, hasilnya :
kelompok B lebih tinggi
Harga A/Biaya Margunal A > Harga
elastisitasnya. Setiap kurva
permintaan mempunyai B/Biaya Marginal B
kurva pendapatan marginal,
MRA dan MRB.
Gambar 8.1 juga dapat menggambarkan
kasus penetapan harga obat-obatan. Obat
yang sama dijual kepada dua kelompok.

1) Penjual obat yang digunakan untuk


menjual lagi kepada individu-individu
dengan resep dokter.

2) Rumah sakit – rumah sakit yang besar


untuk pengobatan pasien-pasiennya.

Para pembeli dari kelompok pertama


mempunyai elastisitas permintaan yang
rendah karena mereka hanya membeli obat
yang tertulis pada resep dokter. Dan
sebaliknya, rumah sakit –rumah sakit
mempunyai permintaan yang elastis.
Mereka yang pandai dalam menawar harga
obat-obatan, mempermainkan perusahaan-
perusahaan obat untuk mendapatkan harga
yang rendah.
Pf adalah harga diskriminasi karena sekarang
kelompok C membayar lebih sedikit daripada biaya
supply untuk mereka. Baik harga Pe dan Pf tidak
begitu rasional seperti yang terlihat, karena harga-
harga tersebut tidak memaksimumkan keuntungan
perusahaan. Pendapatan marginal tidak memotong
garis biaya produksi untuk kedua kelompok. Tetapi
dalam keadaan tertentu perusahaan menetapkan
harga di bawah biaya produksi. Diskriminasi harga
intensif bila

1. 1. Elastisitas permintaan bervariasi tajam


antara pembeli.
Walaupun perusahaan menentukan satu harga
yang seragam untuk kedua kelompok dalam Gambar 2. 2. Halangan untuk menjual kembali oleh
8.2 tetap saja terjadi diskriminasi. Harga Pe adalah pembeli tinggi.
harga pendiskriminasi (rasio harga biaya produksi
akan menjadi 1.1 untuk pembeli dalam kelompok C
dan 5.0 untuk pembeli untuk pembeli dalam kelompok
D). Harga Pf adalah harga lain (rasionya sekarang 0.9
dan 4.0).
Tipe-tipe Diskriminasi Harga

Dalam analisis klasiknya mengenai


Diskriminasi tidak terbatas pada kasus-
diskriminasi harga, A.C. Pigou
kasus sederhana di mana suatu produk dijual
menyebutnya diskriminasi harga derajat
pada dua kelompok pembeli. Jumlah produk
satu. (Contohnya adalah dokter-dokter yang
dan kelompok pembeli dapat mencapai
berpraktik di kota-kota kecil yang
jumlah yang amat banyak. Produk-produk
memungkinkan biaya sesuai dengan
tersebut mungkin merupakan bagian dai full
kemampuan pasiennya). Diskriminasi
line atau produk-produk tersebut merupakan
derajat dua adalah versi yang lebih
komponen-komponen dari suatu produk.
sederhana, di mana penjual hanya dapat
menetapkan harga dengan menurunkan
Diskriminasi harga dapat terjadi dalam berbagai kelompok-kelompok harga. Diskriminasi
kondisi, dari pengelompokkan yang sederhana sampai derajat tiga adalah pengelompokkan
yang rumit. Penjual dan pembeli dapat menentukan pembeli secara fungsional. Pada
pengelompokkan ini sendiri-sendiri atau bersama-sama. diskriminasi harga derajat tiga, salah satu
cara penjual untuk membagi pembeli adalah
Pengelompokkan ini merupakan system pengelompokan
dengan mengelompokkan pembeli
yang stabil. Pengelompokan ini dapat juga berubah-ubah
berdasarkan daerah geografis.
sesuai dengan respons terhadap kondisi yang berubah-
ubah.
B. PENGARUH DISKRIMINASI HARGA

Melalui penetapan harga secara efektif, setiap perusahaan dapat


melakukan dua hal yang utama:
1) Memaksimumkan keuntungan pada posisi pasar apapun
2) Meningkatkan atau mempertahankan posisi pasar tersebut
terhadap perusahaan-perusahaan lain,
1 ) S e n j a t a P e r sa i a n ga n 2 ) M e n i n g k a t k a n A t a u M e n g u r a n gi
P e r sa i n ga n
Setiap perusahaan besar atau kecil akan Diskriminasi harga terbukti meningkatkan atau
berusaha mengambil konsumen dari mengurangi persaingan, tergantung pada
pesaing-pesaingnya. Penetapan harga secara situasi. Ada dua isu dalam hal ini:
selektif adalah salah satu cara yang lebih a) Posisi pasar di mana perusahaan
ampuh daripada pemotongan harga. Setiap melakukan diskriminasi
pemotongan harga akan menyebabkan b) Bagaimana sistematika dan melengkapi
pengurangan pendapatan. Pemotongan harga diskriminasi.
yang selektif atau diskriminasi harga Semakin tinggi pangsa pasar, persaingan tentu
meminimumkan pengorbanan tersebut. akan berkurang. Seperti yang dilihat, pangsa
Dengan cara ini, perusahaan hanya pasar yang tinggi meliputi variasi elastisitas
menawarkan pemotongan harga untuk permintaan yang luas, yang dapat diketahui dan
pembeli-pembeli yang benar-benar di pisahkan. Pangsa pasar yang kecil,
memerlukannya. sebaliknya jarang bias tahu atau dapat membagi
pembeli-pembelinya secara efektif sesuai
elastisitasnya. Sistematika diskriminasi
meliputi kontrol pasar yang lebih banyak dan
kelebihan keuntungan.
C. TINDAKAN MEMATIKAN PERUSAHAAN LAIN (PREDATORY
ACTION)
1. Pengujian terhadap persaingan yang tidak
Terpusat pada tindakan-tindakan
adil:
diskriminasi dan selektivitas.
Setiap perusahaan memiliki banyak senjata dalam
Tindakan dapat meningkatkan persaingan, salah satunya adalah harga. Kebebasan
persaingan, dan juga bisa setiap perusahaan bisa membawa perusahaan
menghancurkan persaingan. bertindak terlalu jauh yang justru akan merusak
kompetisi dalam persaingan.
Pembahasan mengenai tindakan
mematikan perusahaan lain, meliputi: 2. Kriteria alternatif
• Sebuah kriteria untuk mengevaluasi apakah
1. Pengujian terhadap persaingan
suatu tindakan termasuk ke dalam tindakan
yang tidak adil, antikompetitif.
2. Kriteria alternatif
• Kriteria alternatif ini mencakup:
A. Harga dan biaya
B. Pengaruh tindakan antikompetisi
KRITERIA ALTERNATIF
Kriteria Alternatif

A. Harga dan Biaya B. Pengaruh Tindakan Antikompetisi

Evaluasi mengarah pada efek dari tindakan Melakukan pengujian terhadap pengaruh dari
(apa akan menimbulkan kerugian ataukah tidak). tindakan antikompetitif. Melihat apakah yang
Jika tindakan menimbulkan kerugian dan dianggap sebagai pengaruh dari tindakan
cenderung mematikan perusahaan lain, maka antikompetitif itu adalah benar adanya atau ada
tindakan termasuk ke dalam antikompetitif. faktor lain diluar adanya tindakan antikompetitif.
D. STRATEGI DISKRIMINASI HARGA

 Price discrimination adalah siasat untuk dapat meraih


keuntungan pasar yang lebih besar serta untuk
mempertahankan keberadaannya di dalam pasar.
 Strategi ini umum dijalankan oleh para produsen dengan
menjual output yang sama pada tingkat harga jual yang
berbeda-beda, dengan tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang lebih besar.
 Biasa diterapkan oleh perusahaan monopoli.
Cara Melakukan Diskriminasi Harga

1. Diskriminasi harga derajat pertama

2. Diskriminasi harga derajat kedua

3. Diskriminasi harga derajat ketiga


1. Diskriminasi Harga Derajat Pertama

 Dalam rangka untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar serta


mempertahankan posisinya dalam pasar, monopolis akan menjalankan strategi
diskriminasi harga.
 Pada diskriminasi harga derajat pertama, monopolis akan menjual outputnya pada
tingkat harga yang lebih tinggi untuk sejumlah pembeli yang bersedia membelinya.
Dan menjual output pada tingkat harga yang lebih rendah pada pembeli yang lain.
 Jadi, setiap pembelian meskipun untuk output yang sama akan ada pada harga yang
berbeda sesuai dengan kesediaan setiap konsumen yang membelinya
 Monopolis dapat menikmati keuntungan dan memperluas bagian pasar, akibat dari
tingkat harga yang beragam. Sehingga terhindar pula dari tuduhan eksploitasi
konsumen.
 Penerapan strategi ini tentu akan sangat menguntungkan produsen. Namun, akan
sulit dipraktikkan mengingat perusahaan tentu tidak bisa menjamin apakah antara
konsumen satu dengan yang lain tidak akan saling memberi tahu harga jual yang
ditetapkan perusahaan.
Gambaran kurva dari penerapan strategi diskriminasi harga derajat
pertama

Keterangan gambar:
Apabila produsen menjual output dengan
harga tunggal P2 maka surplus konsumen
hanya seluas wilayah A1. Dan jika output dijual
pada tingkat harga beragam (P1, P2, P3)
maka keuntungan monopolis akan meningkat,
yaitu pada A1 + A2.
2. Diskriminasi Harga Derajat Kedua

 Sama seperti strategi sebelumnya, strategi ini juga akan menghasilkan keuntungan yang
besar bagi produsen serta dapat memperluas pasar. Dan pastinya juga akan menghindari
tuduhan atas eksploitasi konsumen.
 Penerapan strategi ini adalah disaat produsen menjual outputnya pada tingkat harga
berbeda-beda berdasarkan kelompok barang.
 Jadi, para pembeli dapat membeli kelompok barang yang lebih banyak dengan harga yang
lebih rendah, dan pembeli yang lain juga dapat membeli output barang yang lebih sedikit.
 Strategi diskriminasi harga derajat kedua sudah sangat umum diterapkan dalam
perdagangan. Misalnya, perbedaan harga pembelian barang secara eceran dan grosir.
3. Diskriminasi Harga Derajat Ketiga

 Bentuk diskriminasi harga derajat ketiga ini


 Penerapan strategi ini juga dapat
sangat umum untuk dipraktikkan. Dimana
menghindarkan dari adanya tuduhan
harga jual pasar akan ditentukan oleh
pemerintah terkait eksploitasi konsumen.
monopolis secara berbeda-beda, menurut
wilayah pasar dan segmentasi pasar. Oleh karena itu perusahaan terkadang harus
 Sehingga umumnya, strategi ini dilakukan oleh mengikuti ketentuan pemerintah meski
perusahaan-perusahaan industri yang berskala harus menurunkan harga (menyesuaikan
besar (memiliki wilayah pasar yang luas) kemampuan konsumen).
sebagai upaya bertahan dalam persaingan  Strategi ini akan membuat wilayah pasar
pasar.
semakin luas dan mampu menjangkau
 Jadi, semisal ada dua pasar (pasar 1 dan pasar
segmen-segmen pasar yang memiliki daya
2), maka perusahaan harus menentukan harga
beli berbeda-beda.
berapa untukberapaunit di setiap pasar.
Dengan begitu keuntungan dari kedua pasar
Gambaran kondisi pasar yang menerapkan strategi diskriminasi
harga derajat ketiga

• Keterangan gambar:

Pada gambar kurva di atas ditunjukkan jika saat pasar


(a) menetapkan harga jual tertinggi sebesar Pm, maka
output yang terjual adalah sebesar qm. Berbeda dengan saat
ditetapkan harga sebesar Pd, output di pasar (a) terjual
sebesar qd dan pada pasar (b) output juga terjual sebesar
qmt. Sehingga luas pasar telah bertambah dari output
sebanyak (qm + qmt). Dan ketika diskriminasi harga
derajat ketiga diterapkan , yaitu ketika di pasar (b)
diterapkan harga sebesar Pdt maka output yang terjual
adalah sebesar qdt. Dengan begitu keuntungan juga
meningkat, dari output yang menjadi (qd + qdt).
E. DISKRIMINASI HARGA DAN PASAR INTERNASIONAL

Namun praktik harga dumping ini tidak


Dumping adalah diskriminasi disukai oleh lawan para pesaing pasar, karena
perbuatan ini dianggap sebagai suatu
harga secara Internasional yang
tindakan berbisnis curang guna
dilakukan dengan menjual suatu memenangkan persaingan pasar. Perbuatan
produk diluar negeri dengan ini ditentang keras di dalam pasar yang
harga yang lebih murah bersaing secara bebas. Iklim persaingan pasar
dibandingkan dengan harga di menjadi tidak sehat lagi. Praktik harga
dumping ini pada akhirnya dilarang
dalam negeri.
pemerintah di dalam arena bisnis
internasional.
Tujuan Dumping

Pengenaan harga yang lebih murah di Luar Negeri


dibandingkan Dalam Negeri untuk komoditi yang sama,
karena lebih tingginya elastisitas permintaan Luar Negeri.
Perusahaan dapat memperoleh laba lebih tinggi dibandingkan
dengan menjual harga yang sama di dua pasar Dalam Negeri.
Elastisitas permintaan Luar Negeri lebih tinggi dibandingkan
Dalam Negeri sebab adanya persaingan dengan produsen
negara lain dalam pasar luar negeri
Jenis-jenis Dumping
 Persistent Dumping

Merupakan kecenderungan memonopoli yang berkelanjutan dari suatu perusahaan di pasar domestik
untuk memperoleh laba maksimum dengan menetapkan harga yang lebih tinggi di dalam negeri dari pada
diluar negeri.

Predatory Dumping

Merupakan tindakan perusahaan untuk menjual barangnya di luar negeri dengan harga lebih murah
untuk sementara (temporer), sehingga dapat menggusur atau mengalahkan perusahaan lain dari persaingan
bisnis. Setelah dapat memonopoli pasar, barulah harga kembali dinaikan untuk mendapatkan laba
maksimum

Sporadic Dumping

Merupakan tindakan perusahaan dalam menjual produknya diluar negeri dengan harga yang lebih
murah secara sporadis dibandingkan harga didalam negeri karena adanya surplus produksi di dalam negeri.
Pasar Internasional

Pasar internasional adalah pasar yang memungkinkan


terjadinya jual-beli antar negara. Pasar internasional berhubungan
dengan kebutuhan suatu negara terhadap suatu produk yang
belum mampu dipenuhi oleh negara itu sendiri, serta keinginan
suatu negara untuk melakukan ekspansi.
Menjual output dipasaran luar negeri, bukanlah pekerjaan yang
sederhana.

1. Suasana pasaran luar negeri adalah bersifat kompetitif,

2. selain itu pola transaksi pasar kerap kali terjadi melalui kesepakatan pasar
terlebih dahulu.

Hal demikian tentu dapat mempersempit Jalan bagi output yang berasal dari
perusahaan industri domestik untuk bersaing di pasaran luar negeri. Oleh karena itu
salah satu output tersebut dijual pada posisi harga murah dengan harapan dapat laku
keras dipasarn luar negeri.
Konsekuensi
Sebagai Konsekuensinya negara importir melakukan tindakan embargo ekonomi. Embargo ekonomi
berupa larangan eksporimpor secara terbatas, atau dapat juga terjadi larangan eksporimpor secara
penuh. Praktik embargo ekonomi menyebabkan perdagangan barang-barang industri tidak dapat lagi
melintasi batas-batas wilayah internasional.

Pasaran output produksi perusahaan industri domestik hanya


terkonsentrasi di dalam negeri saja, sebagai akibatnya :

1. Persaingan pasar antar sesama pesaing


baik berupa tenaga kerja
domestik menjadi semakin ketat

2.Dapat menyebabkan terjadinya


pengangguran faktor-faktor produksi, baik kapasitas produksi terpasang
berupa :

maupun sumber daya bahan baku dan bahan


3.Dapat menghambat pertumbuhan dan penolong.
perkembangan industri dalam negeri
Adanya kelangkaan input dan output yang tersedia di pasaran
domestik dapat menyebabkan tingkat konsumsi menurun dan produksi
berhenti. Embargo ekonomi menyebabkan surplus konsumen dan
surplus produsen menurun tajam sehingga kesejahteraan ekonomi
masyarakat secara keseluruhan mengalami penurunan. Embargo
ekonomi telah turut menyebabkan terjadinya penurunan kesejahteraan
ekonomi penduduk dunia.
Dalam hal ini Negara importir dapat pula menjalankan tindakan
balasan, yaitu menjual output perusahaannya dengan harga jual yang
lebih murah (politik anti-dumping) di pasaran luar negeri. Kalau
strategi ini dijalankan oleh lawan saingan, maka di pasaran output
dapat terjadi perang harga. Dengan demikian, politik dumping akan
merugikan negara ekspotir secara keseluruhan.
DAFTAR PUSTAKA

Suardi, Wahdi. 2019. Modul Ekonomi Manajerial. Fakultas Ekonomi


UNINUS.
Teguh, Muhammad. 2016. Ekonomi Industri. Depok: PT Raja Grafindo
Persada.
Jaya, Wihana Kirana. 2008. Ekonomi Industri. Yogyakarta:BPFE.
Febriyanto, Andri. 2015. Perdagangan Internasional. Yogyakarta: PT. Pustaka
Baru.
WASSALAMU’ALAI
KUM WR. WB.

Anda mungkin juga menyukai