Jurnal Reading Myopathy Huseikha
Jurnal Reading Myopathy Huseikha
● IrAEs dapat mempengaruhi beberapa sistem organ/ keterlibatan multifokal dari sistem saraf.
● Adanya IrAE non-neurologis dapat meningkatkan kemungkinan bahwa, apabila terdapat gejala neurologis maka dapat mewakili
terjadinya irAE-Ns
● Sebuah IrAE-Ns memerlukan pertimbangan irAEs lain ketika diketahui terdapat pola penyakit overlap
- Diagnosis miopati/ MG memerlukan evaluasi untuk miokarditis
- Diagnosis meningitis memerlukan ensefalitis).
● Penundaan pengobatan/
Gejala yang persisten/ memberat/ tidak dapat dijelaskan penghentian terapi ICI
● Tidak diklasifikasikan sebagai
irAE-E
Kata kunci: "neurotoksisitas perifer yang diinduksi kemoterapi," "neuropati toksik," "neuropati
perifer," "neuro - sindrom toksisitas,” “myositis,” “myasthenia gravis,” “myasthenic syndrome”
dikombinasikan dengan “inhibitor pos pemeriksaan imun,” “ipilimumab,” “nivolumab,”
“pembrolizumab,” “cemiplimab,” “atezolizumab,” “durval umab ,” “avelumab,” “anti-CTLA-4,”
“anti-PD-1,” “anti-PD-L1.”
PNS- IrAE
- Paling umum neuropati perifer, miopati, dan miastenia gravis
- Monoterapi anti-PD-1 (3336 pasien dengan nivolumab dan 3301 pasien dengan pembrolizumab)
- insidensi miositis >>> (2,6% untuk nivolumab, 1,07% untuk pembrolizumab)
- Insidensi neuropati perifer (0,73% nivolumab dan 0,28% pembrolizumab)
- SR dan Meta analisis akhir-akhir ini
- 125 uji klinis (20.128 pasien) pada irAE –N yang diinduksi PD-1/PD-L1 mengkonfirmasi prevalensi myositis
- Ipilimumab (4152 pasien) tampaknya lebih sering dikaitkan dengan neuropati(0,79%) daripada miopati (0,24%)
- Dalam uji coba fase III dengan kombinasi ICI (nivolumab dan ipilimumab) 1749 pasien
- Hanya miopati (jarang tingkat parah) (insiden rata-rata 0,95%)
- Tidak ada neuropati perifer
Myositis
ICI memiliki peran penting dalam menurunkan regulasi respon imun dan memodulasi intensitasnya
Mekanisme potensial; mimikri molekular antara jaringan normal yang terkena dan tumor reaktivitas silang antara
neo-antigen tumor dan antigen jaringan normal perkembangan IrAE akibat imunoterapi
Pengikatan langsung ICI ke target yang diekspresikan dalam jaringan normal (Antibody- dependent toxicity dan
complement-mediated inflammation)
Peradangan subklinis yang sudah ada sebelumnya (dipicu oleh tumor atau host), gangguan lingkungan, atau pra -antibodi
immune checkpoint blockade juga telah dihipotesiskan
Blokade CTLA-4 meningkatkan ketersediaan ligan untuk CD28 yang memungkinkan aktivasi sel T yang berpotensi self-
reactive.
Peran agen infeksius telah diusulkan, menunjukkan kesamaan dengan immune reconstitution syndrome pada human
immunodeficiency virus (HIV) dan respon imun yang diinduksi pathogen
● Diagnosis PNS-irAE harus dicapai dalam waktu sesingkat mungkin untuk tidak menunda pemberian pengobatan imunomodulator
● Gejala neurologis akut pada pasien yang menerima ICI, irAE-N harus segera dicurigai, penyebab alternatif (metabolik, endokrin, infeksi,
dan toksik) harus di evaluasi
● Perkembangan tumor dan invasi perineural harus diperhitungkan, serta efek samping dari perawatan anti-tumor sebelumnya
● Overlap gejala klinis PNS terjadi pada 16% sampai 25% kasus
● Pemeriksaan CK dan troponin bila overlap miokarditis di curigai
● Pemeriksaan autoantibodi sesuai klinis :
○ IrMG: anti-AChR, anti-MuSK, anti-Ca++ channel dan antibodi striatasional
○ Autoimunitas sistemik (ANA, dsDNA, anti-SNA, dan ANCA)
○ Neuropati perifer: Antibodi anti-gangliosida
○ irMyositis: antibodi terkait myositis
● IrNeuromuscular: NCS (Nerve conduction studies) dan ENMG (lectro-neuromyography) distal dan proksimal 4 extremitas
● Peripheral neuropathy; Lumbal pungsi: Analisis CSF menyingkirkan neoplastik dan infectious meningoradikulitis
● Presentasi atipikal/ untuk menyingkirkan Kontraindikasi Lubal pungsiCT dan/atau MRI otak dengan injeksi kontras dan/atau tulang
belakang
● Eksplorasi tambahan mungkin diperlukan, biopsi otot/saraf (miositis/neuropati) dan tes prostigmin/edrofonium (MG).
MANAGEMENT OF PERIPHERAL NERVOUS SYSTEM IMMUNE-
RELATED ADVERSE EVENTS-Therapeutic approach
● Tx PNS-IrAE; Rumit
○ koeksistensi dari respons imun yang tidak memadai terhadap kanker
○ respons imun berlebihan terhadap PNS
● Kriteria Common terminology criteria for adverse events (CTCAEs)
○ Standarisasi terapi PNS-irAE berdasarkan grading toksisitas
● Konsensus:
○ Toksisitas grade 1-2; sementara withhold pengobatan ICI sampai perbaikan klinis memadai,
○ Toksisitas grade 3-4 penghentian permanen tx ICI
● Terapi kortikosteroid dosis tinggi (prednison oral 1 mg/kg/hari atau dosis setara intravena) dimulai sesegera mungkin
mempersingkat durasi gejala - mencegah gejala sisa jangka panjang. Tapp off bertahap lalu dihentikan
● Half-life anti-CTLA-4 dan anti-PD-1 antibodies (3-4 minggu) tx steroid selama 2 hingga 3 bulan
● Jika PNS-irAE gagal respons dalam 1 minggu tx steroid dosis tinggipenekanan imun harus ditingkatkan tanpa penundaan.
● Refrakter steroid:
○ Lini 2 Imunoglobulin intravena dan pertukaran plasma
○ Lini 3 tocilizumab, infliximab, rituximab, mycophenolate, methotrexate , dan siklofosfamid
○ Kasus jarang: Proteasome inhibitor (bortezomib), inhibitor kalsineurin (tacrolimus, cyclosporine), IL-17 blocker, dan antibodi
monoklonal penipis sel T (anti-thymocyte globulin)
RE-CHALLENGING AND IMMUNE CHECKPOINT
INHIBITORS
- IrAE berat dari ICI mungkin memiliki efek tx onkologis yang lebih baik
- Pemberian ulang ICI setelah IrAE sedang - berat (CTCAE grade 2-4) masih menjadi perdebatan namun
dilakukan dalam praktik
- Study akhir-akhir ini: 80 pasien yang menghentikan ICI kombinasi karena IrAE diberikan kembali tx anti-
PD-1 (setelah di tx dengan steroid)
- 14 pasien (18%) mengalami irAEs berulang
- (8 pasien dgn grade 3-4) rata-rata 14 hari setelah ICIs dilanjutkan.
- 17 pasien (21%) IrAE signifikan baru
- 6 pasien dgn grade 3-4
- Keparahan klinis awal, durasi tap off steroid, dan penggunaan imunosupresan tambahan tidak
memprediksi irAEs berulang pada pemberian ICI ulang
- Anehnya, pasien yang tetap menggunakan terapi steroid pada saat dimulainya kembali anti-PD-1
memiliki tingkat toksisitas lebih tinggi (55% vs 31%, P = 0,03)
- Studi lainnya 52 pasien dengan irAE-ipilimumab sebelumnya re-challenge dengan agen antiPD-
- 2 pasien yang mengalami kekambuhan ipilimumab-irAEs yang sama 1 dapat diterapkan dengan profil
- 14 pasien mengembangkan irAEs grade 3-4 baru, penulis menyimpulkan bahwax keamanan yang relatif baik
PREVIOUS AUTOIMMUNE DISORDERS AND IMMUNE
CHECKPOINT INHIBITORS
IrAE-N 2% - 4%
- Kejadian ringan (derajat 1-2) terjadi pada 6-12% (gejala neurologis nonspesifik; sakit kepala, pusing, parestesia, atau
neuropati sensorik serat kecil tidak memengaruhi kelanjutan ICI secara keseluruhan.
- Kejadian yang lebih serius (tingkat 3-4)
- 0,4% hingga 0,2% (nivolumab dan pembrolizumab)
- 0,3-0,8% ipilimumab
- 2,4-14% kombinasi PD-1 dan CTLA-4 inhibitor (ipilimumab dengan nivolumab)
- 347 pasien diobati dengan pembrolizumab/nivolumab
- (2,9%; 7 dengan pembrolizumab dan 3 dengan nivolumab) mengalami irAE-N neuromuskular setelah median 5,5
(kisaran: 1-20) siklus pengobatan.
- ICI juga memicu penyakit autoimun yang sudah ada , (risiko 27-42%) eksaserbasi ringan-sedang
- Ipilimumab lebih sering dikaitkan dengan kejadian neurologis, penghambat PD-1 memberikan risiko yang lebih besar dari
waktu ke waktu (pemberiannya berkepanjangan)
Inflammatory myopathies
SubType:
NAM miopati autoimun yang paling umum
- Dermatomiositis
- Dipicu terutama oleh pembrolizumab, ipilimumab dan nivolumab
- Polimiositis,
NAM dapat muncul bersamaan dengan MG/ MG like symptoms
- Necrotizing autoimmune
myositis (NAM)
- Sejumlah pasien mengembangkan MG okular 7-11 minggu setelah inisiasi ICI (paling sering menggunakan
pembrolizumab dan nivolumab)
- Pasien lain mengembangkan MG umum (termasuk krisis miastenia)
Aseptic meningitis
Autoimmune Encephalitis
- Eksaserbasi MS/ kejadian de novo penyakit demielinasi SSP (neuritis optik, mielitis transversa dan lesi demielinasi tumefaktif akut)
dapat terjadi dalam beberapa minggu/ bulan setelah pengobatan dengan ipilimumab, pembrolizumab/ nivolumab
- Transisi dari sindrom terisolasi secara radiologis menjadi definite MS secara klinis setelah inisiasi ipilimumab
Hypophysitis
• Tergantung pada jenis, tingkat keparahan IrAE-N, risiko relative, manfaat pengobatan,
komorbiditas terkait/ kontraindikasi potensial
• Tidak ada rejimen terapi yang optimal/ standar dan pengobatan masih bersifat empiris
• Kortikosteroid intravena, IVIg dan plasmapheresis adalah terapi lini pertama, diikuti oleh
imunosupresan (mikofenolat, rituximab, metotreksat, dan siklofosfamid)
• Kasus refrakter proteasome inhibitor (bortezomib), tacrolimus atau IL-17 blocker
• Untuk IrAE yang dapat diobati, kebanyakan ahli merekomendasikan ICI tetap di lanjutkan
• Dalam kasus yang parah, terapi ICI dihentikan sampai IrAE dikendalikan dengan imunoterapi
• Terapi ICI tetap atas kebijaksanaan dokter, mempertimbangkan harapan hidup dan tingkat
keparahan kanker
• IrAE terkait dengan peningkatan tingkat respons objektif tumor (ORR)-(signifikansi belum jelas)
• Pada pasien dengan IrAE, ORR 50-70%
• Pada pasien tanpa IrAE, ORR 20-30%
• Imunoterapi yang digunakan untuk mengatasi IrEA-N tampaknya tidak melemahkan efektivitas ICI
Unresolved issues