Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA NEONATUS DENGAN HIPOTHERMIA &


HIPOGLIKEMIA

Ns HENNY PURWASARI S.KEP


NS SITI DARMIYANTI S.KEP
YUSTINA AMD.KEP
BBL

Mempertahankan suhu lingkungan yang netral adalah salah satu


tantangan fisiologis utama yang harus dihadapi bayi baru lahir
setelah melahirkan.
Perawatan untuk mempertahankan suhu normal untuk mengurangi
morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir.

Termoregulasi adalah kemampuan untuk menyeimbangkan produksi


panas dan kehilangan panas kehilangan mempertahankan suhu tubuh
dalam kisaran normal tertentu.
Hipothermia pada Neonatus

Definisi:
• Jika suhu axila bayi <36,5 oC
• Suhu Normal 36,5 - 37,5 oC (WHO, 2013)

Bayi baru lahir dan proses termoregulasi

Hipotermi dapat terjadi pada setiap bayi baru lahir


• Terutama BBLR & Prematur
• Kurangnya jaringan lemak di bawah kulit
• Permukaan tubuh yg relatif lebih luas
dibandingkan dgn berat badan
Suhu tubuh • Otot yg tidak aktif
• Produksi panas yg berkurang oleh karena lemak
tidak stabil coklat yang belum cukup
• Pusat pengaturan suhu (Hipotalamus) yg blm
berfungsi sebagaimana semestinya
• Perubahan lingkungan intrauterin ke extrauterin
Klasifikasi Hipotermi
KEHILANGAN PANAS PADA BBL
MEKANISME PRODUKSI PANAS BBL

Proses Metabolik

Thermogenesis
tanpa menggigil / Aktifitas Otot
Nonshivering Volunter
thermogenesis

Vaskontriksi Perifer
Efek stres dingin pada BBL
TANDA LAIN YANG MENYERTAI HIPOTERMI
Akrosianosis dan kulit dingin, berbintik-bintik, atau pucat
Hipoglikemia
Hiperglikemia sementara
Bradikardia
Takipnea, gelisah, pernapasan dangkal dan tidak teratur
Distres pernapasan, apnea, hipoksemia, asidosis metabolik
Aktivitas menurun, lesu, hipotonia
Menangis lemah, makan buruk
Penurunan berat badan
SUHU TIDAK STABIL PADA BBL
SDKI SLKI SIKI
KATEGORI SUB
KATEGORI
NO DP
Lingkun Keama 0129 Hypertermia L14136 • Temperature
gan naan & • Thermoregulation : Regulation
Protek 0130 Hipotermia neonate • Vital sign
si • Pengaturan suhu Monitoring
0139 Resiko Hipotermi tubuh agar tetap
0147 berada pada rentang
Resiko Termoregulasi Tidak
Efektif normal.
0148 Termoregulasi Tidak Efektif
Pakaian hangat, topi, serta selimut yang hangat

ASI dan perawatan bayi lekat apabila dimungkinkan

Gunakan inkubator / radiant warmer


HIPOTERM
Periksa kadar gula darah , terapi hipoglikemia sesuai indikasi
I BERAT
(32- Pengawasan dan penanganan segera adanya tanda-tanda kegawatan
34,9oC) Pantau suhu tubuh bayi setiap jam :
• Bila suhu naik minimal 0,5 / jam, lanjutkan memeriksa suhu setiap 2 jam
• Bila suhu tidak naik / naik terlalu pelan kurang dari 0,5 /jam, penanganan kearah sepsis

Setelah suhu normal ;


• Lakukan perawatan lanjutan
• Pantau bayi selama 12 jam berikutnya, periksa suhunya setiap 3 jam
Segera hangatkan bayi dibawah radiant warmer, rawat di dalam
inkubator.

Pakaian yang hangat, topi

Pasang jalur i.v pemberian cairan sesuai kebutuhan, dengan pipa infus
terpasang dibawah pancaran panas, untuk menghangatkan

Periksa kadar gula darah , terapi hipoglikemia sesuai indikasi


HIPOTERM
I SEDANG Pengawasan dan penanganan segera adanya tanda-tanda kegawatan
(<32oC)
Pemberian antibiotika

ASI / menyusu ibu apabila memungkinkan

Pantau suhu tubuh bayi setiap jam, apabila terdapat kenaikan paling tidak
0,5 / jam lanjutkan dengan memeriksa suhu tubuh bayi setiap 2 jam

Setelah suhu tubuh bayi normal , lakukan perawatan lanjutan untuk bayi.
Ten steps of the warm chain (who)
(ACoRN, 2012; Kattwinkel, 2011; Provincial Council for Maternal & Child
Health, 2012

Ruang persalinan Hangat Pakaian / selimut yang sesuai

Pengeringan segera Ibu dan bayi baru lahir bersama

Kontak kulit dengan kulit Transportasi hangat

Penilaian hangat (jika bayi baru lahir


Menyusui tidak dari kulit ke kulit dengan ibu)

Tunda timbang dan mandi Pelatihan dan peningkatan kesadaran


HIPERGLIKEMIA
Glukosa merupakan sumber energi utama untuk perkembangan janin

Dalam keadaan normal kadar gula darah bayi lebih rendah daripada anak-anak.

Kadar gula darah janin sebesar 70% kadar gula darah ibu.

Pada waktu bayi baru lahir masukan gula dari ibu berhenti secara mendadak sehingga homeostasis pasca lahir
dipertahankan dengan peningkatan glukagon , kortisol, dan penurunan kadar insulin plasma
Perubahan endokrin ini penting untuk menginduksi glikogenolisis hati dan glukoneogenesis sehingga
mempertahankan homeostasis glukosa
Tingkat glikogenolisis yang tinggi menyebabkan penipisan simpanan glikogen hati yang lebih cepat, terutama
pada bayi prematur di mana simpanan glikogen hati terbatas.
Glukoneogenesis perlahan dimulai setelah beberapa jam sejak lahir dan mencapai pematangannya setelah 12
jam (Oksidasi glukosa mendukung sekitar 70% dari kebutuhan energi otak)
Hipoglikemia
kelainan metabolik dan endokrin yang sering terjadi pada bayi dan anak yang berakibat
kerusakan otak yang menetap.

menyebabkan suplai glukosa yang rendah ke alat-alat organ vital khususnya otak.

Hipoglikemia yang berulang dan menetap menyebabkan kerusakan otak dan kematian.

kadar gula plasma kurang dari 2,6 mmol/L (< 47 mg/dl).


• neonatus aterm berusia kurang dari 72 jam dipakai batas kadar gula plasma 35 mg/dL.
• neonatus prematur dan KMK yang berusia kurang dari 1 minggu, bila kadar gula darah plasma kurang dari 25 mg/dl
Insiden

(Harris DL, Weston PJ, 2012)

kejadian hipoglikemia (glukosa darah <47 mg/dL) dalam 48 jam pertama kehidupan pada bayi
dengan usia gestasi ≥35 minggu
51 % kelahiran berisiko 19% meengalami lebih dari
19% hipoglikemia berat
hipoglikemia 1 kali episode hipoglikemia
Faktor Resiko Hipoglikemia
(Angelis et al., 2021)

Kondisi Ibu Kondisi Bayi

• Prematuritas (< 37 mg)


• DM, • SGA < 10%
• HT/ Eklamsi / Preeklamsi • Pembatasan Pertumbuhan Intrauterin /
IUGA
• Kehamilan Dini dengan bayi besar • LGA
• Pengobatan dengan antidepresan • BBLR
• • Sepsis
Penyalahgunaan obat • Hipoksemia
• Riwayat genetic dengan • Hipotermia
hipoglikemia • Gangguan pernafasan
• Awal Menyusui yang tertunda
Gejala Hipoglikemia

• Pada neonatus dan bayi,


– gejala iritabilitas,
– tremor,
– kesulitan makan,
– letargi,
– hipotoni,
– takipnea,
– sianosis atau apnea.
TATALAKSANA

TUJUAN MENURUNKAN KADAR GLUKOSA


UTAMA DARAH SECEPATNYA AGAR KEMBALI
: NORMAL
MENGHINDARI HIPOGLIKEMIA
BERULANG
TATALAKSANA

neonatus yang asimptomatis


• teruskan pemberian ASI setiap 1-2 jam atau 3-10 ml/kg,
• selanjutnya monitor kadar gula darah setiap kali sebelum bayi minum sampai gula darah stabil.
• Hindari pemberian minum yang berlebihan.
• Jika kadar gula darah tetap rendah walaupun setelah diberi minum, dapat dimulai infus glukosa.
• Pemberian ASI dapat dilanjutkan selama pemberian infus glukosa.

Tata laksana bayi yang simptomatis atau kadar gula plasma 45 mg/dL (>2,5 mmol/L),
• sesuaikan tetesan cairan intravena dengan kadar glukosa darah. S
• dianjurkan pemberian ASI yang lebih sering,
• monitor konsentrasi gula darah setiap sebelum diberi minum sampai kadar gula darah stabil dan pemberian cairan intravena
distop.
• Bila kebutuhan glukosa melebihi 12 mg/kgBB/menit segera lakukan pemeriksaan kadar gula darah, insulin, kortisol, growth
hormon, laktat untuk mendeteksi adanya gangguan hormon.
• Setelah itu diberikan hidrokortisom suksinat 10 mg/kgg/hari dengan dosis terbagi dua.
ASKEP PLASENTA PREVIA 7 SOLUSIO PALSENTA

• Pendarahan pada kehamilan dapat membahayakan kesejahteraan ibu dan


janin.
• Kehilangan darah pada ibu  menurunkan kapasitas pembawa oksigen 
meningkatan risiko hipovolemia, anemia, infeksi, dan persalinan prematur
dan berdampak buruk pada pengiriman oksigen ke janin.
• Risiko janin  kehilangan darah atau anemia, hipoksemia, hipoksia,
anoksia, dan kelahiran prematur.
• Penilaian dan intervensi segera oleh tim perawatan kesehatan sangat
penting untuk menyelamatkan nyawa ibu dan janinnya
PERDARAHAN PADA IBU HAMIL

• Perdarahan pada ibu hamil usia <20 minggu : Abortus, KET dan Mola Hidatidosa
• Perdarahan pada ibu hamil usia >20 minggu : Plasenta Previa & Solusio Plasenta
Risk Factors Placenta Previa

• Previous placenta previa (4 – 8%)


• Previous C-Section (>> with number of
C-Section)
• Previous termination of pregnancy
• Multiparity
• Advanced maternal age (>40 years old)
• Multiple pregnancy
• Smoking
• Deficient endometrium due to presence
or history of:
• Uterine scar
• Endometritis
• Manual removal placenta
• Curettage
• Submucous fibroid
• Assisted conception
Abroptio Placenta
Vasa Previa
Risk Factors:
• Bilobed and
• Mild vaginal bleeding after 24 weeks gestational age
• Rarely reported conditions in which the fetal vessels from the placenta
succenturiate
cross the entrance to the birth canal placentas
• Rupture of fetal vessels that run in to membrane below fetal presenting
part which is unsupported by placental/umbilical cord • Velamentous
• Incidence is varies, around 1 : 3000 pregnacies
• Symptoms and signs:
insertion of the
• Clinically stable cord
• Fetal assessment showed fetal distress that cannot explained by the
mild bleeding • Low-lying placenta
Predisposing Factors
• Multiple gestation
• Velamentous insertion of the umbilical cord • Pregnancies
• Accessory placental lobes
• Multiple gestations (bi-lobed placenta) resulting from in
vitro fertilization
• Palpable vessel on
vaginal exam
Etiologi
 INFEKSIUS
dan diagnosa banding hepatitis pada anak
 Virus hepatitis: Enam virus berikut menyebabkan 90% kasus hepatitis
virus:. Virus Hepatitis A (HAV), B (VHB), C (HCV), D (HDV), E (HEV).
 Virus Epstein-Barr (EBV),
 Cytomegalovirus (CMV)
 Human Immunodefisiensi Virus (HIV)
 Varicella zoster virus (cacar air). Komplikasi dari virus ini adalah
hepatitis. Tapi ini sangat jarang terjadi pada anak-anak.
 Enterovirus. Ini adalah kelompok virus yang sering terlihat pada anak-
anak. Mereka termasuk virus coxsackie dan echovirus. rubella. Ini
adalah penyakit ringan yang menyebabkan ruam.
 Adenovirus. Ini adalah kelompok virus yang menyebabkan pilek,
radang amandel, dan infeksi telinga pada anak-anak dan dapat
menyebabkan diare.
 Parvovirus. Virus ini menyebabkan penyakit ruam pipi di wajah
AUTOIMMUNE
Autoimmune hepatitis

– Sclerosing cholangitis
Other (e.g., systemic lupus erythematosus, juvenile
rheumatoid
arthritis)
• HEMODYNAMIC

– Shock
Congestive heart failure
Budd-Chiari syndrome
Other
– NONALCOHOLIC FATTY LIVER DISEASE
Idiopathic
Reye syndrome
Other
 NON VIRAL LIVER INFECTIONS
– Abscess
Amebiasis
Bacterial sepsis
Brucellosis
Fitz-Hugh-Curtis syndrome
Histoplasmosis
Leptospirosis
Tuberculosis
Ciri-ciri Virus hepatotropik

• Reference: Kliegman, R. M., Stanton, B.F., Schor, N. F., et al. (2016). Nelson Textbook Of Twentieth Edition,
Philadhelpia: Elsevier
Perkembangan penyakit hepatitis ditandai
secara patologis oleh empat tahap:

(1) Tahap satu ditandai dengan peradangan mononuklear sel-sel di


sekitar saluran empedu kecil;
(2) Pada tahap dua, ada proliferasi dari saluran empedu kecil;
(3) Tahap tiga ditandai dengan fibrosis atau jaringan parut; dan
(4) Stadium empat adalah sirosis.
Gejala hepatitis akut pada anak
Mendiagnosis Hepatitis pada anak

• Pemeriksaan darah terdiri atas enzim hati, Fungsi hati,


Reaksi berantai antibodi dan polimerase. Hal ini untuk
memeriksa
• USG
• MRI
• BIOPSI HATI
• CT SCAN

Anda mungkin juga menyukai