Isu:
KTIP
Mengubah paradigma berpikir “berpusat pada pasien“
Masalah Terkait Sistem (1)
1. Antrian pasien panjang menyulitkan untuk melakukan mentoring yang efektif
dan juga dapat menjadi hambatan di dalam memberikan layanan yang
berkualitas.
2. Cakupan tes HIV di layana rendah dengan alasan, tidak ada bahan habis
pakai dan reagen.
3. Beberapa jenis Obat ARV lini pertama tidak tersedia (habis), diperkirakan
datang minggu depan.
4. Pasien yang terdiagnosis sifilis tidak diberikan terapi benzatin penicillin,
karena obat tidak tersedia.
Masalah Terkait Sistem (2)
5. Tidak ada sistem yang dapat melacak pasien
dengan HIV positif namun belum memulai ART dan
juga pasien yang mangkir mengambil obat ARV.
6. Petugas tidak mencatat informasi klinis dengan
lengkap di formulir Ikhtisar Perawatan dan
ART/Rekam Medis.
7. Tidak adanya sistem jaminan mutu, misalnya teman
sejawat menuliskan resep ARV yang tidak standar.
8. Pasien tidak mampu untuk melakukan pemeriksaan
yang dianjurkan dokter di rawat jalan dan rawat inap
Kapasitas
Isu:
Antrian pasien yang panjang menyulitkan untuk
melakukan mentoring klinis yang efektif.
Kapasitas
Strategi:
Mentor duduk disamping mentee dan membantu
melayani pasien. Misal, sementara mentee
melakukan pemeriksaan fisik, mentor membuat
catatan pada rekam medis pasien.
Pertimbangkan mendelegasikan beberapa tugas,
misalnya anamnesis, ke petugas yang telah dilatih.
Kapasitas (lanjutan)
Isu:
Tidak adanya kelengkapan standar di klinik (misal
tidak ada meja periksa, tidak ada air atau listrik)
Suplai
Strategi:
Berpikirlah kreatif untuk memecahkan masalah ini:
Tidak ada meja periksa: Periksa pasien dalam keadaan
duduk.
Tidak ada air: Gunakan “hand sanitizer”.
Tidak ada listrik: Gunakan sinar matahari untuk penerangan
di ruang periksa.
Suplai #2
Strategi:
Buat permintaan sarung tangan dan masker ke
Direktur Yanmed, Dinas Kesehatan, atau pemangku
kebijakan.
Mentor perlu menjadi contoh dalam penggunaan
masker dan sarung tangan yang tepat untuk
mendorong pemakaian dan menghilangkan stigma
Suplai #2 (lanjutan)
Strategi:
Pasang tirai atau pembatas lainnya diantara pasien
untuk menjaga privasi.
Buat pelatihan untuk semua staf tentang pentingnya
konfidensialitas.
Konfidensialitas (lanjutan)
Pasang poster yang menerangkan pentingnya
konfidensialitas di ruang tunggu untuk
mengedukasi pasien.
Buat pertemuan komunitas untuk
mendiskusikan dampak stigma sebagai
penghambat orang berobat.
Gunakan nomor sebagai pengganti nama
selama kunjungan di klinik, supaya pasien
anonim.
Rekam Medis/Organisasi
Isu:
Tidak tersedianya sistem yang dapat melacak
pasien yang mangkir mengambil obat ARV.
Rekam Medis/Organisasi
Strategi:
Membantu pembuatan sistem untuk
pelacakan pasien yang mangkir mengambil
obat
Menetapkan jadual pengambilan obat berikutnya.
Petugas mencatat tanggal tersebut di buku jadual
kunjungan
Rekam medis/Organisasi
Isu:
Kunjungan “Follow-up” hanya dianggap untuk
mengambil obat ARV, tidak ada perhatian terhadap
kesehatan pasien pada umumnya
Kualitas layanan
Strategi:
Menekankan pentingnya melakukan anamnesis
singkat, memperhatikan tanda-tanda vital dan dan
melakukan pemeriksaan fisik yang dibutuhkan.
Menekankan pentingnya untuk mengulas tanda dan
gejala lainnya yang tidak berhubungan dengan HIV.
Kualitas Layanan
Isu:
Kurang mencukupinya jumlah klinisi terlatih yang bisa
memberikan ART, menyebabkan jumlah pasien
melebihi kemampuan layanan
Kualitas Layanan
Strategi:
Tentukan sumber masalah: Apakah kurangnya klinisi
atau karena mereka diberikan terlalu banyak
tanggung jawab lainnya?
Pengdelegasian tugas membuat waktu yang dimiliki klinisi
lebih banyak/efisien
Seringkali, perawat cukup terampil dan dapat menangani
pasien yang sudah stabil (fast tract).
Kualitas Layanan
Isu:
Diskriminasi petugas terhadap pasien menyebabkan
pasien menghindari kunjungan “follow-up”
Kualitas Pelayanan
Strategi:
Edukasi staf tentang stigma dan diskriminasi dapat
menurunkan stigma, misalnya staf magang, bermain
peran, melihat video
Memperhatikan adanya “burnout” pada staf layanan,
yang menjadi salah satu faktor timbulnya diskriminasi—
mentor dapat memberikan motivasi dan advokasi
kepada staf
Kualitas layanan #1
Isu:
Tidak adanya sistem jaminan mutu, misalnya teman
sejawat menuliskan resep ARV yang tidak standar.
Kualitas layanan #1
Strategi:
Membentuk panel ahli ART yang meninjau rejimen
pasien yang dikumpulkan waktu kunjungan dan
merekomendasikan rejimen pengobatan yang benar.
Membentuk pertemuan “Tatalaksana terkini” untuk
semua klinisi yang meresepkan ART untuk mengulas
penggunaan rejimen atau rejimen baru.
Kualitas layanan #1 (lanjutan)
Melakukan pertemuan koordinasi untuk menemukan
masalah umum yang perlu disampaikan di sesi
pengajaran, temukan kesalahan sedini mungkin.
Pertemuan koordinasi perlu dilakukan secara rutin (bulanan)
dan dihadiri oleh setiap anggota tim PDP
Pada akhir jam layanan atau setiap akhir pekan,
klinisi berkumpul untuk membahas tatalaksana kasus
dan kemungkinan perubahan rejimen atau pemakaian
rejimen baru.
Pelatihan penyegaran dan supervisi program dapat
meningkatkan kualitas layanan PDP.
Karakteristik Mentor yang Baik
TERIMA KASIH
Session 7: Addressing Systems Issues Slide 43