Anda di halaman 1dari 22

Kelompok IV

BUDIDAYA KEPITING
BAKAU (Scylla serrata) EL
Syukriah Kamilah
Sariana
Rahel Amanda
(I1B120005) CY
(I1B120007)

(I1B120017)
Budiman Andi Lasmana (I1B120008)

L e t ’s S t a r t e d
Pendahuluan
Kepiting bakau (Scylla serrata) merupakan salah satu sumber daya perikanan
yang bernilai ekonomis tinggi karena sejumlah alasan seperti:
 Rasa dagingnya enak
 Memiliki kandungan protein tinggi (18,06 g per 100 gr daging)
 Digemari masyarakat (dalam & luar negeri)
 Termasuk makanan bergengsi (USA)

Indonesia setidaknya mengekspor kepiting ke sejumlah negara seperti


Amerika Serikat, Cina, Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Malaysia
dan sejumlah negara di kawasan Eropa (Lastri, 2016).

Permintaan pasar (dalam & luar negeri) yang terus meningkat, membuat
eksploitasi di alam semakin intensif yang akan mengancam kelestarian sumber
BUDIDAYA??? daya tersebut. Oleh karena itu diperlukan upaya alternatif untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi domestik maupun ekspor (Fardiyah et al., 2021).

Sariana
Pembahasan
Bioekologi Klasifikasi dan Morfologi
Kepiting Bakau
Kingdom : Animalia
Phyllum : Arthropoda
Class : Crustaceae
Kepiting bakau tergolong dalam Sub class : Malacostraca
Ordo : Decapoda
1 kelas Crustacea dalam ordo
Sub ordo : Brachyuran
Decapoda.
Family : Portunidae
Genus : Scylla
Morfologi umum ordo Decapoda:
Spesies : Scylla serrata
memiliki cheliped (sepasang), kaki
2 jalan (tiga pasang), kaki renang
(sepasang), tubuh diselubungi oleh
eksoskleton. Jantan Betina

Ciri spesifik: terdapat 6 duri di


3 antara kedua mata, 9 duri di sisi
kanan dan kiri mata, panjang karapas
Abdomen
± 2/3 dari lebarnya.
Sariana
Pembahasan
Bioekologi Siklus Hidup
Kepiting Bakau
1 Zoea: 18-20 hari

2 Megalopa: 7-12 hari

3 Juvenil: 30-34 hari

4 Dewasa: > 60 hari

Sariana
Pembahasan
Bioekologi Habitat dan Penyebaran
Kepiting Bakau
Fungsi ekologis ekosistem mangrove:

(a) Pelindung pantai dari serangan angin,


ombak, dan arus
(b) Habitat berbagai organisme yang
berasosiasi
(c) Tempat mencari makan (feeding ground)
(d) Daerah asuhan dan pembesaran
(nursery ground), dan
(e) Tempat pemijahan (spawning ground).
Habitat:
 Perairan sekitar mangrove dengan dasar berlumpur.
 Hewan ini seringkali dijumpai pada lubang berlumpur dan di sela-sela
akar bakau.
 Salinitas yang disukai berkisar 15-30 ppt dan mampu mentolerir
salinitas 15-35 ppt.
 Penyebaran kepiting bakau: East Afrika-India-West Pasific
Sariana
Pembahasan
Kebiasaan Makan Bioekologi
Kepiting Bakau
Di habitat alaminya, kepiting bakau mengkonsumsi berbagai jenis
1 makanan antara lain: alga, daun-daun yang telah membusuk, akar pohon,
jenis siput, kodok, katak, daging kerang, udang, ikan, bangkai hewan
(Omnivorous - scavenger) dan pemakan sesama jenis (cannibal).

Waktu makan kepiting bakau tidak menentu, tetapi malam hari lebih
2 aktif mencari makan dari pada siang hari karena kepiting tergolong
hewan nokturnal yang aktif di malam hari.

Kepiting bakau pada stadia umur yang berbeda, berbeda pula jenis
makanannya. Kepiting juvenile cenderung memakan plankton sementara
3 kepiting yang sudah berbentuk crab tinggal dan berkembang di wilayah
hutan mangrove, memakan ikan-ikan kecil, anak udang, siput dan jenis
kerang tertentu.

Sariana
Pembahasan
Tingkah Laku Bioekologi
Kepiting Bakau
1 Suka berendam dalam lumpur dan membuat lubang pada lumpur.

Kanibalisme. Sifat kanibalisme ini yang paling dominan ada pada kepiting
2 jantan. Oleh sebab itu, dalam kegiatan budidaya lebih dianjurkan
produksi kepiting monoseks yang akan memberikan kelangsungan hidup
lebih baik.

Molting (ganti kulit). Setiap terjadi ganti kulit, kepiting akan mengalami
3 pertumbuhan yang ditandai dengan pertambahan ukuran karapaks
maupun beratnya.

Peka terhadap polutan. Penurunan mutu air berpengaruh terhadap


4 ketahanan hidup kepiting. Kepiting tidak memberikan reaksi bila dipegang,
dan perutnya kosong bila dibelah.

Budiman Andi Lasmana


Pembahasan
Pemilihan Lokasi
Budidaya
Kepiting Bakau
Faktor-faktor yang perlu dikaji: faktor ekologis, faktor sosial ekonomi,
1 dan faktor tanah.

Faktor ekologis: parameter fisika, kimia dan biologi dan non teknis
2 berupa pangsa pasar, keamanan dan sumber daya manusia.

Faktor sosial ekonomi mempertimbangkan kemudahan akses transportasi


3 dan kemudahan mendapatkan tenaga kerja.

Faktor tanah erat kaitannya dengan tekstur tanah. Tipe tanah yang baik
4 untuk budidaya kepiting di tambak adalah (liat > 40%, lempung liat 50-
60%, lempung 7-27%, pasir < 12 %).
Akses: pengadaan benih, pengadaan
peralatan, proses budidaya, dan
pemasaran
Budiman Andi Lasmana
Pembahasan
Budidaya Persiapan Wadah Pemeliharaan

Kepiting Bakau
Persiapan Tambak 1 Persiapan Wadah Indoor Vertical

- Pengeringan tanah dasar: menghilangkan - Semua box kultur dilakukan sanitasi: dicuci, sisa-sisa pakan
berbagai senyawa sulfida (H2S) dan senyawa- diangkat.
senyawa beracun lainnya, seperti Ammonia - Pengecekan tekanan air pada pipa pemasukan: membersihkan dari
(NH3). endapan-endapan sludge (lumpur)

- Pemupukan: Pemberian pupuk kandang atau


kompos (1000 kg/ha) dan pupuk organik
(urea 15 kg/ ha) dan TSP 75 kg/ha.

- Pengapuran: Dosis kapur di daerah pH rendah


berkisar 3.000 - 6.000 kg/ha.
2 Persiapan Tambak
- Pengairan
- Perbaikan Konstruksi: perbaikan pematang yang bocor, saluran air,
pintu air, dan konstruksi lainnya.

Budiman Andi Lasmana


Pembahasan
Pembenihan
Kepiting Bakau 2 Penanganan Calon Induk

- Kepiting calon induk diseleksi yakni: sehat, berwarna


1 Persiapan Sarana Prasarana cerah, bersih (tidak ada organisme penempel atau fouling),
organ tubuh lengkap dan tidak cacat, dan aktif bergerak.
- Bobot: 150–250 g
Persiapan sarana prasarana: bak filtrasi, Panjang karapas: 5-8 cm
tandon air, bak kultur dan pemeliharaan pakan Lebar karapas 10-13 cm.
alami, bak induk, bak penetasan, bak - Minimal TKO II atau immature.
pemeliharaan larva dan lingkungan unit - Calon induk diadaptasikan terlebih dahulu dan disterilisasi.
pembenihan. - Pakan: pakan segar berupa cumi-cumi dan ikan rucah.
Dosis pakan yang diberikan selama pemeliharaan sebesar
5-10% dari bobot tubuh kepiting.

Bak Filtrasi Bak Penetasan Bak Pakan Alami

Budiman Andi Lasmana


Pembahasan
Pembenihan 3 Pemijahan

Kepiting Bakau Merangsang jantan untuk


memijah

Melepaskan
Mendatangi betina + membantu
feromon
Penetasan telur proses molting betina (menjaganya)

Jantan
Slide berikutnya Betina

Telur yang telah matang gonad akan


dikeluarkan melalui oviduk untuk dibuahi
setelah proses molting, jantan akan
dan selanjutnya akan menempel pada
menitipkan spermatofora dalam
rambut-rambut pleopod (kaki renang)
spermateka betina
untuk dierami. Telur dibuahi dan dierami Kopulasi
Rahel Amanda
Pembahasan
Pembenihan
Kepiting Bakau 4 Penetasan telur

- Induk yang terlihat mengerami telurnya, segera - Pengeraman dapat berlangsung dengan baik dan
dipindahkan ke dalam bak penetasan. Induk perkembangan telur normal apabila salinitas media
kepiting yang sedang mengerami telur akan pemeliharaan berkisar 30-33 ppt dan suhu berkisar 26-
mengipaskan kaki renangnya secara teratur. 30ºC.

- Seiring dengan masa telur yang semakin tua, - Untuk pengeraman dapat menggunakan bak berukuran
warna telur akan berubah menjadi kelabu panjang, lebar dan tinggi masing-masing 2 x 2 x 0,5 m yang
kemudian coklat kehitaman. terbuat dari semen atau fiber glass yang dilengkapi dengan
peralatan aerasi.
- Masa pengeraman telur biasanya berlangsung
- Kepadatan kepiting dalam bak pengeraman 1 ekor per meter
sekitar 14-20 hari.
persegi dan selama proses pengeraman induk tidak diberi
pakan.
- Penggantian air dilakukan setiap hari sebanyak 100%.

Rahel Amanda
Pembahasan
Pembenihan Pendederan
6
Kepiting Bakau
 Bak pendederan sebaiknya berwarna gelap dan dilengkapi
Pemeliharaan Crablet dengan substrat pasir, waring atau daun kelapa.
5 Pendederan dilakukan selama lebih kurang 20 hari.
 Pemberian pakan hidup berupa udang rebon dan biomas
 Pakan yang diberikan pada stadia ini berupa berupa artemia dapat mempercepat pertumbuhan. Kepadatan
flake, biomass artemia dan ikan rucah yang benih dalam bak pendederan berkisar sebanyak 10-15
dihaluskan. ekor/L.
 Frekuensi pemberian pakan sebanyak 6 kali sehari.  Pemberian pakan segar berupa ikan rucah yang dihaluskan
Setelah mencapai stadia crablets-10 benih kepiting sebanyak 5-10% dari bobot berat biomas perhari.
siap dipanen untuk dilakukan pemeliharaan lanjutan Pergantian air media pemeliharaan sebanyak 40-50%
(pendederan) atau langsung di tebar di lokasi setiap 3 hari sekali.
budidaya.  Pemeliharaan dilakukan hingga mencapai crableto atau
lebar karapas telah mencapai 11,5 cm.

Rahel Amanda
Pembahasan
Syukriah Kamilah

Pembesaran
Kepiting Bakau Desain Wadah Pemeliharaan

Model Budidaya Kepiting Bakau

Indoor vertical (Sistem RAS) Box cages Pagar Tancap (Mangrove pen)

Silvofishery Konvensional Kurungan (Keranjang Plastik) Kurungan (Rangka Kayu) Kurungan (Rangka Bambu)
Pembahasan
Pembesaran
Penebaran Benih
Kepiting Bakau
Sebelum ditebar pada tambak pembesaran, benih terlebih dahulu
ditempatkan pada petak-petak penyesuaian (aklimatisasi) selama
jangka waktu tertentu (sekitar satu bulan).

Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari agar terhindar dari
stres. Padat tebar disesuaikan dengan luasan keramba natau tambak.

Untuk tambak konvensional, benih ditebar sebanyak 5.000 ekor/ha


(sekitar 2 ekor/m2), sedangkan tambak silvofishery padat tebarnya
2-5 ekor/m2 dengan ukuran 30-50 gr/ekor dan tambak metode
kurungan boxes crab padat tebarnya 1 ekor/box.

Benih yang ditebar haruslah benih yang sehat, bebas penyakit,


ukurannya seragam, anggota tubuhnya lengkap, menunjukkan tingkah
laku menghindar atau melawan bila akan dipegang, berwarna cerah
hijau kecoklatan atau coklat kemerahan.

Syukriah Kamilah
Pembahasan
Pembesaran
Pemberian Pakan
Kepiting Bakau
Dalam kesehariannya, kepiting memakan makanan alami
berupa makrozobenthos seperti moluska (daging kerang
dan siput), cacing-cacingan dan lain-lain. Di samping itu,
Pengelolaan Kualitas Air
kepiting juga diberikan pakan tambahan berupa ikan
rucah dan kepiting kecil. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan cara
monitoring setiap tiga hari sekali. Hal ini bertujuan
Pakan rucah yang akan diberikan sebaiknya telah
untuk mengetahui apakah air media pemeliharaan
dicincang terlebih dahulu dan kondisinya masih segar.
masih layak digunakan. Monitoring dilakukan terhadap
Pemberian pakan dilakukan dengan dosis sekitar 10% per perubahan suhu, salinitas, pH, DO, dan ammonia.
bobot kepiting dengan frekuensi dua kali dalam sehari
yaitu pada pagi dan sore hari dengan cara ditebar. Parameter Nilai Optimum
Suhu 23-32 ºC
Salinitas 15-30 ppt
pH 7,5-8,5
DO > 4 mg/L
Ammonia
Sumber: Asyhariyati et al., (2013) <1 mg/L Syukriah Kamilah
Pembahasan
Pembesaran
Pencegahan Hama dan Penyakit
Kepiting Bakau
Pencegahan hama dan penyakit pada budidaya kepiting
bakau perlu dilakukan. Tindakan tersebut dinilai lebih baik Penyakit vibriosis (bakterial) merupakan jenis
bila dibandingkan dengan pengobatan. penyakit yang paling sering menyerang kepiting bakau
Langkah pencegahan yang dapat dilakukan meliputi: rutin yang dapat menyebabkan tingginya tingkat kematian.
melakukan pergantian air yang cukup, pengapuran secara
rutin dan penyaringan air. Gejala klinis : terdapat warna karapas yang gelap;
bercak merah (rust spot) pada kerapas; bercak hitam
Pemberian saponin (pestisida selektif) dengan dosis 15 pada bagian ventral bintik putih pada karapas; serta
ppm secara merata pada permukaan air tambak luka pada bagian ventral, karapas, dan cheliped .
diharapkan dapat memberantas hama seperti ikan kakap,
baronang dan payus (male milkfish). Penyakit ini disebabkan oleh agen bakteri Vibrio sp.
yang dapat menyerang semua stadia kepiting, baik
juvenile hingga kepiting dewasa.

Syukriah Kamilah
Pembahasan
Pembesaran Panen dan Pasca Panen
Kepiting Bakau
Kepiting bakau dapat dipanen ketika telah mencapai ukuran
konsumsi atau sesuai pangsa pasar yaitu minimal 200
gram/ekor (3-5 ekor/kg).

Cara pemanenan cukup sederhana yaitu dengan membuang


sebagian air tambak hingga kedalaman air dalam petak 30
cm dan secara perlahan tambak dikeringkan. Kepiting yang
bersembunyi ditangkap menggunakan seser dari bambu
atau mengeruk lapisan lumpur tempat kepiting
bersembunyi.

Sebelum dipasarkan, kepiting terlebih dahulu diikat dan


dimasukkan ke dalam wadah semi tertutup berupa ember
yang diberi lubang sehingga distribusi dari tambak ke
lokasi penjualan kepiting tetap dalam keadaan hidup.
Syukriah Kamilah
Pembahasan
Pemasaran  Pemasaran kepiting bakau untuk sampai ke konsumen melalui
Kepiting Bakau beberapa pola distribusi yang meliputi:
(1) petani  pedagang pengumpul  pedagang besar  konsumen
(2) petani  pedagang besar  konsumen

 Pada pola distribusi (1) melibatkan lembaga pemasaran yang


berperan yaitu pedagang pengumpul dan pedagang besar. Peranan
Menurut Rosmawati et al., (2022) beberapa pedagang pengumpul yaitu membeli kepiting bakau dari para petani
cara yang dapat dilakukan untuk menjangkau kemudian pedagang pengumpul akan menjual kepiting tersebut ke
pasar yang lebih luas yaitu dengan melibatkan pedagang-pedagang besar.
media sosial seperti youtube, instagram dan
facebook. Selain itu, terdapat juga website  Pada pola distribusi (2) lembaga pemasaran yang terlibat yaitu
kepiting bakau sebagai pusat informasi adalah pedagang besar, yang dimana berperan yang menjual
mengenai penjualan kepiting bakau. kepiting bakau kepada perusahaan yang ada.

Syukriah Kamilah
Pembahasan
Analisis Usaha Analisis usaha budidaya kepiting bakau bertujuan untuk memperoleh
Kepiting Bakau gambaran jelas mengenai modal/biaya investasi, biaya operasional per
musim pemeliharaan yang dikeluarkan dan secara garis besar
pembudidaya dapat mengetahui penerimaan dan keuntungan yang
diperoleh serta berapa lama modal investasi tersebut dikembalikan
Beberapa variabel yang akan diperhitungkan (Syafaat dan Gunarto, 2018).
meliputi:
(a) Modal/investasi, meliputi pembelian/sewa
lahan, peralatan, modal kerja
(b) Biaya tetap, meliputi biaya penyusutan alat,
upah karyawan Disamping perhitungan terhadap analisis usaha,
(c) Biaya produksi/variabel, meliputi biaya
kegiatan budidaya yang dilakukan juga perlu meninjau
pembelian benih, biaya pakan, biaya listrik,
biaya obat-obatan, biaya transportasi dan kelayakan usaha. Kelayakan usaha adalah kegiatan untuk
lain-lain menilai sejauh mana manfaat yang diperoleh dalam
(d) Penerimaan, merupakan total pemasukan pelaksanaan suatu kegiatan usaha. Hasil analisis
yang diterima dari kegiatan produksi tersebut digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
(e) Pendapatan, merupakan selisih penerimaan pengambilan keputusan, apakah menerima atau menolak
dengan semua biaya-biaya yang dikeluarkan dari suatu gagasan usaha.
selama proses produksi.

Syukriah Kamilah
Pembahasan
Berikut ini merupakan contoh analisis usaha pembesaran kepiting bakau beberapa daerah di Sulawesi
(Modifikasi dari Syafaat & Gunarto, 2018).
  Item Maros (Rp) Pangkep (Rp) Polewali Mandar (Rp)
A Investasi 9.500.000 9.125.000 9.070.000
  Lahan dan Peralatan 4.500.000 5.125.000 5.570.000
  - Sewa lahan (tahun) 1.500.000 2.000.000 2.250.000
  - Waring hitam 2.400.000 2.400.000 2.700.000
  - Bambu 400.000 450.000 300.000
  - Sero, baskom, scoop dan lain-lain 200.000 275.000 320.000
  Modal kerja 5.000.000 4.000.000 3.500.000
B Biaya Tetap 200.000 200.000 200.000
  Penyusutan Alat 200.000 200.000 200.000
C Biaya Produksi/Variabel 7.851.250 3.918.600 2.345.350
  - Biaya krablet kepiting bakau (Rp 2.625.000 1.200.000 1.374.500
500/ekor)
  - Transportasi krablet 50.000 100.000 250.000
  - Pakan rucah 4.676.250 2.118.600 1.220.850
  - Lain-lain 500.000 500.000 500.000
D Total Biaya Produksi 8.051.250 4.118.600 2.545.350
(B + C)
E Penjualan Kepiting 13.606.000 8.843.000 3.962.500
  Syukriah Kamilah
Thank You

Anda mungkin juga menyukai