Anda di halaman 1dari 17

PERANAN PEMERINTAH

DALAM PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN


(Aspek Pembangunan Perumahan)

(Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan Kabupaten Kuantan Singingi)

Disajikan oleh,

ADE FAHRER ARIF, ST


PENDAHULUAN

Peraturan Bupati Kuantan Singingi Nomor 70 Tahun 2021 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan
Kabupaten Kuantan Singingi
Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Pertanahan merupakan unsur Pelaksana Urusan
Pemerintahan Daerah yang menjadi Kewenangan Daerah dan berkedudukan di Bawah dan
bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah

Kewenangan Daerah dimaksud sebagaimana di atas adalah Bidang Kawasan Perumahan dan
Permukiman, dan Bidang Pertanahan

Susunan Organisasi
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman

Prasarana
Kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian yang
memenuhi standar tertentu untuk kebutuhan bertempat
tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman
Kumpulan rumah
Perumahan sebagai bagian dari permukiman Sarana
(baik kota / desa) fasilitas dalam lingkungan hunian yang berfungsi untuk
mendukung penyelenggaraan dan pengembangan
kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi

Utilitas Umum
kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan
hunian

Perkotaan Yang berfungsi sebagai lingkungan


Kawasan Linkungan Hidup tempat tinggal atau lingkungan hunian
Permukiman Diluar Kawasan Lindung dan tempat kegiatan yang mendukung
Perdesaan perikehidupan dan penghidupan
PERAN PEMERINTAH
Kebijakan Pelaksanaan
Peran Analisis Permintaan dan Pasokan Perumahan
Perencana
Master Plan Perencanaan

Meningkatkan Kapasitas Pemangku Kepentingan


Peran
Pendidik
Menyusun Modul atau Panduan

5 Desain Program
Peran
Peran Verifikasi Data Lapangan
Peremaja
pemerintah Kawasan Identifikasi Kelompok Masyarakat

Peran Menjalin Koordinasi Sektoral


Koordinasi
Administrasi dan Monitoring Pembangunan

Mengelola Pendanaan
Peran
Pembiayaan Meningkatkan Kemampuan Bayar

Skema Pembiayaan
PERAN PERENCANA
Perencana pembangunan perumahan menjadi salah satu peran yang sangat penting dalam mendukung
keberhasilan kebijakan perumahan. Pada pelaksanaannya, peran peneliti dilakukan terlebih dahulu sebelum
peran perencanaan, karena temuan dari proses penelitian akan menjadi dasar dalam merumuskan perencanaan
pembangunan yang sesuai. Peran perencana yang melekat pada pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota
meliputi empat hal, yaitu :

1. Perencana sistem pembiayaan


2. Perencana pengembangan kawasan,
3. Perencana pembangunan dan peningkatan kualitas perumahan swadaya, serta
4. Pembangunan dan pengembangan perumahan formal

Pada prakteknya, perencanaan pembangunan perumahan di Indonesia dilakukan dengan menyusun dokumen
perencanaan, seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional, Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) Nasional, dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian PUPR

Sementara itu pada level pemerintah daerah, proses perencanaan ini dilakukan dengan menggunakan RPJP
Provinsi/Kabupaten/Kota, RPJM Provinsi/Kabupaten/Kota, Renstra SKPD Perumahan Provinsi/Kabupaten/Kota,
dan Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP)
Provinsi/Kabupaten/Kota

RP3KP pada dasarnya merupakan instrumen operasional dalam usaha mewujudkan kebijakan dan strategi
perumahan dan permukiman. Dokumen ini juga menjadi bagian integral dengan rencana pembangunan dan
pengembangan provinsi dan kabupaten/kota. Hal ini dikarenakan pembangunan perumahan belum dapat berdiri
sendiri dan perlu didukung oleh pemangku kepentingan lainnya.
PERAN PERENCANA
Tugas penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(Bappeda) dan SKPD teknis yang terkait dengan bidang perumahan. Akan tetapi sejalan dengan upaya perwujudan
tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), peran perencana pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman tidak hanya dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah saja. Peran ini juga melibatkan
masyarakat secara aktif, dengan adanya konsultasi publik melalui berbagai media. Oleh karena itu, RP3KP menjadi
cermin dari aspirasi dan tuntutan masyarakat terhadap perumahan yang mampu memberikan akses kemudahan
layanan yang sama bagi kepentingan masyarakat dalam menghuni perumahan dan permukiman layak huni.

Pemerintah provinsi bertanggung jawab untuk merincikan dan mengembangkan arahan kebijakan dari pemerintah
pusat agar dapat tepat sasaran diimplementasikan di daerahnya. Cakupan perencanaan oleh pemerintah provinsi
meliputi proses pendataan, pengkajian atau penelitian, hingga perumusan produk hukum. Selain itu, pemerintah
provinsi juga bertanggung jawab membimbing pemerintah kota/kabupatan dalam proses penyusunan dokumen
kebijakan di tingkat kota/kabupaten
PERAN PENDIDIK
Dalam menjalankan peran pendidik, lembaga perumahan berperan sebagai pusat informasi perumahan yang dapat
diakses secara terbuka oleh semua pihak. Dalam peran pendidik ini, terdapat fungsi usaha edukasi dan penguatan
pemahaman para pemangku kebijakan mengenai urusan perumahan. Selain itu, peran pendidik juga mencakup
upaya pengembangan kapasitas berbagai sumber daya dan pemangku kepentingan yang berkontribusi dalam
membangun bidang perumahan di Indonesia

Pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota menjalankan peranan pendidik dan
pengembangan kapasitas dengan cara ;

Pertama, peran pendidik dilakukan oleh pemerintah pusat terhadap pemerintah provinsi dan kabupaten/kota
dalam bentuk sosialisasi dan bantuan teknis. Bentuknya dapat berupa panduan atau Norma, Standar, Pedoman,
dan Manual (NSPM). Pengembangan kapasitas yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat dapat diidentifikasi
dalam bentuk bantuan stimulan pembangunan perumahan. Selain itu, adanya Pusat Penelitian dan Pengembangan
Permukiman berperan dalam pengembangan sumber daya manusia dan sarana kelitbangan di bidang permukiman
dan pelaksanaan komunikasi/informasi publik

Kedua, peran pendidik diselenggarakan oleh pemerintah provinsi dalam bentuk sosialisasi dan bantuan teknis
kepada pemerintah kabupaten/kota. Sama halnya dengan pemerintah pusat, peranan pengembangan kapasitas
dilaksanakan oleh pemerintah provinsi melalui penyaluran dana bantuan stimulan. Ketiga, pemerintah
kabupaten/kota menjalankan peran pendidik dalam lingkup pembangunan perumahan melalui sosialisasi terhadap
masyarakat, khususnya kepada kelompok sasaran kebijakan pembangunan dan bimbingan teknis. Untuk peran
pengembangan kapasitas, pemerintah kabupaten/kota mengalokasikan dana bantuan stimulan terkait kegiatan
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman
PERAN PENDIDIK
Untuk mengoptimalkan peran pemerintah dalam upaya pendidikan dan pengembangan kapasitas, diperlukan
pembagian peran yang lebih jelas dan spesifik di tiap level pemerintahan

Penyedia informasi dan sosialisasi kebijakan nasional merupakan wewenang dari pemerintah pusat, sementara
pemerintah provinsi berperan sebagai pusat pengetahuan dan informasi daerah. Peran pemerintah provinsi
sebagai pusat data juga mencakup penyusunan panduan atau Norma, Standar, Pedoman, dan Manual (NSPM),
bimbingan teknis, dan sosialisasi bagi pemerintah kabupaten/kota maupun pengembang perumahan

Pemerintah kabupaten/kota memiliki peran sebagai penyedia data di lapangan untuk dikoordinasikan dengan
pemerintah provinsi, serta bekerja sama dengan pemerintah provinsi dalam memberikan bimbingan teknis dan
sosialisasi atau pelatihan bagi masyarakat terkait pembangunan perumahan
PERAN PEREMAJA KAWASAN
Peran peremaja kawasan perumahan dan kawasan permukiman dapat dipahami
sebagai peran untuk memperbaiki, membangun kembali, dan merehabilitasi
perumahan

Di tingkat kabupaten/kota, peran ini dijalankan melalui proses akuisisi lahan,


pembangunan rumah tapak dan rumah susun berskala kabupaten/kota, serta
pengelolaan rusun berskala kabupaten/kota.
Contoh program peremajaan kawasan adalah kebijakan dalam peningkatan kualitas
rumah, perbaikan PSU, dan sertifikasi tanah melalui Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya yang diinisiasi oleh pemerintah pusat.
Pada program ini sasaran utama adalah MBR yang memiliki masalah atau rawan
masalah sosial dan lingkungan melalui proses pemberdayaan masyarakat

Untuk itu, diperlukan peran lembaga masyarakat di daerah seperti Unit Pengelola
Kegiatan (UPK) atau Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) di tingkat
kelurahan/desa sebagai pendamping masyarakat. Secara swakelola, program ini
banyak melibatkan masyarakat dalam perencanaan, melalui penyusunan Rencana
Tindak Komunitas dan koordinasi pelaksanaannya
PERAN PEREMAJA KAWASAN
Peran pemerintah daerah ialah mengajukan usulan, verifikasi data RTLH dan
lingkungan kumuh, pendampingan, serta pengawasan terhadap penyaluran dana
bantuan dan pelaksanaan program BSPS

Dalam pelaksanaannya di lapangan, program peremajaan kawasan oleh pemerintah


pusat seringkali belum dapat berjalan efektif dan tidak jarang menemui berbagai
kendala. Untuk itu, inovasi peran peremaja kawasan perlu dilakukan dengan
memperkuat peran pemerintah daerah
Pemerintah pusat, menjalankan perannya dalam memberikan arahan program
peremaja kawasan
Pemerintah provinsi bertanggung jawab mendesain program tersebut secara lebih
spesifik untuk diterapkan di daerahnya
Pemerintah kabupaten/kota sebagai sektor yang bertanggung jawab
mengimplementasikan program, termasuk memverifikasi data di lapangan,
mengidentifikasi kelompok masyarakat, hingga mengelola dan menjamin
pelaksanaan program yang tepat sasaran
PERAN KOORDINASI
Peran koordinasi memiliki peran penting untuk memastikan adanya sinergi internal dalam
lembaga pemerintah pusat maupun provinsi dan kabupaten/kota, serta sinergi antar lembaga
untuk mendukung tercapainya tujuan kebijakan pembangunan perumahan

Koordinasi dimaksud adalah koordinasi lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku
kepentingan, baik vertikal ataupun horizontal. Pemerintah provinsi dan pemerintah
kabupaten/kota juga bertugas untuk menyelenggarakan fungsi operasional dan koordinasi
pelaksanaan kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan
kawasan permukiman
Pada pelaksanaannya, sering ditemukan adanya masalah komunikasi dan koordinasi antar level
pemerintah pusat dan daerah, salah satunya dalam penyelenggaraan berbagai kegiatan yang
didanai oleh anggaran dekonsentrasi bidang pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman. Adanya kedekatan secara geografis-administratif berimplikasi pada lebih
mudahnya komunikasi dan koordinasi
Secara lintas sektor, program pemerintah pusat dalam bidang perumahan dan permukiman
selama ini dilakukan melalui pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di tingkat daerah provinsi
maupun kabupaten/kota

Kehadiran koordinasi yang baik dan sinergis dalam suatu lembaga dapat memaksimalkan
kinerja administrasi dan monitoring
PERAN KOORDINASI
Peran administrasi dapat dikategorikan dalam tiga fungsi dasar, yaitu

1. Perumusan kebijakan (didasarkan pada kebijakan politik yang lebih tinggi),


Bappenas melalui Direktorat Permukiman dan Perumahan berperan dalam persiapan hingga evaluasi
kebijakan pembangunan perumahan. Pemerintah daerah pun memiliki kewajiban dan kewenangan untuk
menerbitkan peraturan daerah terkait perumahan, seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2011

2. Pelaksanaan tugas administrasi (struktur organisasi, keuangan, kepegawaian, sarana dan peralatan),
Pemerintah daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban berupa Laporan Realisasi Anggaran,
Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan Atas Laporan Keuangan yang disusun sesuai dengan standar
akuntansi pemerintah

3. Penggunaan dinamika administrasi (pimpinan, koordinasi, pengawasan).


Perluasan peran administrasi dan monitoring cenderung disebabkan oleh semakin variatifnya program-
program di bidang perumahan yang dikeluarkan oleh pemerintah
PERAN PEMBIAYAAN
Dalam peran pembiayaan, pemerintah mengusahakan pembiayaan perumahan dan pembiayaan produksi
perumahan melalui berbagai sumber

Peran pembiayaan ini mengalami perubahan sejalan dengan tren perubahan dari pemerintah (government)
menjadi tata kelola pemerintahan yang baik (good governance)

Pembiayaan penyelenggaraan pelayanan perumahan bersumber dari 4 jenis anggaran untuk perumahan,
yakni :
a. anggaran Kementerian/Lembaga (APBN)
b. dana hibah daerah yang ditujukan bagi pemerintah daerah yang memiliki kapasitas fiskal rendah
namun dinilai memenuhi SPM bidang perumahan
c. dana dekonsentrasi yang merupakan dana untuk provinsi dalam rangka meningkatkan efektivitas
bidang perumahan, serta
d. dana alokasi khusus (DAK) untuk membiayai keterbatasan daerah dalam anggaran

Pengelolaan keuangan daerah sendiri diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019. Sesuai
peraturan tersebut, Kepala Daerah menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS berdasarkan RKPD
dengan mengacu pada pedoman penyusunan APBD

Sebagai upaya mendorong peningkatan pelayanan publik, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara mendorong adanya pendekatan penganggaran yang berorientasi output
Dalam Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa instansi pemerintah yang bertugas memberikan pelayanan
kepada masyarakat dapat menerapkan pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan menonjolkan
produktivitas, efisiensi, dan efektivitas
PERAN PEMBIAYAAN
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah juga telah mengamanatkan diversifikasi sumber pendanaan dalam
pemerintah daerah melalui Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)

Pembentukan BLUD ditujukan untuk meningkatkan pelayanan pemerintah dalam menyediakan barang
dan/atau jasa untuk layanan umum dan mengelola dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau
pelayanan kepada masyarakat

Berbeda dengan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), kekayaan BLUD merupakan bagian kekayaan daerah
yang tidak dipisahkan. Kekayaan BLUD dikelola dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk penyelenggaraan
kegiatan BLUD yang bersangkutan

Pembinaan keuangan BLUD dilakukan oleh PPKD dan pembinaan teknis dilakukan oleh SKPD yang
bertanggung jawab di bidang terkait
PENUTUP
Kesimpulan

1. Setiap pemerintahan pada levelnya memiliki peran masing-masing dalam Penataan Kawasan
Permukiman khususnya Pembangunan Perumahan

2. Meningkatnya kebutuhan kawasan permukiman tanpa adanya pengaturan akan membahayakan


ekosistem. Bertambahnya manusia, akan meningkatkan kebutuhan akan kawasan permukiman, sehingga
menyebabkan terjadinya perubahan ruang dari alamiah menjadi kawasan pertanian, bangunan,
permukiman, dan tempat usaha

3. Penduduk semakin bertambah, sehingga menyebabkan kebutuhan akan kawasan permukiman semakin
meningkat. Sementara ruang di bumi terbatas dan tidak betambah, serta terdapatnya kawasan-kawasan
yang tidak bisa dibangun. Untuk itu setiap elemen di dalam kawasan harus saling bersinergi dan tidak
boleh saling meniadakan

4. Adanya perencanan penataan kawasan permukiman yang terpadu dan komprehensif akan berdampak
positif terhadap perkembangan sosial masyarakat dalam mendukung jalannya roda pemerintahan
Saran

a. Untuk mewujudkan pengaturan mengenai Penyelenggaraan Penataan Kawasan Permukiman yang


lebih komprehensif serta dapat diterapkan secara efektif dan efisien dalam mewujudkan kawasan
permukiman yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan, Pemerintah perlu merumuskan serta
melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang kawasan permukiman sesuai peraturan
perundang-undangan

b. Perlunya dilakukan terobosan / inovasi pengelolaan pengadaan perumahan dengan menggunakan


badan layanan umum guna mengakomodir intensitas akan kebutuhan perumahan untuk mengantisipasi
cepatnya perkembangan dan kemajuan zaman
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai