Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

Kejang Demam Sederhana

Dokter Pembimbing : dr. Romy Windiyanto, M.Sc, Sp.A


Dokter Muda : I Made Dwi Yoga Berata
NIM: 2271121020

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK RSUD SANJIWANI GIANYAR


2023
Identitas Pasien
• Nama (Inisial) : NKS
• Tanggal lahir : 9 Desember 2019
• Umur : 3 tahun 6 bulan
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : Br. Tanggahan Talang Jiwa
• No RM : 697466
• Tanggal MRS : 22 Juni 2023
• Tanggal Pemeriksaan : 23 Juni 2023
Heteroanamnesis
• Keluhan Utama : Kejang
• Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang pasien berumur 3 tahun 6 bulan datang ke IGD RSUD Sanjiwani diantar
oleh kedua orang tuanya dengan keluhan kejang. Kejang dikatakan terjadi secara
tiba-tiba saat pasien sedang tidur dengan durasi kurang dari 5 menit dan
didahului oleh demam. Demam dikatakan mencapai 39oC. Saat kejang orang tua
pasien mengatakan kepala pasien tampak terhentak-hentak dan badan kaku.
Setelah itu kejang berhenti sendiri dan anak menjadi lemas, namun masih dalam
kondisi sadar dan masih dapat merespon saat dipanggil oleh orang tua pasien.
Tidak ada faktor yang memperberat keluhan dikatakan oleh orang tua pasien.
Pasien sudah sempat datang ke IGD dengan keluhan demam saat siang hari dan
diberikan obat penurun panas yaitu paracetamol supp dan sudah bole pulang saat
demam menurun.
Heteroanamnesis
Pasien juga dikatakan muntah berisi makanan sebanyak 3 kali sebelum
masuk rumah sakit yang disertai dengan keluhan demam.
Keluhan lain seperti riwayat pingsan disangkal oleh orang tua pasien,
diare (-), batuk (-), pilek (-), makan minum menurun dibanding sebelum
pasien sakit, BAB dan BAK masih normal.
Heteroanamnesis
• Riwayat Penyakit Dahulu : Keluhan kejang demam serupa pernah dialami
sebelumnya pada usia 2 tahun, dan saat ini adalah kejang demam yang kedua
kali.
• Riwayat Penyakit Keluarga : Keluhan serupa juga pernah dialami oleh
kedua saudara kandung pasien saat demam. Riwayat penyakit kronis lainnya
seperti hipertensi, DM, disangkal pada orangtua pasien.
• Riwayat Pribadi dan Sosial : Pasien merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara,
tinggal Bersama orang tuanya. Dikatakan orang tua pasien anak merupakan
anak yang aktif dan senang bermain dengan anak-anak di lingkungan sekitar.
• Riwayat Pengobatan : Pasien sebelumnya sempat datang ke IGD pada siang
harinya dan diberikan Paracetamol supp
Riwayat Persalinan
Pasien lahir secara Psptb dengan umur kehamilan cukup bulan. Berat badan lahir
pasien 3500 gram dan panjang badan 52 cm. Tidak ada kelainan pada saat
kehamilan dan persalinan serta tidak ada kelainan bawaan pada pasien

Riwayat Imunisasi
• Hari 0 : Hep B 0
• Usia 1 bulan : BCG + Polio I
• Usia 2 bulan : DPT-HB-Hib I + Polio II
• Usia 3 bulan : DPT-HB-Hib II + Polio III
• Usia 4 bulan : DPT-HB-Hib III + Polio IV + IPV
• Usia 9 bulan : Campak
• Usia 18 bulan : DPT-HB-Hib lanjutan + Campak-Rubella lanjutan
Riwayat Nutrisi
• ASI : Sejak usia 0 bulan - 2 tahun
• Susu Formula : Sejak usia 2 tahun - saat ini
• MPASI : Sejak usia 6 bulan - saat ini
Status Antropometri:
• Berat Badan (BB) : 14 kg
• Panjang Badan (TB) : 95 cm
• BBI : 14 kg
• IMT : 15,51 kg/m2
Riwayat Tumbuh Kembang:
Saat ini pasien berusia 3 tahun 6 bulan. Pasien sudah dapat menggerakkan tangan
dan kaki secara aktif, dapat mengangkat kepala dengan sendirinya, sudah dapat
tengkurap saat diletakan di matras oleh orang tua, mampu meraih dan menggapai
benda yang berada didepannya, mencorat-coret buku dan menggambar pola
lingkaran walaupun masih belum sempurna, meniru perilaku orang disekitarnya,
mulai merangkak, berdiri sambil berpegangan, melambaikan tangan.

Tidak ditemukan hambatan dalam pertumbuhan dan


perkembangan pasien
BB/U : (-2) SD sd (0) SD (Berat
badan normal )
TB/U : (-2) SD sd (0) SD
(Normal)
BB/TB : 0 SD (Gizi baik)
BMI/U : -1 SD sd 0 SD (Gizi
baik)
Pemeriksaan Fisik
Status Present IGD (22/06/23) Status Present saat pemeriksan (23/06/23)

Keadaan umum : Sakit sedang Keadaan umum : Sakit ringan


Kesadaran : Compos Mentis GCS Kesadaran : Compos Mentis GCS
(E4V5M6) (E4V5M6)
Heart Rate : 150 x/menit, reguler Heart Rate : 86 x/menit, reguler
Frekuensi napas: 30 x /menit, reguler Frekuensi napas: 44 x /menit, reguler
Suhu aksila : 38,4 °C Suhu aksila : 38,0 °C
SpO2 : 99% on room air SpO2 : 98% on room air
Pemeriksaan Fisik (22/06/2023)
• Kepala : Normocephali
• Mata : Anemis (-/-) Ikterus (-/-) Mata cowong (-/-)
• THT : Sekret pada hidung (-), Tonsil T1/T1, faring hiperemis (-), kelainan (-)
• Bibir : Sianosis (-), mukosa mulut kering (-)
• Leher : Pembesaran KGB (-)

Thoraks
• Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
• Perkusi : TDE
• Auskultasi : S1 S2 tunggal regular, murmur (-)
Pemeriksaan Fisik (22/06/2023)
Paru
• Inspeksi : Simetris, retraksi (-/-)
• Palpasi : Gerakan dada simetris
• Perkusi : TDE
• Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

Abdomen
• Inspeksi : Distensi (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Palpasi : Nyeri tekan (-)
• Perkusi : Timpani (+)

Ekstremitas : Akral hangat (++/++), Edema (--/--), CRT < 2 detik


Kulit : Turgor Kembali cepat
Pemeriksaan Penunjang
Hasil
Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan
20/06/2023
Trombosit (PLT) 455 x 10^3/uL (H) 150-450

Hemoglobin (HGB) 11,9 g/dL 11.0-16.0

Eritrosit (RBC) 4.28 x 10^6/uL 3.50-5.50

Hematokrit (HCT) 34,4 % (L) 35.0-49.0

Leukosit (WBC) 23.32 x 10^3/uL (H) 4.00-12.00


NEU 89,5% (H) 25.0-70.0
EOS 0.0 % 0.0-0.8
MON 4,1 % 0.0-9.0
LIM 5,7 % (L) 20.0-65.0
BAS 0.7 % 0.0-3.0
Pemeriksaan Penunjang
Hasil
Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan
22/06/2023
Trombosit (PLT) 346 x 10^3/uL 150-450

Hemoglobin (HGB) 12,8 g/dL 11.0-16.0

Eritrosit (RBC) 4.87 x 10^6/uL 3.50-5.50

Hematokrit (HCT) 39,9 % 35.0-49.0

Leukosit (WBC) 9,92 x 10^3/uL 4.00-12.00


NEU 85,1% (H) 25.0-70.0
EOS 0.4 % 0.0-0.8
MON 7,3 % 0.0-9.0
LIM 7,2 % (L) 20.0-65.0
BAS 0.0 % 0.0-3.0
Pemeriksaan Penunjang
Hasil
Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan
20/06/2023
Glukosa Sewaktu 167 mg/dL (H) 80 - 120
Natrium 129 mmol/l 132-145
Kalium 4.3 mmol/l 3.5-5.0
Chlorida 105 mmol/l 96-111
Pemeriksaan Penunjang
Hasil
Jenis Pemeriksaan Nilai Rujukan
22/06/2023
Glukosa Sewaktu 103 mg/dL 80 - 120
Natrium 131 mmol/l (L) 132-145
Kalium 4.2 mmol/l 3.5-5.0
Chlorida 101 mmol/l 96-111
SGOT (21/06/23) 32 < 35
SGPT (21/06/23) 13 < 41
Assesment
• Kejang Demam Sederhana

Tatalaksana
• IVFD D5 1/2 NS 14 tpm makro
• Paracetamol 4 x 14 cc iv
• Diazepam 3 x 3 mg pyr
• Ceftriaxone 2 x 500 mg dalam 30 cc NaCl 0.9% loading rate 30 menit
Perjalanan Penyakit
Perjalanan Penyakit (22/06/2023)

S O A P
Pasien datang dengan Status Present : Kejang Demam Sederhana • IVFD D5% 1/2 NS 14 tpm
kejang yang berlangsung • Keadaan umum : Sakit sedang makro
saat sedang tidur, durasi • Tax : 38,4 oC • Paracetamol 4x14 cc iv
<5 menit, dan didahului • HR : 150 x/menit, regular
oleh demam (+) hingga • RR : 30 x/menit • Diazepam 3x3 mg pyr
mencapai 39oC. Saat • SpO2 : 99% on Room Air • Ceftriaxone 2x500 mg iv dalam
kejang kepala pasien • BB : 14 kg 30 cc NaCl 0.9% loading rate 30
tampak terhentak. menit
Riwayat pingsan (-), Status Generalis :
muntah (+) 3x berisi • Kepala : Normocephali
makanan • Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
• THT : Tonsil T1/T1 hiperemis (-), Sekret
pada hidung (-/-)
• Bibir : Sianosis (-), mukosa mulut kering (-)
• Leher : Pembesaran KGB (-)
• Thorax : Simetris (+/+), retraksi (-)
• Cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)
• Pulmo : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-),
Wheezing(-/-)
• Abdomen : BU (+) normal, Distensi (-)
• Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema
(-/-), CRT < 2 detik
Perjalanan Penyakit (23/06/2023)

S O A P
Kejang (-), Pasien masih Status Present : Kejang Demam Sederhana • IVFD D5% 1/2 NS 14 tpm
demam, BAB (-), BAK • Keadaan umum : Sakit sedang makro
(-), pilek (+) secret • Tax : 38,6 oC • Paracetamol 4x14 cc iv
berwarna bening, mual • HR : 86 x/menit, regular
(-), muntah (-), nafsu • RR : 44 x/menit • Diazepam 3x3 mg pyr
makan dan minum • SpO2 : 99% on Room Air • Ceftriaxone 2x500 mg iv dalam
menurun • BB : 14 kg 30 cc NaCl 0.9% loading rate 30
menit
Status Generalis :
• Kepala : Normocephali
• Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
• THT : Tonsil T1/T1 hiperemis (-), Sekret
pada hidung (+/+)
• Bibir : Sianosis (-), mukosa mulut kering (-)
• Leher : Pembesaran KGB (-)
• Thorax : Simetris (+/+), retraksi (-)
• Cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)
• Pulmo : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-),
Wheezing(-/-)
• Abdomen : BU (+) normal, Distensi (-)
• Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema
(-/-), CRT < 2 detik
Perjalanan Penyakit (24/06/2023)

S O A P
Kejang (-), demam (-), Status Present : Kejang Demam Sederhana • IVFD D5% 1/2 NS 14 tpm
BAB (-), BAK (-), pilek • Keadaan umum : Sakit sedang makro
(+) dengan sekret • Tax : 37,0 oC • Paracetamol 4x14 cc iv
berwarna bening, mual • HR : 115 x/menit, regular
(-), muntah (-), nafsu • RR : 36 x/menit • Diazepam 3x3 mg pyr
makan dan minum • SpO2 : 99% on Room Air • Ceftriaxone 2x500 mg dalam 30
membaik • BB : 14 kg cc NaCl 0.9% loading rate 30
menit
Status Generalis :
• Kepala : Normocephali
• Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
• THT : Tonsil T1/T1 hiperemis (-), Sekret
pada hidung (+/+)
• Bibir : Sianosis (-), mukosa mulut kering (-)
• Leher : Pembesaran KGB (-)
• Thorax : Simetris (+/+), retraksi (-)
• Cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)
• Pulmo : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-),
Wheezing(-/-)
• Abdomen : BU (+) normal, Distensi (-)
• Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema
(-/-), CRT < 2 detik
Pembahasan
TEORI KASUS

• Pada anamnesis diketahui pasien berusia 3 tahun 6


bulan dan mengeluhkan kejang yang berlangsung
kurang dari 5 menit dan didahului dengan demam.
• Pada pemeriksaan tanda vital dan pemeriksaan
fisik didapatkan adanya peningkatan suhu tubuh
(Sawires et al., 2022)
dan terjadi bangkitan sederhana (tonik klonik).

Kesimpulan :
Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan, gejala-
gejala yang dialami pada pasien sesuai dengan teori
yang mengarah pada Kejang Demam Sederhana.

(Alexander et al., 2022)


TEORI KASUS

Berdasarkan Riwayat penyakit pasien yang


didapatkan dari heteroanamnesis melalui ibu
pasien didapatkan hasil :
• Onset terjadinya kejang masih dalam 24 jam
pertama karena ibu pasien mengeluhkan
terjadinya demam sejak pukul 09.00 WITA
(22/06/2023) dan kejang terjadi malam harinya
pukul 18.49 WITA (22/06/2023)
• Durasi kejang terjadi selama kurang lebih 5
menit, hanya sekali dan tidak berulang dalam
24 jam
(Danielo et al., 2018) • Tipe kejang yang terjadi adalah kejang umum
yakni tonik klonik karena didapatkan
manifestasi klinis kejang kelojotan pada
seluruh tubuh disertai kepala yang menghentak

Kesimpulan :
Gejala yang dialami pasien sudah sesuai dengan
teori dan mengarah pada Kejang Demam
Sederhana

(Eilbert & Chan, 2022)


TEORI KASUS
Berdasarkan riwayat dan hasil heteroanamnesis pada orangtua
pasien didapatkan hasil :
• Berdaraskan jurnal faktor resiko yang paling sering
menyebabkan kejang demam yaitu disebabkan oleh virus
namun pada kasus ini yang menyebabkan adalah bakteri karena
dari hasil pemeriksaan penunjang terdapat adanya hasil neutrofil
yang meningkat yaitu 85,1% (H)
• Pada kasus terdapat riwayat kejang demam yang serupa yang
terjadi pada kedua saudara kandung pasien yaitu kakak pertama
dan kedua saat mengalami demam

Kesimpulan :
(Sawires et al., 2022)
Gejala yang dialami pasien sesuai teori yang mengarah pada
kejang demam sederhana
TEORI KASUS
Berdasarkan riwayat dan hasil heteroanamnesis pada orangtua pasien
didapatkan hasil :
• Pada pasien terjadinya kejang demam yang berulang disebabkan
oleh beberapa faktor resiko yaitu adanya riwayat keluarga yang
mengalami kejang demam yang serupa, saat pengecekan suhu
didapatkan dibawah 40oC dan durasi demam yang lebih pendek

Kesimpulan :
Dari anamnesis dapat disimpulkan bahwa faktor risiko terjadinya kejang
demam yang berulang pada pasien sudah sesuai dengan teori yang ada.

(Sawires et al., 2022)


TEORI KASUS
Berdasarkan dari klinis dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada
pasien :
• Pada pasien pemeriksaan yang dilakukan yaitu pemeriksaan darah
lengkap dan pemeriksaan kimia klinik
• Pemeriksaan lain seperti Pungsi lumbal, EEG dan pencitraan tidak
dilakukan

Kesimpulan :
Pemeriksaan lumbal pungsi tidak dilakukan karena pasien tidak terdapat
indikasi seperti tanda dan gejala rangsang meningeal dan terdapat
kecurigaan adanya infeksi SSP, pemeriksaan EEG tidak dilakukan karena
kejang yang terjadi yaitu kejang umum tonik klonik, pada pemeriksaan
pencitraan juga tidak dilakukan karena tidak terdapat indikasi
hemiparesis atau paresis pada nervus kranialis pasien

(IDAI, 2016)
TEORI KASUS
Tatalaksana saat kejang Pada kasus telah diberikan terapi berupa :

• Diazepam puyer 3 x 3 mg
Berat badan pasien = 14 kg
Dosis Diazepam oral 0,3 mg/kg/kali
Dosis satu kali pemberian = BB (kg) x 0,3 = 14 kg x 0,3 = 1
mg

• Paracetamol 4 x 10 cc IV
Berat badan pasien = 14 kg
Dosis paracetamol 10-20 mg/kg/kali ; 4dd
Dosis minimal = BB (kg) x 10 mg = 14 kg x 10 = 140 mg
(14 cc )
Dosis maksimal = BB (kg) x 20 mg = 14 kg x 20 = 280 mg
(28 cc)
(IDAI, 2016)

Tatalaksana Saat Demam


Kesimpulan :
• Pasien datang ke IGD dalam kondisi kejang telah
berhenti, dan masih dalam kondisi demam sehingga
tatalaksana yang diberikan adalah pemberian antipiretik
berupa paracetamol yang dalam pemberiannya sesuai
dengan teori yang ada.
TEORI KASUS
Tatalaksana Saat Demam Pada kasus telah diberikan terapi berupa :

• Diazepam puyer 3 x 3 mg
Berat badan pasien = 14 kg
Dosis Diazepam oral 0,3 mg/kg/kali
Dosis satu kali pemberian = BB (kg) x 0,3 = 14 kg x 0,3 = 1
mg

Kesimpulan :
• Pasien diberikan obat antikonvulsan intermiten yakni
diazepam puyer 3 x 3 mg. Pemberian antikonvulsan
intermiten dikarenakan pasien mengalami kejang demam
dengan salah satu faktor risiko yakni kejang demam
terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat celcius.
Dosis pemberian diazepam sesuai dengan teori yang
seharusnya.

(IDAI, 2016)
TEORI KASUS
Tatalaksana Antibiotik Pada kasus diberikan terapi berupa :

Pemberian Antibiotik bertujuan untuk terapi empiris yaitu penghambatan • IVFD D5 1/2 NS 14 tpm makro
pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi • Paracetamol 4 x 14 cc iv
• Lini pertama Chloramphenicol 50-100 mg/kg/hari, Amoxicillin 50 • Diazepam 3 x 3 mg pyr
mg/kg/hari, Ampicilin 50-100 mg/kg/hari • Ceftriaxon 2 x 500 mg dalam 30 cc NaCl 0.9%
• Fluroquinolones : Ciprofloxacin 20-40mg/kg/hari loading rate 30 menit
• Generasi III Sepalosporin : Ceftriaxon 50-100mg/kg/hari, Cefixime
8mg/kg/hari Kesimpulan :
Hal tersebut menunjukan adanya kesesuaian antara
penatalaksanaan pada kasus dengan teori yang ada.
Pemberian antibiotik diberikan kepada pasien
dikarenakan adanya infeksi bakteri ditandai dengan
peningkatan neutrofil pada pemeriksaan darah lengkap
dan pada kasus ini menggunakan antibiotik
Ceftriaxon.
Dosis : 100mg x 14kg = 1400mg/hari : pada kasus
seharusnya diberi dosis 2 x 700mg
Kesimpulan
Seorang pasien berumur 3 tahun 6 bulan datang ke IGD RSUD Sanjiwani diantar oleh kedua
orang tuanya dengan keluhan kejang. Kejang dikatakan terjadi secara tiba-tiba saat pasien sedang
tidur dengan durasi kurang dari 5 menit dan didahului oleh demam. Demam dikatakan mencapai
39oC. Saat kejang orang tua pasien mengatakan kepala pasien tampak terhentak-hentak dan badan
kaku. Setelah itu kejang berhenti sendiri dan anak menjadi lemas, namun masih dalam kondisi
sadar dan masih dapat merespon saat dipanggil oleh orang tua pasien

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang maka diagnosis dari
pasien mengarah ke Kejang Demam Sederhana. Pada kasus pasien diberikan IVFD D5% 1/2 NS
14 tpm makro, paracetamol 4x14 cc iv, diazepam 3x3 mg pyr, ceftriaxone 2x500 mg iv dalam 30
cc NaCl 0.9% loading rate 30 menit yang sudah sesuai dengan teori yang ada.
KIE
Kejang merupakan hal yang ditakuti oleh orang tua dari setiap anak. Pada terjadinya
kejang, sebagian besar orangtua memiliki kecemasan yang berlebih dan
beranggapan bahwa anaknya akan mengalami hal yang buruk. Kecemasan tersebut
dapat dikurangi dengan cara :
• Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam umumya mempunyai prognosis baik.
• Memberitahukan cara penanganan awal kejang hingga kejang tuntas.
• Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang akan kembali dan
memantau anak apabila mengalami gejala demam yang tinggi kembali.
• Pemberian obat profilaksis untuk mencegah berulangnya kejang memang efektif,
tetapi harus diingat adanya efek samping obat.
Referensi
Eilbert, W., & Chan, C. (2022). Febrile seizures: A review. Journal of the American College of Emergency Physicians
Open, 3(4), 1–6. https://doi.org/10.1002/emp2.12769
IDAI. (2016). Penatalaksanaan Kejang Demam. Cermin Dunia Kedokteran-232, 42(9), 658–659.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/HealthyTadulako/article/download/8333/6614
Leung, A. K. C., Hon, K. L., & Leung, T. N. H. (2018). Febrile seizures: An overview. Drugs in Context, 7, 1–
21. https://doi.org/10.7573/dic.212536
Sawires, R., Buttery, J., & Fahey, M. (2022). A Review of Febrile Seizures : Recent Advances in Understanding
of Febrile Seizure Pathophysiology and Commonly Implicated Viral Triggers. 9(January), 1–8.
https://doi.org/10.3389/fped.2021.801321
Han, J. Y., & Han, S. B. (2023). Pathogenetic and etiologic considerations of febrile seizures. 66(2), 46–53.
Handryastuti, S. (2021). Tatalaksana Kejang Demam pada Anak Terkini. Journal Of The Indonesian Medical
Association, 71(5), 241–247. https://doi.org/10.47830/jinma-vol.71.5-2021-558
Handryastuti, S. (2021). Tatalaksana Kejang Demam pada Anak Terkini. Journal Of The Indonesian Medical
Association, 71(5), 241–247. https://doi.org/10.47830/jinma-vol.71.5-2021-558
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai