Riwayat Imunisasi
• Hari 0 : Hep B 0
• Usia 1 bulan : BCG + Polio I
• Usia 2 bulan : DPT-HB-Hib I + Polio II
• Usia 3 bulan : DPT-HB-Hib II + Polio III
• Usia 4 bulan : DPT-HB-Hib III + Polio IV + IPV
• Usia 9 bulan : Campak
• Usia 18 bulan : DPT-HB-Hib lanjutan + Campak-Rubella lanjutan
Riwayat Nutrisi
• ASI : Sejak usia 0 bulan - 2 tahun
• Susu Formula : Sejak usia 2 tahun - saat ini
• MPASI : Sejak usia 6 bulan - saat ini
Status Antropometri:
• Berat Badan (BB) : 14 kg
• Panjang Badan (TB) : 95 cm
• BBI : 14 kg
• IMT : 15,51 kg/m2
Riwayat Tumbuh Kembang:
Saat ini pasien berusia 3 tahun 6 bulan. Pasien sudah dapat menggerakkan tangan
dan kaki secara aktif, dapat mengangkat kepala dengan sendirinya, sudah dapat
tengkurap saat diletakan di matras oleh orang tua, mampu meraih dan menggapai
benda yang berada didepannya, mencorat-coret buku dan menggambar pola
lingkaran walaupun masih belum sempurna, meniru perilaku orang disekitarnya,
mulai merangkak, berdiri sambil berpegangan, melambaikan tangan.
Thoraks
• Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
• Perkusi : TDE
• Auskultasi : S1 S2 tunggal regular, murmur (-)
Pemeriksaan Fisik (22/06/2023)
Paru
• Inspeksi : Simetris, retraksi (-/-)
• Palpasi : Gerakan dada simetris
• Perkusi : TDE
• Auskultasi : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Abdomen
• Inspeksi : Distensi (-)
• Auskultasi : Bising usus (+) normal
• Palpasi : Nyeri tekan (-)
• Perkusi : Timpani (+)
Tatalaksana
• IVFD D5 1/2 NS 14 tpm makro
• Paracetamol 4 x 14 cc iv
• Diazepam 3 x 3 mg pyr
• Ceftriaxone 2 x 500 mg dalam 30 cc NaCl 0.9% loading rate 30 menit
Perjalanan Penyakit
Perjalanan Penyakit (22/06/2023)
S O A P
Pasien datang dengan Status Present : Kejang Demam Sederhana • IVFD D5% 1/2 NS 14 tpm
kejang yang berlangsung • Keadaan umum : Sakit sedang makro
saat sedang tidur, durasi • Tax : 38,4 oC • Paracetamol 4x14 cc iv
<5 menit, dan didahului • HR : 150 x/menit, regular
oleh demam (+) hingga • RR : 30 x/menit • Diazepam 3x3 mg pyr
mencapai 39oC. Saat • SpO2 : 99% on Room Air • Ceftriaxone 2x500 mg iv dalam
kejang kepala pasien • BB : 14 kg 30 cc NaCl 0.9% loading rate 30
tampak terhentak. menit
Riwayat pingsan (-), Status Generalis :
muntah (+) 3x berisi • Kepala : Normocephali
makanan • Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
• THT : Tonsil T1/T1 hiperemis (-), Sekret
pada hidung (-/-)
• Bibir : Sianosis (-), mukosa mulut kering (-)
• Leher : Pembesaran KGB (-)
• Thorax : Simetris (+/+), retraksi (-)
• Cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)
• Pulmo : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-),
Wheezing(-/-)
• Abdomen : BU (+) normal, Distensi (-)
• Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema
(-/-), CRT < 2 detik
Perjalanan Penyakit (23/06/2023)
S O A P
Kejang (-), Pasien masih Status Present : Kejang Demam Sederhana • IVFD D5% 1/2 NS 14 tpm
demam, BAB (-), BAK • Keadaan umum : Sakit sedang makro
(-), pilek (+) secret • Tax : 38,6 oC • Paracetamol 4x14 cc iv
berwarna bening, mual • HR : 86 x/menit, regular
(-), muntah (-), nafsu • RR : 44 x/menit • Diazepam 3x3 mg pyr
makan dan minum • SpO2 : 99% on Room Air • Ceftriaxone 2x500 mg iv dalam
menurun • BB : 14 kg 30 cc NaCl 0.9% loading rate 30
menit
Status Generalis :
• Kepala : Normocephali
• Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
• THT : Tonsil T1/T1 hiperemis (-), Sekret
pada hidung (+/+)
• Bibir : Sianosis (-), mukosa mulut kering (-)
• Leher : Pembesaran KGB (-)
• Thorax : Simetris (+/+), retraksi (-)
• Cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)
• Pulmo : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-),
Wheezing(-/-)
• Abdomen : BU (+) normal, Distensi (-)
• Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema
(-/-), CRT < 2 detik
Perjalanan Penyakit (24/06/2023)
S O A P
Kejang (-), demam (-), Status Present : Kejang Demam Sederhana • IVFD D5% 1/2 NS 14 tpm
BAB (-), BAK (-), pilek • Keadaan umum : Sakit sedang makro
(+) dengan sekret • Tax : 37,0 oC • Paracetamol 4x14 cc iv
berwarna bening, mual • HR : 115 x/menit, regular
(-), muntah (-), nafsu • RR : 36 x/menit • Diazepam 3x3 mg pyr
makan dan minum • SpO2 : 99% on Room Air • Ceftriaxone 2x500 mg dalam 30
membaik • BB : 14 kg cc NaCl 0.9% loading rate 30
menit
Status Generalis :
• Kepala : Normocephali
• Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)
• THT : Tonsil T1/T1 hiperemis (-), Sekret
pada hidung (+/+)
• Bibir : Sianosis (-), mukosa mulut kering (-)
• Leher : Pembesaran KGB (-)
• Thorax : Simetris (+/+), retraksi (-)
• Cor : S1 S2 tunggal, reguler, murmur (-)
• Pulmo : Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-),
Wheezing(-/-)
• Abdomen : BU (+) normal, Distensi (-)
• Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema
(-/-), CRT < 2 detik
Pembahasan
TEORI KASUS
Kesimpulan :
Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan, gejala-
gejala yang dialami pada pasien sesuai dengan teori
yang mengarah pada Kejang Demam Sederhana.
Kesimpulan :
Gejala yang dialami pasien sudah sesuai dengan
teori dan mengarah pada Kejang Demam
Sederhana
Kesimpulan :
(Sawires et al., 2022)
Gejala yang dialami pasien sesuai teori yang mengarah pada
kejang demam sederhana
TEORI KASUS
Berdasarkan riwayat dan hasil heteroanamnesis pada orangtua pasien
didapatkan hasil :
• Pada pasien terjadinya kejang demam yang berulang disebabkan
oleh beberapa faktor resiko yaitu adanya riwayat keluarga yang
mengalami kejang demam yang serupa, saat pengecekan suhu
didapatkan dibawah 40oC dan durasi demam yang lebih pendek
Kesimpulan :
Dari anamnesis dapat disimpulkan bahwa faktor risiko terjadinya kejang
demam yang berulang pada pasien sudah sesuai dengan teori yang ada.
Kesimpulan :
Pemeriksaan lumbal pungsi tidak dilakukan karena pasien tidak terdapat
indikasi seperti tanda dan gejala rangsang meningeal dan terdapat
kecurigaan adanya infeksi SSP, pemeriksaan EEG tidak dilakukan karena
kejang yang terjadi yaitu kejang umum tonik klonik, pada pemeriksaan
pencitraan juga tidak dilakukan karena tidak terdapat indikasi
hemiparesis atau paresis pada nervus kranialis pasien
(IDAI, 2016)
TEORI KASUS
Tatalaksana saat kejang Pada kasus telah diberikan terapi berupa :
• Diazepam puyer 3 x 3 mg
Berat badan pasien = 14 kg
Dosis Diazepam oral 0,3 mg/kg/kali
Dosis satu kali pemberian = BB (kg) x 0,3 = 14 kg x 0,3 = 1
mg
• Paracetamol 4 x 10 cc IV
Berat badan pasien = 14 kg
Dosis paracetamol 10-20 mg/kg/kali ; 4dd
Dosis minimal = BB (kg) x 10 mg = 14 kg x 10 = 140 mg
(14 cc )
Dosis maksimal = BB (kg) x 20 mg = 14 kg x 20 = 280 mg
(28 cc)
(IDAI, 2016)
• Diazepam puyer 3 x 3 mg
Berat badan pasien = 14 kg
Dosis Diazepam oral 0,3 mg/kg/kali
Dosis satu kali pemberian = BB (kg) x 0,3 = 14 kg x 0,3 = 1
mg
Kesimpulan :
• Pasien diberikan obat antikonvulsan intermiten yakni
diazepam puyer 3 x 3 mg. Pemberian antikonvulsan
intermiten dikarenakan pasien mengalami kejang demam
dengan salah satu faktor risiko yakni kejang demam
terjadi pada suhu tubuh kurang dari 39 derajat celcius.
Dosis pemberian diazepam sesuai dengan teori yang
seharusnya.
(IDAI, 2016)
TEORI KASUS
Tatalaksana Antibiotik Pada kasus diberikan terapi berupa :
Pemberian Antibiotik bertujuan untuk terapi empiris yaitu penghambatan • IVFD D5 1/2 NS 14 tpm makro
pertumbuhan bakteri yang diduga menjadi penyebab infeksi • Paracetamol 4 x 14 cc iv
• Lini pertama Chloramphenicol 50-100 mg/kg/hari, Amoxicillin 50 • Diazepam 3 x 3 mg pyr
mg/kg/hari, Ampicilin 50-100 mg/kg/hari • Ceftriaxon 2 x 500 mg dalam 30 cc NaCl 0.9%
• Fluroquinolones : Ciprofloxacin 20-40mg/kg/hari loading rate 30 menit
• Generasi III Sepalosporin : Ceftriaxon 50-100mg/kg/hari, Cefixime
8mg/kg/hari Kesimpulan :
Hal tersebut menunjukan adanya kesesuaian antara
penatalaksanaan pada kasus dengan teori yang ada.
Pemberian antibiotik diberikan kepada pasien
dikarenakan adanya infeksi bakteri ditandai dengan
peningkatan neutrofil pada pemeriksaan darah lengkap
dan pada kasus ini menggunakan antibiotik
Ceftriaxon.
Dosis : 100mg x 14kg = 1400mg/hari : pada kasus
seharusnya diberi dosis 2 x 700mg
Kesimpulan
Seorang pasien berumur 3 tahun 6 bulan datang ke IGD RSUD Sanjiwani diantar oleh kedua
orang tuanya dengan keluhan kejang. Kejang dikatakan terjadi secara tiba-tiba saat pasien sedang
tidur dengan durasi kurang dari 5 menit dan didahului oleh demam. Demam dikatakan mencapai
39oC. Saat kejang orang tua pasien mengatakan kepala pasien tampak terhentak-hentak dan badan
kaku. Setelah itu kejang berhenti sendiri dan anak menjadi lemas, namun masih dalam kondisi
sadar dan masih dapat merespon saat dipanggil oleh orang tua pasien
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang maka diagnosis dari
pasien mengarah ke Kejang Demam Sederhana. Pada kasus pasien diberikan IVFD D5% 1/2 NS
14 tpm makro, paracetamol 4x14 cc iv, diazepam 3x3 mg pyr, ceftriaxone 2x500 mg iv dalam 30
cc NaCl 0.9% loading rate 30 menit yang sudah sesuai dengan teori yang ada.
KIE
Kejang merupakan hal yang ditakuti oleh orang tua dari setiap anak. Pada terjadinya
kejang, sebagian besar orangtua memiliki kecemasan yang berlebih dan
beranggapan bahwa anaknya akan mengalami hal yang buruk. Kecemasan tersebut
dapat dikurangi dengan cara :
• Meyakinkan orangtua bahwa kejang demam umumya mempunyai prognosis baik.
• Memberitahukan cara penanganan awal kejang hingga kejang tuntas.
• Memberikan informasi mengenai kemungkinan kejang akan kembali dan
memantau anak apabila mengalami gejala demam yang tinggi kembali.
• Pemberian obat profilaksis untuk mencegah berulangnya kejang memang efektif,
tetapi harus diingat adanya efek samping obat.
Referensi
Eilbert, W., & Chan, C. (2022). Febrile seizures: A review. Journal of the American College of Emergency Physicians
Open, 3(4), 1–6. https://doi.org/10.1002/emp2.12769
IDAI. (2016). Penatalaksanaan Kejang Demam. Cermin Dunia Kedokteran-232, 42(9), 658–659.
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/HealthyTadulako/article/download/8333/6614
Leung, A. K. C., Hon, K. L., & Leung, T. N. H. (2018). Febrile seizures: An overview. Drugs in Context, 7, 1–
21. https://doi.org/10.7573/dic.212536
Sawires, R., Buttery, J., & Fahey, M. (2022). A Review of Febrile Seizures : Recent Advances in Understanding
of Febrile Seizure Pathophysiology and Commonly Implicated Viral Triggers. 9(January), 1–8.
https://doi.org/10.3389/fped.2021.801321
Han, J. Y., & Han, S. B. (2023). Pathogenetic and etiologic considerations of febrile seizures. 66(2), 46–53.
Handryastuti, S. (2021). Tatalaksana Kejang Demam pada Anak Terkini. Journal Of The Indonesian Medical
Association, 71(5), 241–247. https://doi.org/10.47830/jinma-vol.71.5-2021-558
Handryastuti, S. (2021). Tatalaksana Kejang Demam pada Anak Terkini. Journal Of The Indonesian Medical
Association, 71(5), 241–247. https://doi.org/10.47830/jinma-vol.71.5-2021-558
TERIMA KASIH