Anda di halaman 1dari 9

BAHAN BERBAHAYA

DAN BERACUN !

 KELOMPOK 2:
 1.M.RAFFA ZEIN
 2.M.ADIEB ASSHULTONI
 3.GABRIEL DWI RAMADHAN
 4.HAZRIL ZHOULAN
 5.MICKY SYAPUTRA
 6.TARNA WIJAYA
Sample Footer Text 10/16/2023 1
 Menurut UU No. 32 tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup,
bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah zat,
BAHAN energi, dan komponen lain yang karena sifat,
kosentrasi, dan jumlahnya, baik secara langsung
BERBAHAYA DAN maupun tidak langsung dapat mencemarkan
atau merusak lingkungan hidup, membahayakan
BERACUN lingkungan hidup, Kesehatan, serta
kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup
lainnya.
1. KLASIFIKASI B3

 A.Menurut peraturan  B.Menurut national fire protection agency


pemerintah RI (NFPA)

 Menurut PP NO.74 tahun 2001,  NFPA mengklasifikasikan bahan berbahaya


pengelolaan B3 dibedakan menjadi 3 berdasarkan pada potensi bahaya yang
kelompok, antara lain sebagai berikut: kemungkinan akan ditimbulkan oleh
 materi dalam keadaan darurat akibat
1.B3 yang dapat digunakan. Terdapat 209
respons seketika dalam waktu yang sangat
jenis bahannya, diantaranya bahan bakar,
singkat. NFPA memberikan kode angka
bahan pembersih,pengawet makanan, dan
dari 0 sampai 4 berdasarkan tingkat
perwarna sintetis
bahayanya. Potensi terendah diberi kode
 2.B3 yang dilarang digunakan, terdapat 10 angka 0 dan potensi bahaya tertinggi
jenis bahannya, diantaranya klordan, diberi kode angka 4. NFPA juga
diklorodifeniltrikloroetana (DDT), dan menggolokan B3 kedalam empat kriteria
aldrin. yang sekaligus berfungsi untuk pemberian
 3.B3 yang terbatas penggunannya. label pada materi B3 tersebut.
Terdapat 45 jenis bahannya, diantaranya
klorobenzilat, senyawa merkuri, dan
2. PENGELOLAAN B3

 A. prosedur penyimpanan B3
 prosedur penyimpanan B3 harus ditangani dengan baik. Penyimpanan dan
penataan B3 harus dikelompokan berdasarkan tingkat bahaya. Penataan B3
meliputi pemisahan (segregation), pelabelan (labelling), risiko bahaya
(multiple hazards), fasilitas prnyimpanan (storage facilities), inventarisasi
(inventory), wadah skunder (secondary containment), bahan kadaluwarsa
(outdate chemicals), dan informasi risiko bahaya (hazards information).
Penyimpanan materi B3 harus dilakukan pada wadah sekunder yang terisolasi
antara zat satu dan lainnya untuk menghindari terjadinya reaksi antarzat saat
disimpan.

 Dislide selanjutnya terdapat jenis bahan dan kereaktifannya:


NO. JENIS BAHAN KEREAKTIFAN BAHAN
1. Bahan radioaktif Bahan-bahan yang memiliki kemampuan memancarkan radiasi
karena sifat inti atom yang kurang stabil.
2. Bahan piroforik Bahan kimia dapat terbakar secara spontan jika kontak dengan uap
air ataupun udara bebas.
3. Bahan eksplosif Bahan mudah meledak karena respons api atau mekanis gesekan,
guncangan, suhu, dan tekanan.
4. Cairan flammable Bahan cair mudah terbakar pada reaksi spontan karena respons api,
suhu, ataupun paparan sinar matahari
5. Asam/basa korosif Zat asam/basa yang dapat menyebabkan kerusakan pada benda atau
organ tubuh terkena zat tersebut.
6. Bahan reaktif terhadap air Bahan-bahan yang dapat menimbulkan pada reaksi spontan seperti
meledak atau terbakar Ketika kena air.
7. Padatan flammable Bahan padat mudah terbakar pada reaksi spontan karena respon api,
suhu, ataupun paparan sinar matahari.
8. Bahan oksidator Bahan yang mempunyai kemampuan mengoksidasi bahan lain.
9. Bahan combustible Bahan yang mudah terbakar, antara lain kayu, plastic, dan kain.
10. Bahan toksik Bahan yang memiliki kandungan racun.
11. Bahan lainnya Bahan yang tidak memerlukan pemisahan secara khusus.
B. PELABELAN B3
 Salah satu Upaya meminimalkan
kecelakaan kerja adalah dengan
mengenali bahan kerja yang
terdapat pada bengkel atau
tempat kerja. Sebagai bantuan
dalam mengenali bahan-bahan
tersebut, ada baiknya jika setiap
bahan kerja khususnya B3
memiliki identitas dalam bentuk
label.pada gambar disamping
merupakan symbol-symbol B3
menurut permen lingkungan
hidup nomor 03 tahun 2008.
C. PENGOLAHAN LIMBAH B3

 Limbah B3 (LB3) adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung B3. oleh karena itu,
LB3 harus ditangani dengan bijak karena jika LB3 dibuang langsung kelingkungan, dapat
menimbulkan dampak berantai mengikuti proses pengakutan (sirkulasi) dan jaring-jaring
makanan. Pengolahan LB3, meliputi kegiatan pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,
pemanfaatan, pengolahan, dan penimbunan LB3. terdapat keterangan tentang pengelolaan
LB3 berdasarkan PP NO.101 tahun 2014.
 KETERANGAN:
 PENGHASIL LB3: orang yang kegiatannya menghasilkan LB3.
 PENGUMPUL LB3:badan usaha yang melakukan pengumpulan LB3 sebelum dikirim ketempat
pengolahan LB3, pemanfaatan LB3, dan penimbunan LB3.
 PEMANFAAT LB3:badan usaha yang melakukan kegiatan pemanfaatan LB3.
 PENGOLAH LB3:badan usaha yang melakukan kegiatan pengolahan LB3
 PENIMBUN LB3:badan usaha yang melakukan kegiatan penimbunan LB3.
 Menurut permen LHK No. P,12/ MENHLK/ SETJEN/ PLB.3/ 5/ 2020, penghasil,
pengumpul, pemanfaatan, pengolah, dan penimbun LB3 wajib memiliki izin
pengelolaan dan tempat penyimpanan limbah dengan syarat sebagai berikut.
 1. lokasi penyimpanan harus bebas banjir dan bukan daerah rawan bencana
alam. Jika lokasi termasuk rawan banjir dan bencana alam, harus direkayasa
menggunakan teknologi perlindungan terhadap lingkungan hidup.
 2. fasilitas penyimpanan:
 a)bagi limbah berupa tumpukan (wastle pile), tanah landasan harus
memenuhi pereambilitas maksimal 10-5 cm/sekon atau landasan yang sudah
direkayasa menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
 b) bagi limbah berupa waste impoundment, wajib memeiliki lapisan kedap
diatas tanah dengan permeabilitas 10-7 cm/sekon, berupa high-density
polyethylene (HDPE) atau lapisan kontruksi beton.
 3. memilki peralatan penanggulangan keadaan darurat berupa alat
pendeteksi, alat pemadam kebakaran, dan alat penanggulangan darurat lain
yang sesuai.
 4. laboratorium analisis mampu menguji karakteristik LB3 untuk menentukan
tata cara penyimpanan LB3.
 5. tempat usaha harus dilengkapi dengan symbol LB3 sesuai ketentuan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai