Anda di halaman 1dari 11

Nama : Martha Setiyawan

NIM : 2381130787
Kelas : A21
Mata Kuliah : Ilmu Hadits
Dosen Pengampu : Herman Wicaksono, S.Pd.I, M.Pd

Hadits Pra Kodifikasi


‫َبِّلُغوا َع ِّنى َو َلْو آَية‬ Hadis Pada Masa Rasulullah SAW
Ketika umat merasakan perlunya menghimpun Hadis-
hadis Rasul SAW dikarenakan adanya kekhawatiran
hadis-hadis tersebut akan hilang atau lenyap, maka para
sahabat mulai giat melakukan pencatatan dan
periwayatan Hadis
Dasar dan landasan periwayatan hadis :
‫ٰٓيَاُّي ا اَّلِذ ٰا ْٓو ا ِاْن ۤا ُك َفاِس ٌۢق ِبَن ٍا َت َّي ْٓو ا َاْن ُتِص ا ۢا اَلٍة‬
‫ْيُبْو َقْو ًم َجِبَه‬ ‫َب َف َب ُن‬ ‫َج َء ْم‬ ‫َه ْيَن َمُن‬
‫ُت ِب ا ٰل ى ا ْلُت ٰنِدِم‬
‫َف ْص ُح ْو َع َم َفَع ْم َنْي‬
Artinya : “Hai orang-orang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita maka periksalah berita tersebut dengan teliti agar kamu tidak menimpakan musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaan ( yang sebenarnya) yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu” (QS. Al-Hujurat [49] : 6)
‫َبِّلُغوا َع ِّنى َو َلْو آَية‬ Hadis Pada Masa Rasulullah SAW
Cara Sahabat Menerima Hadis ada 2:
1. Secara langsung dari Nabi

 Melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diri Nabi, kemudian beliau


menjelaskan hukumnya hingga tersebar di kalangan kaum muslimin
melalui saksi primer.
 Melalui kejadian dan peristiwa yang dialami para sahabat dan mereka
menyaksikan tindakan Rasulullah
Cotohnya:
Hadis yang diriwayatkan oleh ‘Umar bin al-Khattab. bahwa Rasululullah
melihat seorang berwudhu untuk melakukan shalat. Namun ia tidak
membasuh bagian kuku kakinya. Lalu beliau bersabda:

‫ارجع فأْح سن وضوئك‬ “ Ulangilah dan sempurnakanlah wudhumu “


‫َبِّلُغوا َع ِّنى َو َلْو آَية‬
Hadis Pada Masa Rasulullah SAW

2. Secara tidak langsung dari Nabi

Sahabat menerima Hadis secara tidak langsung dari Nabi. Baik itu
mendengar, melihat atau menyaksikan langsung segala sesuatu yang
berkaitan dengan Nabi saw. Akan tetapi terkadang mereka hanya sebagai
saksi sekunder

Penyebab sahabat menerima hadits secara tidak langsung :


1. Kondisi tempat tinggal yang berjauhan dari tempat tinggal Nabi
2. Kesibukan para sahabat dalam mengurus kebutuhan hidup dan
keperluan sehingga mereka terkadang tidak sempat datang ke majelis
Nabi.
3. Merasa malu untuk bertanya langsung kepada Nabi, karena masalah
yang ditanyakan kepada Nabi, menyangkut masalah yang sangat pribadi
‫َبِّلُغوا َع ِّنى َو َلْو آَية‬
Hadis pada Masa Sahabat
Periode ini juga dikenal dengan zaman Al-Tasabbut wa
al-Iqlal min al-Riwayah yaitu periode membatasi Hadis
dan menyedikitkan riwayat. Hal ini disebabkan karena
para sahabat pada masa ini lebih mencurahkan
perhatiannya kepada pemeliharaan dan penyebaran Al-
Qur’an

Khususnya pada masa ini adalah Khulafa al-Rasyidun


(Abu Bakar al-Shiddiq, Umar bin Khathab, Ustman bin
Affan, dan Ali bin Abi Thalib), sehingga masa ini dikenal
dengan masa sahabat besar
‫َبِّلُغوا َع ِّنى َو َلْو آَية‬ Hadis pada Masa Sahabat
1. Masa Abu Bakar al-Shiddiq
Pada masa pemerintahan Abu Bakar, periwayatan Hadis dilakukan
dengan sangat hati-hati. Bahkan menurut Muhammad bin Ahmad
al-Dzahabi (wafat 748H/1347M), sahabat Nabi yang pertama-tama
menunjukkan sikap kehatihatiannya dalam meriwayatkan hadis
adalah Abu Bakar al-Shiddiqaktifitas periwayatan Hadis pada masa
Khalifah Abu Bakar masih sangat terbatas dan belum menonjol,
karena pada masa ini umat Islam masih dihadapkan oleh adanya
beberapa kenyataan yang sangat menyita waktu, berupa
pemberontakan-pemberontakan yang dapat membahayakan
kewibawaan pemerintah setelah meninggalnya Rasulullah SAW
baik yang datang dari dalam (intern) maupun dari luar (ekstern)
‫َبِّلُغوا َع ِّنى َو َلْو آَية‬
Hadis pada Masa Sahabat
2. Masa Umar bin Khatab
Sikap kehati-hatian juga ditunjukkan oleh Umar bin Khattab. Ia
seperti halnya Abu Bakar, suka meminta diajukan saksi jika ada
orang yang meriwayatkan Hadis. Perlu pula dijelaskan bahwa,
pada masa Umar bin Khattab belum ada usaha secara resmi
untuk menghimpun Hadis dalam suatu kitab seperti Al-Qur’an.
3. Masa Utsman bin Affan
Kegiatan umat Islam dalam periwayatan Hadis telah lebih banyak
bila dibandingkan dengan kegiatan periwayatan pada zaman dua
khalifah sebelumnya. Sebab, seruannya itu ternyata tidak begitu
besar pengaruhnya terhadap para periwayat yang bersikap
“longgar” dalam periwayatan Hadis.
‫َبِّلُغوا َع ِّنى َو َلْو آَية‬ Hadis pada Masa Sahabat
4. Masa Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib sendiri cukup banyak meriwayatkan Hadis Nabi. Hadis
yang diriwayatkannya, selain dalam bentuk lisan, juga dalam bentuk tulisan
(catatan). Hadis yang berupa catatan, isinya berkisar tentang:
[1] hukuman denda (diyat);
[2] pembebasan orang Islam yang ditawan oleh orang kafir;
[3] larangan melakukan hukum (qishash) terhadap orang Islam yang
membunuh orang kafir.
Dalam Musnad Ahmad, Ali bin Abi Thalib merupakan periwayat Hadis
yang terbanyak bila dibandingkan dengan ketiga khalifah pendahulunya.
‫َبِّلُغوا َع ِّنى َو َلْو آَية‬ Cara Sahabat Menyampaikan Hadis
 Periwayatan secara lafal (Hadis riwayah bi al-lafzh).
Hadis yang
Periwayatan dengan diterima lafaz ini diriwayatkan
dapat kita lihat dengan pada mempertahankan
hadis-hadis yang lafalnya
memiliki sesuai redaksi
redaksi yangberikut:
sebagai disampaikan
oleh Nabi.
1. ‫ ( سمعت‬saya mendengar ) Contoh:
‫ ِإَّن َك ِذ بًا َع َلَّي َلْيَس َكَك ِذ ٍب َع َلى َأَح ٍد َفَم ْن َك َذ َب َع َلَّي ُم َتَع ِّم دًا َفْلَيَتَبَّو ْأ َم ْقَع َد ُه ِم َن الَّناِر (رواه‬:‫ سمعت رسول هللا صّلى هللا عليه وسّلم يقول‬:‫عن المغيرة قال‬
)‫مسلم وغيره‬
Artinya: Dari Mughirah ra, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya dusta atas namaku itu tidak seperti dusta atas
nama orang lain. Maka siapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya ia menempati tempat duduknya di neraka.” (HR. Muslim
dan lain-lainnya)

2. ‫ ( حّد ثنى‬ia menceritakan kepadaku) Contoh:


‫ َم ْن َقاَم َر َم َض اَن ِاْيَم اًنا‬: ‫َح َّدَتِنى َم اِلٌك َع ِن اْبِن ِش َهاٍب َع ْن ُح َم ْيِد ْبِن َع ْبِد الَّرْح َمِن َع ْن َاِبى ُهَر ْيَر َة َرِض َي ُهللا َع ْنُه َاَّن َر ُسْو ُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬
‫َو اْح ِتَس اًبا ُغ ِفَر َلُه َم ا َتَقَّد َم ِم ْن َذْنِبِه‬
Artinya: Malik dari Ibnu Syihab telah bercerita kepadaku, dari Humaidi bin Abdur Rahman dari Abi Hurairah bahwa Rasulullah SAW
bersabda: “Siapa yang melakukan qiyam Ramadhan dengan iman dan ihtisab, diampuni doasa-dosanya yang telah lalu.”

3.‫ ( رأيت‬saya melihat ) Contoh :


‫ رأيت عمربن الخّطاب رضي هللا عنه يقّبل الحجر “يعنى األسود” ويقول ِإِّنى َالَء ْع َلُم َأَّنَك َحَج ٌر َالَتُضُّر َو َال َتْنَفُع َو َلْو َال َأِّنى‬:‫عن عّباس بن ربيع قال‬
)‫َر َأْيُت َر ُسْو َل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم ُيَقِّبُلَك َم ا َقَّبْلُتَك (رواه البخارى ومسلم‬
Artinya: Dari Abbas bin Rabi’ ra., ia berkata: Aku melihat Umar bin Khaththab ra., mencium Hajar Aswad lalu ia berkata: “Sesungguhnya
benar-benar aku tahu bahwa engkau itu sebuah batu yang tidak memberi mudharat dan tidak (pula) memberi manfaat. Seandainya aku tidak
melihat Rasulullah SAW. menciummu, aku (pun) tak akan menciummu.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Cara Sahabat Menyampaikan Hadis
 Periwayatan secara makna (Hadis riwayah bi al-ma’na)
Periwayatan Hadis dengan melakukan perubahan dari segi lafal. Baik
dari segi pendahuluan dan pengakhiran sebuah kata, atau dengan cara
penggunaan sinonim
Contoh hadis ma’nawi adalah sebagai berikut:

‫ ا َل اِهلل‬: ‫َفقَاَل‬ ‫َّد‬ ‫ِهَت‬ ‫َّل‬ ‫ِه‬ ‫َّل‬ ‫ِا‬ ‫َأ‬ ‫ِا‬
‫َي َرُس ْو‬ ‫َج اَئْت ْم َر ٌة ىَل ِّيِب َص ُهلل َعَلْي َو َس َم َوَاَر َد َاْن َب َنْف َس َه َلُه َفَتَق َم َرُج ٌل‬
‫ا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ى‬ ‫َّن‬ ‫ل‬‫ا‬
‫َاْنِكْح ِنْيَه ا َوْمَل َيُك ْن َم َعُه ِم َن اْلَم ْه ِر َغْي َبْع ِض اْلُقْرآِن َفقَاَل َلُه الَّنُّيِب َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّل‬
‫َم‬ ‫َر‬
‫ َزَّوْج ُتَك َه ا َعَلى‬,‫ َقْد َزَّوْج ُتَك َه ا َمِبا َم َعَك ِم َن اْلُقْرآِن وفىرواية‬,‫َاْنَك ْح ُتَك َه ا َمِبا َم َعَك ِم َن اْلُقْرآِن وفىرواية‬
)‫ َم َلْك ُتَك َه ا َمِبا َم َعَك ِم َن اْلُقرآِن (احلديث‬,‫َم َعَك ِم َن اْلُقرآِن وفىرواية‬
Artinya: Ada seorang wanita datang menghadap Nabi SAW, yang bermaksud menyerahkan dirinya (untuk
dikawin) kepada beliau. Tiba-tiba ada seorang laki-laki berkata: Ya Rasulullah, nikahkanlah wanita
tersebut kepadaku, sedangkan laki-laki tersebut tidak memiliki sesuatu untuk dijadikan sebagai maharnya
selain dia hafal sebagian ayat-ayat Alquran. Maka Nabi SAW berkata kepada laki-laki tersebut: Aku
nikahkan engkau kepada wanita tersebut dengan mahar (mas kawin) berupa mengajarkan ayat Alquran.
‫َبِّلُغوا َع ِّنى َو َلْو آَية‬ HADIS PADA MASA TABI’IN
Dari kalangan tabi’in besar, tokoh – tokoh periwayatan Hadis
sangat banyak sekali, mengingat banyaknya periwayatan pada
masa tersebut, di antaranya:

1. Madinah : Abu Bakar ibn Abdu Rahman ibn al-Haris ibn


Hisyam, Salim ibn Abdullah ibn Umar dan Sulaiman ibn
Yassar
2. Makkah: Ikrimah, Muhammad ibn Muslim, Abu Zubair
3. Kufah: Ibrahim an-Nakha’i, ‘Alqamah
4. Basrah: Muhammad ibn Sirin, Qatadah
5. Syam: Umar ibn Abdul Aziz
6. Mesir: Yazid ibn Habib

Anda mungkin juga menyukai