Anda di halaman 1dari 17

Analisis Bahan Kimia

yang Terkandung dalam


Mie Instan
Mata Kuliah: Bahasa Indonesia
Dosen pengampu : Dr. Dede Abdurrohman, M.Pd.
Anggota Kelompok

• Delis Julia Rahmawati Hakim


3212221011

• Jaisy Nabila Al-Fitri


3212221001
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah


Masyarakat Indonesia tentu sudah tidak asing dengan
mie instan. Salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat dari yang muda sampai tua. Mie Instan menjadi
salah satu makanan favorite karena proses pembuatannya yang
cepat dan mudah, harganya yang cukup terjangkau, serta
rasanya yang enak.
Mie instan dibuat dari adonan tepung
sebagai bahan utama. Mie instan dicirikan dengan
adanya penambahan bumbu dan diperlukan proses
rehidrasi untuk siap dikonsumsi. Digunakan bahan
kimia sebagai pengawet dalam pembuatan bumbu-
bumbunya. Pengawet yang paling umum digunakan
yaitu asam benzoat dan nipagin. Menurut Ponte
dan Tsen (1985), kombinasi dari pengggunaan
asam benzoat dan nipagin sebagai pengawet dalam
makanan dapat meningkatkan daya tahan
makanan karena peningkatan efek anti
mikrobanya.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan bahaya zat-zat kimia yang terkandung dalam
mie instant sehingga dalam beberapa negara melarang edaran jika
mengandung zat-zat kimia tersebut, perlu adanya penelitian
tentang pengetahuan seberapa besar dampak membahayakannya
terhadap kesehatan tubuh jika dikonsumsi.
C.Tujuan Penulisan Makalah

1. Kandungan zat-zat
dalam mie instan

2. Zat-zat kimia yang


dilarang di beberapa
3. Dampak bahaya negara
zat-zat kimia dalam
mie instan
D.Manfaat Penulisan Makalah

1. Agar Mahasiswa 2. Agar mahasiswa


mengetahui kandungan mengetahui dampak zat-zat
zat-zat kimia dalam mie kimia yang terkandung
instan. dalam mie instan sehingga
beberapa negara melarang
zat tersebut.
BAB II
PENDAHULUAN
A. Kajian Teoritis

a. Pengertian Mie
Mie merupakan produk makanan yang dibuat dari tepung gandum
atau tepung terigu dengan atau tanpa ditambah bahan makanan lain
dan bahan tambahan yang diizinkan. (Astawan, M. 1999)

b. Jenis-jenis Mie

Dalam ilmu pangan, mie dapat dibedakan menjadi beberapa


jenis yaitu mie segar atau mie mentah, mie basah, mie kering,
mie goreng, dan mie instan.
c . Mie Instan

Menurut SNI 01-2974-1996, mie instan didefinisikan sebagai produk makanan kering yang
dibuat dari tepung terigu dengan penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan
makanan yang diizinkan, berbentuk khas mie. Mie dalam bentuk kering harus mempunyai
padatan minimal 87%, artinya kandungan airnya harus di bawah 13%. Menurut Departemen
Kesehatan RI (1992), dalam 100 gram mie instan terkandung 337 kkal energi, protein 7,9 g,
lemak 11,8 g, karbohidrat 50,0 g, kalsium 49 mg, fosfor 47 mg, besi 2,8 mg, vitamin B1 0,01
mg, dan air 28,9 g.
d .BTP

Bahan Tambahan Pangan (BTP) sering ditambahkan pada bahan pelengkapnya (bumbu,
seasoning oil, dan kecap). BTP yang sering digunakan biasanya adalah pewarna, antioksidan
dan penguat rasa. Mie instan sudah diperkuat dengan komponen gizi mikro yang baik untuk
tubuh, seperti vitamin A, tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niacin, vitamin B6,
vitamin B12, asam folat, zat besi, zinc, dan iodium. Tentunya penambahan komponen gizi
tersebut bertujuan untuk menambah kualitas gizi mie instan.
B. Pembahasan .

MSG
Pewarna Tartrazinci
(Monosodium Glutamat)
19140

Zat Lilin yang Melapisi Mie Instan


Bahan Pengawet

Kadar Natrium yang


Tinggi
Adapun BTP lain dalam produk mie yang berfungsi untuk mencegah
kerusakan akibat mikroba dan kualitas daya simpan mie sebagai berikut :

• Natrium Metabisulfit : Na2S2O5


Dosis penggunaan yang diizinkan adalah sebesar 0,1-0,6% atau 1-6.
g/liter larutan perendaman.
• Natrium Benzoat : NaC6H5CO2
Dosis penggunaan maksimum 0,05-0,01 g/bb.
• Metil p-Hydroxybenzoat (Nipagin)
Dosis konsentrasi penggunaan dari Metil p-Hydoxybenzoate
adalah 0,03-0,06%
Dilihat dari isu terbaru tentang ekspor mie instan ke beberapa negara yang ditarik
produknya karena ditemukan bubuk cabai yang telah terkontaminasi dengan etilen
oksida (EtO) sejenis pestisida.Resiko kesehatan dapat terjadi jika EtO terakumulasi
dalam tubuh selama jangka waktu yang lama. Setiap negara menerapkan aturan
batas maksimum residu etilen oksida yang berbeda-beda. Di Singapura ditetapkan
residu etilen oksida pada rempah-rempah tidak boleh melebihi 50 parts per million
atau ppm. Sedangkan di Amerika Serikat batas maksimalnya 7 ppm dan di Uni
Eropa 0,1 ppm. Dengan batas maksimal yang cukup ketat membuat produk ekspor
Indonesia ditarik dan tidak diperjual belikan karena kandungan EtO melebihi batas
maksimal di negara lain. Padahal di Indonesia sendiri produk tersebut lolos dari
pengecekan BPOM karena sudah sesuai standar yang ada. Hal itu menjadi sorotan
untuk standar residu EtO di Indonesia berarti belum seketat negara lain.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penggunaan BTP pada mie instan dibatasi oleh nilai Acceptable Daily Intake (ADI).
Selama tidak melebihi ADI yang sudah ditetapkan, maka zat tersebut tidak akan
berbahaya bagi kesehatan. Selain itu, terdapat BTP yang memiliki nilai ADI not specified,
yang artinya BTP tersebut secara toksikologi tidak berbahaya bagi tubuh. Nilai ADI
tersebut dapat berbeda-beda untuk beberapa negara. Di Indonesia, produk kemasan
yang beredar, seperti mie instan diatur oleh BPOM RI. Jadi, mie instan yang memiliki
nomor MD dan ML, yang dikeluarkan oleh BPOM RI melalui berbagai uji keamanan
pangan, pada kemasannya menunjukkan bahwa mie instan tersebut telah memenuhi
persyaratan keamanan pangan yang ditetapkan dan telah terdaftar di Badan POM RI.
Walaupun aman, konsumsi mie instan tidak boleh berlebih dan menggantikan makanan
pokok sehari-hari karena konsumsi berlebih akan menyebabkan kurangnya asupan
energi dan protein, serta berlebihnya asupan natrium yang tidak baik bagi tubuh.
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat ini, kami menyadari masih banyak
kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini. Oleh sebab itu penulis
harapkan kritik serta sarannya mengenai pembahasan makalah dalam

kesimpulan di atas. Semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan


bagi para pembaca. Mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam
penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas.
DAFTAR PUSTAKA
Seto, Sagung. 2001. Pangan dan Gizi: Ilmu, Teknologi dan Perdagangan. Bogor: Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Sudarmadji, dan S.Haryono dan B, Suhardi.Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan Dan Pertanian Yogyakarta:
Liberty, 1997

Astawan, M.Membuat Mie dan Bihun Jakarta: Penebar Swadaya, 1999,halaman28

Astawan, M. Sehat Bersama Aneka Serat Pangan Alami (Jakarta: Tiga Serangkai,2004), halaman 35)

Puspasari, K. Aplikasi Teknologi dan Bahan Tambahan Pangan Untuk Meningkatkan Umur Simpan Mie Basah
Matang(Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, 82007), halaman 55)
Azriani, Yulnia. 2006. Pengaruh Jenis Kemasan Plastik dan Kondisi Pengemasan Terhadap Kualitas Mi Sagu Selama
Penyimpanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Diniyati, Bintang. 2012. Kadar Beta Karoten, Protein, Tingkat Kekerasan, dan Mutu Organoleptik Mie Instan dengan
Substitusi tepung Ubi Jalar Merah (Lpomea batatas) dan Kacang Hijau (Vigna radiata) (Artikel penelitian).
Semarang:Universitas Diponegoro Semarang.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai