Anda di halaman 1dari 15

ruang

kolaborasi
mata kuliah pemahaman peserta didik
oleh
kelompok 4
Sarah Astuti Ritonga
Radot Rosana Devika RG
Tiwi rahmadona
nurmawanti sitohang
Betlin Yunita V saragih
Memberikan
Tanggapan terhadap
Kasus di Ruang Kelas
kasus 1
Bayangkan jika Anda adalah seorang guru matematika di kelas VII. Saat
ini Anda hendak menyampaikan materi mengenai matematika sosial
yakni mencari nilai rata-rata (mean). Untuk memudahkan peserta didik
dalam memahami pembelajaran, Anda mencoba untuk membuat urutan
atau langkah-langkah yang perlu diikuti oleh peserta didik agar dapat
mencari nilai rata-rata pada sebuah soal. Anda meminta kepada peserta
didik untuk mengerjakan soal yang Anda berikan. Hasilnya, peserta
didik mampu mengerjakan dengan benar, sesuai dengan langkah yang
telah Anda siapkan. Beberapa saat kemudian, Anda meminta kepada
peserta didik untuk mengulangi soal yang sama tanpa melihat urutan
pengerjaan soal, dan peserta didik mampu mengerjakannya dengan
benar.
Apa yang membuat
peserta didik mampu
mengerjakan soal tanpa
melihat
urutan/Langkah?
1 • Optimisme, ketekunan, dan perbaikan diri terus menerus

2 • Teori konstruktivisme yang menekankan pada peran aktif


siswa dalam belajar

3 • Motivasi belajar dan kemampuan memelihara semangat belajar

Pembelajaran
Pembelajaran kolaboratif dalam
kolaboratif kelompok
dalam untuk mencapai
kelompok tujuan
untuk mencapai
4 pembelajaran bersama
tujuan pembelajaran bersama

5 Pembelajaran kolaboratif dalam kelompok untuk mencapai tujuan


pembelajaran bersama
• Teknik scaffolding yang memberikan bantuan kepada siswa
6

7 ·Faktor internal seperti motivasi dan rasa ingin tahu


• Pembelajaran inquiry-based
• Pengembangan keterampilan praktis
• Penggunaan media dan bahan ajar
• Pengembangan kemampuan komunikasi
• Pengambilan decisi mandiri
Sebagai seorang calon guru, Beberapa strategi yang dapat digunakan guru
dalam kegiatan belajar antara lain:
• Mengembangkan kemampuan siswa untuk
seperti apa metode yang bisa mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri
diterapkan? jawabannya
• Membantu siswa mengembangkan keterampilan
komunikasi dengan berkolaborasi dalam grup

• Mengembangkan kemampuan siswa


untuk menjadi pemikir yang mandiri
kasus 2

Rina adalah seorang guru di kelas 1 SD. Sebagian besar peserta didiknya
belum bisa berhitung dengan lancar. Rina sedang memikirkan cara yang
sesuai untuk membantu setiap peserta didik menyelesaikan tantang
belajarnya.
Adapun empat tahapan periode sebagai berikut :
Mengapa Anda menyarankan a.Tahap sensori motor ( 0 – 2 tahun)
b.Tahap pra – operasioanal ( 2 – 7 tahun)
hal tersebut? c.Tahap konkrit operasional ( 7 – 12 tahun)
d. Tahap formal operasionak ( 12 – dewasa)
Jika dikembalikan kepada kasus II dapat dilihat siswa Rina
masuk dalam tahapan pra – operasional dimulai sekitar usia
2 tahun sampai usia 7 tahun. Pada tahapan ini siswa akan
berfikir dapa tingkat simbolik tapi belum dapat
menggunakan operasi kognitifnya artinya di fase ini siswa
belum mampu dalam menggunakan logika atau mengubah,
menggabungkan atau memisahkan ide dan pikirannya.
Namun pada tahap ini siswa akan mulai mengembangkan
daya ingat dan imajinasi dengan memahami sesuatu secara
simbolik. Anak menjadi lebih sensitive, cerdas dan aktif
secara fisik maupun psikologi. Yang diperlukan pada masa –
masa ini adalah pembelajaran yang bersifat keseimbangan
menyeluruh secara terus menerus dan terpadu. Untuk itu
metode yang tepat digunakan untuk membantu peserta didik
dalam menghitung dapat menggunakan metode jarimatika
Berdasarkan tahap perkembangannya menurut pendapat saya Rina dapat
mengajarkan peserta didik tersebut menghitung dengan metode jarimatika
didasari beberapa alasan sebagai berikut :
• metode pembelajaran ini mampu menjebatani antara tahap
perkembangan kognitif peserta didik yang kobkret dengan materi
berhitung yang bersifat abstrak.
• Tidak membebani memori anak sehingga mampu menyeimbangkan
antara otak kiri dan otak kanan
• Praktis dan efisien, karena alat yang dipakai tidak perlu dibeli yang
digunakan hanya menggunakan jari
KASUS III
Made adalah seorang guru yang mengajar di salah satu sekolah negeri
wilayah Bali. Ia mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia. Ia hendak
mengajarkan materi teks deskripsi pada peserta didiknya. Pada buku cetak
yang menjadi panduannya saat mengajar, terdapat beberapa contoh teks
deskripsi menceritakan tentang bangunan-bangunan pencakar langit yang
ada di Ibu Kota. Dengan memperhatikan latar belakang setiap peserta
didiknya, Made pun mencoba untuk memberikan contoh berbeda. Ia
memberikan contoh teks deskripsi tentang pantai dan makanan khas di
Bali.
apakah pertimbangan dan
Keputusan Made sudah
sesuai ? Mengapa
pertimbangan demikian?
dan Keputusan Made sebagai seorang pengajar adalah
sesuai. Dalam kasus ini made memanfaatkan kearifan local di Bali
sebagai penuntun teks deskripsi yang diajarkan. Pembelajaran ini
disebut dengan keunggulan local.

Pembelajaran berbasis local wisdom ini sesuai dengan Undang-undang Republik


Indoneisa, yaitu UU RI Nomor 20 tahun 2003 BAB XIV Pasal 50 ayat 5 menegaskan
bahwa pemerintah kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan menengah, serta
satuan pendidikan yang berbasis pendidikan lokal.
Pertama, belajar merupakan proses secara biologi sebagai
proses dasar. Kedua, proses secara psikososial sebagai
proses yang lebih tinggi dan esensinya berkaitan dengan
lingkungan sosial budaya. Dapat disimpulkan bahwa dalam
teori belajar sosiokultur, proses belajar tidak dapat
dipisahkan dari aksi (aktivitas) dan interaksi, karena
persepsi dan aktivitas berjalan seiring secara dialogis.
Belajar merupakan proses penciptaan makna sebagai hasil
dari pemikiran individu melalui interaksi dalam suatu
konteks sosial.
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai