Chapter 13

Conclusions and
Future Directions

Fhany Aprilia
Jehan Jessica
Rezky Okabe
Dua tujuan penulisan buku ini:
◼ Berbagi pengetahuan dalam psikologi olahraga

◼ Membawa area ini menjadi sangat menarik dari studi

maupun praktek
Lima faktor yang mendasari sport
leaders menghindari literatur
psikologi olahraga
◼ The lack of credibility and trust of resource personnel
outside the profession

◼ The coach’s fear of ‘losing control’ over players

◼ The reliance on replicating the tactics of coaches whose

teams are chronically successful

◼ The mistrust of using an approach that is unobervable

◼ The absence of applied material that is accessible and

understandable
Developments and predictions in sport
psychology
◼ Bidang ini menjadi lebih diterapkan dalam upaya untuk mendapat
kredibilitas dan pengakuan dari ilmu pengetahuan, pendidikan, dan
domain olahraga
◼ Fakultas pada universitas yang mengkhususkan diri dalam psikologi
olahraga akan diminta untuk melakukan pelayanan masyarakat
dengan lebih banyak
◼ Akan ada peningkatan konsultasi dan konseling pribadi di psikologi
olahraga
◼ Psikolog olahraga akan lebih terlibat dengan tim olahraga profesional
dan tim elit nasional
◼ Psikolog olahraga lebih terlibat dengan orang tua atlet junior dan
organisasi olahraga masyarak dengan menasihati dan
mengembangkan program-program mereka
Enam hal yang harus dikuasai oleh
psikolog olahraga
◼ Mampu mengembangkan program peningkatan kinerja

◼ Mampu menggunakan assessment psikologis

◼ Mampu meningkatkan komunikasi antar atlet

◼ Menyediakan layanan intervensi

◼ Mampu berkonsultasi dengan pelatih, atletis, dan pelatih

fitness, serta individu lain yang bekerja secara langsung
dengan atlet
◼ Mampu menjadi terapis atau konsultan psikologi klinis
Recommendations about how the
field can grow and mature
◼ Be supprotive of professional
colleagues
◼ Use a multidisciplinary approach
◼ Avoid the “quick fix”
◼ Don’t take public credit for player
or team success
◼ Remember that “research” is not a
four letter word
◼ Consider the pros and cons of
certification
◼ “Allow” access of sport
psychology literature to the
practitioner
◼ Ensure “hands-on” field
experiences and supervision.
The emergence of exercise and
sports injury psychology
◼ Psikologi olahraga tidak lagi terbatas untuk olahraga. Tapi
sekarang dapat bergerak pada bidang exercise.

◼ JOBS FOR SPORT PSYCHOLOGISTS AND

CONSULTANTS.

Pekerjaan sebenarnya adalah di dalam fitness, kesehatan,

rehabilitasi, dan corporate sector.
komentar terakhir: kritik terhadap
kekuatan dan kekhawatiran dalam
olahraga psikologi terapan
◼ Defining-or redefining- the field of sport psychology

◼ The education and training of sport psychology consultants

◼ Candidly examining the issues concerning “ownership” of

sport psychology education and training, currently despute
by the sport and exercise sciences/physical education
versus the field of psychology.
Redefining the Field of Sport
Psychology
◼ The training and employment of graduates

◼ Attention to Individual differences→ respect to ras,

ethnicity, and culture

◼ The use and misuse of psychological inventories

◼ Professional conferences → AAASP, membutuhkan

keseimbangan yang lebih baik antara presentasi pada atlet
elit dan atlet non elit.
The education and training of
sport psychology consultants
◼ Good news & bad news

◼ Positive → banyak lulusan dan pelajar yg mendalami sport

psychology.

◼ Negative → membahas exercise sciencenya kurang

mendalam, lebih psikologis (graduate level).

◼ Mentoring (wise and trusted teacher)

◼ Formal → time limited, focus on particular outcomes
◼ Informal → sharing interest, needs & values
◼ General → providing education & information
◼ Spesific → spesific skills
Ownership of sport psychology : the
sport and exercise sciences or
psychology?
◼ “battle” between sport & exercise science with psychology
→ both disciplines bring to the field

◼ In favor of sport and exercise sciences → “physical

education”

◼ In favor of psychology → legal title “psychologist”