Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN JUMLAH TENAGA KERJA TERHADAP HASIL PRODUKSI PT.

PUPUK KUJANG CIKAMPEK Oleh

Nama Putri Rizkia Nurfathia Heryuliani

NIM 1111082000014 1111082000104 Mata kuliah MKD 1213 (1507) Teori Ekonomi Mikro

NO HP 081263147147 085692831533

Dosen Pembina Tony S Chendrawan, ST., SE.,M.Si.,

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi UIN Syarief Hidayatullah Jakarta 2012

Abstract
This study aims to determinate the significance of the simultaneous effect of the amount of labor towards result of production in PT. PUPUK KUJANG CIKAMPEK. The research method used in this research is the analysis of secondary data, which is an analysis of the survey data has been available. The analytical method used is simple regression analysis. Simple regression analysis was used to describe the relationship between the independent variables and the dependent variable. These results indicate that the effect of the amount of labor towards the result of production in PT. Pupuk Kujang Cikampek have a significant effect. From research result indicate that during five year (2007 until 2011), The conclusion is that amount of production has a positive but not significant impact for result of production with the value of correlation coefficient r = 0,514 or 51,4%.

Keyword: Amount of Labor, Result of Production

I.

Pendahuluan Produksi Pupuk Urea (ton) 874105 1045228 990092 998988

Tabel 1 Selisih (ton) 0 171.124 -55.136 8.896

Seperti yang kita ketahui bahwa hasil produksi pertanian dalam negeri memiliki kualitas yang kurang baik dibandingkan dengan hasil pertanian luar negeri. Salah satu penyebabnya ialah kurang terpenuhinya pasokan bibit unggul, pestisida, pupuk, dan hal lainnya yang dapat mendukung faktor produksi dari pertanian tersebut. Kekurangan produksi dari faktor pendukung ini dapat membuat kualitas hasil produksi pertanian dalam negeri kalah saing dengan hasil produksi pertanian luar negeri. Penulis ingin meneliti perusahaan penghasil faktor pendukung pertanian yaitu PT Pupuk Kujang yang berlokasi di Jl. Jend. A. Yani No. 39 Cikampek 41373, Kabupaten Karawang - Jawa Barat.

Tahun 2007 2008 2009 2010

Presentase 0 19,58% -5,28% 0,90% 5,22%

2011 1051155 52.167 Sumber: http://pupuk-kujang.co.id

Tabel 2 Tahun 2007 2008 2009 2010 Tenaga Kerja 1059 1168 1279 1274 Selisih 0 109 111 -5 Presentase 0 10,29% 9,50% -0.93% -8.40%

penghasil pupuk yaitu PT Pupuk Kujang yang berlokasi di Jl. Jend. A. Yani No. 39 Cikampek 41373, Kabupaten Karawang - Jawa Barat. 1.2 Identifikasi Masalah Bagaimana gambaran jumlah tenaga kerja PT Pupuk Kujang Cikampek? Bagaimana gambaran hasil produksi PT Pupuk Kujang Cikampek? Bagaimana pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap hasil produksi PT Pupuk Kujang Cikampek? 1.3 Tujuan Untuk mengetahui gambaran jumlah tenaga kerja di PT Pupuk Kujang Cikampek. Untuk mengetahui gambaran hasil produksi di PT Pupuk Kujang Cikampek. Untuk mengetahui pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap hasil produksi PT Pupuk Kujang Cikampek.

2011 1167 -107 Sumber: http://pupuk-kujang.co.id

Tabel 1 merupakan tabel hasil produksi PT Pupuk Kujang selama tahun 2007-2011. Bisa dilihat pada tabel bahwa pada tahun 2008 produksi pupuk urea mengalami peningkatan sebanyak 171.124 ton atau 19,58% dari tahun sebelumnya. Namun pada tahun berikutnya mengalami penurunan sebesar 5,28% atau sebanyak 55.136 ton. Di tahun 2010 mengalami peningkatan sebanyak 8.896 ton atau sebesar 0,90% dan begitupula di tahun berikutnya mengalami peningkatan sebesar 5,22% atau sekitar 52.167 ton. Peningkatan ini merupakan hasil dari Kerjasama dan komitmen dari semua unit kerja untuk menjaga operasional pabrik Kujang 1A dan 1B agar dapat berjalan dengan baik, pengaturan pola operasional pasokan gas pabrik Kujang 1A dan 1B, dimana sebagian kecil gas untuk pabrik 1A dialokasikan untuk pabrik 1B sehingga menghasilkan produktivitas dan efisiensi yang optimal, dan antisipasi operasional yang cukup baik sehingga waktu downtime pabrik di bawah target RKAP sehingga pada akhirnya meningkatkan on stream day dan produksi. Keberhasilan dalam bidang produksi juga ditunjang dengan pemeliharaan pabrik yang handal. Pabrik kujang 1A telah beroperasi 35 tahun dan kujang 1B beroperasi 6 tahun, semuanya tetap harus dijaga kehandalannya dengan menerapkan sistem pemeliharaan yang konsisten baik preventive maintenance, Predictive Maintenance, dan Corrective Maintenance, sehingga onstream days dapat dicapai. Tabel 2 menunjukkan data jumlah tenaga kerja PT. Pupuk Kujang. Pada tahun 2007, perusahaan tersebut memiliki 1.059 orang karyawan. Pada tahun 2008 terjadi peningkatan sebesar 109 orang karyawan atau 10,29%. Penambahan tersebut disebabkan adanya penerimaan karyawan sebagai persiapan pengganti yang akan memasuki usia pensiun, dan kebutuhan berkembangnya organisasi. Pada tahun berikutnya, di perusahaan ini juga terjadi peningkatan jumlah karyawan sebanyak 111 orang atau 9,50% untuk mengantisipasi karyawan yang akan memasuki pensiun yang mencapai puncaknya pada dua tahun kedepan. 111 orang ini terdiri dari 77 karyawan baru dan 34 orang karyawan pensiun yang masa kerjanya diperpanjang. Pada tahun 2010 terjadi penurunan jumlah karyawan sebanyak 5 orang atau sekitar 0,93%. Pada tahun berikutnya terjadi penurunan yang cukup signifikan yaitu sebanyak 107 orang karyawan atau sekitar 8,40%. Pengurangan sebanyak 107 orang terdiri dari pensiun normal 71 orang, habis masa kontrak 51 orang, meninggal dunia 2 orang dan mengundurkan diri 13 orang, sedangkan penambahan karyawan sebanyak 30 orang yaitu karyawan pensiun yang diperpanjang masa kerjanya sebagai tenaga honorer. Pada kesempatan ini penulis tertarik untuk meneliti produksi salah satu faktor pendukung pertanian yaitu pupuk. Sebagai bahan penelitiannya adalah perusahaan BUMN

II. Kajian Pustaka A. Hubungan jumlah tenaga kerja terhadap hasil produksi Menurut Sadono Sukirno (2003:193) Di dalam teori produksi ini terdapat hukum hasil lebih yang semakin berkurang (law of diminishing returns). Hukum tersebut menjelaskan sifat pokok hubungan antara tingkat produksi dan tenaga kerja yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Hukum hasil lebih yang semakin berkurang menyatakan apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya (tenaga kerja) terus menerus ditambah sebanyak 1 unit, pada mulanya produksi total akan semakin banyak pertambahannya, tetapi sudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negatif. Sifat pertambahan produksi seperti ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat yang maksimum kemudian menurun. Hubungan antara tingkat produksi dan jumlah tenaga kerja yang digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap, yaitu tahap pertama produksi total mengalami pertambahan yang semakin cepat, tahap kedua produksi total pertambahannya semakin lambat, dan tahap ketiga produksi total semakin lama semakin berkurang.

B. Teori Tenaga Kerja John Maynard Keynes (1883-1946) berpendapat bahwa dalam kenyataan pasar tenaga kerja tidak bekerja sesuai dengan pandangan klasik. Dimanapun para pekerja mempunyai semacam serikat kerja (labor union) yang akan berusaha memperjuangkan kepentingan buruh dari penurunan tingkat upah. Kalaupun tingkat upah diturunkan tetapi kemungkinan ini dinilai keynes kecil sekali, tingkat pendapatan masyarakat tentu akan turun. Turunnya pendapatan sebagian anggota masyarakat akan menyebabkan turunnya daya beli masyarakat, yang pada gilirannya akan menyebabkan konsumsi secara keseluruhan berkurang. Berkurangnya daya beli masyarakat akan mendorong turunya harga-harga. Kalau harga-harga turun, maka kurva nilai produktivitas marjinal labor ( marginal value of productivity of labor) yang dijadikan sebagai patokan oleh pengusaha dalam mempekerjakan labor akan turun. Jika penurunan harga tidak begitu besar maka kurva nilai produktivitas hanya turun

sedikit. Meskipun demikian jumlah tenaga kerja yang bertambah tetap saja lebih kecil dari jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Lebih parah lagi kalau harga-harga turun drastis, ini menyebabkan kurva nilai produktivitas marjinal labor turun drastis pula, dan jumlah tenaga kerja yang tertampung menjadi semakin kecil dan pengangguran menjadi semakin luas. Salah satu masalah yang biasa muncul dalam bidang angkatan kerja adalah ketidakseimbangan akan permintaan tenaga kerja (demand for labor) dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah. Ketidakseimbangan tersebut penawaran yang lebih besar dari permintaan terhadap tenaga kerja (excess supply of labor) atau lebih besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja (excess demand for labor) dalam pasar tenaga kerja. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tenaga Kerja yaitu: a. Tingkat Upah Yang mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi perusahaan adalah tingkat upah para tenaga kerja. Kenaikan tingkat upah akan mengakibatkan kenaikan biaya produksi, sehingga akan meningkatkan harga per unit produk yang dihasilkan. Apabila harga per unit produk yang dijual ke konsumen naik, reaksi yang biasanya timbul adalah mengurangi pembelian atau bahkan tidak lagi membeli produk tersebut. Sehingga akan muncul perubahan skala produksi yang disebut efek skala produksi (scale effect) dimana sebuah kondisi yang memaksa produsen untuk mengurangi jumlah produk yang dihasilkan, yang selanjutnya juga dapat mengurangi tenaga kerja perusahaan.Suatu kenaikan upah dengan asumsi harga barang-barang modal yang lain tetap, maka pengusaha mempunyai kecenderungan untuk menggantikan tenaga kerja dengan mesin. Penurunan jumlah tenaga kerja akibat adanya penggantian dengan mesin disebut efek substitusi (substitution effect). b. Teknologi Penggunaan teknologi dalam perusahaan akan mempengaruhi berapa jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Kecanggihan teknologi saja belum tentu mengakibatkan penurunan jumlah tenaga kerja. Karena dapat terjadi kecanggihan teknologi akan menyebabkan hasil produksi yang lebih baik, namun kemampuannya dalam menghasilkan produk dalam kuantitas yang sama atau relatif sama. Yang lebih berpengaruh dalam menentukan permintaan tenaga kerja adalah kemampuan mesin untuk menghasilkan produk dalam kuantitas yang jauh lebih besar dari pada kemampuan manusia. Misalnya, mesin pengemasan produk makanan yang dulunya berbasis tenaga kerja manusia dan beralih ke mesinmesin dan robot akan mempengaruhi permintaan tenaga kerja manusia lebih rendah untuk memproduksi makanan tersebut. c. Produktivitas Tenaga Kerja Berapa jumlah tenaga kerja yang diminta dapat ditentukan oleh berapa tingkat produktivitas dari tenaga kerja itu sendiri. Apabila untuk menyelesaikan suatu proyek tertentu dibutuhkan 50 karyawan dengan produktivitas standar yang bekerja selama 9 bulan. Namun dengan karyawan yang produktivitasnya melebihi standar, proyek tersebut dapat diselesaikan oleh 25 karyawan dengan waktu 9 bulan. Kita mengetahui bahwa kekuatan permintaan tenaga kerja dalam pekerjaan tertentu sebagian bergantung pada produktivitas (MP). Perusahaan mengontrol kebanyakan faktor-faktor yang menentukan produktivitas pekerja. Tetapi dua cara serikat buruh dapat mempengaruhi ouput per jam pekerja adalah berpartisipasi dalam komite manajemen produktivitas tenaga kerja gabungan yang seringkali disebut lingkaran kualitas dan codetermintation, yang terdiri dari partisipasi langsung para pekerja dalam pengambilan keputusan perusahaan. Yang

sebelumnya juga terkadang disebut demokrasi buruh. Tujuan kedua pendekatan tersebut adalah memperbaiki komunikasi internal dalam perusahaan dan meningkatkan produktivitas melalui penekanan lebih melalui kerjasama lebih dan insentif profit. d. Kualitas Tenaga Kerja Pembahasan mengenai kualitas ini berhubungan erat dengan pembahasan mengenai produktivitas. Karena dengan tenaga kerja yang berkualitas akan menyebabkan produktivitasnya meningkat. Kualitas tenaga kerja ini tercermin dari tingkat pendidikan, keterampilan, pengalaman, dan kematangan tenaga kerja dalam bekerja. e. Fasilitas Modal Dalam prakteknya faktor-faktor produksi, baik sumber daya manusia maupun yang bukan sumber daya alam dan lain-lain, seperti modal tidak dapat dipisahkan dalam menghasilkan barang atau jasa. Pada suatu industri, dengan asumsi faktor-faktor produksi yang lain konstan, maka semakin besar modal yang ditanamkan akan semakin besar permintaan tenaga kerja. Misalnya, dalam suatu industri air minum, dengan asumsi faktor-faktor lain konstan, maka apabila perusahaan menambah modalnya, maka jumlah tenaga kerja yang diminta juga bertambah. C. Teori Produksi Pengertian mengenai produksi diungkapkan oleh Vincent Gaspers (2001:167) yakni produksi dapat dikatakan sebagai suatu aktivitas dalam perusahaan industri berupa penciptaan nilai tambah dan input menjadi output secara efektif dan efesien sehingga produk sebagai output dari proses penciptaan nilai tambah itu dapat di jual dengan harga yang kompetitif di pasar global. Dari berbagai pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa proses produksi pada dasarnya merupakan usaha kegiatan untuk menciptakan atau menambah nilai guna suatu barang dan jasa. Menurut Soekartawi (2003:17) pengertian fungsi produksi sebagai hubungan fisik antara variabel yang dijelaskan biasanya berupa output (Y) dan variabel yang menjelaskan biasanya berupa output (X). Di dalam pembahasan teori ekonomi produksi, telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini karena: a. Dengan fungsi produksi, peneliti dapat mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti b. Peneliti dapat mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (deopendend variabel) Y dan variabel yang menjelaskan (independend variabel) X, serta sekaligus mengetahui hubungan antar variabel penjelas. Kemudian Sadono Sukirno (2003:190) juga menjelaskan bahwa: Hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya dinamakan fungsi produksi. Faktor-faktor produksi, seperti telah dijelaskan, dapat dibedakan kepada empat golongan yaitu tenaga kerja, tanah, modal, dan keahlian keusahawanan. Di dalam teori ekonomi, didalam menganalisis mengenai produksi, selalu dimisalkan bahwa tiga faktor produksi yang belakangan dinyatakan (tanah, modal, dan kehlian keusahawanan) adalah tetap jumlahnya. Hanya tenaga kerja yang dipandang sebagai faktor produksi yang berubah-ubah jumlahnya. Dengan demikian, dalam menggambarkan hubungan diantara faktor produksi yang digunakan dan tingkat produksi yang dicapai, yang

digambarkan adalah hubungan diantara jumlah tenaga kerja yang digunakan dan jumlah produksi yang dicapai. Dari pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi produksi pada dasarnya merupakan rumusan yang menyatakan hubungan input produksi yang digunakan untuk menghasilkan output produksi. Didalam proses produksi yang dilakukan oleh rumah tangga produsen atau perusahaan tentu memerlukan faktorfaktor produksi atau input produksi. Faktor produksi ini dapat dikategorikan menjadi dua macam yakni faktor produksi asli dan faktor produksi turunan. Faktor produksi asli adalah faktor produksi yang tidak dapat diperbaharui dan sudah tersedia contohnya sumber daya alam dan tenaga kerja. Sedangkan faktor produksi turunan adalah hasil penggabungan dari faktor produksi asli yang merupakan perkembangan kebudayaan dan pengetahuan manusia, contohnya modal, tingat teknologi, dan enterpreneurship. Fungsi produksi yang sering digunakan oleh para ahli ekonomi untuk menjelaskan produksi adalah fungsi produksi Cobb-Douglas. Soekartawi (2003:153) menjabarkan lebih dalam mengenai fungsi produksi Cobb-Douglas. Fungsi CobbDouglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen (Y) dan yang lain disebut variabel independen (X). Penyelesaian antara hubungan Y dan X biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X. Dengan demikian, kaidahkaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas. Bila fungsi Cobb-Douglas dinyatakan dalam fungsi Y dan X maka: Y = f (X1,X2, ...Xi, ...Xn) Menurut Samuelson (2003:124) teori produksi juga membantu kita untuk memahami mengapa produksivitas standar hidup terus bertambah dan bagaimana perusahaan mengelola aktivitas internalnya. Kemudian menurut Yoopi Abimanyu (2004:36) teori produksi pada dasarnya berusaha menjelaskan bagaimana dengan biaya minimum perusahaan bisa memproduksi output tertentu atau dengan biaya tertentu bisa memaksimumkan biaya produksi. Teori produksi di dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya kepada dua pendekatan yakni teori produksi dengan satu faktor berubah atau dengan kata lain produksi dengan satu variabel input dengan dua faktor berubah atau dengan kata lain produksi dengan dua variabel input. Penggunaan teori produksi ini akan erat kaitannya dengan fungsi produksi yang nantinya digunakan oleh produsen dalam memproduksi outputnya. Fungsi produksi sendiri memiliki landasan teori utama. Teori utama yang menjadi landasan faktor produksi adalah law of diminishing returns. D. Teori Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. Benar atau salah suatu hipotesis tidak pernah diketahui dengan pasti, kecuali jika seluruh populasi diperiksa. Hipotesis yang paling sering dipakai adalah menerima danmenolak. Kalimat menolak dalam hipotesis dapat bermakna bahwa hipotesis yang diberikan adalah salah, sebaliknya kalimat menerima hanya semata-mata mengimplikasikan bahwa kita tidak mempercayai penolakan hipotesis tanpa ada bukti-bukti lebih lanjut. Hipotesis yang dirumuskan dengan harapanakan ditolak membawa penggunaan istilah hipotesisnol yang dilambangkan dengan H0. Penolakan H0 akan mengakibatkan penerimaan suatu

hipotesis alternatif yang biasa dinyatakan dengan H1. Hipotesisnol (H0) harus menyatakan sebuah nilai ataupernyataan pasti, sedangkan hipotesis alternatif (H1)menyatakan sebaliknya. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian inia dalah untuk menguji pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap hasil produksi. Hipotesis yang dirumuskan adalah Ho : Jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap hasil produksi H1 : Jumlah tenaga kerja berpengaruh terhadap hasil produksi

III. Penelitian A. Sample dan Prosedure Populasi dalam penelitian ini adalah PT Pupuk Kujang yang berlokasi di Jl. Jend. A. Yani No. 39 Cikampek 41373, Kabupaten Karawang - Jawa Barat.

B. Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, pertama-tama dilakukan dengan uji analisis jalur untuk memperlihatkan hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen. Analisis jalur dipergunakan dengan pertimbangan bahwa pola hubungan antar variabel dalam penelitian adalah bersifat korelatif dan kausalitas.Untuk mengetahui Hubungan Jumlah Tenaga Kerja terhadap Jumlah Produksi PT Pupuk Kujang Cikampek, adapun uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis jalur ( path analysis). C. Model Penelitian

Hubungan struktur jalur antara variabel dapat digambarkan sebagai berikut :

Y
Gambar Model hubungan Antar Variabel

IV. Hasil Penelitian


A. Hubungan Jumlah Tenaga Kerja terhadap Hasil Produksi PT. Pupuk Kujang Cikampek

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis regresi sederhana. Dalam masalah ini penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut: Ho : Jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap hasil produksi H1 : Jumlah tenaga kerja berpengaruh terhadap hasil produksi Adapun persamaan yang di peroleh adalah sebagai berikut:

Sebaliknya bila thitung lebih kecil daripada ttabel, maka pengujian tidak signifikan atau Jumlah Tenaga Kerja tidak mempengaruhi Hasil Produksi PT. Pupuk Kujang Cikampek. Kesimpulan Pengujian Secara Individual Nilai t Hitung 1,038 Nilai t Tabel 2,776 Kesimpulan Tidak Signifikan

Y = a + bX Y = 513640,523 + 402,113 X Errorvar = 0,745 , R = 0,514 , R = 0,246 Nilai R atau koefisien korelasi sebesar 0,514 atau 51,4 % memperlihatkan bahwa tenaga kerja (X) secara keseluruhan terhadap hasil produksi yaitu sebesar 513640,523 adalah positif. Sedangkan nilai R atau koefisien determinasi sebesar 0,246 atau 2,46 % memperlihatkan bahwa jumlah tenaga kerja memiliki pengaruh kontribusi sebesar 2,46 % terhadap hasil produksi, sedangkan 0,744 % lainnya dipengaruhi oleh faktor lain selain jumlah tenaga kerja. Koefisien regresi berfokus pada jumlah tenaga kerja (X) adalah 402,113 hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan variable X sebesar satu satuan nilai akan meningkatkan hasil produksi (Y) sebesar 402,113 satu satuan nilai dengan asumsi variable lain adalah konstan. Dengan kata lain, ketika nilai X = 0 atau konstan maka nilai Y= 513640,523, dan ketika nilai X = 1 maka nilai Y juga akan naik sebesar 402,113 satuan atau (513640,523 + 402,113 (1)), hal ini terjadi karna pada persamaan diatas, nilai X memiliki nilai positif sehingga ketika terjadi penambahan pada nilai X maka nilai Y pun akan ikut bertambah dengan sendirinya. Dari persamaan yang didapat melalui perhitungan SPSS, dapat kita ketahui hasil pengujian secara parsial antara jumlah tenaga kerja (X) dengan hasil produksi (Y) yaitu dengan cara membandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel. Apabila nilai thitung lebih besar daripada nilai ttabel maka dapat disimpulkan pengujian signifikan dan Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh terhadap Hasil Produksi PT. Pupuk Kujang Cikampek. Sebaliknya bila thitung lebih kecil daripada ttabel, maka pengujian tidak signifikan atau Jumlah Tenaga Kerja tidak berpengaruh terhadap Hasil Produksi PT. Pupuk Kujang Cikampek. Dari persamaan diatas dapat dilihat nilai thitung sebesar 1,038. Bila dibandingkan dengan nilai ttabel (2,776) dapat kita simpulkan bahwa secara parsial variabel jumlah tenaga kerja (X) tidak berpengaruh terhadap hasil produksi (Y). B. Uji Hipotesis Berikut ini adalah tabel yang memperlihatkan besarnya nilai thitung yang dihasilkan melalui perhitungan dengan bantuan software SPSS versi 17. Secara keseluruhan dari tabel tersebut kita dapat melihat nilai thitung, yang kemudian akan dibandingkan dengan nilai ttabel. Apabila nilai thitung lebih besar daripada nilai ttabel maka dapat disimpulkan pengujian signifikan Jumlah Tenaga Kerja berpengaruh terhadap Hasil Produksi PT. Pupuk Kujang Cikampek.

Sumber: hasil perhitungan

Dari tabel diatas terlihat bahwa X memiliki pengaruh yang tidak signifikan (thitung < ttabel ). Artinya, apabila terjadi perubahan sedikit saja pada variabel X (jumlah tenaga kerja), maka tidak akan langsung terjadi perubahan yang berarti pada Y (hasil produksi).

V. Implikasi Penelitian (Kesimpulan)


Pada penelitian ini dibahas mengenai pengaruh jumlah tenaga kerja terhadap hasil produksi, dari hasil penilitian ini dapat kita tarik implikasi penelitian sebagai berikut : 1. Selama 5 tahun (2007-2011) hasil penelitian menunjukkan jumlah tenaga kerja mengalami peningkatan maupun penurunan dari tahun ketahun yang dapat mempengaruhi peningkatan hasil produksi PT. Pupuk Kujang. 2. Hubungan jumlah tenaga kerja terhadap peningkatan hasil produksi adalah positif dengan nilai koefisien korelasi r = 0,514 atau 51,4 % Jumlah tenaga kerja tidak selalu memberikan kontribusi positif terhadap hasil produksi di suatu perusahaan. Pada penelitian ini, jumlah tenaga kerja hanya memberikan kontribusi senilai 24,6% , dan selebihnya 75,4% dipengaruhi faktor-faktor lain seperti teknologi, kualitas tenaga kerja, dan lain-lain.

3.

VI. Daftar Pustaka Gasperz, Vincent. (2001). Ekonomi Manajerial: Pembuatan Keputusan Bisnis. PT Gramedia Utama, Jakarta. Soekartawi. (2003). Teori Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis cobb-Douglas, Jakarta : Rajawali Pers. Sukirno, Sadono. (2004). Pengantar Teori Mikroekonomi , Jakarta : Rajawali Pers. Yoopi, Abimanyu.Ekonomi Manajerial :Bogor Selatan:Ghalia Indonesia. Samuelson, Paul,A. dan Nordhaus, William,D. (2003) Ilmu Mikroekonomi, Alih Bahasa: Nur Rosyidah, Annal Elly, dan Bosco Carvallo, Jakarta: Media Global Edukasi. http://pupuk-kujang.co.id/annualreport2007 http://pupuk-kujang.co.id/annualreport2008 http://pupuk-kujang.co.id/annualreport2009 http://pupuk-kujang.co.id/annualreport2010 http://pupuk-kujang.co.id/annualreport2011

Anda mungkin juga menyukai