Anda di halaman 1dari 17

PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI KONSELOR

DALAM JABATAN
A. Pendahuluan
Sertifikasi konselor adalah pengakuan terhadap
seseorang yang telah memiliki kompetensi untuk melak-
sanakan pelayanan bimbingan dan konseling, setelah yang
bersangkutan dinyatakan lulus uji kompetensi yang
diselenggarakan oleh lembaga pendidikan tenaga pendidikan
(LPTK) program studi Bimbingan dan Kon-seling yang
terakreditasi. Kompetensi yang diases adalah penguasaan
kemampuan akademik sebagai landasan keilmuan dari segi
penyelenggaraan layanan ahli bidang Bimbingan dan
Konseling. Sertifikat kompetensi konselor dianugerahkan oleh
lembaga penyelenggara pendidikan yang memiliki kapasitas
dalam pembentukan penguasaan kompetensi yang dimaksud.

B. Tujuan Program
1. Meningkatkan profesionalitas konselor .
2. Melakukan asesmen awal untuk Pemetaan klasifikasi latar
pendidikan konselor di sekolah/madrasah.
3. Meningkatkan proses dan mutu hasil bimbingan dan
konseling.
4. Menghasilkan Konselor yang tersertifikasi.
5. Menyediakan program lanjutan dari hasil sertifikasi,
berupa:
a. Remidiasi dan latihan bagi konselor yang tidak lulus.
b. Pengayaaan untuk konselor tersertifikasi.

C. Persyaratan Peserta Sertifikasi

Penyelenggaraan Sertifikasi Konselor dalam Jabatan 1


1. Memiliki ijazah Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang
Bimbingan dan Konseling
2. Terdaftar sebagai anggota Asosiasi Bimbingan dan
Konseling Indonesia (ABKIN) dengan menunjukkan Kartu
Tanda Anggota ABKIN yang masih berlaku.
3. Bertugas sebagai konselor sekolah/madrasah dan
menyatakan diri tetap memilih tugas sebagai Konselor
dengan menunjukkan Surat Tugas dari Kepala
sekolah/madrasah.
4. Diusulkan melalui Dinas Pendidikan (Kota/ Kabupaten/
Provinsi) setempat.

D. Prosedur Pelaksanaan Sertifikasi


Penyelenggaraan program Sertifikasi Konselor dalam
Jabatan mengacu kepada Standar Kompetensi Konselor
sebagaimana tertuang dalam Buku Standar Kompetensi
Konselor. Dalam rangka menjaga keseim-bangan antara
pemenuhan rasa keadilan bagi sejumlah besar jajaran
Konselor yang tengah bertugas di lapangan dengan upaya
pembakuan standar kompetensi konselor, maka Program
Sertifikasi Konselor dalam Jabatan perlu dirancang secara
kreatif dan bertanggung jawab, dengan alur penyelenggaraan
sebagai berikut. Selanjutnya, dalam Rambu-Rambu
Penyelenggaraan Sertifikasi Konselor dalam Jabatan ini
tercakup ketentuan-ketentuan sebagai berikut :
1. Asesmen Awal Kompetensi Akademik Bawaan
Para peserta Program Sertifikasi Konselor yang
dirancang khusus ini adalah Guru Pembimbing / Guru
Bimbingan dan Konseling memiliki latar belakang pen-
didikan Bimbingan dan Konseling dan Non Bimbingan dan
Konseling yang telah berpengalaman melak-sanakan tugas
di lapangan. Oleh karena itu penyelenggaraan program

Penyelenggaraan Sertifikasi Konselor dalam Jabatan 2


dimulai dengan asesmen kompetensi bawaan yang sudah
dikuasai oleh para peserta baik yang merupakan hasil
pendidikan formal sebelumnya maupun hasil pertumbuhan
sebagai dampak dari akumulasi pengalaman kerja. Dengan
demikian, apabila memang ada, tambahan pendidikan
yang diperlukan untuk menguasai sosok utuh kompe-tensi
konselor berdasarkan ketentuan perundang-undangan
agar mampu menampilkan unjuk kerja penyelenggaraan
pelayanan bimbingan dan konseling yang memandirikan,
yang juga dipersyaratkan bagi lulusan Program Sertifikasi
Konselor dalam Jabatan. Demi transparansi, Ujian Tertulis
disusun secara terpusat, dan penilaian terhadap setiap
bukti penguasaan kompe-tensi yang dipersyaratkan,
dilaku-kan dengan melibatkan Dosen/Asesor yang telah
memenuhi persyaratan.
Asesmen terhadap kompetensi akademik bawaan
peserta Program Sertifikasi Konselor dalam Jabatan itu
dilakukan dengan menggunakan berbagai alternatif
prosedur asesmen sebagai berikut:
a. Verifikasi Ijazah : Bagi peserta yang telah memiliki
Ijazah Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang
Bimbingan dan Konseling, dan apabila dinyatakan
absah, peserta dapat langsung menempuh Asesmen
Penguasaan Kompetensi Konselor.
b. Survei awal : Untuk memetakan penguasaan Kom-
petensi bawaan peserta program, dilakukan dengan
menggunakan: (1) sarana ujian konvensional yang
dikembangkan terpusat, (2) asesmen bukti-bukti
penguasaan Kompetensi Konselor dengan Pendekatan
Penilaian Hasil Belajar Melalui Pengalaman (HBMP,
(assessment of experiential learning) dengan

Penyelenggaraan Sertifikasi Konselor dalam Jabatan 3


menggunakan Portofolio. Portofolio berisi bukti-bukti
yang relevan dengan kompetensi.
Sebagaimana telah diisyaratkan, hasil asesmen
penguasaan kompetensi bawaan ini berpeluang untuk
menghasilkan 2 jenis keputusan, yaitu:
1) Peserta dinyatakan telah menguasai Kompe-tensi
Akademik yang dipersyaratkan, sehingga berhak
langsung menempuh Asesmen Kompe-tensi
Profesional melalui penampilan unjuk kerja.
2) Peserta dinyatakan masih menunjukkan defisiensi
dalam penguasaan Kompetensi Akademik,
sehingga masih perlu mengikuti Pendidikan
Tambahan (Diklat Profesi) sesuai dengan
kebutuhan belajar masing-masing peserta,
meskipun demi efisiensi dapat dibentuk kelompok
peserta dengan kebutuhan belajar yang kurang
lebih sama.
2. Pengembangan Program Pelatihan Profesi
Program Pendidikan dan Pelatihan Profesi Dalam
Jabatan dikembangkan dengan alur pikir berikut ini.
a. Agar benar-benar membuahkan dampak menum-
buhkan penguasaan kompetensi yang telah ditetap-
kan, proses pembentukan penguasaan setiap
kompetensi dijabarkan menjadi pengalaman belajar
yang memungkinkan tercapainya penguasaan
kompetensi yang telah ditetapkan sebagai sasaran
pembentukan.
b. Pengalaman belajar tersebut harus memfasilitasi:
1) Perolehan pengetahuan dan pemahaman (acquiring
and integrating knowledge), perluas-an dan
penajaman pemahaman (expanding and refining

Penyelenggaraan Sertifikasi Konselor dalam Jabatan 4


knowledge) dan penerapan pengeta-huan secara
bermakna (applying knowledge meaningfully), yang
dilakukan melalui pengkaji-an dengan berbagai
modus dalam berbagai konteks,
2) Penguasaan keterampilan baik kognitif dan
personal-sosial maupun psikomotorik, yang
dilakukan melalui berbagai bentuk latihan disertai
balikan, dan
3) Penumbuhan sikap dan nilai yang bermuara pada
pembentukan karakter, dilakukan melalui
penghayatan secara pasif (vicarious learning)
berbagai peristiwa sarat-nilai dan keterlibatan
secara aktif (gut learning) dalam berbagai kegiatan
sarat-nilai.
c. Pengembangan materi kurikuler dari setiap
pengalaman belajar mencakup rincian kompetensi/
sub-kompetensi, bentuk kegiatan belajar yang harus
diacarakan, materi pembelajaran, dan asesmen tagihan
penguasaannya.
d. Berdasarkan bentuk kegiatan belajar serta muatan
substantif dan tingkatan serta cakupan kompetensi
yang telah ditetapkan sebagai sasaran pemben-tukan
sebagaimana dinyatakan dalam butir (c), dapat
diperkirakan jumlah waktu yang diperlukan untuk
penguasaan setiap sub-kompetensi, yaitu dengan
menggunakan kerangka pikir dua dimensi yaitu:
1) Berdasarkan isinya dilakukan pemilahan menjadi
pengalaman belajar yang bermuatan (i) Teoretik, (ii)
Praktik, dan (iii) Penghayatan Lapangan.
2) Berdasarkan Keterawasannya menjadi kegiatan (i)
Terjadwal, (ii) Terstruktur, dan (iii) Mandiri, masing-

Penyelenggaraan Sertifikasi Konselor dalam Jabatan 5


masing dengan perbandingan alokasi waktu yang
berbeda.
e. Berdasarkan substansi dari perangkat pengalaman
belajar yang telah dikembangkan, kemudian dilakukan
pemilahan yang menghasilkan cikal-bakal mata
pelatihan, masing-masing disertai dengan besaran
waktu, sehingga merupakan langkah awal dalam
penetapan mata pelatihan lengkap dengan taksiran
bobot waktu, yang secara keseluruhan membangun
kurikulum utuh Program Diklat Profesi Konselor dalam
Jabatan.
3. Rambu-Rambu Proses Pembelajaran
Agar standar kompetensi konselor yang telah
ditetapkan itu terpenuhi, proses pembelajaran yang
diterapkan pada Program Diklat Profesi Konselor Dalam
Jabatan diselenggarakan dengan mengupayakan hal-hal
sebagai berikut:
a. Proses pembelajaran yang digelar untuk memfasilitasi
pembentukan perangkat kompetensi lulusan yang telah
ditetapkan, dispesifikasikan dalam 2 dimensi yang ber-
beda namun terjalin, yaitu penetapan bentuk kegiatan
belajar seperti mengkaji, berlatih, dan menghayati yang
relevan dan senantiasa mengacu kepada pencapaian
kompetensi/sub-kompetensi yang telah ditetapkan
sebagai sasaran pembentukan kompetensi
sebagaimana telah dikemukakan butir Alur Pikir
Pengembangan Kurikulum.
b. Penguasaan keterampilan seperti keterampilan dalam
menerapkan pengetahuan secara bermakna termasuk
keterampilan dalam pemecahan masalah, keterampilan
bekerja sama, keterampilan menjelas-kan termasuk

Penyelenggaraan Sertifikasi Konselor dalam Jabatan 6


memaparkan gagasan melalui media yang tepat,
keterampilan menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi dan keterampilan menggunakan bahasa
Inggris, serta pembentukan sikap, internalisasi nilai dan
penumbuhan karakter. Sebahagian besar dari
keterampilan dimaksud terbentuk bukan sebagai hasil
langsung pem-belajaran (direct instruction) atau melalui
penyediaan materi pembelajaran sebagaimana yang
secara de facto teramati dalam praksis pem-belajaran
selama ini, melainkan sebagai dampak pengiring
(nurturant effects) dari berbagai kegiatan pembelajaran
yang mengacara-kan penyampaian pesan berbagai
mata pelatihan yang diacarakan melalui kurikulum
Diklat.
c. Penyemaian dampak pengiring dalam berbagai
kegiatan pembelajaran yang dirancang secara tepat
dalam Program Diklat Profesi Konselor dalam Jabatan
sebagaimana dikemukakan dalam butir b, merupakan
model bagi konselor dalam menyelenggarakan
layanan bimbingan dan konseling yang memandirikan.
Pembakuan penguasaan Kompetensi dan Verifikasi
penguasaan Kompetensi Konselor diseleng-garakan dalam
Program Sertifikasi Konselor Dalam Jabatan dengan,
dengan beban belajar setinggi-tingginya 36 SKS,
tergantung penguasaan Kompetensi Bawaan dari peserta
program Sertifikasi Dalam Jabatan.

4. Alternatif Penyelenggaraan Program Pendidikan dan


Latihan
Mengingat lokasi tugas peserta Program Sertifikasi
Konselor Dalam Jabatan ini tersebar di segenap pelosok

Penyelenggaraan Sertifikasi Konselor dalam Jabatan 7


tanah air, maka untuk membuka kesempatan yang sama
bagi tiap peserta, disediakan sejumlah alternatif modus
penyelenggaraan program Diklat Profesi Konselor dalam
jabatan sebagai berikut.
a. Program Tatap Muka Penuh Waktu, diperuntukkan bagi
para peserta yang diberi ijin belajar, baik yang
bertempat tinggal di sekitar Lembaga Penyelenggara,
maupun yang bertempat tinggal jauh dari Lembaga
Penyelenggara namun diberikan bantuan untuk tinggal
di sekitar lokasi Lembaga Penyelenggara. Para peserta
yang mengikuti Program Sertifikasi Konselor dalam
Jabatan secara penuh waktu, mengikuti kegiatan
pembelajaran sesuai dengan menu program yang telah
ditetapkan berdasarkan hasil Asesmen Awal
Kompetensi Bawaan, sampai dinilai layak untuk
mengikuti uji kompetensi.
b. Program Tatap Muka Paroh Waktu, yang diikuti oleh
para peserta yang dapat hadir di lokasi terpusat di luar
waktu menjalankan tugas pelayanan Bimbingan dan
Konseling pada hari-hari tertentu setiap minggu,
misalnya sore/malam hari atau setiap Sabtu dan
Minggu. Dengan cara ini, peserta memang tidak perlu
meninggalkan tugas fungsional di sekolah/
madrasahnya, meskipun masa belajar harus ditetapkan
secara proporsional lebih panjang dibandingkan masa
belajar peserta program Tatap Muka Penuh Waktu
dengan memperhitungkan sisa tenaga para peserta
untuk dapat memetik kemanfaatan maksimal dari sesi
pembelajaran tatap muka serta pelaksanaan tugas-
tugas terstruktur dan tugas mandiri yang juga sangat
penting sebagai wahana untuk menyemaikan kemam-

Penyelenggaraan Sertifikasi Konselor dalam Jabatan 8


puan serta kebiasaan meningkatkan kemampuan
profesional secara berkelanjutan.
c. Program Belajar Jarak Jauh (Program BJJ),
diperuntukkan bagi peserta yang bertempat tinggal jauh
dari Lembaga Penyelenggara serta tidak mungkin
difasilitasi untuk mengikuti Program Tatap Muka Penuh
Waktu sebagaimana digambarkan dalam butir a atau
Program Tatap Muka Paroh Waktu sebagaimana
digambarkan dalam butir b di atas. Dengan mengikuti
Program BJJ, peserta memang tidak perlu
meninggalkan tugas pelayanan Bimbingan dan
Konseling sehari-hari, akan tetapi selain penyediaan
materi belajar berupa modul baik yang disampaikan
melalui jasa pos maupun yang dapat diakses melalui
internet, ke dalam program perlu dirajut secara
sitemastis kegiatan-kegiatan berupa tugas terstruktur
dan tugas mandiri yang juga sangat penting sebagai
wahana untuk menyemaikan kemampuan serta
kebiasaan meningkatkan kemampuan profesional
secara ber-kelanjutan. Tutorial diadakan secara
periodik misalnya satu minggu sekali, 2 minggu sekali
atau sebulan sekali, yang di selenggarakan di tempat
yang mudah dijangkau oleh para peserta dengan
fasilitasi LPMP. Tutorial dilakukan oleh dosen LPTK
yang bekerja sama dengan rekan Konselor terdekat,
dan berfungsi sebagai forum untuk melakukan
pemantapan konseptual bertolak dari kajian terhadap
bahan belajar yang telah dibaca oleh para peserta,
berbagi masalah-masalah penyelenggaraan bimbingan
dan konseling yang direkam secara sistematis. Tutorial
dibingkai alur pikir pembelajaran orang dewasa yang

Penyelenggaraan Sertifikasi Konselor dalam Jabatan 9


memetik pelajaran dari pekerjaannya dan mengkaji
percobaan atau rencana cara pemecahannya yang
difokuskan pada pengasahan kemampuan untuk
mendiagnosis akar permasalahan dan mengambil
keputusan situasional untuk merencanakan layanan
bimbingan dan konseling yang dinilai sebagai alternatif
terbaik untuk pemecahan masalah yang telah
diidentifikasi. Setelah sesi tutorial, persiapan kegiatan
layanan bimbingan dan konseling yang memandirikan
yang disusun selama sesi tutorial itu dicoba-terapkan di
sekolah/ madrasah masing-masing disertai
penyesuaian sambil jalan berdasarkan keputusan
transaksional ketika melaksanakan kegiatan bimbingan
dan konseling. Pada akhir setiap sesi, peserta
diwajibkan melakukan refleksi sehingga mampu
menemukan sendiri kelemahan dan kelebihannya.
Proses dan hasil belajar menyeleng-garakan layanan
bimbingan dan konseling yang memandirikan secara
mandiri ini direkam dalam suatu jurnal yang memuat
tanggal dan tempat kegiatan, nama peserta yang
terlibat dan rekan konselor yang terlibat (kalau ada),
kelas yang dijadikan arena latihan mandiri, pokok
kegiatan yang digarap, diagnosis serta pemecahan
masalah terkait kegiatan pelayanan bimbingan dan
konseling yang dilaksanakan, butir-butir pemahaman
baru yang diperoleh, permasalahan baru yang
diangkat, kalau ada, serta pemecahan yang dipikirkan.
Apabila dilakukan tindak lanjut sesuai dengan alur pikir
penelitian tindakan kelas, proses serta hasil
penerapannya juga direkam sebagai entri baru dengan
spesifikasi yang sama dengan yang sebelumnya,

Penyelenggaraan Sertifikasi Konselor dalam Jabatan 10


dalam jurnal yang telah dibuat. Jurnal yang merekam
keseluruhan episode-episode pelayanan bimbingan
dan konseling yang memandirikan yang
diselenggarakan secara mandiri ini, diajukan dalam tiap
pertemuan tutorial tatap muka berikutnya untuk dikaji
bersama-sama. Rekam jejak berupa jurnal ini
dikumpulkan dalam suatu portofolio sehingga dapat
dijadikan salah satu butir perolehan belajar melalui
pengalaman (experiential learning) yang dinilai dengan
pendekatan Penilaian HBMP. Panduan teknis
pelaksanaan Program BJJ disiapkan oleh Lembaga
Penyelenggara Program Sertifikasi Konselor Dalam
Jabatan, sedangkan Panduan Penilaian HBMP
seyogyanya disiapkan secara terpusat dengan
menggunakan berbagai rujukan baku yang ada.
5. Asesmen Ulang Penguasaan Kompetensi
a. Asesmen Penguasaan Kompetensi Akademik
Asesmen Ulang Penguasaan Kompetensi Aka-demik,
atau secara konseptual, diselenggarakan secara
transparan dan berpeluang menghasilkan 2 jenis
keputusan yaitu:
1) Peserta dinyatakan lulus, dan berhak melanjutkan
ke tahap Asesmen Penguasaan Kompetensi
Profesional melalui uji Unjuk Kerja.
2) Peserta dinyatakan masih menunjukkan defisiensi
penguasaan Kompetensi Akademik, sehingga
harus kembali menempuh Pendidikan Tambahan
(Diklat). Kesempatan mengulang Asesmen
Penguasaan Kompetensi Akademik hanya
diberikan paling banyak 2 (dua) kali.

Penyelenggaraan Sertifikasi Konselor dalam Jabatan 11


b. Asesmen Penguasaan Kompetensi Profesional
Asesmen Penguasaan Kompetensi Unjuk Kerja
dilakukan melalui unjuk kerja Penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling yang memandirikan,
dilakukan dalam konteks otentik di sekolah/ madrasah,
dan terdiri atas:
1) Penyusunan Persiapan Kegiatan Pelayanan
Bimbingan dan Konseling. Sebagai contoh karya
(product samples), Persiapan Kegiatan pelayanan
Bimbingan dan Konseling dinilai secara transparan
oleh Dosen Pembimbing, dan kalau perlu teman
sejawat (peer).
2) Asesmen Unjuk Kerja Penyelenggaraan Pelayanan
Bimbingan dan Konseling, dilakukan melalui
pengamatan ahli sebagaimana telah dipaparkan
sebelumnya. Demi transparansi, Unjuk Kerja
Penyelenggaraan Pelayanan Bimbingan dan
Konseling dinilai oleh Pengamat Ahli yang terdiri
atas Dosen Pembimbing dan, jika perlu, disertai
Penguji Luar.
Asesmen Unjuk Kerja Penyelenggaraan Pelayanan
Bimbingan dan Konseling berpeluang
menghasilkan 2 jenis kesimpulan yaitu:
a) Peserta dinyatakan lulus, dan oleh karena itu
berhak memperoleh Sertifikat Konselor sebagai
bukti penguasaan kemampuan menyeleng-
garakan Pelayanan Bimbingan dan Konseling
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.
b) Peserta dinyatakan tidak lulus, dan harus
menempuh ulang Asesmen Unjuk Kerja

Penyelenggaraan Sertifikasi Konselor dalam Jabatan 12


Penyelenggaraan Pelayanan Bimbingan dan
Konseling. Kesempatan menempuh ulang
Asesmen Penguasaan Kompetensi Unjuk Kerja
hanya diberikan paling banyak 2 (dua) kali.

E. Penyelenggara Sertifikasi
1. Lembaga Penyelenggara
Penyelenggara sertifikasi adalah Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang ditetapkan
oleh Menteri Pendidikan Nasional, bekerjasama dengan
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN)
sebagai asosiasi profesi. Dalam pembinaan selanjutnya
dapat melibatkan P4TK, LPMP, dan Dinas Pendidikan
ditingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota.
2. Tugas Lembaga Penyelenggara
Uraian tugas dari masing-masing lembaga yang
terlibat adalah sebagai berikut :
a. LPTK
LPTK yang ditunjuk oleh Menteri Pendidikan Nasional
dalam hal ini jurusan/prodi Bimbingan dan Konseling,
mempunyai peran dan tugas sebagai berikut :
1) Membentuk tim kerja sertifikasi konselor.
2) Memfasilitasi pelaksanaan kegiatan uji kompetensi
sertifikasi Profesi konselor.
3) Menyelenggarakan program peningkatan kualifi-
kasi guru bimbingan dan konseling/konselor.
4) Bersama ABKIN mengembangkan pedoman
penilaian portofolio dan SOP.
b. ABKIN

Penyelenggaraan Sertifikasi Konselor dalam Jabatan 13


1) Bersama LPTK mengembangkan persyaratan
administrasi uji kompetensi untuk sertifikat profesi,
pedoman penilaian portofolio dan SOP.
2) Mendorong anggota ABKIN untuk segera mengikuti
sertifikasi konselor.
3) Memfasilitasi konselor untuk menjadi anggota
ABKIN.
4) Mengawasi pelaksanaan pelaksanaan program Uji
Kompetensi sertifikasi konselor.
c. P4TK
1) Bersama LPTK menyelenggarakan pembinaan dan
peningkatkan kompetensi.
2) Bersama ABKIN menyelenggarakan pelatihan
secara periodik bagi konselor.
d. Dinas Pendidikan Nasional Propinsi dan atau
Kabupaten/Kota
1) Mengusulkan calon peserta uji sertifikasi kepada
LPTK setempat.
2) Memfasilitasi pelaksanaan pembinaan dan
peningkatan kompetensi bagi konselor.
3) Memfasilitasi penyelenggaraan pelatihan secara
periodik bagi konselor.
4) Memfasilitasi pelaksanaan uji kompetensi sertifikasi
bagi konselor.
5) Menyediakan anggaran pembinaan untuk
pelaksanaan peningkatan kompetensi, pelatihan
dan sertifikasi bagi konselor.

Penyelenggaraan Sertifikasi Konselor dalam Jabatan 14


Penyelenggaraan Sertifikasi Konselor dalam Jabatan 15
F. Alur Kerja Proses Sertifikasi Konselor

Tahap I
Tahap Tahap
II III
S1 BK
LULUS

Seleksi S-1 Non S1 BK


Portofolio Sertifikat
Administra BK
si

TIDAK LULUS

DIPLOMA S1 BK

Pelatihan
Bimbingan dan Konseling

Penyelenggaraan Sertifikasi Konselor dalam Jabatan 16


DAFTAR RUJUKAN
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. 2007. Penataan
Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan
Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan
Formal. Naskah Akademik ABKIN
Brooks, JG dan MG Brooks, 1993. The Case for Constructivist
Classrooms. Alexandria, VA: Association for Supervision
and Curriculum Development.
Cobia, Debra C. & Henderson, Donna A. 2003. Handbook of
School Counseling. New Jersey, Merrill Prentice Hall
Engels, D.W dan J.D. Dameron, (Eds). 2005. The Professional
Counselor Competencies: Performance Guidelines
and Assessment. Alexandria, VA: AACD.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomer 18 tahun 2007
tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Jakarta:
Departenem Pendidikan Nasional
Sciarra, D. T. 2004. School counseling: Foundations and
Contemporary Issues. Belmont, CA: Brook/Cole-
Thomson Learning.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional.

Penyelenggaraan Sertifikasi Konselor dalam Jabatan 17

Anda mungkin juga menyukai