Anda di halaman 1dari 47

dr.

Arief Tajally A, MHKes


Akhir-akhir ini profesi kedokteran merupakan
salah satu profesi yang sering mendapatkan
sorotan dari masyarakat.
Sorotan tersebut menandakan bahwa saat ini
sebagian masyarakat belum puas terhadap
pelayanan medis dan pengabdian profesi
dokter di masyarakat
Terdapat kesenjangan antara harapan dan
kenyataan yang didapatkan oleh pasien
Awalnya profesi dokter dianggap sebagai
suatu profesi yang sangat disanjung-sanjung,
karena kemampuannya untuk mengetahui
hal-hal yang tidak tampak dari luar.
Bahkan dokter dianggap sebagai demi-god /
rohaniawan yang dapat menyembuhkan
pasien dengan doa-doa
Disegani, dipuja, ditakuti, disembah, dll
Hubungan antara dokter dengan pasien ini
berawal dari pola hubungan vertikal
paternalistik seperti antara bapak dengan
anak yang bertolak dari prinsip father knows
best yang melahirkan hubungan yang
bersifat paternalistik
Hubungan hukum kontraktual yang terjadi antara
pasien dan dokter tidak dimulai dari saat pasien
memasuki tempat praktek dokter sebagaimana yang
diduga banyak orang, tetapi justru sejak dokter
menyatakan kesediaannya yang dinyatakan secara
lisan (oral statement) atau yang tersirat (implied
statement) dengan menunjukkan sikap atau tindakan
yang menyimpulkan kesediaan; seperti misalnya
menerima pendaftaran, memberikan nomor urut,
menyediakan serta mencatat rekam medisnya dan
sebagainya. Dengan kata lain hubungan terapeutik
juga memerlukan kesediaan dokter. Hal ini sesuai
dengan asas konsensual dan berkontrak.


Paternalistik -- kebapakan, dengan
prinsip moral utama adalah: beneficence
Kontraktual (1972-1975)
Virtue -- Inform consent

Konsekuensi suatu hubungan-- Hak &
Kewajiban
Dewasa ini dokter lebih dipandang sebagai
ilmuwan yg pengetahuannya sangat
diperlukan untuk menyembuhkan berbagai
penyakit
Kedudukan dan peran dokter tetap dihormati,
tetapi tidak lagi disertai unsur pemujaan.
Dokter dituntut suatu kecakapan ilmiah tanpa
melupakan segi seni dan artistiknya.
Kebanyakan masyarakat kurang memahami
bahwa sebenarnya ada faktor lain di luar
kekuasaan dokter yang dapat mempengaruhi
hasil upaya medis :
- stadium penyakit
- kondisi fisik
- daya tahan tubuh
- kualitas obat, dan;
- Juga kepatuhan pasien



hasil upaya medis penuh dengan uncertainty
dan tidak dapat diperhitungkan secara
matematik
Pada dasarnya suatu PROFESI memiliki
3 syarat utama:
Diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif
(luas)
Memiliki komponen intelektual yang
bermakna dalam melakukan tugasnya
Memberikan pelayanan yang penting
kepada masyarakat

Sertifikasi (harus selalu tervalidasi) melalui
proficiensy check
Organisasi Profesi
Otonomi dalam bekerja -- berdampak
eksklusif-- perlu self regulation--
untuk menjaga tanggung jawab moral dan
tanggung jawab profesi kepada
masyarakat -- etika profesi dan
standard profesi

1. Dokter sudah banyak yang menjadi propagandis di media televisi (iklan
jamu, iklan sabun, iklan pasta gigi, dll.). Hal ini juga melanggar Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 386/ME.KES/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan : Obat
Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah
Tanngga, dan Makanan dan Minuman
2. Dokter dan kliniknya sudah banyak beriklan di media cetak (surat kabar,
leaflet di tempat umum, spanduk).
3. Papan nama yang tidak sesuai lagi dengan standar malah menyerupai iklan
hotel, iklan rokok, melebihi iklan media reklamenya itu sendiri.
4. Resep yang tidak sesuai dengan standar, menyerupai memo.
5. Praktik dokter sudah masuk di mal-mal dan pasar-pasar, layaknya salon
kecantikan, apakah ini merupakan keseimbangan mengikuti arus globalisasi dan
pasar bebas.
6. Penyebaran jenis tindakan yang dapat dilakukannya beserta tarif yang
bersifat iklan dipampang di depan umum, layaknya menu makanan di sebuah
restoran.
7. Sudah banyak calo penderita yang akan mendapatkan upah jika merujuk
penderita ke dokter tersebut, baik oleh tenaga kesehatan atau pun calo
masyarakat umum, layaknya calo di terminal bis ataupun stasiun kereta api.
8. Dokter sudah banyak yang mendahulukan bayaran, jika tidak mampu maka
tidak jadi ditolongnya, apakah ini karena beastudi dokter yang sangat mahal,
ataukan memang adanya krisis etik dan pelanggaran etik itu sendiri.

Akan selalu ada etika dalam seluruh
hubungan manusia
Prinsip utama hubungan dokter-pasien
Autonomy
Beneficience
Non maleficience
Justice

Prinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati
hak-hak pasien, terutama hak otonomi pasien (the rights to
self determination) -- melahirkan inform consent

Prinsip Beneficience, yaitu prinsip moral yang
mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan
pasien.

Prinsip non Maleficience, yaitu prinsip moral yang melarang
tindakan memperburuk keadaan pasien, primum non
nocere atau above all do no harm.

Prinsip Justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan
fairness dan keadilan dalam besikap maupun dalam
mendistribusikan sumber daya (distributive justice)

Profesi kedokteran adalah profesi
kemanusiaan
Etika kedokteran harus memegang peranan
sentral bagi dokter dalam menjalankan
tugas-tugas pengabdiannya untuk
kepentingan masyarakat
Dalam suatu profesi, perlu adanya norma
yang mengatur segala aspek dalam profesi
tersebut (KODE ETIK PROFESI)
Untuk profesi medis KODEKI (Kode Etik
Kedokteran Indonesia)
Kewajiban Umum : pasal 1 13
Kewajiban Dokter terhadap Pasien : pasal 14
17
Terhadap teman sejawat : ps. 18 19
Terhadap diri sendiri : ps. 20 - 21
Etika kedokteran merupakan seperangkat
perilaku anggota profesi kedokteran dalam
hubungannya dengan klien/pasien, teman
sejawat dan masyarakat umumnya serta
merupakan bagian dari keseluruhan proses
pengambilan keputusan dan tindakan medik
ditinjau dari segi norma-norma / nilai-nilai
moral
Yunani ethos
K Bertens (2013) : 1) sistem nilai 2) kumpulan
asas atau nilai moral / kode etik 3) ilmu
tentang yang baik atau buruk
Etika secara etimologi sama dengan moral
Amoral (Ing) : tidak berhubungan dengan
konteks moral, diluar suasana etis, non
moral
Immoral (Ing) : bertentangan dengan
moralitas yang baik, secara moral buruk,
tidak etis
Akan selalu ada etika dalam seluruh
hubungan manusia
Etika : penghormatan atas hak masing2
individu dalam hal ini dokter kepada pasien
atau sebaliknya pasien kepada dokter
Dimana ada hak disitu timbul kewajiban dari
pihak lainnya atas hak tersebut
The rights to health care
The rights to self determination
Hak Pasien Dalam Pengobatan
Hak memilih dokter secara bebas
Hak dirawat oleh dokter yang bebas dalam
membuat keputusan klinis dan etis
Hak untuk menerima atau menolak
pengobatan setelah menerima informasi
yang adequate
Hak untuk dihormati kerahasiaan dirinya
Hak untuk mati secara bermartabat
Hak untuk menerima atau menolak
dukungan spiritual atau moral

Hak atas informasi
Hak atas second opinion
Hak untuk memberikan persetujuan atau
menolak suatu tindakan medis
Hak untuk kerahasiaan
Hak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan
Hak untuk memperoleh ganti rugi

Merupakan hak asasi, The Right of Self
Determination (pilihan)
Karena kondisinya, pasien berada pada
posisi yang lebih lemah
Hubungan yang terjadi biasanya lebih
bersifat paternalistik (kebapakan)
Perlu payung undang-undang untuk
melindungi pasien
Dulu tidak perlu

mendapatkan pelayanan medis tanpa
mengalami diskriminasi
menerima atau menolak untuk dilibatkan
dalam penelitian, dan jika bersedia ia
berhak memperoleh informasi yang jelas
tentang penelitian tersebut
mendapat penjelasan tentang tagihan
biaya yang harus dia bayar

memberikan informasi yang lengkap dan
jujur tentang masalah kesehatannya
mematuhi nasehat dan petunjuk dokter
mematuhi ketentuan yang berlaku di
sarana pelayanan kesehatan
memberikan imbalan jasa atas pelayanan
yang diterima
( Pasal 53 UU Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran)

Hubungan paternalistik vs hubungan
seimbang/partner
Dokter dan pasien masing-masing
mempunyai kebebasan dan mempunyai
kedudukan yang setara
Kedua pihak mengadakan
perikatan/perjanjian
kedua pihak harus melaksanakan peranan
atau fungsinya
Peranan tersebut bisa berupa hak dan
kewajiban.
Dalam kontrak terapeutik, hubungan dimulai
dengan tanya jawab (anamnesis)
mempunyai indikasi medis, untuk
mencapai suatu tujuan yang konkret
dilakukan menurut aturan-aturan yang
berlaku di dalam ilmu kedokteran.
harus sudah mendapat persetujuan dulu
dari pasien
Resulta at verbintenis,
yang berdasarkan hasil kerja
Inspanning verbintenis,
yang berdasarkan usaha yang maksimal.
Medical Check up
Imunisasi
Keluarga Berencana
Usaha penyembuhan penyakit
Memperpanjang hidup
Rehabilitasi

Apabila pasien dalam keadaan tidak sadar
dokter dapat bertindak atau melakukan
upaya medis tanpa seizin pasien
menurut ketentuan pasal 1354 KUH Perdata
disebut Zaakwarneming

Dokter maupun pasien memiliki hak yang sama
untuk mengutarakan maksud dan harapannya

Hubungan dokter-pasien bukanlah merupakan
hubungan atasan-bawahan

Dokter tidak boleh memperlakukan pasien
sebagai objek dari pekerjaannya

Dokter diharapkan memberikan peluang kepada
pasien untuk mengutarakan dan menerima
informasi dengan jelas dan bebas sehingga
terbinalah komunikasi yang efektif dan efisien

Perlu dilakukan juga penyuluhan atau edukasi
agar menjadi pasien yang cerdas

Hubungan Hukum Antara Dokter Dengan Pasien
(Transaksi Terapeutik)
Pola hubungan yang vertikal paternalistik
telah bergeser pada pola horizontal
kontraktual.


Pola hubungan vertikal yang melahirkan sifat
paternalistik dokter terhadap pasien ini mengandung
baik dampak positif maupun dampak negatif.
Dampak positif pola vertikal yang melahirkan konsep
hubungan paternalistik ini sangat membantu pasien,
dalam hal pasien awam terhadap penyakitnya.
Sebaliknya dapat juga timbul dampak negatif, apabila
tindakan dokter yang berupa langkah-langkah dalam
mengupayakan penyembuhan pasien itu merupakan
tindakan-tindakan dokter yang membatasi otonomi
pasien, yang dalam sejarah perkembangan budaya
dan hak-hak dasar manusia telah ada sejak lahirnya.
Pola hubungan yang vertikal paternalistik ini
kemudian bergeser pada pola horizontal kontraktual
dokter menyatakan kesediaannya yang
dinyatakan secara lisan (oral statement) atau
yang tersirat (implied statement) dengan
menunjukkan sikap atau tindakan yang
menyimpulkan kesediaan menjalankan
praktik medis
Ada 4 syarat menurut Pasal 1320 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata

1. Sepakat mereka yang mengikatkan
dirinya (toestemming van degene die zich
verbinden)
Secara yuridis, yang dimaksud adanya
kesepakatan adalah tidak adanya
kekhilafan, atau paksaan, atau penipuan
(Pasal 1321 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata).


2. Kecakapan untuk membuat perikatan
(bekwaamheid om eene verbintenis aan te
gaan)
Secara yuridis, yang dimaksud dengan
kecakapan untuk membuat perikatan
adalah kemampuan seseorang untuk
mengikatkan diri, karena tidak dilarang oleh
undang-undang. Hal ini didasarkan Pasal
1329 dan 1330 Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata.


3. Suatu hal tertentu (een bepaald
onderwerp)
Hal tertentu ini yang dapat dihubungkan
dengan obyek perjanjian / transaksi
terapeutik ialah upaya penyembuhan. Oleh
karenanya obyeknya adalah upaya
penyembuhan, maka hasil yang diperoleh
dari pencapaian upaya tersebut tidak dapat
atau tidak boleh dijamin oleh dokter.
4. Suatu sebab yang sah (geoorloofde
oorzaak)
Di dalam Pasal 1337 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata disebutkan bahwa
suatu sebab adalah terlarang, apabila
dilarang oleh undang-undang atau apabila
berlawanan dengan kesusilaan baik atau
ketertiban umum. Dengan demikian, yang
dimaksud dengan sebab yang sah adalah
sebab yang tidak dilarang oleh undang-
undang, kesusilaan atau ketertiban umum.


1.Tanggung jawab etis
2. Tanggung jawab Profesi
3. Tanggung jawab hukum


Tanggung jawab etis sesuai KODEKI
Tanggung Jawab Profesi yaitu tanggung jawab yang
berkaitan dengan profesi dokter yang menyangkut
kemampuan dan keahlian dokter dalam
menjalankan tugas profesinya.

1. Tanggung jawab hukum dokter dalam bidang
hukum perdata yang terkait dengan aturan-aturan
/ pasal-pasal dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata
a. Wanprestasi
b. Tanggung jawab hukum perdata dokter karena
perbuatan melanggar hukum (onrechtmatige daad)
ini diatur dalam Pasal 1365, 1366, 1367 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu bahwa
dokter harus bertanggung jawab atas kesalahannya
yang merugikan pasien dan untuk mengganti
kerugian
serta akibat lain karena kelalaian menjalankan
profesi
Ex : Inspanningverbintenis resultaatverbintenis
2. Tanggung jawab hukum dokter dalam bidang
hukum pidana
timbul bila karena ada kesalahan profesional
yaitu kesalahan baik dalam diagnosa dan terapi
maupun tindakan medik tertentu yang memenuhi
4 (empat) syarat, yaitu Duty of Care (kewajiban
perawatan), Dereliction of That Duty
(penyimpangan kewajiban), Damage (kerugian),
Direct Causal Relationship (ada kaitannya dengan
penyimpangan kewajiban dengan kerugian yang
timbul) yang terdiri dari baik kesengajaan
maupun kealpaan.

3. Tanggung jawab hukum dokter dalam
bidang hukum administrasi
Yaitu tanggung jawab dokter yang
berkaitan dengan persyaratan administrasi
yang menyangkut kewenangan dokter
dalam menjalankan tugas profesinya.

Menipu Pasien (Pasal 378 KUHP)
Tindak Pelanggaran Kesopanan (Pasal 290,
294, 285,286 KUHP)
Sengaja membiarkan pasien tidak tertolong
(Pasal 322 KUHP)
Pengguguran kandungan tanpa indikasi
medik (Pasal 299, 348,349 KUHP)

Anda mungkin juga menyukai