Anda di halaman 1dari 7

Hadas Kecil dan Hadas Besar

HADAS KECIL
Pengertian hadas kecil
Arti hadas kecil menurut istilah syara ialah sesuatu kotoran yang maknawi (tidak dapat dilihat
dengan mata kasar), yang berada pada anggota wudhu, yang menegah ia dari melakukan solat
atau amal ibadah seumpama solat, selama tidak diberi kelonggaran oleh syara. Hadas kecil ini
tidak akan terhapus melainkan dengan mengambil wudhu yang sah. Selama mana seseorang itu
dapat mengekalkan wudhunya, maka selama itu ia bersih dari hadas kecil. Sebabnya dinamakan
hadas kecil ialah kerana kawasan yang didiami oleh hadas kecil ini kecil sahaja iaitu sekadar
anggota wudhu.
Perkara-perkara yang menyebabkan kedatangan hadas kecil (membatalkan wudhu)
Wudhu seseorang itu akan terbatal dengan salah satu dari 5 sebab berikut;
1. Keluar sesuatu dari 2 jalan iaitu qubul atau dubur seperti kencing, berak atau buang angin
(kentut).
2. Hilang akal dengan sebab gila atau mabuk atau sakit.
3. Tidur nyenyak, kecuali tidur orang yang duduk, yang tetap kedua papan punggungnya.
4. Bersentuh kulit lelaki dan kulit perempuan yang halal berkahwin dengan tidak berlapik dan
keduanya telah dewasa.
5. Menyentuh qubul atau dubur manusia dengan tapak tangan tidak berlapik walaupun qubul
atau duburnya sendiri.
Perkara-perkara yang diharamkan dengan sebab hadas kecil
1. Mendirikan solat, sama ada yang fardhu atau yang sunat.
2. Tawaf, sama ada yang fardhu atau yang sunat.
3. Menyentuh Al-Quran atau menanggungnya.

HADAS BESAR
Pengertian hadas besar
Hadas besar mengikut istilah syara ertinya sesuatu yang maknawi (kotoran yang tidak dapat
dilihat oleh mata kasar), yang berada pada seluruh badan seseorang, yang dengannya menegah
mendirikan solat dan amal iadah seumpamanya, selama tidak diberi kelonggaran oleh syara.
Selama seseorang itu tidak menempuh atau melakukan salah satu perkara yang
menyebabkanhadas besar, maka selama itu badannya suci dari hadas besar. Sebab dinamakan
hadas besar ialah kerana kawasan yang didiami atau dikenai ole hadas besar ini terlalu luas iaitu
meliputi seluruh badan dan rambut.
Perkara-perkara yang menyebabkan kedatangan hadas besar
Seseorang itu disebut berhadas besar menakala menempuh atau melakukan salah satu daripada
6 perkara yang berikut :
1. Keluarnya mani (air sperma) bagi laki-laki
2. Bertemunya 2 alat kelamin (kelamin laki-laki dan kelamin perempuan)
3. Haid/Menstruasi
4. Melahirkan
5. Nifas (keluarnya darah setelah melahirkan)
6. Meninggal dunia
Perkara-perkara yang diharamkan dengan sebab berhadas besar
1. Sholat
2. Tawaf
3. Menyentuh Al-Quran
4. Membaca Al-Quran.
5. Itikaf
6. Berpuasa
7. Berjima

Kalau dianjurkan membaca hafalan Al-Quran dalam keadaan berwudhu. Apakah dimakruhkan
membacanya tanpa berwudu?
Alhamdulillah
Bacaan Al-Quran bagi orang yang mempunyai hadats kecil tidak apa-apa. Sebagian ulama telah
menyatakan ijma akan diperbolehkannya. Dalam masalah ini ada banyak hadits shahih yang
menjelaskan tidak wajib berwudu bagi orang yang ingin membaca Al-Quran dalam kondisi
hadats kecil. Akan tetapi yang menjadi perbedaan adalah menyentuh Al-Quran atau membaca
dalam kondisi junub. Mayoritas Ulama melarang keduanya.

.
( ;9@< ) ( >=: ) .
Dari Abdullah bin Abbas radhiallahuanhuma beliau menginap di rumah Maimunah istri Nabi
sallallahualaihi wa sallam yang juga adalah bibinya. Dia berkata, "Maka saya berbaring di kasur,
dan Rasulullah sallallahualaihi wa sallam berbaring serta istrinya (berbaring juga di kasur) yang
membentang. Rasulullah sallallahualaihi wa sallam tidur sampai pertengahan malam, sebelum
atau sesudahnya (lewat) sedikit. Rasulullah sallallahualaihi wa sallam bangun dan duduk
kemudian mengusap wajahnya dengan tangannya kemudian membaca sepuluh ayat terakhir di
surat Ali Imran. Kemudian berdiri ke tempat bejana yang tergantung dan berwudu dengan
sebaik mungkin darinya kemudian berdiri menunaikan shalat." (HR. Bukhari, 4295 dan Muslim,
763)
Imam Bukhsri membuat bab darinya dengan mengatakan, Bab bacan Al-Quran setelah hadats
dan lainnya.'
Ibnu Abdul Baz rahimahullah berkata, "Hadits menunjukkan dibolehkan membaca Al-Quran
tanpa berwudu. Karena beliau tidur nyenyak, dan hal tersebut tidak diperselisihkan. kemudian
bangun dan membaca sebelum berwudu. Kemudian berwudu setelah itu dan shalat." (Selesai
dari kitab At-Tahmid Lima Fi Muwato Minal Maani Wal Asanid, 13/207.
An-Nawawi rahimahullah berkata, "Hadits ini menunjukkan dibolehkan membaca (Al-Quran)
bagi orang yang hadats, dan ini adalah ijma seluruh umat Islam." (Syarh Muslim, 6/46)
Wallahualam.

Membaca Al-Quran di HP tanpa Wudhu
Apakah membaca Al-Quran di HP harus bersuci?
Jawab: Alhamdulillahi wahdah was shalatu was salamu ala man la nabiyya badah, amma badu,


.
Telah disepakati (ulama) bahwa membaca Al-Quran secara hafalan, tidak disyaratkan untuk suci
dari hadats kecil, bahkan tidak harus suci dari hadats besar. Namun dalam kondisi suci ketika
membaca Al-Quran, sekalipun hafalan adalah lebih utama. Karena Al-Quran adalah firman Allah.
Dan termasuk upaya mengagungkan firman Allah, hendaknya tidak dibaca kecuali dalam kondisi
suci.

( : )


Adapun membaca Al-Quran dengan membawa mushaf maka disyaratkan suci dari hadats karena
memagang mushaf, berdasarkan hadis yang masyhur, Tidak boleh menyentuh Al-Quran kecuali
orang yang suci. Juga berdasarkan riwayat dari para sahabat dan tabiin.
Dan inilah pendapat mayoritas ulama, bahwa dilarang bagi orang yang berhadats untuk
memegang mushaf, baik untuk dibaca maupun untuk tujuan lainnya.




Oleh karena itu, yang benar, HP atau peralatan lainnya, yang berisi konten Al-Quran, tidak bisa
dihukumi sebagai mushaf. Karena teks Al-Quran pada peralatan ini berbeda dengan teks Al-
Quran yang ada pada mushaf. Tidak seperti mushaf yang dibaca, namun seperti vibrasi yang
menyusun teks Al-Quran ketika dibuka. Bisa nampak di layar dan bisa hilang ketika pindah ke
aplikasi yang lain. Oleh karena itu, boleh menyentuh HP atau kaset yang berisi Al-Quran. Boleh
juga membaca Al-Quran dengan memegang alat semacam ini, sekalipun tidak bersuci terlebih
dahulu.


Bagaimanakah hukum seseorang dalam kondisi junub/hadats besar membaca al-Quran?
a. Menurut Syafiiyah; haram bagi orang yang junub dengan sengaja membaca al-Quran
meskipun satu huruf.

...
Menurut ulama Syafiiyah bagi orang junub diharamkan membaca al-Quran meskipun satu
huruf dengan sengaja membacanya, dan seterusnya. (Madzahib al-Arbaah, Juz I, hal. 112)
(


Menurut madzhab ulama (syafiiyah) bagi orang junub dan bagi orang haid haram membaca al-
Quran baik sebagian ayat maupun banyak dan pendapat ini yang lebih banyak (kuat). (al-
Majmu juz II, hal. 178)
b. Menurut Imam Dawud; Boleh bagi orang junub membaca sedikit maupun banyak dari ayat al-
Quran meskipun membacanya dengan disengaja.

. 9 8>? .
Menurut Imam Dawud bagi orang junub dan wanita haid boleh membaca seluruh al-Quran hal
ini diriwayatkan dari ibnu Abbas dan ibnu Musayyab, Qadhi Abu Tayyib, Ibnu Shabbah, dan yang
lain, dan pendapat ini dipilih oleh Ibnu Mundzir. Malik berkata orang junub boleh membaca
ayat-ayat pendek karena meminta perlindungan. Dan bagi orang yang haid ada dua
pendapat,yang pertama boleh yang kedua tidak boleh. Abu Hanifah berpendapat: orang junub
boleh membaca sebagian ayat dan tidak boleh membaca satu ayat penuh dan baginya satu
riwayat seperti madzhab kita. Dan orang yang membolehkan secara mutlak itu berdasarkan
kepada hadits Siti Aisyah, sesungguhnya Nabi selalu berdzikir kepada Allah Swt. pada setiap
saat, HR. Muslim, mereka berpendapat al-Quran tersebut adalah merupakan dzikir dan karena
pada asalnya tidak ada keharaman. (al-Majmu, juz II, hal.178)

Orang kalau lagi menstruasi (haid) tapi membaca turutan juz amma dengan niat belajar
gimana hukumnya?
Soal diatas mengandung 2 pertanyaan:
1. Bagaimana hukum memegang mushaf al-Quran
2. Bagaimana hukum membaca al-Quran
Jawaban soal 2:
ada beberapa pendapat:
a. Tidak boleh membaca al-Quran baik secara lisan baik dengan membaca mushaf maupun
hafalan (tidak membaca), tetapi dibolehkan dalam hati (pendapat MUI, Syaikh Shalih al-Fauzan
bin Abdullah al-Fauzan)
dalilnya : Untuk membaca al-Quran disyaratkan untuk bersuci terlebih dahulu dari hadats,
baikhadats kecil maupun hadats besar. Nah, orang yang sedang haidh atau nifas adalah
termasuk orang yang sedang menanggung hadats, oleh karenanya tidak boleh membaca al-
Quran, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
Orang yang sedang haidh atau junub tidak boleh membaca sesuatu dari al-Quran HR. at-
Tirmidzi dan al-Baihaqi.
Yang perlu diperhatikan bahwa pengertian membaca di sini adalah mengucapkan ayat-ayat al-
Quran melalui mulut, baik dengan melihat mushhaf ataupun dengan mengucapkan ayat-ayat
yang sudah dihafalnya. Sedangkan apabila orang yang sedang haidh/nifas tersebut hafal ayat-
ayat al-Quran kemudian membacanya dalam hati, maka yang demikian itu dibolehkan.

b. Diperbolehkan membaca al-Quran meskipun dalam keadaan Haid/Nifas/Janabah. Saya ambil
referensinya dari suatu internet, sebagian saya tambahkan.
KAIDAH:
Apabila tidak ada satu pun dalil yang sah (shahih dan hasan) yang melarang perempuan haid,
nifas dan orang yang junub membaca ayat-ayat Al-Quran, maka hukumnya dikembalikan
kepada hukum asal tentang perintah dan keutamaan membaca Al-Quran secara mutlak
termasuk perempuan haid, nifas dan orang yang junub.
Perhatikan yang digaris bawah.
Dalil: 1. Surat al-Waqiah ayat 79: artinya
Artinya Tidak menyentuhnya kecuali yang disucikan. Sebagian para Ulama Tafsir menafsirkan
yang disucikan maknanya adalah para malaikat, bukan orang yang suci dari hadast (kotor)
2. Hadits Aisyah ketika dia haid sewaktu menunaikan ibadah haji.
Artinya : Dari Aisyah, ia berkata : Kami keluar (menunaikan haji) bersama Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam (dan) kami tidak menyebut kecuali haji. Maka ketika kami sampai di (satu
tempat bernama) Sarif aku haid. Lalu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam masuk menemuiku dan
aku sedang menangis, lalu beliau bertanya, Apa yang menyebabkanmu menangis? Jawabku,
Aku ingin demi Allah kalau sekiranya aku tidak haji pada tahun ini? Jawabku, Ya Beliau
bersabda, Sesungguhnya (haid) ini adalah sesuatu yang telah Allah tentukan untuk anak-anak
perempuan Adam, oleh karena itukerjakanlah apa-apa yang dikerjakan oleh orang yang sedang
haji selain engkau tidak boleh thawaf di Kabah sampai engkau suci (dari haid)
Shahih riwayat Bukhari (no. 305) dan Muslim (4/30)
Hadits yang mulia ini dijadikan dalil oleh para Ulama di antaranya amirul muminin fil hadits Al-
Imam Al-Bukhari di kitab Shahih-nya bagian Kitabul Haid bab 7 dan Imam Ibnu Baththaal, Imam
Ath-Thabari, Imam Ibnul Mundzir dan lain-lain bahwa perempuan haid, nifas dan orang yang
junub boleh membaca Al-Quran dan tidak terlarang. Berdasarkan perintah Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam kepada Aisyah untuk mengerjakan apa-apa yang dikerjakan oleh orang yang
sedang menunaikan ibadah haji selain thawaf dan tentunya juga terlarang shalat. Sedangkan
yang selainnya boleh termasuk membaca Al-Quran. Karena kalau membaca Al-Quran terlarang
bagi perempuan haid tentu Nabi Shallallahu alaihi wa sallam telah menjelaskannya kepada
Aisyah. Sedangkan Aisyah saat itu sangat membutuhkan penjelasan dari Nabi Shallallahu alaihi
wa sallam apa yang boleh dan terlarang baginya. Menurut ushul mengakhirkan keterangan dari
waktu yang dibutuhkan tidak boleh.

3. Hadits Aisyah.
Artinya : Dari Aisyah, ia berkata, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam biasa berdzikir atas segala
keadaannya *Hadits shahih riwayat Muslim (1/194 dan lain-lain]
Hadits yang mulia ini juga dijadikan hujjah oleh Al-Imam Al-Bukhari dan lain-lain imam tentang
bolehnya orang yang junub dan perempuan haid atau nifas membaca Al-Quran. Karena Nabi
Shallallahu alaihi wa sallam berdzikir kepada Allah atas segala keadaannya dan yang termasuk
berdzikir ialah membaca Al-Quran.
4. Surat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam kepada Heracleus yang di dalamnya berisi ayat
Al-Quran sebagaimana diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dan lain-lain. Hadits yang mulia
inipun dijadikan dalil tentang bolehnya orang yang junub membaca Al-Quran. Karena sudah
barang tentu orang-orang kafir tidak selamat dari janabah, meskipun demikian Nabi Shallallahu
alaihi wa sallam menulis surat kepada mereka yang didalamnya terdapat firman Allah.
5. Ibnu Abbas mengatakan tidak mengapa bagi orang yang junub membaca Al-Quran (Shahih
Bukhari Kitabul Haidh bab 7).

Anda mungkin juga menyukai