Anda di halaman 1dari 32

PENDAHULUAN

Istilah feline urological syndrome (FUS) dan feline lower urinary tarct
disease (FLUTD) telah digunakan untuk menjelaskan kumpulan gejala klinis yang
berhubungan dengan gangguan saluran urinaria tanpa mengidentifikasi etiologi
yang mendasari. Sebagian besar kucing dengan LUTD juga menderita feline
idiophatic atau interstitial cystitis (FIC),

tetapi mungkin juga mengalami

urolitiasis, infeksi bakteri pada saluran urinaria, malformasi anatomi, neoplasia,


gangguan tingkah laku, meskipun lebih jarang terjadi dibandingkan FIC. Tanpa
mengesampingkan etiologi yang mendasari, gejala klinis yang ditimbulkan mirip
dan meliputi disuria, stranguria, hematuria (makroskopik dan mikroskopik),
polikuria, dan periuria. Gangguan pada saluran urinaria bagian bawah menjadi
lebih nyata secara klinis dan lebih sering terjadi pada kucing-kucing yang
dipelihara di dalam ruangan dan pada pemeliharaan banyak kucing (multicat
household). Berdasarkan sebuah penelitian, ditemukan dua penyebab utama pada
kucing yang mengalami gangguan saluran urinaria nonobstruktif adalah FIC
(55%-69%) dan urolitiasis (13%-28%) (Handayani, 2009).
A. Etiologi
Feline Urologic Syndrome (FUS) atau Feline Lower Urinary Tract
Disease (FLUTD) adalah suatu kondisi dimana terdapatnya bentukan crystal
yang menyumbat saluran urinasi bagian bawah seperti vesika urinaria , bladder
sphincter, dan uretra, sehingga kucing mengalami kesulitan urinasi. Kondisi ini
sering terjadi pada kucing muda, bisa jantan ataupun betina, namun lebih
sering terjadi pada kucing jantan (Handayani, 2009).

FUS di bedakan menjadi 2 kategori berdasarkan abnormalitas pada


saluran urinaria yaitu non obtruksi dan obstruksi FUS. Non obstruksi FUS
sebagai manifestasi klinis pada feline interstitial cystitis terutama diakibatkan
oleh adanya abnormalitas pada vesika urinaria, system saraf pusat dan aksis
hypotalmic-pituitary-adrenal. Urothelium vesika urinaria normal tersusun oleh
specific glycosaminoglycan (GP-51) yang menghambat infeksi bakteri dan
melindungi urothelium dari zat berbahaya yang terkandung dalam urin. Hewan
yang mengalami interstitial cystitis terjadi penurunan jumlah GAG dan GP-51
urin Adanya lapisan GAG atau urothelium yang terganggu menyebabkan zat
berbahaya dalam urin kontak langsung dengan saraf dan menyebabkan radang
vesika urinaria neurogenic. Hal ini terjadi karena saraf ensorik terletak pada
submukosa dan terdiri dari serat bermielin sehingga apabila saraf terinfeksi,
maka respon langsung dihantarkan ke cauda spinalis dan dianggap sebagai
sakit pada pelvis. Gangguan histologi akan terlihat adanya edema, hemoragi
dan dilatasi pembuluh darah pada submkosa. Hal tersebut menyebabkan
terjadinya penyempitan vesika urinaria dan hematuria (Purnamaningsih dan
Indarjulianto, 2011).
Beberapa faktor berkontribusi untuk penyakit ini termasuk infeksi
bakterial dan viral, trauma, adanya kristal di urin, batu di vesika urinaria ,
tumor pada saluran urinaria, dan abnormiltas kongenital. Faktor yang
berkontribusi terhadap perkembangan FUS antara lain : 1) FULTD/FUS dapat
disebabkan uretra yang tersumbat oleh semacam pasta, komposisi material batu
atau pasir dan kristal struvite (magnesium ammonium fosfat), yang

berhubungan dengan jumlah garam. Meskipun Kristal struvit merupakan


penyebab utama sumbatan, namun jenis Kristal lain dapat ditemui. Beberapa
sumbatan menyebabkan terbentuknya mucus, darah, dan sel darah putih; 2)
FULTD/FUS dapat dihubungkan dengan kristal-uroith atau batu yang
ditemukan di saluran urinaria. Tipe urolit ervariasi, tergantung dari diet dan
faktor pH urin. Dua tipe yang sangat sering ditemukan adalah struvite
(magnesium fosfat) dan kalsium oksalat. Faktor yang mempengaruhi
pembentukan urolit pada kucing termasuk infeksi bakteri yang bersamaan;
jarang urinasi akibat litter box yang kotor; kurangnya aktifitas fisik; dan kurang
minum atau kualitas minum yang buruk atau tidak tersedianya air, dan bias
juga karena selalu diberi pakan kering (dryfood); 3) Urin kucing normalnya
sedikit asam. Faktor yang menyebabkan urin alkalis yaitu jenis pakan, adanya
bakteri di saluran urinaria. Urin yang bersifat asam memiliki property
antibacterial. Namun ada beberpa kasus dimana FUS memiliki urin yang asam.
Kucing tersebut mungkin menderita akibat urolit kalsium oksalat. Jika urolit
terjadi di urethra, maka obstruksi dapat mengancam kehidupan karena sangat
sulit disembuhkan; 4) Cystitis bacterial dan urethritis (radang pada urethra)
juga dapat menjadi penyebab dasar FUS. Cystitis bacterial mungkin dapat
menjadi penyebab yang penting dari serangan yang berulang. Infeksi bakteri
tersebut memiliki potensi untuk peningkatan infeksi dengan sumbatan. Infeksi
berulang dapat menyebabkan resistensi antibiotic (Carlton, 1995); 5)
Manajemen diet yang salah. Penggunaan pakan kering secara terus menerus
tanpa diimbangi asupan minum, menyebabkan menurunya proses urinasi.

Adanya kandungan protein yang tinggi pada pakan kering menyebabkan


sebagian protein dan kristaloid tidak dapat dikeluarkan melalui urin sehingga
terjadi peningkatan pH dari hasil penguraian protein menjadi urea. Kondisi pH
yang tinggi (alkalis) akan mempermudah pembentukan Kristal mineral dari
hasil penumpukan mineral-mineral-mineral yang tidak dapat dikeluarkan dan
akhirnya terbentukurolit/kalkuli (Purnamaningsih dan Indarjulianto, 2011).
Dalam beberapa sumber terdapat tipe-tipe batu urolit :
1. Struvit
Batu struvit terbentuk dari magnesium, ammonium, dan phospat.
Kristal ini terbentuk dalam suasana urin yang alkalis. Beberapa faktor yang
mempengaruhi timbulnya Kristal struvit adalah pH urin, dan konsumsi air
yang rendah. Diet rendah magnesium dapat membantu penurunan pH urin,
sehingga pH menjadi asam. Hal ini dapat membantu dalam treatment dan
pencegahan karena dapat menurunkan resiko terbentuknya kristal pada
urin. Namun pemberian diet yang berlebihan dapat memicu timbulnya
kristal calcium oxalate (Nash, 2008).

Gambar 1. Kristal dan batu struvit


2. Kalsium oksalat
Terbentuknya kristal oksalat terjadi pada urin yang bersifat asam
dan jika kucing memiliki kandungan kalsium yang tinggi di dalam darah.

Penyebabnya bias karena pakan yang tinggi kalsium, protesodium, atau


vitamin D. Beberapa penyakit metabolik seperti hiperparathiroidism,
kanker, dapat menyebabkan kristal oksalat lebih mudah berkembang.
Kristal oksalat juga sering terjadi pada kucing dengan kadar kalsium darah
normal (Nash, 2008).

Gambar 4. Kristal dan batu kalsium oksalat


3. Urat
Vaskular portosystemic anomali dapat berkontribusi terjadinya urat
urolithiasis pada kucing , namun patogenesis yang tepat pada kucing yang
paling terkena dampak masih belum diketahui. Beberapa faktor risiko,
seperti sebagai infeksi saluran kencing yang mengarah ke peningkatan
amonia urin, protein diet yang berlebihan, dan asidosis metabolik, telah
dicatat. Vesika urinaria adalah bagian yang paling umum terdapat untuk
batu urat, tetapi mereka juga ditemukan di uretra dan ginjal. Batu urat
umumnya radiolusen dan tidak terdeteksi pada survei radiografi kecuali
konstituen mineral lainnya yang hadir. Kontras ganda cystography dan
ultrasonografi dapat digunakan untuk memfasilitasi deteksi batu ini.

Pencegahan pembentukan urolit dan pembubaran batu mungkin dicoba


dengan menggabungkan diet yang rendah nucleoproteins (mengandung
purin) dan dengan penambahan allopurinol. Allopurinol bekerja dengan
menghambat enzim xantin oksidase, yang diperlukan untuk produksi asam
urat. Namun penggunaan dari allopurinol dapat meningkatkan risiko
xanthine urolitiasis pada kucing. Dosis yang dianjurkan untuk allopurinol
pada kucing adalah 9 mg/kg/hari. Jika pembubaran medis tidak berhasil,
seperti umumnya terjadi di urat urolitiasis sekunder shunts portosystemic,
operasi pengangkatan atau urohydropulsion mungkin diperlukan (Hostutler
et al, 2005).

Gambar 5. Kristal dan batu Urat

B. Faktor Predisposisi
Kucing jantan dan betina sama-sama beresiko menderita FLUTD,
namun kucing jantan beresiko lebih besar terhadap obstruksi yang mematikan
karena uretra jantan lebih kecil dibandingkan betina dan memiliki bagian yang
mengecil (gambar 1) sehingga penyumbatan lebih gampang terjadi (Pinney
2009). Faktor predisposisi pembentuk urolit traktus urinarius : 1) pH urin, pH
urin berperan sangat penting dalam pembentukan kalkuli, beberapa garam
(oksalat), dan asam urat lebih mudah mengendap pada pH asam. Struvit dan

karbonat lebih mudah mengendap pada pH alkalin; 2) Infeksi bakteri, Koloni


bakteri, pengelupasan epitel, atau leukosit dapat berperan penting sebagai nidus
untuk pengendapan unsur mineral urolit. Urolit yang unsur penyusunnya terdiri
dari magnesium ammonium fosfat terbentuk karena adanya infeksi bakteri
penghasil urease atau pemecah urea (proteus dan beberapa staphilococci) yang
mengkonversi urea menjadi amoniak .infeksi dalam traktus urinarius
merupakan faktor terbesar penyebab terbentuknya urolit struvit. Jenis urolit
lain kadang-kadang juga dapat ditemui pada traktus yang terinfeksi, namun
terbentuknya urolit non struvit tersebut tidak disebabkan oleh adanya infeksi
tetapi justru infeksi disebabkan adanya urolit dalam traktus urinarius; 3) Diet,
Diet yang mengandung protein tinggi membantu pembentukan urolit struvit
karena konsumsi protein tinggi dapat meningkatkan konsentrasi urea dan NH4
dalam urin. Diet yang mengandung oksalat, defisiensi vitamin A (karena
menyebabkan perubahan metaplastik epitel transisional), dan dehidrasi (akibat
pemasukan air yang terbatas sehingga memberi kesempatan unsur mineral
tetap berada dalam urin yang konsentrasinya sangat jenuh) adalah faktor yang
dapat menyebabkan urolitiasis. Konsentrasi urin yang sangat jenuh tersebut
umumnya disebabkan bekurangnya jumlah air yang diminum (kurang minum).
Memperbanyak minum air (meskipun air yang diminum mengandung fosfat,
karbonat, silicate, kalsium, dan magnesium dalam jumlah tinggi) umunya
hanya sedikit berpengaruh atau bahkan tidak berpengaruh terhadap urolitiasis.
Hal ini disebakan karena kandungan mineral dalam air minum lebih sedikit
dibanding dengan jumlah mineral yang berasal dari pakan.Di samping itu

dengan memperbanyak minum juga dapat menurunkan konsentrasi urin dan


meningkatkan volume urin. Hal yang demikian tidak terjadi jika mineral yang
menjadi unsur pembentuk urolit dikonsumsi dalam bentuk makanan. Mineral
dalam pakan dapat menjadi faktor penyebab urolitiasis pada domba yang diberi
paka fosfat tinggi, atau mengandung okasalat; 4) Herediter, Urolit kebanyakan
ditemukan pada Kucing Persian; 5) Urin stasis, Merupakan faktor predisposisi
pembentukan urolit tanpa memperhatikan macam mineral. Turunnya frekuensi
urinasi dan meningkatnya kadar unsur pembentuk urolit dalam urin dapat
menyebabkan konsentrasi urin menjadi sangat jenuh. Urin yang sangat jenuh
dapat menjadi predisposisi presipitasi unsur mineral pada hewan; 6) Sex
predileksi, Lebih sering terjadi pada hewan jantan karena diameter uretra nya
lebih sempit dan lebih panjang (Nelson et al, 2003); 7) Umur predileksi, FUS
jarang didiagnosis pada hewan muda dari satu tahun, usia rata-rata biasanya
empat tahun (Wael, 2012).

C. Patogenesis
Sel hidup (living cells) memproduksi produk yang harus dibuang seperti
nitrogen dan kreatinin, yang dibuang ke aliran darah lalu dibawa ke ginjal
kemudian difiltrasi seperti halnya garam dan mineral. Materi yang telah difilter
kemudian dibawa ke vesika urinaria. Pakan kering, dengan air minum yang
kurang, dapat menyebabkan pH urin lebih tinggi atau lebih rendah daripada
biasanya. Pada kondisi tersebut, kristal dapat terbentuk, yang kemudian dapat
menyumbat urethra, dan menghambat urinasi. Karena ginjal memompa zat

tersebut ke vesika urinaria, maka vesika urinaria akan terisi. Normalnya,


kucing urinasi beberapa hari sekali. Vesika urinaria yang bersifat elastic dapat
menampung urin dengan volume yang lebih. Setelah 24-36 jam, vesika urinaria
akan terisi dengan sempurna. Pada saat itulah, toksin mulai menggangu filtrasi
ginjal. Pada saat ginjal berhenti memfilter darah, toksin akan memenuhi aliran
darah (Anonymous, 2007). Menurut Purnomo (2009) terjadinya urolit dapat
dijelaskan melalui beberapa teori : 1) Teori nukleasi, Secara teoritis batu dapat
terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat-tempat yang sering
mengalami hambatan aliran urin (stasis urine), yaitu pada sistem kalises ginjal
atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan seperti pelvikalises (stenosis uretropelvis), obstruksi infravesika kronis seperti hiperplasia prostat benigna,
striktura, dan buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang
memudahkan terjadinya pembentukan batu. Batu terdiri atas kristal-kristal
yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik yang terlarut di
dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable
(tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang
menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling
mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan
mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal
yang lebih besar. Meskipun cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan
belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal
menempel pada epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini
bahan-bahan lain diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang

cukup besar untuk menyumbat saluran kemih. Meskipun proses pembentukan


batu hampir sama, tetapi suasana di dalam saluran kemih yang memungkinkan
jenis batu itu tidak sama (misal: batu asam urat mudah terbentuk dalam suasana
asam, sedangkan batu magnesium amoium fosfat terbentuk karena urine
bersifat basa). Kondisi metastabel dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya
koloid di dalam urine, konsentrasi solut dalam urine, laju aliran urine di dalam
kemih, atau adanya korpus alineum di dalam saluran kemih yang bertindak
sebagai inti batu; 2) Teori inhibitor crystal (penghambat kristalisasi), Diduga
terjadinya batu saluran kemih akibat tidak ada atau berkurangnya faktor
inhibitor (penghambat) pembentukan batu seperti: magnesium, sitrat, peptid
fosfat,

pirofosfat,

polifosfat

(mencegah

pengikatan

kalsium

dengan

oksalat/fosfat yang 80% ditemukan sebagai komposisi batu), dan beberapa


protein atau senyawa organik lain yang mampu menghambat pertumbuhan
kristal, menghambat agregasi kristal, maupun menghambat retensi kristal
(asam mukopolisakarida, glikosaminoglikan, protein Tamm Horsfall atau
uromukoid, nefrokalsin, dan osteopontin).
Patogenesis pembentukan urolit dan pertumbuhannya terdapat epat
faktor utama dalam pembentukan urolit adalah kejenuhan/ supersaturasi,
kristalisasi/nukleasi, berkurangnya faktor penghambat, kelainan anatomi organ
uropoetica (Purnomo, 2009).
Pembentukan urolit meliputi fase awal pembentukan dan fase
pertumbuhan. Fase awal pembentukan urolit dimulai dari terbentuknya nidus
kristal (embrio kristal). Pembentukan nidus kristal tersebut tergantung pada

pusat nukleasi atau matriks (meskipun substansi matriks protein nonkristal juga
berperan sebagai nukleasi) dan supersaturasi urin oleh kristal kalkulogenik.
Sedangkan derajat supersaturasi urin dipengaruhi oleh banyaknya kristal yang
diekskresikan ginjal dan volume urin. Fase pertumbuhan nidus kristal
tergantung pada : 1) Kemampuan untuk tetap bertahan dalam lumen traktus
ekskretorius sistem urinarius; 2) Derajat dan durasi superstaurasi urin yang
mengandung kristal baik yang identik atau berbeda dengan kristal yang ada di
dalam nidus; 3) Sifat fisik nidus kristal. Jika suatu kristal mempunyai sifat
yang cocok dengan kristal lain, maka beberapa kristal dapat saling
menggabungkan diri dan tumbuh pada permukaan nidus atau kristal lain
(Nelson et al, 2003).
Hubungan pH dengan terbentuknya kristal struvit adalah kucing
memiliki

kemampuan

untuk

mengonsentrasikan

urin

dengan

tujuan

menyimpan air, berkaitan dengan evolusinya yaitu kehidupan kucing yang


tinggal di padang pasir. Produk yang tidak terpakai (waste product) di urin
sangat pekat dan mengandung Mg, ammonium, dan ion phosphate yang dapat
berkristalisasi pada urin yang netral dan alkalis untuk membentuk struvite.
Pada pH urin di bawah 6,6 struvit dapat larut, sedangkan pada pH di atas 7,1
akan terkristalisasi secara spontan. Oksidasi dari asam amino sulfur selama
proses katabolisme asam amino dari protein ke urea, CO2, sulfat, dan air,
memiliki bentuk yang asam, mempengaruhi keseimbangan asam-basa dalam
tubuh dan urin. Proses ini tidak terjadi jika lemak dan karbohidrat
terkatabolisme. Kucing merupakan karnivora, yang memakan daging dalam

10

jumah banyak, diet protein tinggi akan memproduksi urin dengan pH rendah
(asam). Saat ini, kucing peliharaan banyak yang diberi pakan pabrik dengan
dasar sayuran. Komposisi sayuran tersebut akan memproduksi urin yang netral
ataupun basa, yang dapat menjadi predisposisi kristalisasi mineral di urin
(Anonymous, 2009).
D. Gejala klinis
Tanda-tanda klinis yang khas meliputi disuria, hematuria, sering ada
upaya untuk buang air kecil, pollakiuria (peningkatan frekuensi buang air
kecil), dan buang air kecil di luar litter box, mengeong dalam litter box, dan
menjilati penis atau preputium. Pemilik mungkin tidak menyadari bahwa
kucingnya belum buang air kecil, dan beberapa kucing akan dikelirukan
dengan gejala konstipasi atau kesulitan berjalan. Beberapa kucing akan
memiliki tanda-tanda penyakit sistemik, seperti kelesuan, anoreksia, lemah,
dan muntah. Kucing yang menderita obstruksi berkepanjangan dapat
menyebabkan koma atau bahkan kematian (Little, 2012). Beberapa kucing
menunjukkan gejala asymptomatic. Nyeri yang tidak terdeteksi kemungkinan
hadir di banyak kucing dengan urolits vesika urinaria sebagaimana dibuktikan
oleh fakta bahwa banyak pemilik melaporkan kucing mereka menjadi lebih
aktif dan bergaul sepertinya biasanya walaupun terdapat urolit pada saluran
kencingnya (Norsworthy, 2011).
E. Diagnosis
Diagnosa FLUTD didasarkan pada gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan
urinalisis. Pada kasus yang sudah parah dapat dipalpasi pembesaran dan rasa

11

sakit vesika urinaria. Jika diduga terjadi infeksi pada vesika urinaria maka
kultur urin dapat dilakukan. Kucing yang mengalami obstruksi saluran urinaria
memiliki tingkat enzim ginjal yang tinggi (blood urea nitrogen (BUN), dan
kreatinin) dalam darah (Pinney, 2009). Diagnosis dilakukan berdasarkan : 1)
Anamnesa (perubahan lingkunagn, pakan, stress); 2) Gejala klinis; 3)
Pemeriksaan fisik. Dilakukan dengan palpasi pada oragan perkencingan.
Kucing menunjuukan gejala kesakitan jika dipalpasi.

Palpasi pada vesika

urinaria yang mengalami distensi harus dilakukan dengan hati-hati untuk


menghindari ruptur atau pecah. Dalam beberapa kasus, pemilik kucing segera
melaporkan setelah obstruksi terjadi, dalam hal ini vesika urinaria mungkin
tidak mengalami overdistensi, tetapi tidak akan mungkin untuk mengeluarkan
urin. Obstruksi uretra harus dipertimbangkan sebagai diagnosis banding bagi
kucing jantan muda sampai dewasa. Obstruksi dapat disebabkan oleh benda
intraluminal, penebalan dinding saluran kencing, atau kompresi oleh benda
extraurethral. Penyumbatan pada uretra dan urethrolith telah diidentifikasi
sebagai penyebab paling umum dari obstruksi pada kucing jantan, meskipun
lebih dari 50% kasus yang diklasifikasikan sebagai idiopatik dalam studi
terbaru. Penyebab potensial lainnya termasuk urethrospasm, trauma, cacat
bawaan, striktur, dan neoplasia (Little, 2012). Karena ukurannya, sebagian
urolits di vesika urinaria tidak teraba. Namun, palpasi vesika urinaria harus
menjadi bagian dari pemeriksaan fisik. Dalam beberapa kasus urolit mungkin
tidak teraba, tapi rasa sakit dapat ditimbulkan (Norsworthy, 2011); 4)
Radiografi atau USG. Modalitas pencitraan ini mampu mengidentifikasi

12

sebagian urolit. Urolit berukuran kecil (<2 mm diameter [1/8 inci]) tidak dapat
terdeteksi, meskipun urolits kalsium oksalat kecil lebih mungkin untuk terlihat
daripada urolits struvite kecil karena perbedaan radiodensities. Urolit
radiolusen mungkin memerlukan kontras radiografi atau pemeriksaan USG
(Norsworthy, 2011); 5) Analisis urin, Analisis urin sangat penting dalam
membuat diagnosis yang benar. pH urin dan adanya darah, nanah, sel bakteri,
kristal dan protein memberikan informasi berharga (Amma et al, 2011).
Temuan urinalisis pada kucing dengan obstruksi uretra mungkin termasuk
hematuria, proteinuria, piuria (biasanya disebabkan oleh peradangan),
alkaluria, kristaluria, dan glukosuria (diinduksi oleh stres). Dalam sebuah
penelitian 12% dari kucing juga memiliki bilirubinuria, meskipun penyebabnya
tidak jelas (Little, 2012); 6) Kultur urin dan uji sensitivitas, Kultur urin akan
mengungkapkan jenis infeksi yang terlibat, dan untuk memilih antibiotik yang
efektif. Analisis kualitatif: Analisis kimia sampel urin dan urolit. (Amma et al,
2011).
Tabel 1. Prediksi komposisi mineral dari uroliths kucing berdasarkan
penampilan radiografi (Polzin, 2011)

13

Gambar 6. (A) urolit ginjal pada pemeriksaan dengan ultrasonografi sebagai


massa hyperechoic (panah bawah)

dengan bayangan (panah

horisontal). (B) Salah satu urolits berukuran besar setelah


dilakukan nekropsi. (C) Dua urolit lebih besar terlihat pada ginjal
(panah horisontal), dan tiga urolit kecil terlihat di ureter (panah ke
bawah) dalam radiograf lateral. (A) Beberapa urolit kecil terlihat
dalam uretra (panah) (Norsworthy, 2011).
F. Terapi
Terapi yang diberikan kepada pasien FUS adalah kateterisasi urin
sehingga terjadi pengeluaran urin dan kristal dari vesika urinaria. Penyuntikan

14

cairan fisiologis intravena atau perinfusi diperlukan ketika sindrom uremia


terjadi (depresi, muntah, dehidrasi) dengan tujuan mengganti cairan tubuh dan
menstabilkan pH cairan tubuh. Pemberian antibiotik diperlukan untuk
mencegah infeksi sekunder oleh bakteri dan obat-obatan parasimpatomimretik
yang menstimulasi otot vesika urinaria berkontraksi dan relaksasi uretra
diperlukan.

Dalam

beberapa

kasus,

tindak

bedah

diperlukan

untuk

menghilangkan sumbatan atau mencegah terjadinya pengulangan timbulnya


kristal mineral (Duval 2002). Adapun terapi yang dapat dilakukan adalah :
1. Stabilisasi Kondisi Pasien
Kucing dengan obstruksi uretra harus diperlakukan darurat.
Meskipun kebanyakan pasien dalam kondisi stabil ketika diperiksa, 10 %
atau lebih memiliki kondisi fisiologis yang signifikan. Secara khusus,
kucing yang telah mengalami obstruksi selama 48 jam atau lebih, mungkin
dalam kondisi sakit parah dan membutuhkan manajemen krisis. Pendekatan
awal manajemen harus disesuaikan dengan kondisi kucing karena dapat
membuat perbedaan hidup atau mati kepada pasien yang terancam. Evaluasi
menyeluruh terhadap kondisi kucing harus dilakukan sebelum mencoba
untuk meringankan obstruksi, langkah-langkah stabilisasi spesifik mungkin
diperlukan, terutama sebelum sedasi diberikan atau diinduksi anestesi.
Evaluasi fisik harus mencakup warna selaput lendir, waktu pengisian kapiler
(capillary refill time/ CRT), kualitas laju dan denyut nadi, auskultasi
jantung, dan suhu rektal. Hipotermia dapat terjadi sekunder terhadap shock
peredaran (circulatory shock). Kucing dengan obstruksi uretra diperkirakan

15

memiliki detak jantung yang tinggi karena faktor stres dan rasa sakit yang
dialami. Kondisi detak jantung yang lambat dapat dikaitkan dengan
hiperkalemia; elektrokardiogram harus dilakukan dan konsentrasi kalium
serum diukur. Oksigen tambahan dapat diberikan melalui masker.
Kateter intravena harus segera dipasang untuk memberikan cairan
dan obat-obatan dan mengambil sampel darah. Darah dikumpulkan untuk
pemeriksaan CBC (complete blood cell count), kimia serum, dan elektrolit.
Untuk kucing dalam kondisi sakit kritis juga dilakukan pemeriksaan kimia
darah lain antara lain PCV (packed cell volume), total protein (TP),
elektrolit, kalsium terionisasi, glukosa darah , dan BUN (blood (serum) urea
nitrogen). Analgesia harus diberikan sedini mungkin. Agen tersebut antara
lain : butorfanol, buprenorfin, hydromorphone, dan opioid lainnya. NSAID
(Non Steroidal Anti Inflamation Drugs) tidak tepat diberikan dalam kondisi
klinis seperti ini. Kucing yang mengalami obstruksi mungkin dehidrasi
tingkat sedang hingga berat dan berbagai tingkat gangguan elektrolit dan
azotemia, sehingga pemberian terapi cairan sangat penting. Dalam sebuah
penelitian, 85 % kucing dengan obstruksi uretra mengalami azotemic.
Larutan elektrolit yang seimbang dianjurkan untuk rehidrasi dan stabilisasi.
Pada kucing yang mengalami dehidrasi parah, 20 sampai 30 mL/kg dapat
diberikan secara intraven (Little, 2012).
Dalam kebanyakan kasus kelainan metabolik dapat diatasi dengan
pemberian cairan dan meringankan obstruksi. Namun dalam beberapa kasus,
pengobatan khusus harus dipertimbangkan. Asidosis metabolik berat (pH <

16

7,1) memiliki efek mendalam pada sistem jantung, sistem pernapasan, dan
sistem saraf pusat. Pengobatan dengan natrium bikarbonat mungkin
diperlukan pada kucing yang tidak stabil dengan asidosis metabolik yang
berat. Jika tidak mungkin untuk mengevaluasi gas darah, kucing yang
mengalami sakit parah dapat diobati dengan 1 sampai 2 mEq/kg natrium
bikarbonat, diberikan perlahan-lahan secara intravena. Hal ini penting untuk
memantau kalsium serum karena natrium bikarbonat menurunkan porsi
kalsium plasma terionisasi dan beberapa pasien sudah mengalami
hypocalcemic pada pemeriksaan, sehingga hipokalsemia harus diperbaiki
terlebih dahulu. Kalium terlibat dalam fungsi sel dan transmisi
neuromuskular. Hiperkalemia mungkin memiliki efek terhadap jantung
yang berat, dengan perubahan elektrokardiografi karakteristik yang meliputi
bradikardia, gelombang T yang memuncak dan penyempitan, interval QT
memendek, pelebaran kompleks QRS, dan penurunan amplitudo atau
hilangnya gelombang P. Hal ini tidak mungkin untuk mengkorelasikan
perubahan elektrokardiografi dengan hiperkalemia parah tersebut. Beberapa
kucing

memiliki

hiperkalemia

yang

signifikan

tanpa

perubahan

elektrokardiografi. Pengaruh hiperkalemia pada kucing dengan gangguan


elektrokardiografi yang parah dapat diatasi dengan kalsium glukonat, yang
secara langsung antagonis terhadap kalium pada tingkat membran sel.
Dokter hewan harus memberikan 50 sampai 100 mg/kg intravena selama 2
sampai 3 menit sambil memantau electrocardiogram untuk aritmia yang
diinduksi kalsium. Efek segera terlihat dan akan berlangsung sekitar 30

17

menit. Kalium plasma dapat lebih menurun jika perlu dapat didigerakkan
intraseluler menggunakan insulin reguler (0,1 - 0,25 U/kg intravena). Insulin
harus diikuti dengan pemberian 50 % dextrose (0,5 g/kg, diencerkan) secara
intravena untuk mencegah hipoglikemia. Kalium serum akan menurun
dalam waktu 1 jam. Glukosa darah harus dipantau selama beberapa jam
setelah pemberian insulin, dan cairan intravena dapat dilengkapi dengan 2 %
sampai 5 % dekstrosa untuk mempertahankan normoglycemia (Little,
2012).
2. Cystocentesis
Cystocentesis berguna untuk dekompresi vesika urinaria sebelum
memasukkan kateter ke dalam lubang uretra. Hal ini membantu mengurangi
rasa sakit dan distensi sehingga membuat upaya selanjutnya untuk
pembilasan (flushing) uretra lebih mudah dengan mengurangi tekanan balik.
Prosedur ini dapat dilakukan dengan 22 atau 23 gauge butterfly needle atau
jarum 22 gauge yang melekat pada set ekstensi, stopcock, dan 20 ml jarum
suntik . Dokter hewan memasukkan jarum ke dalam vesika urinaria tengah
antara puncak dan leher dari ventral atau entrolateral dinding sementara
vesika urinaria distabilkan secara manual. Jarum harus masuk vesika
urinaria pada sudut miring dan harus diarahkan caudal. Dokter hewan harus
berhati-hati untuk tidak memberikan tekanan yang berlebihan pada vesika
urinaria selama prosedur untuk meminimalkan risiko kebocoran urin.
Sebanyak mungkin urin harus dikeluarkan, dan sampel disimpan untuk
pemeriksaan urinalisis dan kultur urin. Komplikasi yang paling penting

18

adalah kerusakan pada dinding vesika urinaria atau vesika urinaria pecah.
Pecahnya vesika urinaria juga bisa terjadi selama upaya meringankan
obstruksi uretra walaupun tanpa cystocentesis sebelumnya. Meskipun
pecahnya adalah peristiwa biasa, dokter hewan harus siap untuk intervensi
bedah jika itu terjadi (Little, 2012).
3. Manajemen Medis
Urolit ureter kadang-kadang secara spontan bergerak retrograde
bahkan sejauh pelvis ginjal. Jika tindakan operasi akan dilakukan,
pemeriksaan radiograf harus diambil segera sebelum operasi untuk melihat
lokasi urolit. Telah dilaporkan bahwa amitriptyline (1 mg/kg q24h PO
selama 3 hari) dapat menyebabkan migrasi retrograde dari urolit ureter, tapi
ini tidak harus dicoba jika kasus obstruksi dtemukan (Norsworthy, 2011).
4. Urohydropropulsion
Teknik pembedahan ini telah berhasil menghilangkan urolit kecil
dalam vesika urinaria kucing betina atau dari kucing jantan yang telah
dilakukan urethrostomy perineum. Kucing diposisikan sehingga kolom
vertebral adalah vertikal, mengarahkan leher vesika urinaria ke bawah.
Dalam posisi ini gaya gravitasi mendorong urolit ke leher vesika urinaria.
Vesika urinaria secara manual ditekan untuk memaksa urolit ke bawah
uretra dan keluar dari kucing (Norsworthy, 2011).

19

Gambar 7. Urohydropropulsion
5. Menghancurkan batu urolit dengan diet (Dietary Dissolution)
Banyak urolit struvit terletak di vesika urinaria dapat dilarutkan
dengan Feline Prescription Diet s/d (Hill s Pet Produk, Topeka, KS), 2
sampai 4 bulan secara eksklusif makan diet ini diperlukan. Hal ini
dimungkinkan agar urolit yang menyebabkan obstruksi menjadi cukup kecil
untuk masuk ke dalam uretra (Norsworthy, 2011).
6. Terapi Antibiotik
Beberapa urolit struvit yang disebabkan oleh bakteri, terutama
Staphylococcus spp. dan Proteus spp. Ketika hasil pemeriksaan culture urin
menunjukkan kehadiran mereka dalam urin atau dalam pusat urolith, maka
dapat diberikan antibiotik yang tepat (Norsworthy, 2011).
7. Pemasangan kateter
Dimulai setelah pasien stabil. Secara khusus, hiperkalemia berat
dan disritmia jantung harus diperbaiki sebelum induksi anestesi. Pilihan
sedasi dan anestesi serta obat yang digunakan akan bervariasi tergantung

20

pada kondisi pasien dan pengalaman dokter. Obat yang diekskresikan


melalui ginjal harus digunakan dengan hati-hati. Kombinasi yang umum
digunakan adalah ketamin (2-5 mg/kg) dengan diazepam (0,2-0,5 mg/kg)
atau midazolam (0,2-0,5 mg/kg) diberikan secara intravena untuk
menimbulkan efek; dosis yang lebih rendah mungkin juga memadai.
Ketamin harus dihindari pada kucing dengan aritmia jantung atau penyakit
jantung. Hidromorfon dan midazolam adalah pilihan lain yang umum.
Induksi masker dengan isofluran atau propofol intravena dapat digunakan
jika waktu tambahan untuk operasi diperlukan (Little, 2012).
Pasien ditempatkan pada posisi dorsal atau rebah lateral, dan bulu
sekitar perineal dipotong, terutama pada kucing berbulu panjang.
Mengenakan sarung tangan steril, dokter hewan mengeluarkan penis dari
sarungnya dan dengan lembut memijat untuk menghilangkan calculi yang
berukuran kecil dan sumbatan uretra yang terdapat di ujung penis. Dalam
beberapa kasus memijat uretra melalui dubur dapat menghilangkan
sumbatan. Ekstrusi penis bisa sulit pada kucing gemuk (Little, 2012).
Kateter yang berguna untuk menghilangkan obstruksi uretra
meliputi standar terbuka tomcat kateter (3,5 Fr polypropylene, 4,5-5,5 inci)
atau Minnesota olivetipped kateter uretra (22 G, - 1 inci), yang
merupakan pilihan pertama penulis untuk menghilangkan sumbatan dalam
uretra bagian distal. Ujung kateter dilumasi dengan lidokain gel dan
dimasukkan ke dalam lubang uretra eksternal. Ujung penis dapat ditarik
kembali ke preputium setelah kateter telah dimasukkan. Menarik penis

21

sampai sejajar dengan tulang belakang kucing dengan menarik preputium


caudal dan dorsal akan membantu meluruskan uretra sebanyak mungkin dan
memfasilitasi penempatan kateter. Kateter perlahan didorong maju sampai
sumbatan. Ujung kateter harus masuk pendek ke dalam lumen vesika
urinaria. Memasukkan kateter terlalu jauh dapat menyebabkan iritasi dan
tegang. Jika ujung kateter terletak pada uretra proksimal, ini juga akan
menyebabkan iritasi dan ketidaknyamanan. Kemudian spuit 10 mL diisi
dengan larutan salin untuk membilas lumen uretra. Mungkin akan
membantu jika menambahkan sedikit pelumas steril dalam larutan pembilas
(kocok untuk membentuk emulsi). Mungkin diperlukan beberapa kali
pembilasan untuk menghilangkan obstruksi.

Setiap prosedur yang

melibatkan uretra harus dilakukan selembut mungkin untuk menghindari


peradangan dan kerusakan jangka panjang. Kateter itu sendiri tidak boleh
digunakan untuk mendorong bahan menghalangi ke dalam vesika urinaria.
Kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik termasuk hematoma
perineum, deviasi penis, dan pembengkakan skrotum. Kateter harus dijahit
pada preputium kucing dekat lubang uretra eksternaun (Little, 2012).
Kateter harus dilekatkan pada sistem pengumpulan tertutup untuk
mengurangi resiko meningkatnya kontaminasi bakteri. Tabung atau kantong
penampungan urin dapat digunakan untuk menampung urin yang keluar.
Setelah pembilasan vesika urinaria, dokter hewan harus menyisakan 10 - 20
mL cairan bilas dalam lumen vesika urinaria. Hal ini bertujuan agar cairan
dapat mengisi tabung dan menunjukkan bahwa sistem tersebut bekerja

22

dengan benar. Elizabeth collar harus dipasang untuk mencegah kucing


menggigit kateter atau tabung (Little, 2012).
Kateter umumnya dipasang selama 1-3 hari. Penilaian klinis
digunakan untuk menentukan waktu yang optimal untuk melepas kateter.
Indikasi untuk melepaskan kateter termasuk timbulnya tanda-tanda klinis
seperti lesu, lemah, anoreksia dan muntah, mengurangi hematuria, dan
resolusi gangguan metabolik dan diuresis postobstructive. Ketika kateter
dilepas, risiko masalah postcatheterization berkemih dapat dinilai dengan
mengevaluasi status fungsional dari uretra. Antara 20 dan 30 mL saline
steril dapat dimasukan ke dalam vesika urinaria sebelum pelpasan kateter.
Begitu kateter dilepas, vesika urinaria ditekan, dan kualitas aliran urin
dievaluasi (Little, 2012).
Bila dimungkinkan, terapi antibiotik tidak harus dibarikan selama
pemasangan kateter. Meskipun antibiotik dapat mengurangi risiko infeksi
bakteri postcatheter dengan pemasangan kateter jangka pendek, infeksi
yang terjadi mungkin sangat tahan. Selain itu, penggunaan antibiotik
profilaksis tidak dapat mencegah infeksi ketika kateter tetap di tempat
selama lebih dari 3 hari. Penggunaan antibiotik dengan kateter berdiamnya
disediakan untuk kucing dengan bukti saluran kemih atau infeksi sistemik
pada saat diagnosis. Pemberian antibiotik mungkin diperlukan setelah
kateter akan dilepas. Urin harus dikultur pada hari pengangkatan kateter
atau dalam waktu 24 jam. Untuk kultur urin pada hari pelepasan, dokter
harus menjepit sistem pengumpulan untuk memungkinkan urin menumpuk

23

di vesika urinaria sekitar 1 sampai 2 jam sebelum kateter akan dilepas.


Kemudian sistem pengumpulan dilepas, dan sampel urin dikumpulkan
melalui kateter, sampel ini diajukan untuk kultur dan uji sensitivitas. Jika
infeksi dapat didiagnosis, antibiotik yang tepat harus diberikan selama
minimal 10 hari dan urin recultured 1 minggu setelah akhir terapi (Little,
2012).
Kortikosteroid tidak boleh diberikan kepada kucing selama
pemasangan kateter, sejauh ini dapat meningkatkan risiko infeksi saluran
perkencingan bagian bawah. Selain itu, kortikosteroid juga sebagai faktor
predisposisi terhadap pasien yang menderita pielonefritis bakterial dan gagal
untuk mengurangi peradangan. Pada pasien dengan fungsi ginjal normal dan
status hidrasi, NSAID dapat dipertimbangkan untuk mengurangi peradangan
(Little, 2012).
8. Tindakan operatif
Urolit

dalam

vesika

urinaria

dapat

dihilangkan

oleh

urohydropropulsion retrograde atau pembedahan melalui cystotomy. Hal ini


disarankan segera dilakukan pemeriksaan radiografi setelah cystotomy untuk
melihat semua urolit yang telah dihilangkan. Urolit dalam uretra didorong
dengan backflushed ke dalam vesika urinaria untuk dilakukan operasi
pengangkatan atau penghancuran menggunakan obat, namun sebagian
uretraurolit harus dikeluarkan oleh urethrostomy perineum (Norsworthy,
2011).
a. Cystotomy (pembukaan vesika urinaria)

24

Operasi Cystotomy dilakukan dengan membuka abdomen


dibagian ventral kemudian membuka vesika urinaria

(kandung

kencing).Batu/kristal diambil dari dalam kandung kencing kemudian


kandung kencingnya dijahit kembali. Setelah operasi, kateter masih perlu
dipasang selama 4-5 hari untuk mencegah kemungkinan penyumbatan
oleh bekuan darah. Pemberian antibiotik secara parenteral atau peroral
perlu diberikan selama 6 hari.Untuk mencegah agar kateter tidak
dicabut oleh anjing, maka perlu dilakukan pemasangan Elizabeth
collar.Tindakan penanganan yang saya lakukan ini mempunyai
successful rate kurang lebih 90%, apabila fungsi kedua ginjal masih
baik.Untuk mengeluarkan batu/kristal yang ada di urethra maka perlu
membuka urethra (urethrotomy) dimana batu berada.Andaikata terpaksa
harus melakukan cystotomy dan urethrotomy, maka urethrotomy
didahulukan.Setelah kateter bisa masuk ke dalam vesika urinaria, baru
dilakukan cystotomy (Koesharyono, 2008).
b. Urethrotomy
Urethrotomy dilakukan apabila batu atau kristal tidak berhasil
dimasukkan ke dalam vesika urinaria menggunakan kateter. Biasanya
urethrotomy saya lakukan pada anjing jantan dengan menguakkan
preputium ke arah kaudal terlebih dahulu sebelum melakukan sayatan
pada penis bagian ventral tepat dimana batu atau kristal berada.
Keberadaan batu atau kristal tadi dapat dideteksi dengan menggunakan
kateter atau sonde yang panjang. Setelah batu atau kristal diketahui

25

posisinya, maka dilakukan sayatan pada uretra kemudian batu atau kristal
tersebut dikeluarkan. Selanjutnya, kateter dimasukkan sampai ke dalam
vesika urinaria, lalu sayatan dijahit (Koesharyono, 2008).

G. Pencegahan
Pencegahan pada kasus FUS dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut : 1) Meningkatan asupan air minum: Mengurangi urine spesific gravity
(USG) yang diinginkan karena kristal berada di saluran kemih selama waktu
yang cukup untuk terjadinya pembentukan urolit. Makanan kaleng dapat efektif
mengurangi USG. Beberapa kucing akan mengkonsumsi lebih banyak air jika
air minum mancur menghasilkan air yang mengalir digunakan atau jika es batu
ditempatkan dalam air minum. Jika air minum lokal memiliki rasa tidak
diinginkan, air kemasan juga dapat membantu. Beberapa diet komersial
dirancang untuk meningkatkan rasa haus dan menyebabkan poliuria; 2) Urolit
struvit dengan Infeksi : Ini adalah situasi umum pada anjing tetapi sangat
jarang pada kucing. Kultur urin dan uji sensitivitas antibiotik menjadi dasar
pemilihan antibiotik. Jika penghancuran urolit secara medis digunakan,
antibiotik yang tepat harus dilanjutkan selama 2 minggu setelah pengangkatan
urolit dilakukan. Jika tindakan operatif yang dipilih, antibiotik harus diberikan
tidak kurang dari 4 minggu. Urin harus dikultur setiap bulan untuk 2 sampai 3
bulan, kemudian dikultur lagi pada 6 bulan kemudian. Urin juga harus dikultur
setiap saat jika pH urin melebihi 7,5; 3) Urolit struvit tanpa Infeksi : Kelarutan
struvit berkurang dalam urin pH lebih besar dari 6,7. Oleh karena itu,

26

pemberian diet yang asam akan bermanfaat. Tujuannya adalah untuk menjaga
pH urin sebesar 6,5 atau kurang . Karena pasang basa postprandial, pemberian
makan ad libitum diharapkan dapat mempertahankan pH urin lebih konstan.
Urinary acidiers juga mungkin efektif dalam mengurangi pH urin. DLmetionin atau amonium klorida yang paling efektif dan masing-masing dosis
sekitar 1 g/kucing q24h ; dosis akhir disesuaikan dengan pH urin. Selain
pengasaman urin, pembatasan magnesium, fosfor, dan kalsium telah
direkomendasikan. Kucing menggunakan pendekatan ini harus dipantau tingkat
pH urin dan adanya struvit kristal dalam urin. Namun, tidak ada korelasi yang
kuat dengan kristaluria dan pembentukan urolit. Sebuah penelitian baru
menemukan tingkat kekambuhan 2,7 % untuk kekambuhan pertama dan 0,2 %
untuk kekambuhan kedua. Untuk beberapa alasan, angka ini mungkin lebih
rendah dari yang sebenarnya; 4) Kalsium Oksalat urolit : Nonacidifying diet
kandungan sodium dan protein telah dikurangi, tetapi tidak mengurangi fosfor
atau magnesium direkomendasikan. Beberapa diet tersebut tersedia secara
komersial. Kalium sitrat (50-100 mg/kgq12h PO) tidak terbukti, tapi mungkin
efektif karena dapat bertindak sebagai inhibitor pembentukan kalsium oksalat,
dan efek alkalinizing yang dapat mengurangi pelepasan tulang kalsium.
Namun, kelarutan oksalat relatif tidak terpengaruh oleh berbagai pH urin, yang
menjelaskan mengapa pencegahan diet dan kalium sitrat sering berhasil dalam
pencegahan urolit kalsium oksalat. Hiperkalsemia cukup umum pada kucing
yang lebih tua, dan urolit kalsium oksalat lebih sering terjadi pada kucing yang
lebih tua. Hiperkalsemia dapat mempengaruhi kucing untuk pembentukan

27

kalsium oksalat dengan menyediakan sumber kalsium yang diperlukan untuk


pembentukan urolit. Meningkatkan asupan air juga dianjurkan. Kucing
menggunakan pendekatan ini harus dipantau dengan menggunakan tingkat pH
urin dan adanya kristal kalsium oksalat dalam urin. Namun, tidak ada korelasi
yang kuat dengan kristaluria dan pembentukan urolit. Sebuah penelitian baru
menemukan tingkat kekambuhan 7,1 % untuk kekambuhan pertama, dan 0,6 %
untuk kekambuhan kedua, serta 0,1 % untuk kekambuhan ketiga. Untuk
beberapa alasan, angka ini mungkin lebih rendah dari yang sebenarnya; 5)
Struvit dan Kalsium Oksalat : Pendekatan lain untuk pencegahan adalah
penggunaan diet konon telah menghilangkan komponen kunci dalam
pembentukan urolit (c/d Multicare, Bukit's Pet Nutrition). Diklaim memiliki
potensi untuk mencegah semua jenis urolit kucing. Kucing menggunakan
pendekatan ini harus dipantau dengan adanya kristal dalam urin. Namun, tidak
ada korelasi yang kuat dengan kristaluria dan pembentukan urolith; 6) Urat
urolit : Pencegahan terpusat pada penggunaan diet nonacidifying atau obat
alkalinizing urin. Meningkatkan asupan air juga dianjurkan. Efektivitas dari
allopurinol pada kucing tidak diketahui, namun telah digunakan dengan
beberapa keberhasilan dengan dosis 10 mg/kg setiap 8 jam PO selama 3 hari,
kemudian dikurangi menjadi 10 mg q24h PO. Obat ini belum diteliti secara
luas pada kucing. Dengan demikian, toksisitas adalah masalah potensial.
Sebuah penelitian baru menemukan tingkat kekambuhan 13,1 % untuk
kekambuhan pertama dan 4,1 % untuk kekambuhan kedua. Untuk beberapa
alasan, angka ini mungkin lebih rendah dari sebenarnya; 7) Sistin urolit : Diet

28

nonacidifying dianjurkan. Meningkatkan asupan air juga dianjurkan. Natrium


bikarbonat harus dihindari karena diet sodium dapat meningkatkan cystinuria;
8) Kalsium fosfat urolit : Sebuah pendekatan yang efektif saat ini tidak diakui,
tetapi pendekatan yang dilakukan untuk urolit kalsium oksalat tampaknya
tepat. Jika hypercalcemia hadir, penyebabnya harus didiagnosis dan diobati,
jika memungkinkan (Little, 2012).

29

DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2007. Feline Urologic Syndrome. Available from URL : http://www
.uvhberkeley.com/index.php?Page=fus.html. Cited 05/01/2012.
Anonymous. 2009. Magnesium in the Feline Diet, and its association with FUS.
Available from URL : http://www.felinefuture.com/?p=574.html. Cited
05/01/2012.
Carlton, W. W. dan McGavin, M. D. 1995. Thomson's Special Veterinary
Pathology. St. Louis. Mosby-Year Book, Inc. Pp 209-245.
Duval

D. 2002. Feline Urologic


www.mailer.fsu.edu.

Syndrome.

Internet

Vet.

Column.

Handayani, S. W. 2009. Evaluasi Klinis Urolithiasis pada Kucing Jantan Lokal.


Tesis. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Gadajah Mada.
Yogyakarta.
Koesharyono, C. 2008. Penanganan Kasus Urolitiasis Pada Anjing. Available
from URL : http://www.anjingkita.com/Penanganan_Kasus_Urolitiasis_
Pada_Anjing.html. Cited 05/01/2012.
Little, S. E. 2012. The Cat: Clinical Medicine and Management. Elsevier.
Missouri. Pp 992-1004.
Nash, H. 2008. Urin Crystals and Bladder Stones in Cats: Formation, Diet and
other Treatment. Available from URL : http://www.peteducation.com
/article.cfm?c=1+2243+2244&aid=2660.html. Cited 05/01/2012.
Nelson, R.W. and Couto, C.G. 2003. Small Animal Internal Medicine 3rd Edition.
Mosby Inc. Missoury. London.
Norsworthy, G. D. 2011. The Feline Patient 4th ed. Blackwell Publishing Ltd.
New York. Pp 538-541.
Pinney C.C. 2009. Feline Lower Urinary Tract Disease. Available from URL :
http://maxshouse.com/feline_urological_syndrome_fus.html.
Cited
05/01/2012.
Polzin, D. J. 2011. Nephrology and Urology of Small Animals : Canine and feline
urolithiasis: diagnosis, treatment, and prevention. Wiley-Blackwell.
London. Pp 687-709.

30

Purnamaningsih, H., dan Indarjulianto, S. 2011. Feline Urologic Syndrome


(Urolithiasis) dan Penanganannya. Materi dan Kuliah Penyegaran.
Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Gadajah Mada. Yogyakarta.
Purnomo, B. B. 2009. Dasar-Dasar Urologi. Edisi II. Fakultas Kedokteran.
Universitas Brawijaya. Malang.
Hostutler, R. A., Chew, D. J., DiBartola, S. P. 2005. Recent Concepts in Feline
Lower Urinary Tract Disease. Vet Clin Small Anim 35:147170.
Amma, S. T., Sheeja, V.M., Rajankutty, K., Martin, J. K. D., Pillai, U. N. 2011.
Obstructive
urolithiasis in Dogs : Advances in Diagnosis and
Management. JIVA 9:56-59.
Wael, M. K. 2012. Clinical Survey and Selection of Therpeutic Approach for
Emergent Feline Urological Syndrome. Life Science Journal 9:151-156.

31

Anda mungkin juga menyukai