Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK

LABORATORIUM
PENANGAS AIR DAN SHAKER

Disusun oleh :
Dhea Vivin. K
F05112088
REG A Kelas B

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2013

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Penggunaan zat-zat kimia di dalam laboratorium pada umumnya dan
sebagian besar berupa bahan kimia cair (liquid). Kemampuan suatu zat
kimia untuk larut dinyatakan dalam kelarutan atau solubility. Larutan
tersusun dari zat terlarut (solvent) dan zat pelarut (solute).
Kelarutan merupakan kemampuan zat kimia tertentu untuk larut dalam
suatu pelarut. Suatu zat dikatakan terlarut jika dapat menjadi homogen
dengan zat pelarut. Zat pelarut umumnya berupa cairan. Kelarutan dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya suhu, goncangan/adukan jenis
zat pelarut atau zat terlarut.
Penangas air dan shaker merupakan alat yang dapat mempercepat
proses pelarutan. Praktikum ini akan membahas bagaimana cara kerja
penangas air dan shaker serta bagaimana penggunaan penangas air dan
shaker yang benar.

2. Dasar Teori
Kelarutan merupakan kemampuan zat kimia tertentu untuk larut dalam
suatu pelarut. Larutan adalah campuran homogen atau serba sama antara
dua zat atau lebih. Larutan terdiri dari pelarut dan zat terlarut. Pelarut adalah
bagian dari larutan (zat) yang jumlahnya banyak. Zat terlarut adalah bagian
dari larutan yang jumlahnya sedikit. Misalnya pada larutan NaCl, sebagai
pelarut adalah air sedangkan zat terlarut adalah NaCl (Wahyuni, 2004).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain :
a. Pengaruh jenis zat pada kelarutan
Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip umumnya dapat saling
bercampur dengan baik, sedangkan zat-zat yang struktur kimianya
berbeda umumnya kurang dapat saling bercampur (like dissolves like).
Senyawa yang bersifat polar akan mudah larut dalam pelarut polar.,
sedangkan senyawa non polar akan mudah larut dalam pelarut non polar.
Contohnya alkohol. Dan air bercampur sempurna (completely miscible),
air dan eter bercampur sebagian (partially miscible), sedangkan minyak
dan air tidak bercampur (completely immiscible).
b. Pengaruh temperatur pada kelarutan
Kelarutan gas umumnya berkurang pada temperatur yang lebih tinggi.
Misalnya jika air dipanaskan, maka timbul gelembung-gelembung gas
yang keluar dari dalam air, sehingga gas yang terlarut dalam air tersebut
menjadi berkurang. Kebanyakan zat padat kelarutannya lebih besar pada
tempertur yang lebih tinggi. Ada beberapa zat padat yang kelarutannya
berkurang pada temperatur yang lebih tinggi.
c. Pengaruh tekanan pada kelarutan
Perubahan tekanan pengaruhnya kecil terhadap kelarutan zat cair atau
padat. Kelarutan gas sebanding dengan tekanan partial gas itu. Menurut
Hukum Henry, massa gas yang melarut dalm jumlah tertentu cairan
(pelarutnya ) berbanding lurus dengan tekanan yang dilakukan oleh gas
iru (tekanan partial), yang berada dalam kesetimbangan dengan larutan
itu (Anonim A, 2010).
Water Bath (penangas air) merupakan peralatan yang berisi air yang
bisa mempertahankan suhu air pada kondisi tertentu selama selang waktu
yang ditentukan. Atau dikenal juga sebagai alat yang berfungsi menjaga
kestabilan suatu bahan pada suhu tertentu yang dapat menyebabkan kondisi
suatu bahan lebih akomodatif. Alat ini untuk memanaskan atau mengukus
suatu zat padat menjadi larutan atau untuk mendidihkan larutan. Alat ini
memiliki pengontrol yang sangat tinggi. Water bath menggunakan daya
listrik yang rendah sehingga sangat ekonomis dan efisien. Pada
laboratorium mikrobiologi, water bath digunakan untuk menginkubasi

kultur mikrobiologi. Secara sederhana alat ini menggunakan pemanas pada


air yang dipanaskan dengan api maupun dengan listrik atau uap dari air
(Adijuwana, 1992).
Prinsip kerja:
Pada saat dingin mensterilisasi steker dihidupkan, dipilih suhu (temperatur)
yang diinginkan (jika memungkinkan) dan atur. Pengaturan harus dilakukan
sesuai dengan pembacaan thermostat (bila tersedia), atau sesuai dengan
suatu sistem pengawasan suhu.
Fungsi Water bath :
Water bath dapat digunakan untuk :
1. Pemanasan pada suhu rendah 300C sampai 1000C.
2. Menguapkan zat atau larutan dengan suhu yang tidak terlalu tinggi
Macam-macam alat berdasarkan media pemanas :
Tangas air : Jika sebagai media pemanas digunakan air, dalam hal ini
wadah bahan yang akan dipanaskan harus terendam dalam air.
Tangas uap : jika sebagai media pemanas digunakan uap air, sehingga
wadah bahan yang akan dipanaskan tidak boleh terendam air.
Tangas minyak : jika sebagai media pemanas digunakan
minyak, sehingga dapat digunakan untuk pemanasan pada suhu yang
lebih tinggi antara 170 0C hingga 200 0C.
Tangas pasir : jika sebagai media pemanas digunakan pasir, sehingga
dapat digunakan untuk pemanasan pada suhu tinggi hingga lebih dari 200
0
C.
Bagian-bagian water bath :
1. Pengatur suhu
2. Pengaman kedudukan tinggi air
3. Penangas air bisa dilengkapi motor penggerak sehingga dapat berfungsi
sebagai alat pengocok
4. Elemen pemanas dengan listrik
5. Tangas uap mempunyai satu hingga enam buah lubang untuk
menaruh/meletakkan benda yang akan diuapkan
Cara kerja water bath :
1. Air dimasukkan ke dalam bejana

2. Atur suhu yang dikehendaki dan hidupkan water bath


3. Masukkan benda yang akan dipanaskan ke dalam air ( untuk tangas air )
letakkan benda pada salah satu lubang ( untuk tangas uap ), ingat lubang
lain yang tidak digunakan tetap ditutup.
Cara penyimpanan water bath :
1. Sebagai media pemanas digunakan air suling (jangan menggunakan air
sumur, karena menyebabkan korosi).
2. Selesai digunakan (jika menggunakan listrik) matikan arus listrik dan
dicabut dari arus listrik.
3. Jika hendak disimpan air (media pemanas) dikosongkan.
Cara perawatan water bath :
1. Untuk perawatan, bersihkan alat hanya dengan lap bersih yang dibasahi
air kemudian lap dengan kain kering setiap selesai menggunakan alat.
2. Box kontrol jangan sampai tersiram atau kemasukkan air karena dapat
berakibat tersengat tegangan listrik ( berbahaya ) atau alat akan menjadi
rusak.
3. Cara rutin air dapat diganti atau ditambahi +/-2 bulan sekali
(Anonim B, 2011).
Kalibrasi :
Paling tidak dilakukan dua kali per tahun (2x/tahun), termometer
waterbath harus dicek oleh petugas yang bertanggung jawab untuk hal ini
atau seseorang yang diberi tugas oleh Kepala laboratorium, dengan
menggunakan termometer terkalibrasi. Interval uji penyimpanan (deviasi)
harus didokumentasikan/ dicatat pada buku peralatan. Bila alat teroperasi
tanpa mengindahkan suhu yang diinginkan, prosedur ini tidak perlu
dilakukan, alat harus diberi label yang sesuai untuk ini.
Dalam kasus terjadinya penyimpangan lebih tinggi atau lebih rendah
0
+/- 5 C, yang ditunjukkan oleh termometer pada alat, harus ditentukan
faktor koreksi (suhu yang diinginkan/ suhu terukur) dan dicantumkan secara
jelas pada alat. Pada kasus lainnya dari deviasi suhu yang diijinkan, harus
didokumentasikan pada buku alat (Volk, 1984).
Shaker adalah alat yang digunakan untuk mengaduk atau mencampur
suatu larutan dengan larutan yang lain sehingga bersifat homogen dengan
gerakan satu arah. Alat ini biasanya digunakan di laboratorium. Alat ini
sangat penting mengingat didalam laboratorium sering kali di gunakan
untuk praktikum yang banyak melakukan kegiatan pencampuran larutan.

Pencampuran larutan jika dilakukan secara manual akan kurang efisien


dalam waktu maupun tenaga. Disamping itu ada beberapa larutan yang
berbahaya untuk disentuh. Maka dari itu alat ini menambah safety dari
pengguna di laboratorium. Disamping itu terdapat alat yang hampir sama
penggunaannya yaitu stirrer. Jika shaker mencampur larutan dengan
gerakan naik turun sedangkan stirrer mencampur larutan dengan gerakan
memutar (Irianto, 2006).
a. Prinsip kerja
Prinsip kerja alat ini ialah dengan meletakkan tabung erlenmeyer di
atas wadah shaker, kemudian menyalakan shaker untuk mengocok
larutan yang ada di dalam tabung erlenmeyer.
b. Fungsi
Shaker digunakan untuk mengaduk larutan zat sehingga terbentuk
larutan yang homogen (Mega, 2011).
Elektromagnetic shakers operate on the principle of magnetism.
Electric current in a wire will establish a magnet field. When the wire is
wond in a coil the effect of the magnetic field is multiplied because the
multiply wingdings of the coil. The change of current flow in the coil will
produce a varying magnetic field.
A reaction shaker is a shaker where the coil is mounted to a structure
or item under test. The rest of the shaker mass becomes the mass againts
which the forces generated by the shaker coil react. Hence the term reaction
shaker. In effect, the mass of the shaker body is used to shake the structure
(Wilcoxon, 2005).

B. Tujuan
Praktikum yang berjudul Penangas Air dan Shaker ini bertujuan
untuk mengetahui fungsi dan teknik penggunaan penangas air dan shaker,
untuk membandingkan kecepatan larutan gula untuk mendapatkan larutan yang
homogen pada suhu ruang, penangas air dan shaker, untuk mmengetahui
pengaruh goncangandan suhu terhadap kecepatan larutan menjadi homogen.

C. Metodologi
Alat dan bahan
Praktikum kali ini menggunakan alat-alat seperti penangas air, shaker,
erlenmeyer, dan gelas beaker. Sedangkan bahan-bahannya meliputi air dan
gula pasir.
Cara kerja
3 gelas labu ukur 100 ml yang telah diisi dengan 20 ml air dan 10 gr gula
disiapkan.
Penangas air
Mula-mula air bersih dimasukkan ke dalam bak penangas air (tanda batas
air dilihat). Setelah itu temperatur penangas air diset pada 70 C (dicek
dengan menggunakan termometer untuk kalibrasinya). Lalu gelas labu
ukur yang telah diisi gula dan air dimasukkan. Perubahan dicatat setiap 2
menit sampai mendapatkan larutan yang homogen.
Shaker
Pertama-tama gelas labu ukur yang telah diisi air dan gula diletakkan
pada permukaan shaker. Lalu kecepatan gerakan shaker diatur.
Perubahan dicatat setiap 2 menit sampai mendapatkan larutan yang
homogen.
Suhu ruang
Perubahan air dan gula yang ada pada labu ukur lainnya diamati pada
suhu ruang. Waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan larutan yang
homogen pada suhu ruang dicatat.

D. Hasil Pengamatan
1. Penangas Air (suhu 53,4 C)

Waktu

2 menit

4 menit
6 menit
8 menit
10 menit
12 menit
14 menit
16 menit

Perubahan pada larutan dalam labu


Sebelum
Larutan belum homogen,
bening, adanya endapan gula
dalam bentuk kristal.
Gula mulai berkurang/larut,
timbul uap air pada dinding
labu.
Gula sudah sebagian larut,
larutan bening.
Gula sebagian besar sudah
larut.
Gula hampir larut semua.
Keadaan hampir sama dengan
waktu menit ke-8.
Keadaan hampir sama dengan
waktu menit ke-8.
Gula tersisa sedikit sekali.

Sesudah
Gula mulai berkurang/larut,
timbul uap air pada dinding
labu.
Gula sudah sebagian larut,
larutan bening.
Gula sebagian besar sudah larut.
Gula hampir larut semua.
Keadaan hampir sama dengan
waktu menit ke-8.
Keadaan hampir sama dengan
waktu menit ke-8.
Gula tersisa sedikit sekali.
Larutan menjadi homogen,
pekat, berwarna agak kuning.

2. Shaker

Waktu

5 menit
6,38 menit

Perubahan pada larutan


Sebelum
Bening, terdapat endapan gula
yang masih dalam bentuk
kristal.
Masih ada endapan gula yang
belum larut sempurna.

Sesudah
Masih ada endapan gula yang
belum larut sempurna.
Gula homogen, pekat, berwarna
agak kuning.

3. Suhu Ruang

Waktu

5 menit
45 menit

Perubahan pada larutan


Sebelum
Larutan belum homogen,
bening, adanya endapan gula
dalam bentuk kristal.
Larutan masih belum
homogen.

Sesudah
Larutan masih belum homogen.
Larutan homogen, pekat,
warnanya agak kuning.

E. Pembahasan
Praktikum yang berjudul Penangas Air dan Shaker ini bertujuan
untuk mengetahui fungsi dan teknik penggunaan penangas air dan shaker,
untuk membandingkan kecepatan larutan gula untuk mendapatkan larutan yang
homogen pada suhu ruang, penangas air dan shaker, untuk mmengetahui
pengaruh goncangandan suhu terhadap kecepatan larutan menjadi homogen.
Pada praktikum kali ini dilakukan 3 perlakuan berbeda terhadap
larutan gula dengan konsentrasi sama, yaitu 10 gr gula yang dilarutkan sampai
volumenya tepat 20 ml. 3 labu erlenmeyer larutan gula ini kemudian dibagi
menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama gula dipanaskan dalam penangas air
dengan suhu 53,4 C. Kelompok kedua digoncang dalam shaker dengan 150
goncangan per menit hingga larutan homogen. Kelompok ketiga gula dibiarkan
larut dalam suhu ruang tanpa perlakuan apapun hingga larutan homogen.
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute) untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Kelarutan dinyatakan
dalam jumlah maksimum zat terlarut yang larut dalam suatu pelarut pada
kesetimbangan larutan hasil disebut larutan jenuh (Wahyuni, 2004).
Water Bath (penangas air) merupakan peralatan yang berisi air yang
bisa mempertahankan suhu air pada kondisi tertentu selama selang waktu yang
ditentukan. Atau dikenal juga sebagai alat yang berfungsi menjaga kestabilan
suatu bahan pada suhu tertentu yang dapat menyebabkan kondisi suatu bahan
lebih akomodatif. Alat ini untuk memanaskan atau mengukus suatu zat padat
menjadi larutan atau untuk mendidihkan larutan. Alat ini memiliki pengontrol
yang sangat tinggi. Water bath menggunakan daya listrik yang rendah sehingga
sangat ekonomis dan efisien. Pada laboratorium mikrobiologi, water bath
digunakan untuk menginkubasi kultur mikrobiologi. Secara sederhana alat ini
menggunakan pemanas pada air yang dipanaskan dengan api maupun dengan
listrik atau uap dari air (Adijuwana, 1992).
Prinsip kerjanya adalah pada saat dingin mensterilisasi steker
dihidupkan, dipilih suhu (temperatur) yang diinginkan (jika memungkinkan)
dan atur. Pengaturan harus dilakukan sesuai dengan pembacaan thermostat
(bila tersedia), atau sesuai dengan suatu sistem pengawasan suhu (Anonim B,
2011).
Shaker adalah alat yang digunakan untuk mengaduk atau mencampur
suatu larutan dengan larutan yang lain sehingga bersifat homogen dengan
gerakan satu arah. Alat ini biasanya digunakan di laboratorium. Alat ini sangat
penting mengingat didalam laboratorium sering kali di gunakan untuk
praktikum yang banyak melakukan kegiatan pencampuran larutan.
Pencampuran larutan jika dilakukan secara manual akan kurang efisien dalam
waktu maupun tenaga. Disamping itu ada beberapa larutan yang berbahaya
untuk disentuh. Maka dari itu alat ini menambah safety dari pengguna di
laboratorium. Disamping itu terdapat alat yang hampir sama penggunaannya

yaitu stirrer. Jika shaker mencampur larutan dengan gerakan naik turun
sedangkan stirrer mencampur larutan dengan gerakan memutar (Irianto,
2006).
Prinsip kerja alat ini ialah dengan meletakkan tabung erlenmeyer di
atas wadah shaker, kemudian menyalakan shaker untuk mengocok larutan yang
ada di dalam tabung erlenmeyer. Fungsi adalah digunakan untuk mengaduk
larutan zat sehingga terbentuk larutan yang homogen (Mega, 2011).
Proses kelarutan yang paling cepat adalah pada gula dilarutkan dalam
shaker yaitu 6,38 menit atau 382,8 sekon untuk larutan menjadi homogen. Pada
penangas air dalam larutan gula membutuhkan waktu 16 menit atau 960 sekon
hingga larut sempurna. Dan proses kelarutan yang paling lama adalah pada
suhu ruang, yaitu 45 menit atau 2700 sekon.
Suhu tinggi dan goncangan merupakan faktor yang dapat
mempercepat proses kelarutan hingga gula larut sempurna menjadi larutan
homogen (homogenisasi). Jika suhu dinaikkan, jarak antar molekul zat padat
menjadi renggang. Hal ini menyebabkan ikatan antar zat padat mudah terlepas
oleh gaya tarik molekul-molekul air, sehingga zat tersebut mudah larut.
Sedangkan dengan diaduk atau digoncang, tumbukan antarpartikel gula dengan
pelarut akan semakin cepat, sehingga gula lebih mudah larut (Anagazali,
2012).
Waktu yang diperlukan untuk mencapai larutan homogen pada
penangas air lebih lama dibandingkan dengan shaker. Hal ini dikarenakan pada
saat proses pemanasan disertai dengan penguapan air. Akibatnya air telah
berkurang sebelum gula larut sempurna. Gula menjadi lebih sulit larut
dikarenakan pelarutnya menjadi lebh sedikit. Hal ini terlihat dari data bahwa
jumlah gula tersisa sekitar 10 % pada menit ke-4, namun baru larut sempurna
pada menit ke-16. Sedangkan pada shaker, goncangan tidak menyebabkan
jumlah pelarut berkurang, sehingga gula larut dalam waktu yang cukup singkat.

F. Kesimpulan
Dari praktikum Penangas Air dan Shaker ini dapat diambil
kesimpulan bahwa larutan terdiri dari zat terlarut (solute) yang jumlahnya lebih
sedikit dan zat pelarut (solvent) yang jumlahnya lebih banyak.
Kelarutan atau solubilitas adalah kemampuan zat kimia tertentu, zat
terlarut (solute) untuk larut dalam suatu pelarut (solvent). Penangas air dan
shaker dapat digunakan untuk mempercepat proses kelarutan. Prinsip kerja
penangas air adalah dengan peningkatan suhu. Peningkatan suhu menyebabkan
ikatan antar molekul zat terlarut menjadi renggang sehingga lebih mudah larut.
Prinsip kerja shaker adalah dengan goncangan. Goncangan menyebabkan
tumbukan antara zat terlarut dan zat pelarut akan semakin cepat sehingga lebih
mudah larut.
Kelarutan paling cepat dengan bantuan shaker, yaitu 6,38 menit atau
382,8 sekon, kemudian dengan bantuan penangas air yaitu 16 menit atau 960
sekon, dan yang paling lama, yaitu pada suhu ruang yaitu 45 menit atau 2700
sekon.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan menjadi homogen adalah
suhu, pengadukan, jenis pelarut dan jenis zat terlarut.

DAFTAR PUSTAKA
Adijuwana, H. 1992. Manajemen Laboratorium. Jakarta : Erlangga.
Anonim A. 2010. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelarutan. (online).
(http://banyaktugas.blogspot.com/2010/11/faktor-faktor-yangmempengaruhi-kelarutan.html). diakses tanggal 28 Mei 2013.
Anonim

B.

2011.

Water

Bath

Penangas

Air.

(online).

(http://analismuslim.blogspot.com/2011/12/waterbath-penangasair.html). diakses tanggal 28 Mei 2013.


Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi Jilid 1. Bandung : Yrama Widya.
Mega.

2011.

Laporan

Mikrobiologi

Pengenalan

Alat.

(online).

(http://megabohari.blogspot.com/2011/12/laporan-mikrobiologipengenalan-alat.html). diakses tanggal 28 Mei 2013.


Volk. 1984. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Erlangga.
Wahyuni, Sri. 2004. Master Kimia. Jakarta : Erlangga.
Wilcoxon Research. 2005. Electromagnetic Shakers Operating Guide Models F3,
F4, F5B, F10. rev c. hal : 5.

Anda mungkin juga menyukai