Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ammonium Sulfat (ZA) merupakan salah satu jenis pupuk sintetis yang mengandung
unsur hara Nitrogen. Unsur hara Nitrogen yang berasal dari Urea dan ZA merupakan hara
makro utama bagi tanaman selain Posfor dan Kalium serta seringkali menjadi faktor
pembatas dalam produksi tanaman. Menurut Gardner dkk. (1991), defisiensi Nitrogen
membatasi pembesaran sel dan pembelahan sel. Nitrogen berperan sebagai bahan penyusun
klorofil dan asam amino, pembentuk protein esensial bagi aktivasi karbohidrat, dan
komponen enzim, serta menstimulasi perkembangan dan aktivitas akar serta meningkatkan
penyerapan unsur-unsur hara yang lain (Olson dan Kurtz, 1982).
Pupuk ZA dibuat dari gas amoniak dan gas belerang. Persenyawaan kedua zat
tersebut menghasilkan pupuk ZA yang mengandung Nitrogen 20,5 sampai 21%, bersifat
tidak higroskopis. Menurut Hilman dkk. (1993, dalam Widyastuti, 1996), pupuk Nitrogen
dalam bentuk ammonium sulfat (ZA) yang diberikan ke dalam tanah pertama-tama akan
diserap (adsorpsi) oleh kompleks koloid tanah dan bentuk N (NH4+) cenderung tidak hilang
dan tercuci air, sedangkan urea dapat segera larut dalam air. Tahap akhir dalam proses
pembuatan pupuk ZA adalah pengeringan.
Pengeringan adalah proses untuk menghilangkan sejumlah cairan volatil yang
terdapat dalam padatan dengan cara evaporasi. Dalam industri pupuk seperti ammonium
sulfat (ZA), superfosfat (SP), dan natrium fosfat kalium (NPK), proses pengeringan biasanya
dilakukan dengan menggunakan rotary dryer. Untuk dapat mendesain dan menganalisa
kinerja suatu rotary dryer, perlu diketahui terlebih dahulu karakteristik pengeringan bahan
padat yang dikeringkan. Hal ini dapat dilaksanakan secara eksperimen dengan menggunakan
alat tray dryer.
1.2 Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam makalah ini akan lebih terfokus pada proses produksi
pupuk ZA.
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses
pembuatan pupuk ZA, dalam kehidupan manusia.

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat dari pembahasan makalah ini adalah untuk memberikan informasi kepada
pembaca mengenai proses pembuatan pupuk ZA dan kegunaan dari pupuk ZA.

BAB II
ISI
2.1 Pengertian Pupuk
Pupuk adalah substansi / bahan yang mengandung satu atau lebih zat yang dibutuhkan
untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman atau dapat dengan pengertian lain
merupakan material tertentu yang ditambahkan ke media tanam atau tanaman dengan tujuan
untuk melengkapi ketersediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman sehingga dapat
berproduksi dengan baik. Pupuk memang sengaja dibuat mengandung bahan-bahan yang
mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Menurut pengertian ini, bahan yang
walaupun mengandung zat yang dibutuhkan tanaman tetapi tidak dibuat dengan sengaja
untuk memberikan nutrisi kepada tanaman tidak bisa dikatagorikan sebagai pupuk. Sebagai
contoh, sisa tanaman yang jatuh ke tanah dan menyediakan N bagi tanah tidak bisa dikatakan
sebagai pupuk.
Dalam pemberian pupuk perlu diperhatikan kebutuhan tumbuhan tersebut, agar
tumbuhan tidak mendapat terlalu banyak zat makanan. Terlalu sedikit atau terlalu banyak zat
makanan dapat berbahaya bagi tumbuhan. Pupuk dapat diberikan lewat tanah ataupun
disemprotkan ke daun. Salah satu jenis pupuk organik adalah kompos.
2.2 Pengertian Pupuk Amonium Sulfat (ZA)
Amonium Sulfat atau yang biasa disebut ZA merupakan salah satu jenis pupuk buatan
yang berguna bagi tanaman. Pupuk ZA adalah pupuk yang sekaligus mengandung 2 (dua)
unsur hara yaitu Nitrogen (N2) dan unsur hara Sulfur (S).
Nitrogen pada tanaman diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian
vegetatif tanaman, seperti daun, batang dan akar. Berperan penting dalam hal pembentukan
zat hijau daun yang berguna dalam proses fotosintesis, membentuk protein, lemak dan
berbagai persenyawaan organik, meningkatkan mutu tanaman penghasil daun-daunan serta
meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme di dalam tanah
Unsur hara belerang (S) memiliki manfaat yang besar untuk pertumbuhan tanaman.
Adapun manfaat dari unsur hara belerang (S) yaitu untuk membantu pembentukan butir hijau
sehingga daun lebih hijau, menambah kandungan protein dan vitamin tanaman, berperan
dalam sintesis minyak yang berguna pada proses pembuatan gula, dan memacu pertumbuhan
anakan produktif. Unsur belerang pada pupuk ZA termasuk unsur makro yaitu sebesar 24 %.

Pupuk ZA mengandung belerang 24% dan nitrogen 21%. Kandungan nitrogennya hanya
separuh dari urea, sehingga biasanya pemberiannya dimaksudkan sebagai sumber pemasok
unsur hara belerang pada tanah-tanah yang miskin unsur hara ini. Namun, pupuk ini menjadi
pengganti urea sebagai pemasok nitrogen bagi pertanaman tebu karena tebu akan mengalami
keracunan bila diberi pupuk urea.
Produksi pupuk amonium sulfat ((NH4)2SO4) atau pupuk ZA dapat menggunakan
beberapa macam bahan baku, salah satunya adalah dengan menggunakan amoniak dan asam
sulfat murni. Di Indonesia, amoniak diproduksi oleh beberapa perusahaan. Hal ini
menunjukkan bahwa bahan baku untuk pupuk ZA masih dapat terpenuhi. Pupuk sangat
dibutuhkan di berbagai komoditas, baik yang termasuk ke dalam sektor pertanian (tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan), maupun sektor-sektor diluar pertanian
yaitu kehutanan, perikanan dan perindustrian.
2.3 Bahan Baku Pembuatan Pupuk ZA
Bahan baku pembuatan Pupuk ZA adalah Amoniak dan Asam Sulfat. Jadi disini kami
akan membahas proses pembuatan Amoniak terlebih dahulu kemudian di lanjutkan dengan
proses pembuatan pupuk ZA.
Reaksi :
N2
+
3H2
2NH3
merupakan reaksi kesetimbangan eksoterm. Kesetimbangan reaksi untuk konversi yang
paling tinggi di peroleh pada teakanan tinggi dan suhu yang lebih rendah.
Kp
=
PNH3/(PH2.PN2)
Untuk menghasilkan konversi tinggi perlu suhu rendah tetapi kecepatan reaksi akan
naik jika suhu dinaikkan. Pemilihan proses umumnya menggunakan tekanan tinggi dan suhu
tinggi, atau suhu antara 500-550 C dengan tekanan sedang dengan beban recycle yang lebih
tinggi.
Ada 4 macam proses yang berbeda untuk mendapatkan suatu amonia, yaitu:

Tekanan sangat tinggi (900-1000 atm) beroperasi pada temperatur 500-600 C dan
yield 40-80 %.

Tekanan tinggi (600 atm) temperatur 500 C yield 15-20 % misalnya : casale.

Tekanan moderat (200-300 atm) temperatur 500-550 C, yield dengan katalis terbaru
10-30 % misalnya : haber bosch, kellog.

Tekanan rendah (100 atm) temperatur 400-425 C, yield 8-20 %, misalnya mont cenis.

Kecenderungannya lebih banyak ke arah menggunakan tekanan yang cukup rendah


dengan meningkatkan beban resirkulasi, karena menimbang mahalnya harga tangki
bertekanan. Juga cenderung untuk mengguanakan single-train yang besar (yang berkapasitas
reaktor 1000 ton/hari) sehingga ongkos produksinya rendah, hal mana di mungkinkan dengan
digunakannya kompresor sentrifugal yang dapat menekan gas alam hingga 280 atm atau
lebih.
Rumus molekul amoniak adalah NH3, berdasarkan rumus molekul tersebut amoniak
terbentuk dari gugus N dan H yang masing-masing dapat diperoleh dari H2(Hidogen) dan N2
(Nitrogen). H2 adalah salah satu komponen gas sintesa yang diperoleh dari pemrosesan gas
alam yang mengandung 80 95 % CH4(Metan). Sedang N2 diperoleh dari udara yang
mengandung 79% N2 dan 21% O2.

Tahapan Proses
1. Desulfurisasi.
Gas alam pada umumnya mengandung sulfur dalam bentuk H2S atau Sulfur
Anorganik dan Sulfur Organik seperti mercaptan yang rumus molekulnya RS. Kadar sulfur
anorganiknya di dalam gas alam yang diterima industri pupuk adalah relatif kecil yaitu
berkisar 0,18 -0.3 ppm sedang sulfur organiknya relatif tidak ada.

Kadar sulfur dalam gas alam yang diijinkan untuk memasuki Primary Reformer
maksimum adalah 0,1 ppm. Untuk menyerap sulfur dari gas alam digunakan ZnO sebagai
adsorbent ini bukan katalis.
Keberhasilan adsorbsi sulfur anorganik praktis diadsorbsi pada temperatur yang lebih
rendah (200-250oC) dibandingkan dengan sulfur organik (250-400oC).
Kondisi operasi di Desulfurisasi:
Pressure

: 35-40 kg/cm2G

Temperature Inlet

: 350-400oC

Temperature Outlet

: 330-380oC

2. Primary Reformer.
Ke dalam Primary Reformer dimasukan Steam bersama gas alam yang keluar dari
Desulfurisasi. Sebelum bertemu katalis yang berada dalam tube yang dipanasi secara radiasi
oleh burner-burner (seperti burner pada kompor gas), campuran steam dan gas terlebih
dahulu dipanasi hingga temperatur reaksi 530-650oC. Hal ini sesuai dengan jenis reaksinya
yang endotermis. Disamping reaksi reforming, reaksi shift juga terjadi di Primary Reformer.
Untuk menjamin bahwa reaksi berjalan sesempurna mungkin, rasio steam terhadap carbon
yang ada dalam gas alam (S/C) dijaga sekitar 3,1-4 (mol/mol)
Kondisi operasi Primary Reformer :
Pressure

: 35 40 kg/cm2G

Temperature Inlet

: 530 650oC

Temperature Outlet

: 770 811oC

Kadar CH4Outlet

: 9 16 % berat

Kadar CO Outlet

: 8 9 % berat

Kadar H2 Outlet

: 65 70 % berat.

3.Secondary Reformer.
Pada dasarnya Secondary Reformer berfungsi untuk menyempurnakan reaksi
reforming yang telah terjadi di Primery Reforming. Kalau Primery Reformer sumber
panasnya untuk reaksi reforming yang endotermis disuplay oleh burner-burner yang
memberikan panasnya secara radiasi, maka sumber panas di Scondary Reformer disuplay
oleh udara yang dimasukkan ke Scondary Reformer menggunakan kompresor udara.
Reaksi pembakaran O2 dari udara dengan H2 hasil reaksi reforming di Primary Reformer :
O2 + H2
H2O + Panas ( exothermic)
Akan menghasilkan panas yang akan dipakai oleh reaksi reforming Secondary
Reformer. Campuran hasil reaksi di Secondary Reformer ini akan menyisakan N2 yang

praktis tidak / belum bereaksi dengan H2 dan campuran gas lainnya. N2 akan bereaksi dengan
H2 nantinya di Converter Amoniak setelah menjalani berbagai proses pemurnian berikutnya.
Adapun reaksi yang terjadi di secondary reformer adalah sebagai berikut :
CH4 +
udara
CO
+
Kondisi operasi di Scondary Reformer :

2H2

Pressure

: 35-40 kg/cm2G

Temperature Inlet

: 520-560oC

Temperature Outlet

: 950-1050oC

CH4 Outlet

: 0,2-1,0 % berat

CO Outlet

: 10-13 % berat

H2 Outlet

N2

: 54-56 % berat

4. Shift converter, CO2 removal dan metanasi


Karbondioksida yang ada dalam gas hasil reaksi yang terjadi pada scondary reformer
(Reforming Unit) dipisahkan dahulu di Unit Purification, Karbon dioksida yang telah
dipisahkan dikirim sebagai bahan baku Pabrik Urea. Sisa Karbon dioksida yang terbawa
dalam gas proses, akan menimbulkan racun pada katalisator Ammonia Converter, oleh
karena itu sebelum gas proses ini dikirim ke Unit Synloop & Refrigeration terlebih dahulu
masuk ke Methanator.
Konverter Sintesis Amonia.
Konverter ini terdiri dari selongsong (cangkang) tekanan tinggi berisi bagian katalis
dan penukar kalor. Bagian katalis adalah selongsong berbentuk silinder yang ditempatkan di
dalam selongsong tekanan tinggi tadi sehingga terdapat anulus di antara kedua selongsong
itu. Untuk menjaga supaya katalis selalu berada pada suhu optimum, agar hasil maksimum,
gas umpan dingin diinjeksikan sebagai pendingin kejut di antara unggun unggun katalis.
Unggun paling atas berisi katalis paling sedikit. Oleh karena gradien suhu pada unggun
unggun berikutnya lebih landai, ukuran unggun pun diatur bergradasi, yaitu makin ke bawah
makin besar. Penukar kalor terdapat di bawah bagian katalis. Penukar kalor ini memberikan
pemanasan awal terhadap gas gas umpan yang mengambil kalor dari gas panas hasil reaksi
dari unggun katalis paling akhir. Titik pemasukan gas pendingin kejut paling atas
memungkinkan gas umpan masuk tanpa pemanasan pendahuluan, dan memudahkan
pengendalian suhu gas masuk ke unggn katalis pertama.
Gas umpan masuk dari puncak konverter dan mengalir ke bawah antara selongsong
tekanan dan dinding bagian katalis. Gas itu mendinginkan selongsong dan sementara itu
menjadi panas. Gas tersebut kemudian masuk ke dalam penukar kalor di bagian bawah

konverter, dan dengan bersikulasi di dalam tabung penukar kalor, gas itu dipanaskan lebih
lanjut oleh gas keluaran yang panas. Sebagian dari gas umpan dimasukkan ke dalam langsung
dari atas unggun pertama, di mana gas itu bertemu dengan umpan yang telah mengalami
pemanasan pendahuluan. Arus gabungan itu, pada suhu 370oC sampai 425oC, lalu masuk ke
dalam unggun yang pertama. Gas tersebut mengalir ke bawah melalui katalis dan suhu naik
dengan cepat bersamaan dengan berlangsungnya reaksi pembentukan amonia. Kemudian
melalui kisi penunjang katalis, masuk ke dalam ruang antara unggun pertama dan kedua. Di
sini suhu diturunkan dan kandungan amonia diencerkan dengan injeksi gas umpan dingin.
Dengan cara ini, suhu di semua unggun katalis dapat dikendalikan sehingga didapatkan suhu
optimum dan hasil maksimum. Gas mengalir ke bawah melalui unggun- unggun katalis
selanjutnya.
5. Compression Synloop & Refrigeration Unit
Gas proses yang keluar dari Methanator dengan perbandingan Gas Hidrogen dan
Nitrogen = 3 : 1, ditekan atau dimampatkan untuk mencapai tekanan yang diinginkan oleh
Ammonia Converter agar terjadi reaksi pembentukan uap ini kemudian masuk ke Unit
Refrigerasi sehingga didapatkan amoniak dalam fasa cair yang selanjutnya digunakan sebagai
bahan baku pembuatan ZA.
Proses Pembuatan Asam Sulfat

2.3 Teknologi Proses Produksi Pupuk ZA


Dalam proses pembuatan pupuk ZA, dikenal ada empat jenis proses. Diantaranya :
a. Reaksi Netralisasi
Kebanyakan dari produk Amonium Sulfat dibuat dari proses netralisasi dengan
mereaksikan amoniak dan asam sulfat kuat pada tekanan atmosfer. Reaksi yang terjadi
sebagai berikut :
2NH3(g) + H2SO4(l)

(NH4)2SO4(s) + Q

Reaksi yang berlangsung adalah reaksi eksotermis (65,5 kcal/gmol). Panas yang
timbul ini dikendalikan dengan pendinginan menggunakan air pada reactor. Dalam proses ini
lebih effisien karena reaksi antara Amoniak dan Asam Sulfat terjadi di saturator yang
mempunyai 2 fungsi yaitu sebagai penetral dan pembentukan kristal (kristalisasi). Amonium
Sulfat yang terbentuk dipompakan ke centrifuge dimana dipisahkan antara kristal dan mother
liquor. Kristal dikeringkan di dalam rotary dryer dengan menggunakan udara panas.
b. Amonium Sulfat dari Proses Karbonisasi Batu Bara

Pada tahun 1920-an proses karbonasi batu bara ini sangatlah populer di kalangan
industri. Tapi pada perkembangannya proses ini makin lama makin berkurang seiring dengan
meningkatnya instalasi oil gas process dan penggunaan minyak serta gas alam untuk
pemanasan. Di lain pihak batu bara yang dikarbonasi tetap digunakan untuk memproduksi
Amonium Sulfat. Untuk memproduksi Amonium Sulfat dari batu bara ada tiga cara yaitu cara
langsung, tidak langsung, semi langsung.
Pada proses langsung, mula-mula semua gas didinginkan untuk penghilangan
sejumlah besar tar sebelum dialirkan ke saturator jenis bubble atau spray. Kristal Amonium
Sulfat dipisahkan dari liquor nya, kemudian dicuci di dalam centrifuges, dikeringkan,
kemudian dibawa ke penyimpanan.
Untuk proses langsung ini memiliki banyak sekali kelemahan terutama pada impuritas
produk yang dikarenakan kontaminasi dari tar, pyridine, ataupun komponen organik lainnya
yang nantinya akan mengakibatkan harga ammonium sulfat yang dijual di pasaran menjadi
jauh berkurang, dan klorid dari minyak, tampungan air yang digunakan akan menyebabkan
Amonium Klorida dan menyebabkan korosi, kecuali telah dipasangi peralatan khusus
pencegah korosi. Namun proses ini juga memiliki kelebihan yaitu biaya investasi dan operasi
yang rendah, karena keterbatasan dari proses langsung ini maka mulailah dicari metodebaru
yaitu proses tidak langsung. Pada proses ini gas panas dari oven mula-mula didinginkan
dengan sirkulasi wash liquor dan scrubbing air.
Liquor yang telah dikombinasikan kemudian dipisahkan dengan Amoniak bebas di
dalam kolom striping. Kemudian setelah di striper liquor tersebut diolah dengan larutan basa
untuk pemisahan Amonium klorida setelah itu barulah dialirkan ke dalam reactor saturator
yang kemudian dibentuk Amonium Sulfat
Untuk metode semi langsung gas didinginkan dan kemudian dihilangkan tarnya serta
untuk memproduksi kondensatnya yang mengandung cukup banyak amoniak. Untuk proses
semi langsung ini diproduksi dengan hasil Amonium Sulfat yang lebih murni dan dengan
yield recovery Ammonia yang lebih tinggi.
c. Reaksi antara gypsum dan amonium karbonat.
Di negara Inggris, Austria dan India, Ammonium Sulfat diproduksi dengan reaksi
antara kalsium Sulfat dan Ammonium karbonat. Metode ini dikenal juga sebagai Mersseburg
Process, yang menggunakan gypsum dan Kalsium Sufat Anhidrat.
Reaksi yang terjadi adalah :
NH3(g) + H2O(1) NH4OH(aq) (-8.320 cal/gmol)

2NH4OH(aq) + CO2(g) (NH4)2CO3(S)

+ H2O(1)

(-22.080 cal/gmol)

CaSO4.H2O(aq) + (NH4)2CO3(s) CaCO3(S) + (NH4)2SO4(S) + H2O(1)


3.900cal/gmol)

(-

Proses ini digunakan pada negara-negara yang memiliki sumber Kalsium Sulfat tetapi
tidak memiliki Sulfur untuk memproduksi Amonium Sulfat. Baik produk dari proses ini
dapat digunakan pada industri semen atau juga dapat digunakan pada pabrik Kalsium
Amonium Sulfat
d. Reaksi antara amoniak dan sulfur dioksida
Pada proses ini, dibagi menjadi dua jenis proses. Diantaranya adalah :
Proses Marino Amonium Sulfat dibuat dengan desulfurisasi udara Amoniak cair
dengan Sulfur Dioksida bereaksi di dalam reaktor kristaliser

yang terbuka. Dalam

pencampuran antara Sulfur dioksida, oksigen, air, dan Amoniak juga ditambah vanadium
pentoxide pada suhu 200-450oC dan tekanan 0,1-5 atm.
SO2 + O2 + H2O + 2NH3

(NH4)2SO4 + 128,7 kkal/gmol

Kemudian dipisahkan di centrifuge dan dikeringkan di rotary dryer. Proses Piritas


Espanolas (PE) Amonium Sulfat dapat dibuat dengan mengabsorbsi gas sulfur pada pelarut
organik dan menghasilkan sulfit / kaya liquor dengan udara untuk memproduksi sulfat.
Kemudian ditambahkan Amoniak untuk menghasilkan Amonium Sulfat. Setelah itu
dipisahkan dari solvennya, disentrifugasi, dikeringkan. Solvent yang digunakan biasanya
adalah Toluena.
2C7H7NH2 + SO2 + H2O

(C7H7NH3)2SO3

(C7H7NH3)2SO4 + O2

(C7N7NH3)2SO4

(C7N7NH3)2SO4 + 2NH

2C7H7NH2 + (NH4)2SO4

Namun untuk proses produksi pupuk ZA, proses yang sering digunakan adalah proses
Netralisasi karena :

Lebih ekonomis
Proses lebih sederhana
Bahan baku mudah didapat
Tanpa menggunakan katalis

2.4 Proses Produksi Pupuk ZA


Proses yang sering digunakan dalam pembuatan pupuk ZA adalah proses netralisasi
karena memiliki beberapa keuntungan. Bahan baku yang digunakan dalam proses pembuatan
pupuk ZA dengan metode netralisasi adalah amoniak dan asam sulfat (reaktan murni).
Digunakan metode netralisasi karena mudah, cepat, memiliki konversi yang tinggi, dan
menggunakan bahan baku yang mudah didapat. Dibawah ini merupakan gambar diagram alir
proses pembuatan pupuk ZA dengan metode netralisasi

1) Tahap Penguapan
Dalam proses pembuatan pupuk ZA, alat yang digunakan pada tahap penguapan ini adalah
vavorizer
2) Tahap Netralisasi
Alat yang digunakan pada tahap netralisasi pada proses pembuatan pupuk ZA adalah
saturator.
Kebanyakan dari produk Amonium Sulfat dibuat dari netralisasi dengan mereaksikan
Amoniak dan Asam Sulfat kuat pada tekanan atmosfer. Reaksi tersebut adalah sebagai
berikut
2NH3 (g) + H2SO4 (l)

(NH4)2SO4 (s) + Q

Reaksinya adalah eksotermis (65,5 kcal/gmol). Panas yang timbul ini dikendalikan
dengan pendinginan menggunakan air pada reaktor. Dalam proses ini lebih effisien karena
reaksi antara Amoniak dan Asam Sulfat terjadi di saturator yang mempunyai dua fungsi yaitu
sebagai penetral (netralisasi) dan pembentukan kristal (kristalisasi).
3)

Tahap Pemisahan
Pada tahap pemisahan pada proses pembuatan pupuk ZA, alat yang digunakan adalah

Centrifuge. Amonium Sulfat yang terbentuk pada proses sebelumnya, kemudian dipompakan
ke centrifuge dimana dipisahkan antara kristal dan mother liquor .
4)

Tahap Pengeringan
Tahap akhir dalam proses pembuatan pupuk ZA adalah tahap pengeringan. Tahap

pengeringan adalah proses untuk menghilangkan sejumlah cairan volatile yang terdapat
dalam padatan dengan cara evaporasi. Dalam industri pupuk seperti ammonium sulfat (ZA),
proses pengeringan biasanya dilakukan dengan menggunakan rotary dryer. Untuk dapat
mendesain dan menganalisa kinerja suatu rotary dryer , perlu diketahui terlebih dahulu
karakteristik pengeringan bahan padatyang dikeringkan. Hal ini dapat dilaksanakan secara
eksperimen denganmenggunakan alat tray dryer . Selama proses pengeringan dalam tray
dryer terjadi peristiwa fundamental secara bersamaan yang meliputi transfer panas dari media
pengering(biasanya udara) ke padatan yang dikeringkan dan transfer massa air dari
padatanyang dikeringkan ke media pengering (udara).
5)

Tahap Penyerapan
Tahap penyerapan dilakukan jika setelah tahap pengeringan masih tersisa cairanyang

tidak volatile.
6)

Tahap Penampungan Produk


Produk/hasil yang didapatkan ditampung untuk selanjutnya dianalisis kadar

nitrogen,kadar sulfur, kadar air dan ukuran butirannya.

Limbah Industri
Dalam pabrik pembuatan pupuk ZA selama proses produksinya menghasilkan bebraopa
limbah , antara lain :
1.

Limbah Gas

Limbah gas adalah suatu limbah yang berasal dari debu-debu hasil produksi yang ikut keluar
bersama udara luar. Debu ini diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke udara. Proses
pengolahan limbah debu melalui proses wet Cyclone dimana debu tersebut dibasahi dengan
air kemudian dimasukkan ke dalam tangki penampungan dan kemudian dapat dibuang.

2.

Limbah Cair

Limbah cair ini diperoleh dari proses flushing peralatan yang dilakukan secara berkala dan
juga berasal dari oli. Oli ini didapat dari hasi oil separator. Proses pengolahan limbah cair ini
yaitu melalui proses netralisasi dimana limbah cair tersebuit ditambahkan dengan Ca(OH)2
kemudian dimasukan ke dalam kolam aerasi. Kolam aerasi ini terdapat bakteri yang dapat
menyerap racun atau zat yang berbahaya sebelum dibuang. Setelah melalui kolam aerasi,
amka limbah cair tersebut akan mengendapa dan tidak berbahaya lagi bagi lingkungan.

3.

Limbah Padat

Limbah padat dapat bersumber dari bahan baku, proses dan produksi samping yang tidak
diinginkan. Limbah padat terdiri dari gypsum dan kapur. Pengolahannya dapat menggunakan
prinsip 3R (reuse, reduce, recycle) atau dumping.

Anda mungkin juga menyukai