Anda di halaman 1dari 18

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

No. Dokumen
Berlakusejak
Revisi

LABORATORIUM ANATOMI TUMBUHAN

Halaman

BORANG

PERTELAAN
Manilkara kauki
Familia : Sapotaceae

Disusun oleh :
Mayasari Setyaningrum Suroto
13/349145/BI/09157
Michael Setiardi

LABORATORIUM ANATOMI TUMBUHAN


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

FO-UGM-BI-07-13
03 Maret2008
00
1dari18

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

No. Dokumen
Berlakusejak
Revisi

LABORATORIUM ANATOMI TUMBUHAN

Halaman

BORANG

FO-UGM-BI-07-13
03 Maret2008
00
2dari18

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahilladzi binimatihi tatimmush sholihaat. Atas Rahmat Allaah Azza wa Jalla,


akhirnya Tugas Pertelaan Tumbuhan Manilkara kauki ini selesai dibuat. Tugas ini dibuat untuk
memenuhi syarat responsi praktikum Struktur dan Perkembangan Tumbuhan dan juga sebagai
salah satu tugas akhir dari praktikum ini. Tugas yang telah dibuat ini disesuaikan dengan spesies
tumbuhan yang telah ditugaskan kepada penulis yaitu tumbuhan Manilkara kauki.
Dalam tugas ini akan dibahas mengenai tumbuhan Manilkara kauki secara terperinci, yaitu
mengenai struktur morfologi serta beberapa informasi tambahan mengenai tumbuhan Manilkara
kauki. Pada bagian awal akan dijelaskan mengenai taksonomi spesies serta nama-nama lokal dan
nama dagang dari spesies tersebut. Selanjutnya adalah pembahasan pokok dari tugas pertelaan
ini yaitu mengenai deskripsi jasad berdasarkan struktur morfologi yang ada pada tumbuhan ini.
Kemudian beberapa informasi tambahan seperti asal usul tumbuhan, Wilayah Agihan Geografi,
Data Ekologi, Keragaman, Informasi Fitokimia, Perbanyakan, Masa Panen, dan Manfaat dari
tumbuhan Manilkara kauki. Kemudian pada lampiran, akan disajikan gambar-gambar terkait
morfologi tumbuhan ini.
Penulis berharap agar tugas pertelaan ini dapat menjadi suatu karya tulis yang bermanfaat dan
menambah wawasan bagi pembaca sekalian mengenai dunia tumbuhan khususnya mengenai
tumbuhan Manilkara kauki. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dan
berguna dari pembaca agar dapat menjadi lebih baik lagi.

Yogyakarta, 11 Juni 2014


Penulis

DAFTAR ISI
2

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

No. Dokumen
Berlakusejak
Revisi

LABORATORIUM ANATOMI TUMBUHAN

Halaman

BORANG

I.
II.
III.

IV.

V.
VI.

FO-UGM-BI-07-13
03 Maret2008
00
3dari18

Klasifikasi ............................................................................................................ 5
Nama Lokal ......................................................................................................... 6
Deskripsi Jasad .................................................................................................... 7
III.1 Perawakan..................................................................................................... 7
III.2 Akar .............................................................................................................. 7
III.3 Batang .......................................................................................................... 7
III.4 Daun ............................................................................................................. 8
III.5 Bunga ........................................................................................................... 9
III.6 Buah ............................................................................................................. 9
III.7 Biji ............................................................................................................... 10
Info Tambahan ..................................................................................................... 12
IV.1 Asal-usul ...................................................................................................... 12
IV.2 Wilayah Agihan Geografi ............................................................................ 12
IV.3 Data Ekologi ................................................................................................ 12
IV.4 Keragaman yang Telah Terdeteksi .............................................................. 13
IV.5 Informasi Fitokimia ..................................................................................... 13
IV.6 Perbanyakan ................................................................................................. 13
IV.7 Manfaat Tradisional dan Modern ................................................................. 14
IV.8 Masa Panen .................................................................................................. 14
Lampiran .............................................................................................................. 15
Daftar Pustaka ...................................................................................................... 18

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Habitus Manilkara kauki ............................................................................... 15


Gambar 2. Batang dan ranting Manilkara kauki ............................................................. 15
Gambar 3. Daun Manilkara kauki ................................................................................... 16
Gambar 4. Bunga Manilkara kauki ................................................................................. 16
Gambar 5. Biji Manilkara kauki ..................................................................................... 17
3

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

No. Dokumen
Berlakusejak
Revisi

LABORATORIUM ANATOMI TUMBUHAN

Halaman

BORANG

FO-UGM-BI-07-13
03 Maret2008
00
4dari18

Gambar 6. Buah Manilkara kauki ................................................................................... 17

I.

Kingdom

KLASIFIKASI (berisi klasifikasi lengkap)

: Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)


Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas

: Dilleniidae
4

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

No. Dokumen
Berlakusejak
Revisi

LABORATORIUM ANATOMI TUMBUHAN

Halaman

BORANG

Ordo

: Ebenales

Famili

: Sapotaceae

Genus

: Manilkara

Spesies

: Manilkara kauki (L.) Dubard

II.

FO-UGM-BI-07-13
03 Maret2008
00
5dari18

NAMA LOKAL (berisi nama-nama lokal, nama dagang, atau nama asing)

Nama dagang : Sawo kecik


Indonesia

: Sawo kecik, Sawo jawa

Jawa

: Sawo (Sunda), Sawo kecik (Jawa Tengah)

Sumatera

: Keupulu (Aceh), Sawo (Melayu)

Bali

: Sabo

Sulawesi

: Nani (Makasar), Nane (Bugis), Timbuwalo (Sulut), Komea (Sulteng)


5

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

No. Dokumen
Berlakusejak
Revisi

LABORATORIUM ANATOMI TUMBUHAN

Halaman

BORANG

Inggris

: Caqui, Manilkara

India

: Khirni

Thailand

: Lmt Sida atau Lmt Thai

III.

FO-UGM-BI-07-13
03 Maret2008
00
6dari18

DESKRIPSI JASAD

1. Perawakan
Menurut Sidiyasa (1998), tanaman Sawo kecik adalah tumbuhan berupa pohon yang dapat
mencapai tinggi 30 m dan diameter batang lebih dari 100 cm, batangnya berbanir tebal dengan
tinggi banir sampai 1,5 m, serta kulit batang retak-retak dan beralur. Pohon yang muda biasanya
lurus tetapi kadang-kadang berliku dan bercabang. Pohon ini memiliki kulit yang tipis dan warna
kayu umumnya putih kekuningan. Pohon dewasa, umumnya mempunyai percabangan rendah
6

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

No. Dokumen
Berlakusejak
Revisi

LABORATORIUM ANATOMI TUMBUHAN

Halaman

BORANG

FO-UGM-BI-07-13
03 Maret2008
00
7dari18

dengan rata-rata tinggi batang bebas cabang antara 8-10 m dengan ketebalan kulit sekitar 0,5-2
cm dan diameter sekitar 30-100 cm.
2. Akar
Akar adalah bagian pokok yang nomer tiga (di samping batang dan daun ) bagi tumbuhan
yang tubuhnya telah merupakan kormus. Tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki L. Dub )
mempunyai jenis akar tunggang yang bercabang (ramosus). Menurut Tjitrosoepomo,(1985) akar
tunggang (Radix primaria),jika akar lembaga tumbuh terus-menerus menjadi akar pokok yang
bercabang-cabang menjadi akar-akar kecil.dan akar pokok itulah yang disebut akar tunggang.
Sedangkan akar tunggang yang bercabang (Ramosus) adalah akar tunggang yana berbentuk
kerucut panjang.Tumbuh lurus kebawah,bercabang-cabang banyak,dan cabang-cabangnya
bercabang lagi,sehingga dapat memberi kekuatan yang lebih besar kepada batang,dan juga
daerah perakaram menjadi amat luas,hingga dapat menyerap air dan zat-zat makanan yang lebih
banyak.
3. Batang
Tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki) merupakan tumbuhan yang jelas
berbatang, batang (caulis) tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki) berkayu(lignosus), keras dan
kuat,permukaan

batang

beralur (sulcatus) karena

terdapat

alur-alur

yang

jelas

yang

memperlihatkan berkas-berkas daun penumpu dan lepasnya kerak (bagian kulut yang
mati),berbentuk bulat (teres),berwarna coklat kotor, arah tumbuh batang Tanaman Sawo Kecik
(Manilkara kauki) tegak lurus (arahnya lurus ke atas), tipe percabangannya adalah monopodial
karena batang pokok lebih besar dan lebih panjang sehingga tampak jelas dan dapat dibedakan
antara batang dan cabang-cabangnya.Menurut Tjitrosoepomo (1985), cara percabangan
monopodial, yaitu jika batang pokok selalu tampak jelas, karena lebih besar dan lebih panjang
(lebih cepat pertumbuhannya) dari pada cabang-cabangnya.
Cabang-cabang Tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki) merupakan sirung
pendek (Virgula atau Virgula sucrescens), yaitu cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas yang
pendek yang selain daun biasanya merupakan pendukung bunga dan buah. Cabang yang dapat
menghasilkan alat perkembangbiakan bagi tumbuhan Sawo Kecik disebut pula cabang yang
subur (Fertile). Sedangkan arah tumbuh percabangannya tegak (fastigiatus),dimana sudut antara
7

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

No. Dokumen
Berlakusejak
Revisi

LABORATORIUM ANATOMI TUMBUHAN

Halaman

BORANG

FO-UGM-BI-07-13
03 Maret2008
00
8dari18

batang dan cabang mat kecil,sehingga arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya saja sedikit
serong ke atas, tetapi selanjutnya hampir sejajar dengan batang pokok.
Menurut panjang atau pendeknya umur tumbuhan, tanaman Sawo Kecik (Manilkara
kauki) tergolong tumbuhan menahun atau tumbuhan keras, yaitu yang dapat mencapai umur
sampai bertahun-tahun belum juga mati. Bahkan ada yang dapat mencapai umur sampai ratusan
tahun.
4. Daun
Tanaman Sawo kecik (Manilkara kauki) mempunyai daun yang tidak lengkap,karena hanya
terdiri atas tangkai dan helaian saja. Daun-daun Sawo kecik (Manilkara kauki) mengelompok
pada bagian ujung batang.
Tangkai Daun (Petiolus) merupakan bagian daun pendukung helaian. Tangkai daun pada
tanaman Sawo kecik (Manilkara kauki) berbentuk pipih dan tepinya melebar (bersayap) dan juga
pada pangkal dan ujung tangkai daunnya menebal.
Helaian

daun (lamina) berbentuk

bulat

telur

sungsang,

ujung

daunnya

berbentuk

tumpul (Obtusus),yaitu tepi daun yang semula agak jauh dari ibu tulang,cepat menuju ke suatu
titik pertemuan hingga terbentuk sudut yang tumpul (lebih besar dari 90).Untuk Pangkal daun
(Basis folli) pada Sawo Kecik (Manilkara kauki) berbentuk meruncing (Acuminatus),yaitu biasa
pada daun bangun bulat telur sungsang atau daun bangun sudip, bertulang daun menyirip
(Penninervis). Daun ini mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung,dan
merupakan terusan tangkai daun. Tepi Daun (Margo folli) Sawo Kecik (Manilkara
kauki) berbentuk rata (Integer).
Menurut dari bagian daging daun (Intervium) tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki),
memiliki daging daun yang bersifat seperti perkamen (Perkamenteus),tipis tetapi cukup kaku.
Tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki) mempunyai warna hijau yang sebagian besar dimiliki
semua daun pada umumnya yang berubah menjadi coklat apabila sudah tua, mempunyai
permukaan licin (laevis) dan kelihatan mengkilap (Nitidus). Di permukaan bawah daun Sawo
Kecik berwarna keputihan dan halus seperti beludru.
Tanaman Sawo Kecik (Manilkara kauki) termasuk tanaman yang berdaun majemuk
menyirip gasal (Imparipinnatus),yang menjadi pedoman ialah ada tidaknya satu anak daun yang
8

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

No. Dokumen
Berlakusejak
Revisi

LABORATORIUM ANATOMI TUMBUHAN

Halaman

BORANG

FO-UGM-BI-07-13
03 Maret2008
00
9dari18

nenutup ujung ibu tangakainya. Ditinjau dari jumlah anak daunnya akan didapati bilangan yang
benar-benar gasal jika anak daun berpasangan, sedangkan di ujung ibu tangkai terdapat anak
daunyang tersendiri (biasanya anak daun ini lebih besar daripada yang lainnya)
5. Bunga
Bunga terletak pada ketiak daun, mengelompok 1 hingga 3 bunga dan termasuk bunga
berkelamin dua. Kelopak bunga dalam dua karangan tiga-tiga, berbentuk segitiga atau bulat telur
meruncing, berwarna putih kekuning-kuningan dengan bintik-bintik warna merah muda,
diameter bunga sekitar 1 cm, panjangnya 4-7 cm. Tabung mahkota pendek, benang sari 6 (enam)
yang tertancap pada leher. Bakal buah mempunyai ruang 1-6. Buah berbentuk bulat telur atau
elips dengan panjangnya 2-3 cm (Sidiyasa, 1998).
6. Buah
Buah dapat dimakan, rasanya manis agak sepat dan tidak banyak mengandung air. Buah yang
muda berwarna hijau, semakin tua warna buah berangsur-angsur menjadi kuning, oranye sampai
kemerahan. Buah mengandung biji 1-6 (umumnya 2-3), mengkilap, berukuran sekitar 2 cm x 1
cm x 0,75 cm (Sidiyasa, 1998).
Buah Sawo Kecik (Manilkara kauki) berbentuk bulat telur atau bulat telur sungsang
,mempunyai kulit pembungkus yang sangat tipis namun mudah dikelupas,bila masak mempunyai
rasa yang manis dan kadang-kadang terasa sedikit agak sepat. Biji-biji buah Sawo Kecik
(Manilkara kauki) ini berwarna hitam. Dinding buah (pericarpium) tebal berdaging dan dapat
dibedakan lapisan-lapisannya, yaitu kulit luar (epicarpium), lapisan paling luar berwarna coklat,
tipis, kasar, kaku seperti kulit; dan kulit tengah (mesocarpium),tebal berdaging, bisa dimakan,
berair, berwarna coklat muda sampai coklat kemerahan;. Jika sudah masak buah tidak pecah.
Biji-biji terletak bebas dalam mesocarpium. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
buah Manilkara kauki merupakan buah sejati, tunggal, berdaging dan buni.
Menurut Tjitrosoepomo (1985), yang termasuk buah sejati tunggal yang berdaging umumnya
tidak pecah jika sudah masak,walaupun ada juga yang jika telah masak kemudian pecah,
misalnya buah pala (Myristica fragrans Hountt.). Sedangkan buah buni (bocca) adalah buah
yang dindingnya menpunyai dua lapisan ,yaitu lapisan luar yang agak menjangat atau kaku

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

No. Dokumen
Berlakusejak
Revisi

LABORATORIUM ANATOMI TUMBUHAN

Halaman

BORANG

FO-UGM-BI-07-13
03 Maret2008
00
10dari18

seperti kulit (belulang)dan lapisan dalam yang tebal , lunak , dan berair, seringkali dapat
dimakan. Biji-bijinya terdapat bebas dalam bagian yang lunak itu.
7. Biji
Biji-biji buah Sawo Kecik (Manilkara kauki) ini berwarna coklat mengkilap, berbentuk bulat
panjang atau abovoid, panjang sekitar 2 cm, lebar 1 cm dan tebal 0,75 cm. Kulit biji (testa) keras
dan mengandung saponin.. Biji-biji terletak bebas dalam mesocarpium. Pada biji Sawo Kecik
terdapat bagian-bagiannya :
1.

Kulit biji (Spermodermis)


Kulit luar (Sarcotesta),tebal berdaging masih muda berwarna hijau,kemudian berubah

menjadi merah.Dalam kulit luar biji Sawo Kecik juga terdapat pusar biji (Hilus),kelihatan kasar
dan mempunyai warna yang lebih gelap. kulit tengah (Sclerotesta),lapisan kuat dan
keras,berkayu,menyerupai kulit dalam (Endocarpium).Kulit dalam (Endotesta),tipis seperti
selaput dan melekat erat pada inti biji.
2.

Tali pusar (Funiculus)


Tali Pusar merupakan bagian yang menghubungkan biji dengan tembuni,jadi merupakan

tangkainya biji.Jika biji masak,biasanya biji terlepas dari tali pusarnya (tangkai biji),dan pada biji
hanya tampak berkasnya yang dikenal sebagai pusar biji (pada kulit luar).
3.

Inti Biji (Nucleus seminis)


Lembaga (embryo),yang merupakan calon individu baru. Putih lembaga (albumen),jaringan

berisi cadangan makanan untuk masa permulaan kehidupan tumbuhan baru (kecambah),sebelum
dapat mencari makanan sendiri.

10

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

No. Dokumen
Berlakusejak
Revisi

LABORATORIUM ANATOMI TUMBUHAN

Halaman

BORANG

IV.

FO-UGM-BI-07-13
03 Maret2008
00
11dari18

INFORMASI TAMBAHAN

1. Asal Usul
Sawo Kecik (Manilkara kauki) diperkirakan berasal dari India dan tersebar serta di
budidayakan di kawasan Asia Tropis dan Amerika Tropis.
2. Wilayah Agihan Geografi
Sawokecik mempunyai daerah penyebaran yang cukup luas yaitu mulai dari Thailand,
Indochina, Burma (Myanmar) sampai Australia bagian utara. Di Indonesia daerah penyebarannya
adalah Sumatera bagian utara, Jawa, Madura, Kangean, Bali, Sulawesi, Maluku dan Sumbawa
(Sidiyasa, 1998).
Khusus di Indonesia jumlah tanaman sawokecik di alam telah mengalami kemunduran yang
mendekati titik rawan sehingga sawokecik dan ekosistemnya sudah dinyatakan langka, yang

11

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

No. Dokumen
Berlakusejak
Revisi

LABORATORIUM ANATOMI TUMBUHAN

Halaman

BORANG

FO-UGM-BI-07-13
03 Maret2008
00
12dari18

berdasarkan kategori kelangkaan populasi tegakan sawokecik sudah termasuk dalam kategori
jarang (Sidiyasa, 1998).
Meskipun sudah mulai langka karena mulai jarang yang membudidayakan namun masih
dapat ditemui di seluruh Indonesia kecuali Kalimantan. Di Yogyakarta, Sawo Kecik (Manilkara
kauki) yang biasa disebut Sawo jawa dijadikan tanaman pertanda bahwa orang yang
menanamnya adalah abdi dalem kraton.
3. Data Ekologi
Tanaman sawokecik tumbuh baik pada daerah-daerah yang memiliki tipe iklim D dan tipe
iklim E yang umumnya terdapat di hutan Purwo dan Banyuwangi (Jawa Timur) serta daerah Bali
Barat dan pada daerah dengan tipe iklim C di Blambangan dan Buton. (Hamzah, 1977). Curah
hujan yang dikehendaki bervariasi antara 1286-1866 mm/th, dengan rata-rata jumlah hari hujan
adalah 86,6 hari. Sawokecik tidak membutuhkan persyaratan topografi tertentu, dapat tumbuh
baik pada dataran rendah mulai di permukaan laut sampai pada ketinggian 300 m dpl dengan
bentuk kontur yang datar, landai maupun miring, tetapi tidak pada lereng yang curam.
Sawo kecik dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, namun umumnya pohon ini tumbuh baik
pada tanah yang memiliki aerasi dan draenase yang baik serta tidak tergenang air dengan pH
tanah sekitar 6 (Alrasyid, 1971). Sawokecik umumnya dijumpai pada daerah-daerah di dekat
pantai yang kondisi tanahnya berpasir serta daerah-daerah berbatu karang dan hutan musim
(Sidiyasa, 1998). Di Sembulung (pantai timur Banyuwangi Selatan) Sawo kecik dijumpai pada
jenis tanah komplek mediteran merah dan litosol dari bahan induk batu kapur (Hamzah, 1977).
Di Purwo Barat, hutan alam sawokecik dijumpai pada jenis tanah regosol kelabu dari bahan
induk endapan pasir, sedangkan di Prapat Agung (Bali Barat) sawokecik dijumpai pada jenis
tanah mediteran coklat dari bahan induk batu kapur (Sidiyasa, 1998).
4. Keragaman yang Telah Terdeteksi
(Tidak ditemukan artikel mengenai bahasan ini)
5. Informasi Fitokimia
Berdasarkan Sistem Informasi Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Airlangga (2010),
tumbuhan sawo kecik mengandung saponin, flavonoid dan polifenol. Uji kualitatif fitokimia dan
12

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

No. Dokumen
Berlakusejak
Revisi

LABORATORIUM ANATOMI TUMBUHAN

Halaman

BORANG

FO-UGM-BI-07-13
03 Maret2008
00
13dari18

analisis fraksi terlarut n-heksana terhadap kayu sawo kecik menunjukkan adanya senyawa
golongan flavonoid, fenolik dan terpenoid (Anisah, 2001). Flavonoid ialah senyawa kimia yang
memiliki aktivitas antibakteri dan antivirus (Chusnie & Lamb, 2005), sehingga tumbuhan yang
mengandung flavonoid diasumsikan mempunyai daya antibakteri.
6. Perbanyakan
Cara pengembangbiakan bibit Sawo kecik tidak terlalu sulit, karena tanaman sawo terkenal
cukup tahan terhadap penyakit serta tidak membutuhkan banyak pupuk, selain itu hanya
membutuhkan 1,5 tahun dari biji untuk menjadi bibit pohon sawo kecil yang layak dijual. Saat
ini pembibitan Sawo kecik sudah dapat dikembangkan dalam dua tempat yaitu di kebun dan di
dalam pot.
Untuk mendapatkan bibit tanaman Sawo kecik bisa dengan beberapa cara seperti dari biji,
sambung, dan cangkok. Perbanyakan tanaman secara vegetatif hampir selalu memberikan
keturunan yang berbeda dari induknya, karena adanya percampuran kedua sifat atau terjadi
proses segregasi genetis. Namun, perbanyakan secara generatif dengan biji, memiliki perakaran
yang kuat dan dalam.
7. Manfaat Tradisional dan Modern
Di Jawa, kayu Manilkara kauki secara lokal dimanfaatkan untuk konstruksi rumah mewah,
terutama untuk tiang pendopo. Di daerah Sulawesi Selatan dan Bima, kayu ini dimanfaatkan
untuk tiang rumah yang tahan hama, awet dan kuat meskipun berdiri di atas lumpur. Selain itu,
kayu ini berguna terutama sebagai bahan baku industri barang kerajinan dan perpatungan. Kayu
ini tahan gesekan, dan kekuatannya seolah-olah seperti baja yang berserat halus dan lurus serta
bertekstur halus, awet dan kuat, sehingga dapat dipergunakan untuk membuat barang-barang
bubutan dan alat-alat penggiling, alat-alat pertukangan, juga untuk membuat kincir air, balingbaling dan lain-lain (Prosea, 1994). Jenis pohon ini pernah diusulkan untuk dimanfaatkan sebagai
tanaman reboisasi di daerah yang kondisi tanahnya jelek, berbatu-batu, mengandung pasir,
terutama di daerah pantai dan daerah yang relatif kering (Setiawan, 2000)
Selain itu, Petani buah banyak yang menjadikan pohon Sawo kecik sebagai batang bawah
untuk okulasi atau penyambungan dengan pohon Sawo manila, karena batangnya tidak besar
sehingga Sawo manila dapat berbuah cepat meski batangnya pendek saja.
8. MasaPanen
13

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

No. Dokumen
Berlakusejak
Revisi

LABORATORIUM ANATOMI TUMBUHAN

Halaman

BORANG

FO-UGM-BI-07-13
03 Maret2008
00
14dari18

Bunga Manilkara kauki berwarna putih kekuningan dengan bintik-bintik berwarna merah
muda. Pembungaan dan pembuahan terjadi hampir sepanjang tahun sedangkan buah masak
umumnya jatuh pada bulan Februari. Di Priangan Barat buah masak pada bulan September
Oktober sedangkan di Banten pada bulan November dan di Banda Aceh pada bulan Mei
(Alrasyid, 1971). Sedangkan menurut Kurniaty et.al (2003), musim buah Sawo kecik adalah
bulan September Oktober.

V.

LAMPIRAN

A. ILUSTRASI JASAD (GAMBAR)

Gambar 1. Habitus Manilkara kauki

14

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

No. Dokumen
Berlakusejak
Revisi

LABORATORIUM ANATOMI TUMBUHAN

Halaman

BORANG

Gambar 2. Batang dan ranting Manilkara kauki

Gambar 3. Daun Manilkara kauki

15

FO-UGM-BI-07-13
03 Maret2008
00
15dari18

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

No. Dokumen
Berlakusejak
Revisi

LABORATORIUM ANATOMI TUMBUHAN

Halaman

BORANG

Gambar 4. Bunga Manilkara kauki

Gambar 5. Biji Manilkara kauki

16

FO-UGM-BI-07-13
03 Maret2008
00
16dari18

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

No. Dokumen
Berlakusejak
Revisi

LABORATORIUM ANATOMI TUMBUHAN

Halaman

BORANG

FO-UGM-BI-07-13
03 Maret2008
00
17dari18

Gambar 6. Buah Manilkara kauki

VI.

DAFTAR PUSTAKA

Prayudhani, Maya F., Utami Sri H., Endang Suarsini, 2012, Daya Antibakteri Ekstrak Etanol
Daun Dan Kulit Batang Sawo Kecik (Manilkara Kauki L Dubard)Terhadap Bakteri Escherichia
Coli, Jurnal Tidak Dipublikasikan, Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Negeri Malang, Malang
Purwaning P., Diyah, 2005, Seed Leaflet : Manilkara kauki (L). Dubard, Terjemah dan Revisi :
Harum, Fransiskus, Lars Schmidt, Dorthe Jker, Publikasi Khusus nomor 107, Badan Penelitian
Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Bali-Nusa Tenggara dan Indonesia Forest Seed Project,
Bali
Sari, Atin Temon, 2012, Morfologi Tumbuhan Sawo Kecik (Manilkara kauki Dub.), Makalah,
Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro, Semarang
17

STRUKTUR PERKEMBANGAN TUMBUHAN

No. Dokumen
Berlakusejak
Revisi

LABORATORIUM ANATOMI TUMBUHAN

Halaman

BORANG

FO-UGM-BI-07-13
03 Maret2008
00
18dari18

Sistem Informasi Tanaman Obat Fakultas Farmasi Universitas Airlangga. 2010. Manilkara kauki
(L) Dubard. (On line), (http://www.ff.unair.ac.id/sito/ index), diakses tanggal 11 Juni 2014
Yuniarti, Naning, 2012, Seri Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan: Sawokecik (Manilkara
kauki L.Dubard), ISBN 978-979-3539-24-9, Publikasi Khusus, Balai Penelitian Teknologi
Perbenihan Tanaman Hutan Badan Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan Kementerian
Kehutanan, Bogor

18

Anda mungkin juga menyukai