Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Indonesia sebagai negara maritim mempunyai potensi hasil perikanan

laut yang besar. Perhatian pemerintah dalam sektor perikanan laut


semakin besar dengan dibentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan.
Hal ini dilakukan dalam rangka pemanfaatan dan pemeliharaan potensi
perikanan

laut

semaksimal

mungkin

kebutuhan

gizi

masyarakat

Indonesia

pemasukan

devisa

pelestarian

potensi

negara.

Salah

sumberdaya

sehingga
dan

dapat

dapat

memenuhi

mempertinggi

satu

strategi

pemanfaatan

dan

laut

adalah

pembenihan

dan

budidaya ikan kerapu.


Ikan kerapu merupakan salah satu ikan laut ekonomis penting
yang sekarang ini banyak dibudidayakan dan merupakan komoditas
ekspor. Sebagai contoh kerapu tikus atau kerapu bebek pada saat
berukuran 5-10 cm merupakan ikan hias yang mahal dengan harga Rp
6.000-10.000/ekor . Sedangkan ikan yang berukurtan konsumsi dalam
keadaan masih hidup di jual dengan harga Rp 300.000-350.000/kg.
Permintaan ikan kerapu dipasaran untuk ukuran 5-10 cm sebanyak
30.000-60.000 ekor/bulan dan untuk ikan kerapu ukuran konsumsi
sebanyak 20-30 ton/bulan (Sugama K., 1999).
Permintaan pasar akan komoditas ini stabil bahkan cendrung
meningkat dari tahun ke tahun. Dengan demikian pengembangan usaha
budidaya ikan kerapu mempunyai prospek yang sangat baik. Namun
demikian hal yang menjadi kendala utama adalah ketersediaan benih ikan
kerapu yang masih belum terpenuhi, baik dalam jumlah maupun kualitas
benih serta ketersediaan secara kontinu. Selain itu kendala utama dalam

pembenihan ikan kerapu adalah tingginya tingkat kematian pada stadia


awal yaitu stadia larva sampai stadia juvenile, pada hari ke 4 sampai hari
ke 9 setelah penetasan telur.

Degan memperhatikan hal tersebut diatas, maka usaha pembenihan


yang dilakukan baik usaha kecil, usaha menengah maupun usaha besar
mutlak diperlukan dan harus segera dikembangkan untuk memenuhi
kebutuhan benih ikan kerapu, baik saat ini maupun masa yang akan
datang. Untuk memaksimalkan usaha ini, maka harus didukung sumber
daya manusia dengan menguasai teknologi khususnya strategi reproduksi
secara sempurna.
Dengan

demikian dapat

memberi

peluang

yang

amat

besar

khususnya dalam bidang pembenihan dan budidaya ikan kerapu Adapun


prinsip dasar strategi reproduksi ikan kerapu sudah dan sementara
diterapkan melalui mekanisme manipulasi reproduksi untuk merangsang
pematangan gonad dan merangsang terjadinya pemijahan dengan
pendekatan hormonal dan manipulasi lingkungan. Dengan metode ini
manipulasi lingkungan dan rangsangan hormon telah menunjukan hasil
yang menggembirakan dimana induk ikan kerapu dapat memijah setiap
bulan yang sebelumya hanya 2 atau 3 kali setahun (Setiadi dan Tridjoko,
2001).

1.2

Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui biologi dan fisiologi dari ikan kerapu macan yang meliputi
sistem reproduksi, sistem pencernaan, dan sistem ekskresi.
2) Menambah wawasan dan pengetahuan tentang ikan kerapu macan

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Taksonomi
Ikan kerapu memiliki 15 genera yang terdiri atas 159 spesis. Satu
diantaranya

adalah Cromileoptes

altivelis yang

selain

sebagai

ikan

konsumsi juga juvenilnya juga sebagai ikan hias. Ikan kerapu termasuk
famili Serranidae, Subfamili Epinephelinea, yang umumnya di kenal
dengan nama groupers, rockcods, hinds, dan seabasses. Ikan kerapu
ditemukan diperairan pantai Indo-Pasifik sebanyak 110 spesies dan
diperairan Filipina dan Indonesia sebanyak 46 spesies yang tercakup ke
dalam 7 genera Aethaloperca, Anyperodon, Cephalopholis, Cromileptes,
Epinephelus, Plectropomus, dan Variola (Marsambuana dan Utojo, 2001).
Ikan Kerapu diklasifikasikan sebagai berikut:
Klas : Pisces
Sub kla : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidea
Devisi : Perciformis
Famili : Serranidea
Sub famili : Epinephelinea
Genus : Epinephelus
Spesies : Epinephelus fuscoguttatus

2.2. Ciri-Ciri Morfologi Ikan Kerapu


Ciri-ciri morfologi ikan kerapu adalah sebagai berikut (Wardana, 1994):
- Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang dan
tinggi
tubuh.
- Rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat.
- Mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit
menonjol melebihi
bibir atas.
- Sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang
dimana
bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan yang berjarijari lunak.
- Posisi sirip perut berada dibawah sirip dada.
- Badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid.
Pada ikan kerapu genus Aethaloperca merupakan monotipik, tediri atas
satu spesies, warna coklat gelap, tubuh melebar, sirip dada tidak
simetris, sirip punggung terdiri atas 9 jari-jari keras, sirip ekor tegak. ikan
kerapu genus Anyperodon merupakan monotipik, warna abu-abu sampai
abu-abu kecoklatan, bintik coklat pada kepala, tidak ada gigi pada langitlangit, kepala dan tubuh panjang, tebal badan 11-15 % dari panjang
standard, dan 3-4 kali dari panjang kepala serta sirip bundar.
Ikan kerapu genus Cephalopholis terdiri atas: warna gelap, yaitu
cokelat kemerahan sampai cokelat tua dan warna terang, yaitu merah
kecokelatan sampai merah atau kuning atau jingga, panjang standard 2,2

3,1 kali dari panjng kepala, rahang pada ikan dewasa dilengkapi
dengan

bonggol,

sirip

ekor

berbentuk

bundar.

Ikan

kerapu

genus Epinephelus tubuh ditutupi oleh bintik-bintik berwarna cokelat


atau kuning, merah atau putih, tinggi badan pada sirip punggung
pertama biasanya lebih tinggi dari pada sirip dubur, sirip ekor berbentuk
bundar.
Ikan kerapu genus Plectropomus warna gelap bergaris (menyerupai
pita) dan yang tidak bergaris, warna tubuh agak putihan, sirip berwarna
kuning, tulang sirip dubur lemah, panjang standard 2,8 3,1 kali dari
panjang kepala, sirip ekor umumnya tegak. dan yang terakhir ikan kerapu
dari genus Variola warna tubuh ditutupi oleh bintik merah, sirip ekor
berwarna putih tipis pada bagian pinggir, panjang standard 2,5 2,8 kali
dari panjang kepala, sirip ekor berbentuk sabit.

2.3 Penyebaran dan Habitat


Daerah penyebaran kerapu macan adalah Afrika Timur, kepulauan
Ryukyu (Jepang Selatan),Australia, Taiwan, Mikronesia, dan Polinesia.
MenurutWeber

dan

Beaufort

(1931),

perairan

Di

Indonesia

yang

populasikerapunya cukup banyak adalah perairan Pulau Sumatera, Jawa,


Sulawesi,Pulau Baru, dan Ambon.Kerapu muda biasanya hidup di perairan
karang pantai dengan kedalaman0,5 3 meter. Setelah menginjak
dewasa (buraya) berpindah ke perairanyang lebih dalam, yakni di
kedalaman 7 40 meter. Biasanya perpindahanini berlangsung pada
siang dan sore hari. Telur dan larva kerapu bersifatpelagis (berada di
kolom air). Sementara kerapu muda hingga dewasabersifat demersal atau
berdiam di dasar kolam (Tampubolon dan Mulyadi,1989). Habitat favorit
larva kerapu macan adalah perairan pantai di dekatmuara sungai.Pada
siang

hari,

larva

kerapu

biasanya

tidak

muncul

kepermukaan

air.Sebaliknya pada malam hari, larva kerapu banyak muncul ke

permukaanair. Hal ini sesuai dengan sifat kerapu sebagai organisme


nocturnal, yaknipada siang hari lebih banyak bersembunyi di liang-liang
karang dan padamalam hari aktif bergerak di kolom air untuk mencari
makanan.

2.4 Reproduksi
Kerapu nacan bersifat hermaprodit protagini, yakni pada tahap
perkembangan mencapai dewasa (matang gonad) berjenis kelamin betina
kemudian berubah menkadi jantan setelah tunbuh besar atau ketika
umurnya bertambah tua. Menentukan jenis kelamin kerapu jantan atau
betina dapat dengan dua cara, yaiti dengan menggunakan selang mikro
(kanulasi) yang mampu mengisap telur atau sperma dan dengan
menggunakan metode pengurutan. Kerapu betina akan mengeluarkan
telur jika diurut dan kerapu betina mengeluarkan sperma.
Bobot kerapu macan betina 3,0 4,5 ka dan bobot kerapu macan
jantan 5,0 6,0 kg keatas atau ketika kerapu macan sudah mampu
menghasilkan sperma untuk membuahi telur kerapu betina. Di habitat
aslinya kerapu melakukan pemijahan pada malam hari, yakni antara pukul
8 malam hingga pukul 3 pagi. Biasanya kerapu jantan akan berenang
berputar-putar

mengikuti

kerapu

betina.

Setelah

kerapu

betina

mengeluarkan telurnya, kerapu jantan akan mengeluarkan spermanya.


Kemudian telur akan dibuahi oleh sperma tesebut.
Ciri-ciri telur yang telah dibuahi adalah transparan, melayang diatas
airatau mengapung di permukaan air, berdiameter 850-950 mikron
mempunyai gelembung minyak yang berdiameter 170-220 mikron dqn
terletak

di

belakang

(posterior)

sehingga

posisi

embrio

larvanya

menungging. Telur yang dibuahi tersebut akan mengalami perkembangan


lebih lanjut menjadi embrio dan menetas menjadi larva sekitar 12 jam
setelah dibuahi. Sementara warna telur yang tidak dibuahi segera

berubah menjadi keruh atau putih dan mengendap di dasar. Berdasarkan


perkembangan mikroskopis, telur kerapu berbentuk bulat tanpa kerutan,
cenderung bergerombol pada kondisi tanpa aerasi, dan kuning telurnya
tersebar merata. Perkembangan embrio telur sejak pembuahan sampai
penetasan membutuhkan waktu sekitar 19 jam. Pembelahan sel pertama
kali terjadi sekitar 40 menit setelah pembuahan dan pembelahan sel
berikutnyaberlangsung setiap 15-30 menit hingga mencapai tahap
multisel, tahapan berikutnya adalah fase blastula,gastrula, neurula, dan
embrio.

Gerakan

pertama

embrioterjadi

kira-kira

16

jam

setelah

pembuahan. Selnjutnya tiga jam setelah gerakan pertama embrio telur


menetas menjadi larva. Penetasan telur menjadi larva ini, terjadi pada
suhu 20-290.

2.5 kebiasaan Makan


Evalawati et al., (2001), menyatakan ikan kerapu macan merupakan
hewan karnivora, sebagaimana jenis-jenis ikan kerapu lainnya. Ikan
kerapu macan dewasa adalah pemakan

ikan-ikan kecil, kepiting dan

udang-udangan, sedangkan larvanya pemangsa larva moluska (trokofor),


rotifer, mikro krustasea, kopepoda dan zooplangton. Sebagai ikan
karnivora, kerapu cenderung menangkap mangsa yang aktif bergerak di
dalam kolom air. Ikan kerapu mempunyai kebiasaan makan pada siang
hari dan malam hari, namun lebih aktif pada waktu fajar dan senja hari.
Kerapu biasa mencari makanan dengan menyergap mangsa dari
tempat persembunyiannya. Kerapu macan mempunyai kemampuan
menangkap mangsa lebih cepat daripada kerapu jenis lain. Sebagai ikan
karnivora, kerapu bersifat kanibalisme. Kanibalisme biasanya mulai terjadi

pada larva kerapu berumur 30 hari, dimana pada saat itu larva cenderung
berkumpul di suatu tempat dengan kepadatan tinggi. Berdasarkan
perilaku makannya, ikan kerapu dewasa memangsa ikan-ikan kecil,
crustasea dan chephalopoda yang menempati struktur tropik teratas
dalam piramida rantai makanan.
Ditjenkanbud (2004), menyatakan perkembangan larva kerapu sampai
tahap metamorfosis penuh membutuhkan waktu 35-40 hari pada suhu
27-29 0C. Setelah menetas sampai dengan hari ke tiga larva mendapatkan
pakan secara endogenus yaitu dengan mengabsorbsi kuning telur yang
dibawanya. Kemudian mulai mendapatkan pakan secara eksogenus pada
hari ketiga seiring dengan mulai terbukanya mulut. Sesuai dengan bukaan
mulut, larva kerapu memangsa rotifera sebagai pakan pertama. Peralihan
antara mendapatkan pakan secara endogenus ke eksogenus merupakan
fase rawan pertama dalam perkembangan larva sehingga sering terjadi
kematian massal antara 50-90%.

2.6 Sistem Pencernaan


Saluran pencernaan pada ikan dimulai dari rongga mulut (cavum oris).
Di dalam rongga mulut terdapat gigi-gigi kecil yang berbentuk kerucut
pada geraham bawah dan lidah pada dasar mulut yang tidak dapat
digerakkan banyak menghasilkan serta banyak menghasilkan lendir,
tetapi tidak menghasilkan ludah (enzim). Dari rongga mulut makanan
masuk ke esophagus melalui faring yang terdapat di daerah sekitar
insang.

gambar:pencernaan ikan .jpg


Esfaagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang insang, dan
bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan
makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umumnya
membesar, tidak jelas batasnya dengan usus. Dari lambung, makanan
masuk ke usus yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama
besarnya. Usus bermuara ke anus.

Kelenjar pencernaan pada ikan meliputi hati dan pankreas. Hati


merupakan kelenjar yang berukuran besarl, berwarna merah kecoklatan,
terletak di bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya
tidak tegas, terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang

menuju ke arah punggung. Fungsi hati menghasilkan empedu yang


disimpan dalam kantung empedu untuk membanfu proses pencernaan
lemak. Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauary terletak di
sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung
empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila
diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik
sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas antara lain menghasilkan enzim
enzim pencernaan dan hormon insulin.

2.7 Sistem ekskresi


Sistem eksresi ikan seperti juga pada vertebrata lain, yang mempunyai
banyak fungsi antara lainuntuk regulasi kadar air tubuh, menjaga keseimbangan
garam dan mengeliminasi sisa nitrogenhasil dari metabolisme protein. Alat
pengeluaran ikan terdiri dari:
Insang: mengeluarkan CO2 dan H2O
Kulit: kelenjar kulitnya mengeluarkan lendir sehingga tubuhnya licin untuk
memudahkan gerak di dalam air.
Sepasang ginjal :(sebagian besar) mengeluarkan urine.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas penulis memberikan kesimpulan sebagai


berikut :
1) Ikan kerapu macan memiliki cri-ciri morfologi yang khas disbanding ikan-ikan
lainnya
2) Penyebaran ikan kerapu macan sangat luas
3) Kerapu macan bersifat hemaprodit protagini

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut:


1) Diperlukan reverensi yang cukup banyak untuk dapat mengetahui biologi
kerapu macan
2) Sebelum ditulis sebaiknya dibaca terlebih dahulu reverensi yang akan
digunakan
3) Baca kembali hasil penulisan yang telah dibuat

Anda mungkin juga menyukai