Anda di halaman 1dari 20

BAB I

LAPORAN KASUS
1.1. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
Agama
Tanggal Pemeriksaan

:
:
:
:
:
:
:

Ny. Khoriya
31 tahun
Perempuan
Dsn. Kebomsawah-Ds. Kraton-kec. Kraton
Ibu Rumah Tangga
Islam
4 februari 2015

1.2 Anamnesis
Secara autoanamnesa oleh ibu nya
Keluhan utama :
Penurunan kesadaran sejak 1 hari yang lalu.
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien dikonsulkan dari bagian paru karena penurunan kesadaran sejak 1 hari,
sebelumnya pasien sudah mulai mengeluh lemas saat pasien bangun tidur, pasien terlihat
lemas dan ingin tidur terus-menerus, pasien di panggil oleh keluarganya tidak ada
berespon untuk menjawab, tetapi pada malam nya pasien mulai ada respon jika dipanggil,
makan atau minum pasien masih bisa jika di suapi. Sejak pagi tadi pasien tidak sadar
sama sekali.
Pasien MRS di ruang paru 5 hari yang lalu karena sesak, sesaknya sudah 2 minngu
tetapi memberat 1 hari SMRS. Pasien juga mengeluh demam (+), demam sudah sejak 1
minggu yang lalu, demam nya hilang timbul, jika diberi paracetamol demam nya turun.
Pasien juga mengeluh batuk (+), batuk nya sudah hampir 2 tahun, batuk berdahak warna
hijau kental, nafsu makan juga menurun, berat badan pasien juga menurun (+), jika
malam pasien sering berkeringat (+), pasien sudah minum obat TBC selama 5 bulan
lebih.
Sejak 1 bulan yang lalu pasien mengeluhkan sakit pada kepalanya, sakit dirasakan
hilang timbul, sakit kepala terasa pada bagian tengkuk/kepala bagian belakang. Sakit
kepala terasa tertusuk-tusuk dan berat pada leher. Pusing (-), BAB normal (-), BAK
normal (-), tidak ada muntah (-), sariawan (-).
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien belum pernah mengeluhkan hal yang sama sebelumnya. Pasien dengan riwayat
TB aktiv saat ini minum obat sudah 5 bulan lebih. Riwayat HT dan DM disangkal.
1

Riwayat penyakit keluarga :


Dikeluarga pasien tidak ada yang pernah mengeluhkan seperti ini. Riwayat
tuberkulosis di keluarga tidak ada (-), darah tinggi, kencing manis disangkal.
Riwayat pengobatan :
Pasien dalam pengobatan OAT dan mengaku rutin minum obat.
Riwayat alergi:
Alergi obat-obatan, makanan, debu disangkal.
Riwayat psikososial :
Pasien bekerja sebagai Ibu rumah tangga, suami pasien bekerja sebagai supir truck.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda vital
Tekanan Darah
Nadi
Frekuensi Nafas
Temperatur

: Tampak sakit berat


: Coma, GCS = 3 ( E=1 V=1 M=1)
:
: 100/70 mmHg
: 90 x/m
: 22 x/m
: 37,6c

Status generalis
Kepala

: normocephal, rambut berwarna hitam, tidak mudah dicabut

Mata

: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat, isokor, 2 mm

Mulut

: caries (-), sariawan(+), tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis

Leher

: Pembesaran KGB (+), peningkatan JVP (-)

Thorak:
Paru
Inspeksi

: bentuk dada normochest. Pergerakan dinding dada simetris, skar (-)

Palpasi

: vokal fremitus paru kanan dan kiri simetris

Perkusi

: sonor dikedua lapang paru

Auskultasi

: vesikuler +/+, rhonki +/+ lapang paru bagian atas, wheezing -/-

Jantung
Inspeksi

: Iktus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Iktus cordis teraba di ICS 5, pada garis midclavikularis sinistra

Perkusi

: Batas jantung kanan pada ICS IV linea parasternalis dextra


Batas jantung kiri atas pada ICS IV linea parasternalis sinistra
Batas kiri bawah pada ICS VI linea axilla anterior sinistra

Auskultasi

: Bunyi jantung reguler normal, murmur(-), gallop (-)

Abdomen:
Inspeksi

: perut tampak datar

Palpasi

: hepar dan lien tidak teraba

Perkusi

: timpani pada keempat kuadran

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Ekstremitas atas : akar hangat +/+, edema -/-, RCT < 2 detik
Ekstremitas bawah : akral hangat +/+, edema -/-, RCT < 2 detik
1.4 Status Neurologis
Keadaaan umum

: tampak sakit berat

Kesadaran

: coma

Rangsang meniengal
Kaku Kuduk
: (+)
Tanda Kerniq
: (+)
Tanda brudzinski I
: (-)
Tanda brudzinski II
: (-)
Peningkatan tekanan intrakranial
Muntah
: (-)
Sakit kepala
: (+)
Kejang
: (-)
Pemeriksaan Nervus Cranialis
N. Olfactorius (I)
Meatus Nasi Dextra
Normosmia
: Sulit dinilai
Anosmia
: Sulit dinilai
Parosmia
: Sulit dinilai
Hiposmia
: Sulit dinilai
N. Opticus (II)
Visus
Lapangan Pandang
Normal
Menyempit
Hemianopsia

Meatus Nasi Sinistra


Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai

Okuli Dextra (OD)


: Sulit dinilai

Okuli Sinstra (OS)


Sulit dinilai

: Sulit dinilai
: Sulit dinilai
: Sulit dinilai

Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai

Fundus Okuli

Warna
Batas
Ekskavasio
Arteri
Vena

: Tdk dilakukan pemeriksaan


: Tdk dilakukan pemeriksaan
: Tdk dilakukan pemeriksaan
: Tdk dilakukan pemeriksaan
: Tdk dilakukan pemeriksaan

Tdk dilakukan pemeriksaan


Tdk dilakukan pemeriksaan
Tdk dilakukan pemeriksaan
Tdk dilakukan pemeriksaan
Tdk dilakukan pemeriksaan

N. Ocullomotorius, trochlearis, abdusens (III,IV,VI)


Okuli Dextra (OD)

Okuli Sinistra (OS)

Gerakan bola mata

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Nistagmus

Sulit dinilai

Sulit dinilai

Pupil

Lebar
:
Bentuk
:
Reflex cahaya langsung
Reflex cahaya tdk lsg
Dolls eye

3 mm
Bulat
:
:
:

3 mm
Bulat
(+)
(+)
(+)

(+)
(+)
(+)

N. Trigeminus (V)

Kanan

Kiri

: Sulit dinilai
: Sulit dinilai
: Sulit dinilai

Sulit dinilai
Sulit dinilai
Sulit dinilai

: Sulit dinilai
: Mukosa basah

Sulit dinilai
Mukosa Basah

Motorik

Membuka dan menutup mulut


Palpasi otot masseter dan temporalis
Kekuatan gigitan

Sensorik

Kulit
Selaput lendir

Reflex Kornea

Langsung
Tidak langsung

N. Fasialis (VII)

: (+)
: (+)
Kanan

(+)
(+)
Kiri

Motorik

Mimik
Kerut kening
Menutup mata
Meniup sekuatnya
Memperlihatkan gigi
Tertawa

:
:
:
:
:
:

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Pengecapan 2/3 depan lidah


Produksi kelenjar ludah

: (-)
: (+)

(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)

Sensorik

N.Vestibulocochlearis (VIII)
Auditorius

Kanan

Pendengaran
Test Rinne
Test Weber

Kiri

: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan

tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan

: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan

tidak dilakukan
tidak dilakukan
tidak dilakukan

Vestibularis

Nistagmus
Vertigo
Tinnitus

N. Glossopharingeus, vagus (IX,X)


Pallatum Mole

: Sulit dinilai

Uvula

: Sulit dinilai

Disfagia

: Sulit dinilai

Disartria

: Sulit dinilai

Disfonia

: Sulit dinilai

Reflex muntah

: Sulit dinilai

Pengecapan 1/3 belakang lidah

: Sulit dinilai

N. Asesorius (XI)
Mengangkat bahu

Kanan
: Sulit dinilai

Kiri
Sulit dinilai
5

Fungsi otot Sternocleidomastoideus : Sulit dinilai

Sulit dinilai

N. Hypoglossus (XII)
Lidah

Tremor

: (-)

Atropi

: (-)

Fasikulasi

: (-)

Ujung lidah sewaktu istirahat

: Sulit dinilai

Ujung lidah sewaktu dijulurkan

: Sulit dinilai

SISTEM MOTORIK
Tropi

: Eutrofi

Tonus Otot

: Normotonus

Kekuatan otot

: Sulit dinilai

Sikap

: Berbaring

TEST SENSIBILITAS
Eksteroseptif

: Sulit dinilai

Propioseptif

: Sulit dinilai

REFLEKS
Refleks Fisiologis

Biceps
Triceps
Radioperiost
APR
KPR

Kanan

Kiri

:
:
:
:
:

(+)
(+)
(+)
(+)
(+)

(+)
(+)
(+)
(+)
(+)

:
:
:
:

(-)
(-)
(-)
(-)

(-)
(-)
(-)
(-)

Reflex Patologis

Babinski
Oppenheim
Chaddock
Gordon

Schaefer
Hoffman-Tromner
Klonus lutut
Klonus kaki

Refleks Primitif

:
:
:
:

(-)
(-)
(-)
(-)

(-)

(-)
(-)
(-)
(-)

KOORDINASI
Lenggang

: sulit dinilai

Bicara

: sulit dinilai

Menulis

: sulit dinilai

Percobaan apraksia

: sulit dinilai

Mimic

: sulit dinilai

Tes Telunjuk-telunjuk

: sulit dinilai

Tes Telunjuk-Hidung

: sulit dinilai

Tes Tumit-lutut

: sulit dinilai

Tes Romberg

: sulit dinilai

VEGETATIF
Vasomotorik

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Sudomotorik

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Pilo-Erektor

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Miksi

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Defekasi

: Tidak dilakukan pemeriksaan

Potens dan Libido

: Tidak dilakukan pemeriksaan

TANDA PERANGSANGAN RADIKULER


Laseque

: sulit dinilai

Cross Laseque

: sulit dinilai

FUNGSI LUHUR
Kesadaran Kualitatif

: Sulit Dinilai

Ingatan Baru

: Sulit Dinilai

Ingatan Lama

: Sulit Dinilai
7

Orientasi

Diri

: Sulit Dinilai

Tempat
Waktu

: Sulit Dinilai
: Sulit Dinilai

1.5. DIAGNOSA
Diagnosa Klinis
: DOC gradual + headache + dypsneu + chronic cough + febris subakut
+candidiasis oral+ kaku kuduk + rhonki
Diagnosa Topis

: meningen enchephalon + Paru

Diagnosa Etiologik

: meningo encefalitis TB + TB paru + HIV

Diagnosa Kerja

: DD/ - Meningitis Tuberculosa


- Meningitis Purulenta

1.6 PENATALAKSANAAN :
- rencana diagnostik :

Pemeriksaan darah rutin ( H2TL)


- lumbal pungsi
LED
Fungsi hati
Fungsi ginjal
Elektrolit
Foto thoraks
CT- Scan kepala
Rapid test
Terapi nonformakologi:
Diit tinggi KH, Protein, rendah lemak 6x150cc per NGT
Terapi farmakologi:
O2 nassal 2-3L/m
IVFD Aminofluid 1 flash/hari
Nebul ventolin setiap 8 jam
Inj. Streptomycine 1x1g im (skin test)
Inj. Dexamentasone 3x1amp
Inf. Sanmol 3x1 flash
Inj. Ranitidin 2x1
Inj. Ceftriaxone 1x2gr
NGT-kateter
8

Per oral :
INH 150 mg
Rifampicin 300 mg
Pirazinamid 1000 mg
Ethambutol 500 mg
Cotrimoxazole 1x960mg

1.7 HASIL PEMERIKSAAN


Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai normal

Hemoglobin

15

g/dL

11,7-15,5

Leukosit

12,6

/L

3,6-11,0

Hematokrit

29,6

35-47

Trombosit

253

ribu/L

130-440

Eritrosit

6.27

106/L

4.76-6.95

Albumin

2,7

Gr/dl

3,8-5,1

SGOT

41,1

U/L

10-31

SGPT

31,1

U/L

9-31

BUN

11

mg/dL

6-20

Kreatinin darah

0.4

mg/dL

<1,4

Natrium

144.4

mEq/L

135-147

Kalium

3.6

mEq/L

3,5-5,0

Klorida

98,61

mEq/L

94-111

127

Mg/dl

GDA

Foto thoraks PA

Skeletal dan jaringan lunak thoracal


dalam batas normal
Trachea di tengah
Sinus dan diagphragma normal
Pulmo : corakan bronkovaskular
bertambah dan infiltrat halus di ke dua
paru.

Kesan :
Susp. KP aktif

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Meningitis merupakan salah satu infeksi pada susunan saraf pusat yang mengenai
selaput otak dan selaput medulla spinalis yang juga disebut sebagai meningens. Meningitis
dapat disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan
parasit. Meningitis Tuberkulosis tergolong ke dalam meningitis yang disebabkan oleh bakteri
yaitu Mycobacterium Tuberkulosa. Bakteri tersebut menyebar ke otak dari bagian tubuh yang
lain.1
2.2 Epidemiologi
Meningitis TB merupakan salah satu komplikasi TB primer. Morbiditas dan mortalitas
penyakit ini tinggi dan prognosisnya buruk. Komplikasi meningitis TB terjadi setiap 300 TB
primer yang tidak diobati. CDC melaporkan pada tahun 1990 morbiditas meningitis TB 6,2%
dari TB ekstrapulmonal. Insiden meningitis TB sebanding dengan TB primer, umumnya
bergantung pada status sosio-ekonomi, higiene masyarakat, umur, status gizi dan faktor
genetik yang menentukan respon imun seseorang. Faktor predisposisi berkembangnya infeksi
TB adalah malnutrisi, penggunaan kortikosteroid, keganasan, cedera kepala, infeksi HIV dan
diabetes melitus. Penyakit ini dapat menyerang semua umur, anak-anak lebih sering
dibanding dengan dewasa terutama pada 5 tahun pertama kehidupan. Jarang ditemukan pada
usia dibawah 6 bulan dan hampir tidak pernah ditemukan pada usia dibawah 3 bulan.5
2.3 Anatomi Fisiologi3
Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur syaraf yang
halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis cairan yaitu cairan
serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:

Pia meter : yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum tulang
belakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan menyediakan darah untuk

struktur-struktur ini.
Arachnoid : Merupakan selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura meter.
Dura meter : Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari jaringan
ikat tebal dan kuat.
11

3.4 Etiologi8
Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri,
jamur, atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak.
Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas :
1. Bakteri:

Pneumococcus
Meningococcus
Haemophilus influenza
Staphylococcus
Escherichia coli
Salmonella
12

Mycobacterium tuberculosis
2. Virus :
Enterovirus
3. Jamur :
Cryptococcus neoformans
Coccidioides immitris
Pada laporan kasus meningitis tuberkulosa ini, mycobacterium tuberculosis merupakan faktor
penyebab paling utama dalam terjadinya penyakit meningitis.
3.5 Patogenesis
Meningitis TB terjadi akibat penyebaran infeksi secara hematogen ke meningen.
Dalam perjalanannya meningitis TB melalui 2 tahap. Mula-mula terbentuk lesi di otak atau
meningen akibat penyebaran basil secara hematogen selama infeksi primer. Penyebaran
secara hematogen dapat juga terjadi pada TB kronik, tetapi keadaan ini jarang ditemukan.
Selanjutnya meningitis terjadi akibat terlepasnya basil dan antigen TB dari fokus kaseosa
(lesi permulaan di otak) akibat trauma atau proses imunologik, langsung masuk ke ruang
subarakhnoid. Meningitis TB biasanya terjadi 36 bulan setelah infeksi primer.5
Infeksi HIV merupakan faktor resiko untuk berkembangnya TB melalui mekanisme
berupa reaktivasi infeksi laten, progresiviti yang cepat pada infeksi primer atau reinfeksi
dengan Mycobacterium tuberculosis (M. tuberculosis).
Kebanyakan bakteri masuk ke cairan serebro spinal dalam bentuk kolonisasi dari
nasofaring atau secara hematogen menyebar ke pleksus koroid, parenkim otak, atau selaput
meningen. Vena-vena yang mengalami penyumbatan dapat menyebabkan aliran retrograde
transmisi dari infeksi. Kerusakan lapisan dura dapat disebabkan oleh fraktur , paska bedah
saraf, injeksi steroid secara epidural, tindakan anestesi, adanya benda asing seperti implan
koklear, VP shunt, dll. Sering juga kolonisasi organisme pada kulit dapat menyebabkan
meningitis. Walaupun meningitis dikatakan sebagai peradangan selaput meningen, kerusakan
meningen dapat berasal dari infeksi yang dapat berakibat edema otak, penyumbatan vena dan
memblok aliran cairan serebrospinal yang dapat berakhir dengan hidrosefalus, peningkatan
intrakranial, dan herniasi6
Skema patofisiologi meningitis tuberkulosa
BTA masuk tubuh

Tersering melalui inhalasi


13

Jarang pada kulit, saluran cerna

Multiplikasi

Infeksi paru / focus infeksi lain

Penyebaran hematogen

Meningens

Membentuk tuberkel

BTA tidak aktif / dormain


Bila daya tahan tubuh menurun

Rupture tuberkel meningen

Pelepasan BTA ke ruang subarachnoid

MENINGITIS
3.6 Manifestasi Klinis
Gejala klinis meningitis TB berbeda untuk masing-masing penderita. Faktor-faktor
yang bertanggung jawab terhadap gejala klinis erat kaitannya dengan perubahan patologi
yang ditemukan. Tanda dan gejala klinis meningitis TB muncul perlahan-lahan dalam waktu
beberapa minggu.5
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun, tanda Kernigs
dan Brudzinsky positif.8

14

Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta virus apa
yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang tinggi, sakit kepala,
pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa
pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas.8
Gejala meningitis meliputi :8

Gejala infeksi akut


Panas
Nafsu makan tidak ada
Lesu
Gejala kenaikan tekanan intracranial
Kesadaran menurun
Muntah proyektil
Kejang-kejang
Gejala rangsangan meningeal
kaku kuduk
Kernig
Brudzinky I dan II positif

Gejala klinis meningitis tuberkulosa dapat dibagi dalam 3 stadium :2


Stadium I : Stadium awal
Gejala prodromal non spesifik : apatis, iritabilitas, nyeri kepala, malaise, demam,
anoreksia
Stadium II : Intermediate
Gejala menjadi lebih jelas
Mengantuk, kejang,

15

Defisit neurologik fokal : hemiparesis, paresis saraf kranial(terutama N.III dan N.VII,

gerakan involunter
Hidrosefalus, papil edema
Stadium III : Advanced
Penurunan kesadaran
Disfungsi batang otak, dekortikasi, deserebrasi
3.7 Diagnosis
Diagnosa pada meningitis TB dapat dilakukan dengan beberapa cara :8
1.
2.

Anamnese : ditegakkan berdasarkan gejala klinis, riwayat kontak dengan penderita TB


Lumbal pungsi
Gambaran LCS pada meningitis TB :

Warna jernih / xantokrom


Jumlah Sel meningkat MN > PMN
Limfositer
Protein meningkat

Glukosa menurun <50 % kadar glukosa darah

Pemeriksaan tambahan lainnya :

2.

Tes Tuberkulin

Ziehl-Neelsen ( ZN )

PCR ( Polymerase Chain Reaction )

Rontgen thorax

TB apex paru
TB milier
3.
CT scan otak
Penyengatan kontras ( enhancement ) di sisterna basalis
Tuberkuloma : massa nodular, massa ring-enhanced
Komplikasi : hidrosefalus
4. MRI
Diagnosis dapat ditegakkan secara cepat dengan PCR, ELISA dan aglutinasi Latex.
Baku emas diagnosis meningitis TB adalah menemukan M. tb dalam kultur CSS. Namun
pemeriksaan kultur CSS ini membutuhkan waktu yang lama dan memberikan hasil positif
hanya pada kira-kira setengah dari penderita

3.8 Dieferential Diagnosa


16

Meningitis virus
Gejala Klinik pada meningitis e.c virus :
Meningitis karena virus ditandai dengan cairan serebrospinal yang jernih serta rasa
sakit penderita tidak terlalu berat. Pada umumnya, meningitis yang disebabkan oleh
Mumpsvirus ditandai dengan gejala anoreksia dan malaise, kemudian diikuti oleh
pembesaran kelenjer parotid sebelum invasi kuman ke susunan saraf pusat. Pada
meningitis yang disebabkan oleh Echovirus ditandai dengan keluhan sakit kepala,
muntah, sakit tenggorok, nyeri otot, demam, dan disertai dengan timbulnya ruam
makopapular yang tidak gatal di daerah wajah, leher, dada, badan, dan ekstremitas.
Gejala yang tampak pada meningitis Coxsackie virus yaitu tampak lesi vasikuler pada
palatum, uvula, tonsil, dan lidah dan pada tahap lanjut timbul keluhan berupa sakit
kepala, muntah, demam, kaku leher, dan nyeri punggung.

Tabel interpretasi lumbal pungsi berdasarkan penyebabnya


Tes
Meningitis
Meningitis

Meningitis
TBC

Bakterial

Virus

Tekanan

Meningkat

Biasanya

Bervariasai

LP

Keruh

Normal

Warna

1000 ml

Jernih

Xanthochro
mi

Jumlah Sel

Predominan PMN

< 100/ml

Jenis sel

Sedikit meningkat

Predominan

Protein

Normal/menurun

MN

Predominan
MN

Normal/meningkat

Meningkat

Glukosa

Bervariasi

Biasanya normal
17

Rendah

3.9 Penatalaksanaan8
Pengobatan meningitis tuberkulosis harus tepat dan adekuat, koreksi gangguan cairan
dan elektrolit, dan penurunan tekanan intrakranial. Terapi harus segera diberikan tanpa
ditunda bila ada kecurigaan klinis ke arah meningitis tuberkulosis.
Terapi diberikan sesuai dengan konsep baku tuberkulosis yakni:
Fase intensif selama 2 bulan dengan 4 sampai 5 obat anti tuberkulosis, yakni
isoniazid, rifampisin, pirazinamid, streptomisin, dan etambutol. Terapi dilanjutkan dengan
2 obat anti tuberkulosis, yakni isoniazid dan rifampisin hingga 12 bulan.
Terapi Farmakologis yang dapat diberikan pada meningitis TB berupa :

Rifampicin ( R )
Efek samping : Hepatotoksik
INH ( H )
Efek samping : Hepatotoksik, defisiensi vitamin B6
Pyrazinamid ( Z )
Efek samping : Hepatotoksik
Streptomycin ( S )
Efek samping : Gangguan pendengaran dan vestibuler
Ethambutol ( E )
Efek samping : Neuritis optika
Regimen : RHZE / RHZS
Nama Obat
INH

DOSIS
Dewasa : 10-15 mg/kgBB/hari
+ piridoksin 50 mg/hari

Streptomisin

20 mg/kgBB/hari i.m selama 3 bulan

18

Etambutol

25 mg/kgBB/hari p.o selama 2 bulam pertama


Dilanjutkan 15 mg/kgBB/hari

Rifampisin

3.10

Dewasa : 600 mg/hari

Prognosis
Prognosis meningitis tuberkulosa lebih baik sekiranya didiagnosa dan diterapi seawal

mungkin. Sekitar 15% penderita meningitis nonmeningococcal akan dijumpai gejala sisanya.
Secara umumnya, penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik
atau mental atau meninggal tergantung : 6
o umur penderita.
o Jenis kuman penyebab
o Berat ringan infeksi
o Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
o Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
o Adanya dan penanganan penyakit.

19

DAFTAR PUSTAKA
1. Backgroud

to

desease.

Last

updated

2006.

Available

from

http://www.ocbmedia.com/meningitis/background.php
2. Neurology and Neurosurgery Illustrated
3. Israr
YA.
Meningitis.
Last
Updated

2008.

Available

from

http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/01/meningitis.pdf
4. Ramachandran TS. Tuberculous Meningitis. Last Updated 4 December 2008. Available
from http://emedicine.medscape.com/article/1166190-overview ---5. Nofareni. Status imunisasi bcg dan faktor lain yang mempengaruhi terjadinya meningitis
tuberkulosa. Available from http://library.usu.ac.id/download/fk/anak-nofareni.pdf
6. Koppel BS. Bacterial, Fungal,& Parasitic infections of the Nervous System in Current
Diagnosis and Treatment Neurology. USA; The McGraw-Hill Companies. 2007. p403-08,
p421-23.
7. Meningitis.Availablefromhttp://forbetterhealth.files.wordpress.com/2009/01/meningitis.p
df
8. Pradhana

D.

Referat

Meningitis.

Last

Updated

2009.

Available

from

http://www.docstoc.com/docs/19409600/new-meningitis-edit
9. Miller RD. lumbal puncture,5th ed. Churchill Livingstone. Philadelphia. 2000
10. Mulroy MF. Lumbal puncture, An Illustrated Procedural Guide. 2nd ed. Little, Brownand
Company. B oston 1996

20

Anda mungkin juga menyukai