berupa vesikel dan bula yang pecah membentuk erosi yang ditutupi krusta.
Kelainan ini sering terdapat di telapak kaki dan tangan, disebut pemfigus
sifilitika. Bila kelainan muncul beberapa minggu setelah dilahirkan, kelainan
berupa papul dan skuama (menyerupai sifilis stadium II). Kelainan lain dapat
berupa adanya sekret hidung yang sering bercampur darah, osteokondritis,
serta splenomegali dan pneumonia alba.
Sifilis kongenital lanjut terdapat pada usia lebih dari 2 tahun. Manifestasi
klinis ditemukan pada usia 7-9 tahun dengan adanya Trias Hutchinson
meliputi keratitis interstitial (kelainan pada mata), ketulian N VIII serta gigi
Hutchinson (insisivus I atas kanan dan kiri berbentuk seperti obeng). Dapat
juga terjadi paresis, perforasi palatum durum serta kelainan tulang tibia dan
frontalis.
Pada stadium lanjut dapat terlihat stigmata pada sudut mulut (garis-garis
yang jalannya radier), gigi Hutchinson serta penonjolan tulang orbital.
b. Sifilis akuisita (didapat) terdiri dari :
Stadium I
Tiga minggu setelah pajanan bakteri terdapat lesi primer terjadi pada jalan
masuk. Lesi umumnya hanya satu dan dapat berkembang menjadi papular
yang erosif, berukuran miliar hingga lentikular, serta ada indurasi
(pengerasan). Papul ini bisa berkembang menjadi erosi dan ulserasi. Jika
berkembang menjadi ulserasi disebut ulkus durum, dengan tepi merah, lebar
1-2 mm, dapat berkrusta dan menghasilkan eksudat serosa. Sekitar 3 minggu
kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar limfatik inguinal medial. Kelenjar
tersebut membesar, padat, kenyal, tidak nyeri, soliter, dan dapat digerakkan
bebas dari sekitarnya. Lesi umumnya bisa terdapat pada alat kelamin, bisa
juga ekstragenital (bibir, lidah, tonsil, putting susu, jari dan anus). Tanpa
pengobatan, lesi dapat sembuh spontan dalam 3-8 minggu tergantung ukuran
besar-kecilnya.
Stadium II
Stadium sifilis sekunder dicapai ketika terjadi sifilis primer sudah sembuh;
jarak antara sifilis primer dan sekunder sekitar 6 sampai 8 minggu. Lesi yang
terbentuk dapat menyebar ke seluruh permukaan tubuh (tidak terbatas di
tempat inokulasi bakteri) serta memiliki sifat tidak gatal, tidak memerah serta
misalnya
Treponema
Pallidum
Hemagglutination
Assay
positif
Namun, metode TPHA memiliki beberapa kekurangan, antara lain:
1. Harganya mahal
2. Pengerjaannya membutuhkan waktu inkubasi yang lama, hampir 1 jam.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan TPHA antara lain :
3
1:160
4
1:320
5
1:640
6
1:1280
7
1: 2560
8
1: 5120
cell)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2013.
Pemeriksaan
Laboratorium
TPHA
Treponema
http://nothingweyy.blogspot.com/2013/02/pemeriksaan-laboratorium-tphatreponema.html
Nilla,
2012.
Uji
TPHA
Uji
Treponemal.
Diakses
dari
http://nillaaprianinaim.wordpress.com/2011/09/ 28/uji-tpha-uji-treponemal/.
Diakses tanggal 17 Mei 2013
Septyan.
2012.
Makalah
Sifilis.
Diakses
dari
http://www.scribd.com/doc/89560656/MAKALAH-SIFILIS.
tanggal 17 Mei 2013
Sutrimo.
2013.
Uji
TPHA.
Diakses
http://analiskesehatankendariangkatan5.blogspot.com/
tpha.html. Diakses tanggal 17 Mei 2013
Diakses
dari
2013/01/uji-
Vanilla,
Prima.
2011.
Treponema
pallidum.
Diakses
dari