Makalah Gangguan Sistem Hematologi Askep Anemia Aplastik
Makalah Gangguan Sistem Hematologi Askep Anemia Aplastik
APLASTIK
MAKALAH
GANGGUAN SISTEM HEMATOLOGI
ASKEP ANEMIA APLASTIK
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan karuniaNya,
penulis dapat menyelesaikan makalah Sistem Hemetologi & Imunologi yang berjudul
Askep Anemia Aplastik tepat pada waktunya.
Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pengrjaan makalah ini.
Penulis juga menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik yang membangun agar penulis dapat berbuat lebih
banyak di kemudian hari. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
Tujuan ............................................................................................
2.2
Etiologi...........................................................................................
2.3
Patofisiologi....................................................................................
2.4
Manifestasi klinis............................................................................
2.5
Penatalaksanaan..............................................................................
2.6
Komplikasi......................................................................................
2.7
Asuhan Keperawatan......................................................................
Kesimpulan .................................................................................... 29
3.2
Saran .............................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Anemia aplastik merupakan gangguan hematopoesis yang ditandai oleh penurunan
produksi eritroid, mieloid dan megakariosit dalam sumsum tulang dengan akibat adanya
pansitopenia pada darah tepi, serta tidak dijumpai adanya sistem keganasan hematopoitik
ataupun kanker metastatik yang menekan sumsum tulang. Aplasia ini dapat terjadi hanya
pada satu, dua atau ketiga system hematopoisis. Aplasia yang hanya mengenai system
eritropoitik disebut anemia hipoplastik (ertroblastopenia), yang hanya mengenai system
granulopoitik
disebut
agranulositosis
sedangkan
yang
hanya
mengenai
sistem
3500/mm3
atau
granulosit
1.5
109/I.(1)
Anemia aplastik dapat pula diturunkan : anemia Fanconi genetik dan dyskeratosis
congenital, dan sering berkaitan dengan anomali fisik khas dan perkembangan pansitopenia
terjadi pada umur yang lebih muda, dapat pula berupa kegagalan sumsum pada orang
dewasa yang terlihat normal. Anemia aplastik didapat seringkali bermanifestasi yang khas,
dengan onset hitung darah yang rendah secara mendadak pada dewasa muda yang terlihat
normal; hepatitis seronegatif atau pemberian obat yang salah dapat pula mendahului onset
ini. Diagnosis pada keadaan seperti ini tidak sulit. Biasanya penurunan hitung darah
moderat atau tidak lengkap, akan menyebabkan anemia, leucopenia, dan thrombositopenia
atau dalam beberapa kombinasi tertentu.
Dalam makalah ini penulis membahasa tentang konsep teori serta Asuhan keperawatan
pada anemia aplastik.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dat membuat rumusan masalah yaitu
sebagai berikut :
1. Apa Pengertian dari Anemia aplastik?
2. Apa Etiologi dari anemia aplastik?
3. Bagaimanakah patofisiologis pada anemia aplastik?
4. Apa saja manifestasi dari anemia aplastik?
5. Bagaimankah penatalaksanaan nya ?
6. Apa saja komplikasi nya ?
7. Bagaimnakah Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Anemia aplastik ?
1.3
Tujuan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas Sistem
Hematologi & Imunologi yang berjudul Askep Anemia Aplastik .Tujuan khusus penulisan
makalah ini adalah menjawab pertanyaan yang telah dijabarkan pada rumusan masalah
agar penulis ataupun pembaca tentang konsep skoliosis serta proses keperawatan dan
pengkajiannya.
BAB II
KONSEP DASAR TEORI
2.1
Pengertian
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta hemoglobin dalam 1 mm 3 darah atau
berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah.
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel hematopoetik
dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya
pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang.
Anemia aplastik adalah anemia yang normokromik normositer yang disebabkan oleh
disfungsi sumsum tulang, sedemikian sehingga sel darah yang mati tidak diganti.
Anemia aplastik adalah anemia yang disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh
sumsum tulang (kerusakan susum tulang). (Ngastiyah.1997.Hal:359)
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel hematopoetik
dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya
pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak
FKUI.2005.Hal:451)
Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang yang
mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentukan darah dalam
sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)
2.2
Etiologi
a.
Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti
mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.
b. Faktor didapat
-
Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihistamin), santoninkalomel, obat sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine dan
sebagainya), obat anti tumor (nitrogen mustard), anti microbial.
Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain lain.
2.3
Patofisiologi
Walaupun banyak penelitian yang telah dilakukan hingga saat ini, patofisiologi anemia
aplastik belum diketahui secara tuntas. Ada 3 teori yang dapat menerangkan patofisiologi
penyakit ini yaitu :
1. kerusakan sel hematopoitik
2. kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang
3. proses imunologik yang menekan hematopoisis
Keberadaan sel induk hematopoitik dapat diketahui lewat petanda sel yaitu CD 34, atau
dengan biakan sel. Dalam biakan sel padanan induk hematopoitik dikenal sebagai, longterm
culture-initiating cell (LTC-IC), long-term marrow culture (LTMC), jumlah sel induk/ CD 34
sangat menurun hingga 1-10% dari normal. Demikian juga pengamatan pada cobble-stone
area forming cells jumlah sel induk sangat menurun. Bukti klinis yang yang menyokong teori
gangguan sel induk ini adalah keberhasilan transplantasi sumsum tulang pada 60-80%
kasus. Hal ini membuktikan bahwa dengan pemberian sel induk dari luar akan terjadi
rekonstruksi sumsum tulang pada pasien anemia aplastik. Beberapa sarjana menganggap
gangguan ini dapat disebabkan oleh proses imunologik.
Kemampuan hidup dan daya proliferasi serta diferensiasi sel induk hematopoitik
tergantung pada lingkungan mikro sumsum tulang yang terdiri dari sel stroma yang
menghasilkan berbagai sitokin perangsang seperti GM-CSF,G-CSF dan IL-6 dalam jumlah
normal sedangkan sitokin penghambat seperti ? (IFN-?), tumor necrosis factor-? (TNF-?),
protein macrophage inflamatory 1? (MIP-1?), dan transforming growth factor ?2 (TGF-?2)
akan meningkat. Sel stroma pasien anemia aplastik dapat menunjang pertumbuhan sel
induk, tapi sel stroma normal tidak dapat menumbuhkan sel induk yang berasal dari pasien.
Berdasar temuan tersebut, teori kerusakan lingkungan mikro sumsum tulang sebagai
penyebab mendasar anemia apalstik makin banyak ditinggalkan.
Anemia aplasia sepertinya tidak disebabkan oleh kerusakan stroma atau produksi faktor
pertumbuhan.
Kerusakan akibat Obat.
Kerusakan ekstrinsik pada sumsum terjadi setelah trauma radiasi dan kimiawi seperti dosis
tinggi pada radiasi dan zat kimia toksik. Untuk reaksi idiosinkronasi yang paling sering pada
dosis rendah obat, perubahan metabolisme obat kemungkinan telah memicu mekanisme
kerusakan. Jalur metabolisme dari kebanyakan obat dan zat kimia, terutama jika bersifat
polar dan memiliki keterbatasan dalam daya larut dengan air, melibatkan degradasi
enzimatik hingga menjadi komponen elektrofilik yang sangat reaktif (yang disebut
intermediate); komponen ini bersifat toxic karena kecenderungannya untuk berikatan
dengan
makromolekul
seluler.
Sebagai contoh, turunan hydroquinones dan quinolon berperan terhadap cedera jaringan.
Pembentukan intermediat metabolit yang berlebihan atau kegagalan dalam detoksifikasi
komponen ini kemungkinan akan secara genetic menentukan namun perubahan genetis ini
hanya terlihat pada beberapa obat; kompleksitas dan spesifitas dari jalur ini berperan
terhadap kerentanan suatu loci dan dapat memberikan penjelasan terhadap jarangnya
kejadian reaksi idiosinkronasi obat.
Web Of Causation
2.4
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang sering dialami pada anemia aplastik adalah :
Lemah dan mudah lelah
Granulositopenia dan leukositopenia menyebabkan lebih mudah terkena infeksi bakteri
Trombositopenia menimbulkan perdarahan mukosa dan kulit
Pucat
Pusing
Anoreksia
Peningkatan tekanan sistolik
Takikardia
Penurunan pengisian kapler
Sesak
Demam
Purpura
Petekie
Hepatosplenomegali
Limfadenopati
(Tierney,dkk.2003.Hal:95)
2.5
Penatalaksanaan
Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri atas beberapa terapi sebagai berikut :
1. Terapi Kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Hindarkan pemaparan
lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak diketahui. Akan tetapi,hal ini sulit dilakukan
karena etiologinya tidak jelas atau penyebabnya tidak dapat dikoreksi.
2. Terapi suportif
Terapi suportif bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat pansitopenia.
Adapun bentuk terapinya adalah sebagai berikut :
a.
Hygiene mulut
Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat/.
dosis
2-3
mg/kgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6-8 minggu. Efek samping yang dialami berupa
virilisasi dan gangguan fungsi hati.
-
4. Terapi Definitif
Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka panjang.
Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas dua jenis pilihan sebagai berikut :
a.
Terapi imunosuprersif
Komplikasi
1. Perdarahan
2. Infeksi organ
3. Gagal jantung
2.7
Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya
Bahu menurun, postur lunglai, berjalan lambat dan tanda tanda lain yang menunjukkan
keletihan
b. Sirkulasi
Hipotensi postural
Disritmia : abnormalitas EKG mis : depresi segmen ST dan pendataran atau depresi
gelombang T
Ekstremitas : pucat pada kulit dan membrane mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan
dasar kuku
Depresi
d. Eliminasi
Distensi abdomen
e. Makanan / cairan
Stomatitis
Neurosensori
Hemoragis retina
Epistaksis
i. Keamanan
-
Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida, fenilbutazon, naftalen
Gangguan penglihatan
Limfadenopati umum
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah.
4. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan sekunder
(penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan sirkulasi
dan neurologist.
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
C. NCP
NO
1.
Diagnosa
Keperawatan
Perubahan perfusi
jaringan
b.d
penurunan
komponen seluler
yang
diperlukan
untuk pengiriman
oksigen/nutrient ke
sel.
Tujuan
Intervensi
Rasional
Memberikan
informasi
tentang
derajat/keadekuatan
perfusi jaringan dan
membantu
menetukan
kebutuhan
intervensi.
Meningkatkan
ekspansi paru dan
memaksimalkan
oksigenasi
untuk
kebutuhan
seluler.
2.
Intoleransi
aktivitas
b.d
ketidakseimbangan
antara
suplai
oksigen
(pengiriman) dan
Dapat
mempertahankan
/meningkatkan
ambulasi/aktivitas.
KH :
- melaporkan
Catatan
:
kontraindikasi bila
Awasi
upaya ada hipotensi.
pernapasan
;
auskultasi bunyi - Gemericik
napas perhatikan menununjukkan
bunyi adventisius. gangguan jajntung
karena
regangan
jantung
lama/peningkatan
Selidiki keluhan kompensasi
curah
nyeri
jantung.
dada/palpitasi.
- Iskemia
seluler
mempengaruhi
jaringan miokardial/
Hindari
potensial
risiko
penggunaan botol infark.
penghangat atau - Termoreseptor
botol air panas. jaringan
dermal
Ukur suhu air dangkal
karena
mandi
dengan gangguan oksigen
thermometer.
Kolaborasi
pengawasan hasil - Mengidentifikasi
pemeriksaan
defisiensi
dan
laboraturium.
kebutuhan
Berikan sel darah pengobatan /respons
merah
terhadap terapi.
lengkap/packed
produk
darah
sesuai indikasi.
Berikan oksigen
tambahan sesuai - Memaksimalkan
indikasi.
transport oksigen ke
jaringan.
- Kaji kemampuan - Mempengaruhi
ADL pasien.
pilihan
intervensi/bantuan
- Kaji kehilangan
atau
gangguan - Menunjukkan
keseimbangan,
perubahan neurology
kebutuhan.
3.
peningkatan toleransi
aktivitas
(termasuk
aktivitas sehari-hari)
- menunjukkan
penurunan
tanda
intolerasi
fisiologis,misalnya
nadi,
pernapasan,
dan
tekanan darah masih
dalam rentang normal
Perubahan nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh
b.d
kegagalan
untuk
mencernaatau
ketidak
mampuan
Kebutuhan nutrisi
terpenuhi
Kaji
riwayatnutrisi, termasuk
makan
yang
KH :
disukai
Menunujukkan
- Observasi
danpeningkatan
catat
masukkan
/mempertahankan
makanan pasien
berat badan dengan
Mengidentifikasi
defisiensi,
memudahkan
intervensi
Mengawasi
masukkan kalori
atau kualitas
mencerna
makanan /absorpsi
nutrient
yangdiperlukan untuk
pembentukan seldarah merah
nilai
laboratorium
normal.
Tidak
mengalami
tanda mal nutrisi.
Menununjukkan
perilaku,
perubahanpola
hidup
untuk
meningkatkan dan atau
mempertahankan berat
badan yang sesuai.
Timbang
berat
badan setiap hari. -
Berikan
makan
sedikit
dengan
frekuensi
seringdan atau makan
diantara
waktu
makan
- Observasi
dan
catat
kejadian
mual/muntah,
flatus dan dan
gejala lain yang
berhubungan
- Berikan
dan
Bantu
hygiene
mulut yang baik -;
sebelum
dan
sesudah
makan,
gunakan sikat gigi
halus
untuk
penyikatan yang
lembut.
Berikan
pencuci
mulut
yang di encerkan
bila mukosa oral
luka.
-
Kolaborasi pada
ahli gizi untuk
rencana diet.
- Kolaborasi
;
pantau
hasil
pemeriksaan
laboraturium
-
kekurangan
konsumsi makanan
Mengawasi
penurunan berat
badan atau
efektivitas intervensi
nutrisi
Menurunkan
kelemahan,
meningkatkan
pemasukkan dan
mencegah distensi
gaster
Gejala GI dapat
menunjukkan efek
anemia (hipoksia)
pada organ.
Meningkatkan nafsu
makan dan
pemasukkan oral.
Menurunkan
pertumbuhan
bakteri,
meminimalkan
kemungkinan
infeksi. Teknik
perawatan mulut
khusus mungkin
diperlukan bila
jaringan
rapuh/luka/perdaraha
n dan nyeri berat.
Membantu dalam
rencana diet untuk
memenuhi
kebutuhan individual
Meningkatakan
efektivitas program
pengobatan,
4.
Risiko
tinggi
terhadap
infeksi
b.d
tidak
adekuatnya
pertahanan
sekunder
(penurunan
hemoglobin
leucopenia, atau
penurunan
granulosit (respons
inflamasi
tertekan).
Kolaborasi;
termasuk sumber
berikan obat sesuai diet nutrisi yang
indikasi
dibutuhkan.
- Kebutuhan
penggantian
tergantung pada tipe
anemia dan atau
adanyan masukkan
oral yang buruk dan
defisiensi yang
diidentifikasi.
5.
cairan
tubuh
misalnya pernapasan
dan ginjal.
Pantau/batasi
membatasi
pengunjung.
pemajanan
pada
Berikan
isolasi bakteri/infeksi.
bila
Perlindungan isolasi
memungkinkan
dibutuhkan
pada
anemia aplastik, bila
respons imun sangat
terganggu.
Pantau
suhu adanya
proses
tubuh.
Catat inflamasi/infeksi
adanya menggigil membutuhkan
dan
takikardia evaluasi/pengobatan.
dengan atau tanpa
indikator
infeksi
demam
Amati
lokal. Catatan :
eritema/cairan luka pembentukan
pus
mungkin tidak ada
bila
granulosit
tertekan.
Ambil specimen membedakan adanya
untuk
infeksi,
kultur/sensitivitas
mengidentifikasi
sesuai indikasi
pathogen khusus dan
mempengaruhi
pilihan pengobatan
Berikan antiseptic mungkin digunakan
topical ; antibiotic secara
propilaktik
sistemik
untuk menurunkan
kolonisasi atau untuk
pengobatan proses
infeksi local
Konstipasi atau
Membuat/kembali pola Observasi warna - Membantu
Diare berhubungan normal dari fungsi
feses, konsistensi, mengidentifikasi
dengan penurunan usus.
frekuensi dan
penyebab /factor
masukan diet;
KH: Menunjukkan
jumlah
pemberat dan
perubahan proses
perubahan
intervensi yang
pencernaan; efek
perilaku/pola hidup,
Auskultasi bunyi
tepat.
samping terapi
yang diperlukan
usus
- bunyi usus secara
obat.
sebagai penyebab,
factor pemberat.
Awasi intake dan
output (makanan
dan cairan).
-
Dorong masukkan
cairan 2500-3000
ml/hari dalam
toleransi jantung
-
umum meningkat
pada diare dan
menurun pada
konstipasi
dapat
mengidentifikasi
dehidrasi,
kehilangan
berlebihan atau alat
dalam
mengidentifikasi
defisiensi diet
membantu dalam
memperbaiki
konsistensi feses bila
konstipasi. Akan
membantu
memperthankan
status hidrasi pada
diare
menurunkan distress
gastric dan distensi
abdomen
mencegah ekskoriasi
kulit dan kerusakan
Hindari makanan
yang membentuk
gas
Kaji kondisi kulit
perianal dengan
sering, catat
perubahan kondisi
kulit atau mulai
kerusakan.
Lakukan
perawatan perianal
setiap defekasi bila
terjadi diare.
Kolaborasi ahli
gizi untuk diet
siembang dengan
tinggi serat dan
bulk.
- serat menahan
enzim pencernaan
dan mengabsorpsi
air dalam alirannya
sepanjang traktus
intestinal dan dengan
Berikan pelembek demikian
feses, stimulant
menghasilkan bulk,
6.
Kurang
pengetahuan
sehubungan
dengan kurang
terpajan/mengingat
; salah interpretasi
informasi ; tidak mengenal sumber
informasi.
ringan, laksatif
pembentuk bulk
atau enema sesuai
indikasi. Pantau keefektifan.
(kolaborasi)
Berikan obat
antidiare, misalnya
Defenoxilat
Hidroklorida
dengan atropine
(Lomotil) dan obat mengabsorpsi air,
misalnya
Metamucil.
(kolaborasi).
Pasien mengerti dan Berikan informasi
memahami tentang
tentang anemia
penyakit, prosedur
spesifik.
diagnostic dan rencana Diskusikan
pengobatan.
kenyataan bahwa
KH :
terapi tergantung
Pasien menyatakan
pada tipe dan
pemahamannya proses beratnya anemia.
penyakit dan
penatalaksanaan
Tinjau tujuan dan
penyakit.
Mengidentifikasi
persiapan untuk
factor penyebab.
pemeriksaan
Melakukan tiindakan
diagnostic
yang perlu/perubahan
pola hidup.
menurunkan
motilitas usus bila
diare terjadi.
memberikan dasar
pengetahuan
sehingga pasien
dapat membuat
pilihan yang tepat.
Menurunkan ansietas
dan dapat
meningkatkan
kerjasama dalam
program terapi
ansietas/ketakutan
tentang
ketidaktahuan
meningkatkan stress,
selanjutnya
meningkatkan beban
jantung.
Pengetahuan
menurunkan
ansietas.
Kaji tingkat
megetahui seberapa
pengetahuan klien jauh pengalaman dan
dan keluarga
pengetahuan klien
tentang
dan keluarga tentang
penyakitnya
penyakitnya
Berikan
dengan mengetahui
penjelasan pada
penyakit dan
klien tentang
kondisinya sekarang,
penyakitnya dan
klien akan tenang
kondisinya
dan mengurangi rasa
sekarang.
cemas
diet dan pola makan
yang tepat
Anjurkan klien
membantu proses
dan keluarga untuk penyembuhan.
memperhatikan
diet makanan nya mengetahui
Minta klien dan
seberapa jauh
keluarga
pemahaman klien
mengulangi
dan keluarga serta
kembali tentang
menilai keberhasilan
materi yang telah
dari tindakan yang
diberikan
dilakukan
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
KASUS
Tuan A,masuk rumah sakit pada tanggal 3 Desember 2009, jam 10.00 WIB.Mengeluhkan
sakit kepala pada bagian tengkuknya, badan sering terasa lemas, dan sering kesemutan
pada saat istirahat.Setelah dilakukan pemeriksaan didapat TD 110/ 60 mmhg, SH 34.5 oC,
Nadi 80x/ menit,HB 3,6 g/dl. Dengan RR normal, BB menurun, sedangkan pada skelera
mata memutih, kuku membentuk koilonikia(kuku melengkung seperti sendok).
A.
ANALISA DATA
NO DATA
1 : - Tn A mengeluh sakit kepla
- Mudah lelah
- Kesemutan
- kedinginan
- mata berkunang kunang
PENYEBAB
MASALAH
Penurunan komponen Perubahan
Perfusi
seluler yang diperlukan Jaringan
untuk
pengiriman
oksigen/nutrient ke sel
O : - Hb Turun 3,6 g/ dl
- Ekstremitas atas dan bawah
dingin
- Suhu 36o C
- kulit pucat
- Gelisah
2S : - Tn A mengeluh badan
meras lemas
O : - keadaan umum
lemah
- porsi yang disediakan
3
sendok yang dimakan
- tugor jelek
3 S : - Tn a mengatakan susah
tidur
- nyeri pusing
O : - Tn a tampak menguap saat
ditanya
- mata merah
- tidur lebih kurang 5 jam
- mata cekung
- meringis
Gangguan
perfusi selebral
fungsi Gangguan
rasa
nyaman atau nyeri
Intoleransi aktivitas
Kurang pengetahuan
tentang
penyakit
tentang
kondisi
proknosis
B. NCP
Diagnosa
Tujuan dan KH :
Intervensi
Rasional
O
1
keperawatan
Perubahan
perfusiPerubahan
perfusi
jaringan b/d ketidak jaringan teratasi.
seimbangan 02 .DiKH :
tandai dengan Tn A1.kualitas
pengisian
mengeluh
kepala kapiler kembali baik.
sakit , mudah lelah,2. HB normal 14-16
kesemutan,
g/dl
kedinginan,
mata
berkunang-kunang,
ekstremitas dingin,
kulit pucat,gelisah,
suhu 36 C
Gangguan
rasa
nyaman nyeri b/d
perfusi
selebral
ditandai dengan, Tn1
A mengatakan susah2
utk tidur nyeri atau
pusing, mata merah,3
tidur lebih kurang 5
jam, mata cekung.,4
hb 36 g/dl
observasitandatandavital
tinggikan tempat
tifur sesuai toleransi
observasi upaya
pernapasan
selidiki keluhan
nyeri dada
Kaji perubahan
istirahat atau
gangguan istirahat
ajarkan teknik
relaksasi dan
distraksi
memberi informasi
tentang derajat atau
ke adekuatan perfusi
jaringan
dan
membantu
menentukan
kebutuhan intervensi
meningkatkan
ekspansi paru dan
memaksimalkan
oksigenasi
untuk
kebutuhan seluler
dipsnea
gemeritik
menunjukan gejala
karena regangan di
jantung
atu
peningkatran
kompensasi
curah
jantung
iskemia
seluler
mempengaruhi
jaringan miokardinal
atau potensial infak
diharapkan
mengetahui
dan
dapata
mengambil
langkah agra tn a
dapat istirahat dengan
tenang
dengan mengetahui
tingkat nyeri dapat
menentukan
intervensi yang akan
di lakukan
diharapkan derngan
relaksasi nyeri atau
pusing berkurang
Intoleransi aktivitas
b/d ketidak
seimbangan 02
ditandai dengan, tn a
mengeluh lemah,
sebagian aktivitas
dibantu orang lain,
hb 3,6 g/dl
Perubahan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan b/d tn.A
mengatakan bahwa
badan tersa lemah,
keadaan
umum
lemah, porsi yang
disediakan 3 sendok
yang habis, tugor
kulit jelek
tn a dapat
- observasi tanda vital
mealakukan tindakan- anjurkan tn A untuk
aktivitas ttanpa
menggunakan teknik
bantuan orang lain
penghematan energi
KH :
1. makan menyuap - anjurkan tn a untuk
tanpa bantuan arang menghentikan
lain
aktivitas bila ada
palpitasi, kelemahan,
pusing,.
Diketahui keadaan
Tn.A
Mendorng
pasien
untuk
banyak
membatasi
penyimpangan energi
dan
mencegah
kelemahan
regangan atau stres
kardio
pulmonal
berlebihan
dapat
menimbulkan
dekompensasi atau
kegagalan
dapat
diketahui
Nutrisi tn.a terpenuhi- kaji status nyeri
KH :
intake makanan yang
1. keadaan umum
masuk
sehingga
membaik
kekurangan
akan
2.
porsi
yang
masukan zat gizi juga
disediakan habis
dapat diketahui
dapat menjelaskan
- jelaskan pd tn.
Penting nya makan kepada tn.a penting
bagi tubuh
nya makanan bagi
tubuh
agar
pengetahuan
nya
bertambah dan di
harapkan tn. A makan
.
-
berikan makanan
yang
merangsang
nafsu makan dan
dikolaborasikan
dengan ahli gizi
- dengan makanan
yang
merangsang
nafsu
makan,
diharapkan tn.a da
selera untuk makan
dan kebutuhan nutrisi
terpenuhi
Kurang pengetahuan
tentang
kondisi
prognosis b/d kurang
informasi
tentang
1.
penyakit
nya
2.
ditandai dengan tn.a
mengeluh
tentang
3.
penyakitnya
dan
bertanya kapan bisa
pulang, tn.a gelisah,
bertanya
tentang
penyakit nya
BAB IV
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Anemia aplastik merupaka keadaan yang disebabkan bekurangnya sel hematopoetik
dalam darah tepi seperti eritrosit, leukosit dan trombosit sebagai akibat terhentinya
pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang. (Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak
FKUI.2005.Hal:451)
Anemia aplastik adalah kegagalan anatomi dan fisiologi dari sumsum tulang yang
mengarah pada suatu penurunan nyata atau tidak adanya unsur pembentukan darah dalam
sumsum.(Sacharin.1996.Hal:412)
Penyebab dari anemia aplastik adalah :
a.
Faktor congenital : sindrom fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti
mikrosefali, strabismus, anomali jari, kelainan ginjal dan lain sebagainya.
b. Faktor didapat
-
Obat : kloramfenikol, mesantoin (antikonvulsan), piribenzamin (antihistamin), santoninkalomel, obat sitostatika (myleran, methrotrexate, TEM, vincristine, rubidomycine dan
sebagainya), obat anti tumor (nitrogen mustard), anti microbial.
Faktor individu : alergi terhadap obat, bahan kimia dan lain lain.
3.2
Saran
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar penulis
dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi Pada Praktik Klinis Edisi
9. Jakarta : EGC
Doengoes, Mariliynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC
Hillman RS, Ault KA. Iron Deficiency Anemia. Hematology in Clinical Practice. A Guide to
Diagnosis and Management. New York; McGraw Hill, 1995 : 72-85.
Lanzkowsky P. Iron Deficiency Anemia. Pediatric Hematology and Oncology. Edisi ke-2. New
York; Churchill Livingstone Inc, 1995 : 35-50.
Nathan DG, Oski FA. Iron Deficiency Anemia. Hematology of Infancy and Childhood. Edisi ke-1.
Philadelphia; Saunders, 1974 : 103-25.
Price, Sylvia. 2005. Patofisiologis : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
http://poetriezhuzter.blogspot.com/2008/11/asuhan-keperawatan-anemia.html