Warfarin Warfarin
Warfarin Warfarin
PENDAHULUAN
mikotoksin antikoagulan
awalnya
ditemukan
pada manis
tanaman
lainnya. Nama
warfarin
berasal
dari
penemuannya
penelitian
Alumni
Research
merupakan antikoagulan
biasanya
digunakan
Pada
awalnya
diperkenalkan
pada
tahun
1948
sebagai pestisida terhadap tikus dan tikus masih digunakan untuk tujuan ini,
meskipun
racun
yang
lebih
kuat
gangguan. Ini disetujui untuk digunakan sebagai obat pada tahun 1954 dan
telah populer sejak dulu, warfarin adalah yang paling banyak diresepkan obat
antikoagulan oral di Amerika Utara.
Meskipun efektif, pengobatan dengan warfarin memiliki beberapa
kelemahan. Banyak obat yang umum digunakan berinteraksi dengan warfarin,
seperti halnya beberapa makanan (terutama sayur "hijau"), karena ini biasanya
mengandung sejumlah besar vitamin K 1) dan aktivitas yang harus dipantau
oleh tes darah untuk rasio normalisasi internasional (INR) untuk memastikan
dosis yang cukup namun aman diambil. Sebuah INR tinggi predisposisi resiko
tinggi perdarahan, sementara INR bawah target terapi menunjukkan bahwa
dosis
warfarin
tidak
cukup
untuk
melindungi
terhadap
kejadian
tromboemboli.
Warfarin dan terkait 4-hydroxycoumarin yang mengandung molekul
penurunan
darah
koagulasi dengan
menghambat vitamin
epoksida
protein
pembekuan
darah,
terutama
II.
FARMAKOKINETIK
Warfarin terdiri dari rasemat campuran dari dua enansiomer aktif - R dan S bentuk masing-masing yang dibersihkan oleh jalur yang berbeda. Swarfarin lebih ampuh dibandingkan R-isomer dalam memproduksi respon
antikoagulan. Warfarin lambat bertindak daripada antikoagulan
umum heparin , meskipun memiliki sejumlah keunggulan. Heparin harus
diberikan melalui suntikan, sedangkan warfarin tersedia secara lisan. Warfarin
memiliki waktu paruh yang panjang dan hanya perlu diberikan sekali sehari.
Heparin juga dapat menyebabkan kondisi protrombotik, heparin-induced
trombositopenia (penurunan antibodi-dimediasi dalam trombosit tingkat),
yang meningkatkan risiko trombosis. Dibutuhkan beberapa hari untuk
warfarin untuk mencapai efek terapi sejak faktor koagulasi yang beredar tidak
terpengaruh oleh obat (trombin memiliki waktu paruh hari). Panjang paruh
warfarin berarti bahwa hal itu tetap efektif selama beberapa hari setelah itu
berhenti. Selanjutnya, jika diberikan awalnya tanpa penutup antikoagulan
tambahan, dapat meningkatkan risiko trombosis. Untuk alasan utama, pasien
rawat inap biasanya diberikan heparin dengan warfarin pada awalnya, heparin
mencakup periode lag 3-5 hari dan ditarik setelah beberapa hari.
Onset kerja : antikoagulan oral : 36-72 jam. Durasi 2-5 hari;Absorpsi :
cepat ;Metabolisme : dihati. ;T1/2 eliminasi : 20-60 jam, rata-rata 40 jam,
bervariasi antar individu.
III.
FARMAKODINAMIK
Respon Klinik
Warfarin tidak mempunyai efek langsung terhadap trombus yang sudah
terbentuk, tetapi dapat mencegah perluasan trombus. Warfarin telah terbukti
efektif untuk pencegahan stroke kardioembolik. Karena meningkatnya resiko
Efek Samping
Efek samping yang utama pada terapi warfarin yaitu perdarahan.
Resiko perdarahan berat jarang terjadi tapi pasti (rata-rata 09 %-2,7% setiap
tahun) dan keuntungan nya lebih banyak daripda resiko nya ketika warfarin
menjadi pertimbangan terapi (Horton,1999). Resiko perdarahan akan
bertambah jika INR lebih dari rentang (kelebihan dosis yang kebetulan atau
sengaja dan interaksi obat. Efek samping yang lain yaitu hemoptisis (batuk
berdarah), memar berat, perdarahan dari hidung dan gusi, atau perdarahan dari
urin. Resiko perdarahan akan bertambah ketika warfarin dikombinsikan
dengan obat seperti clopidogrel, aspirin, atau antiinflamasi nonsteroid
(Delaney et al., 2007). Resiko meningkat pada pasien usia lanjut dengan
hemodialisis (Elliott et al., 2007).
Windows Therapetic
Rentang teurapeutik untuk terapi antikoagulan sekarang ditentukan
yang tidak sensitif memiliki ISI yang lebih tinggi dibanding dengan yang
sensitif. Nilai yang sensitif adalah dibawah 1, Nilai yang tidak sensitif adalah
diatas 1. Nilai ISI sangat penting untuk perhitungan INR, karena nilai ISI
adalah eksponen dalam rumus. Akibatnya, kesalahan kecil dalam ISI dapat
mempengaruhi perhitungan INR secara substansial (Florell, 1996).
Adjustment Dose
< 1.5
1.5 - 1.9
2.0 - 3.0
> 5.0
20%. - 10%*
Consider
extra dose
Next INR 4 - 8 days
- day
10%**
7 - 14 days See follow 7
-
up days
algorithm
Follow - up Algorithm
and appropriate
decrease
10%
14 4 -8 days
algorithm
to
Dose
Change
< 1.5
4.5 - 4.9
> 5.0
0-1 Refer
and appropriate
20%. 5 - 10%*
10%**
day
Consider
Consider
decrease
extra dose
holding
10%
4 - 8 days
Next INR
3.6 - 4.4
1 dose
7 - 14 See follow 7 - 14 days 4 - 7 days
days
up
algorithm
Follow - up Algorithm
# Consecutive In - range INRs
1
Repeat INR in
5 - 10 days
algorithm
to
2
2 Weeks
3
3 weeks
4
4 weeks
Note: If INR 2.5 - 2.6 or 3.4 - 3.5, consider repeat INR in 2-3 weeks
regardless
of
of
consecutive
in
range
INRs.
For pts w/ many consecutive therapeutic INRs, the F/U algorithm may
be accelerated for a single out - of - range INR.
* If INR 2.3 - 2.4, consider no change w/ repeat INR in 7 - 14 days.
** If INR 3.6 - 3.7, consider no change w/ repeat INR in 7 - 14 days.
Remember:
1. Always consider trend in INRs when making warfarin management decisions.
2. Consider repeating INR same day or next day if observed value markedly different
than expected value. (Potential for lab errors exist)
B. Berdasarkan Konsentrasi Plasma
Pengukuran kadar warfarin dalam plasma akan mendapatkan parameter
farmakokinetik laju eliminasi konstan ( n ), waktu eliminasi paruh (t1/2), rata-rata
konsentrasi obat puncak (Cmax) dan waktu untuk mencapai Cmax (Tmax), rata-rata
konsentrasi obat minimal (Cmin) dan waktu untuk mencapai Cmin (Tmin)daerah di
bawah masing-masing konsentrasi obat kurva waktu (AUC 0-, mg/mL h) dari dosis
untuk akhir interval pemberian dosis () dihitung dengan aturan trapesium linier,
klirens (Cl/F) dihitung dari dose/AUC0-. Dari parameter farmakokinetik ini dapat
diatur dosis dan interval pemberian untuk mencapai target konsentrasi dalam plasma
yang diinginkan.
C. Pengaturan Dosis Berdasarkan Farmakoginetik
Pemberian 10 mg rejimen adalah untuk keadaan yang mendesak
membutuhkan antikoagulan.
Pemberian 5 mg untuk dosis "rutin" (rendah-risiko) anticoagulation
Millican et al. berasal model 8-nilai, termasuk '' CYP29C'' dan '' VKORC1''
genotipe hasil, yang dapat memprediksi 79% dari variasi dalam dosis
warfarin. Ini adalah menunggu validasi pada populasi yang besar dan tidak
direproduksi dalam orang-orang yang memerlukan warfarin untuk indikasi
lain.
Lenzini '' et al.'' berasal dan prospectively divalidasi model termasuk ''
CYP29C'' dan '' VKORC1'' genotipe. Model ini memperkirakan 70% dari
variasi warfarin dosis dalam kohort validasi (versus 48% tanpa genotipe).
Protokol pharmacogenetic menyebabkan penurunan dalam dari kisaran nilainilai INR dibandingkan dengan kontrol yang bersejarah.
www.WarfarinDosing.org, adalah sebuah situs web nirlaba yang diprogram
dengan dosis Kalkulator dan alat-alat dukungan keputusan lain untuk dokter
digunakan ketika memulai terapi warfarin berdasarkan nilai kondisi pasien
termasuk berdasarkan farmakogenetik.
IV. Metode Analisa
a. Validasi
Metode validasi adalah proses yang digunakan untuk mengkonfirmasi bahwa
prosedur analitis digunakan untuk tes tertentu cocok untuk digunakan. Hasil dari
validasi metode dapat digunakan untuk menilai kualitas, keandalan dan konsistensi
dari hasil analisis, melainkan merupakan bagian integral dari setiap praktek analitis
yang baik (JM Hijau, 1996).
Beberapa parameter analisis menurut Harmita (2004) yang harus dipertimbangkan
dalam validasi metode analisis :
1. Kecermatan (accuracy)
Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis
dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen
perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan hasil analis
sangat tergantung kepada sebaran galat sistematik di dalam keseluruhan tahapan
analisis. Oleh karena itu untuk mencapai kecermatan yang tinggi hanya dapat
C=S [
R1
]
R 2R 1
(CF CA)
x 100
CA
variasi).
Keseksamaan
dapat
dinyatakan
sebagai
keterulangan
diterima bahwa RSD harus lebih dari 2%. Keseksamaan dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut:
1. Hasil analisis adalah x1, x2, x3, x4, .....................xn maka simpangan
bakunya adalah
SD
x 100
x
3. Selektivitas (Spesifisitas)
Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya
mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain
yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas seringkali dapat dinyatakan
sebagai derajat penyimpangan (degree of bias) metode yang dilakukan terhadap
sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai,
senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis
sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan. Selektivitas metode
ditentukan dengan membandingkan hasil analisis sampel yang mengandung cemaran,
hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya atau pembawa plasebo dengan
hasil analisis sampel tanpa penambahan bahan-bahan tadi. Penyimpangan hasil jika
ada merupakan selisih dari hasil uji keduanya.
4. Linearitas dan Rentang
Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang
secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik matematik yang baik,
proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah
pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat
ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima.
Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar arah garis regresi yang
dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang diperoleh dari hasil uji analit
dalam sampel dengan berbagai konsentrasi analit.
5. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi
yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas
deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada
analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih
dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Penentuan batas deteksi suatu metode
berbeda-beda tergantung pada metode analisis itu menggunakan instrumen atau tidak.
Pada analisis yang tidak menggunakan instrumen batas tersebut ditentukan dengan
mendeteksi analit dalam sampel pada pengenceran bertingkat. Pada analisis
instrumen batas deteksi dapat dihitung dengan mengukur respon blangko beberapa
kali lalu dihitung simpangan baku respon blangko dan formula di bawah ini dapat
digunakan untuk perhitungan
Q=
k x Sb
S1
linier y = a + bx, sedangkan simpangan baku blanko sama dengan simpangan baku
residual (Sy/x.)
a. Batas deteksi (Q)
Karena k = 3 atau 10, simpangan baku (Sb) = Sy/x, maka
3 Sy
x
Q=
S1
b. Batas kuantitasi (Q)
10 Sy
x
Q=
S1
V.
APLIKASI KLINIS
Loading Dose
Loading dose besar (10 mg-15 mg setiap hari selama beberapa hari)
dan loading dose berdasarkan berat badan (1,5 mg / kg), tidak lagi
dianjurkan karena dapat meningkatkan risiko baik antikoagulasi
Maintenance Dose
Ketika pasien telah mencapai batas bawah terapeutik, penyesuaian
dosis