Anda di halaman 1dari 6

TEKNIK ANALISIS VEGETASI METODE DENGAN PETAK

(sumber: http://www.irwantoshut.net/analisis_vegetasi_Teknik_Analisis_Vegetasi.html)

Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis vegetasi adalah penarikan unit
contoh atau sampel. Dalam pengukuruan dikenal dua jenis pengukuran untuk
mendapatkan informasi atau data yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran
tersebut adalah pengukuran yang bersifat merusak (destructive measures) dan
pengukuran yang bersifat tidak merusak (non-destructive measures).
Untuk keperluan penelitian agar hasil datanya dapat dianggap sah (valid) secara
statistika, penggunaan kedua jenis pengukuran tersebut mutlak harus
menggunakan satuan contoh (sampling unit), apalagi bagi seorang peneliti yang
mengambil objek hutan dengan cakupan areal yang luas. Dengan sampling,
seorang peneliti/surveyor dapat memperoleh informasi/data yang diinginkan
lebih cepat dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila
dibandingkan dengan inventarisasi penuh (metoda sensus) pada anggota suatu
populasi.

1. Metode dengan Petak


1.1. Teknik Sampling Kuadrat (Quadrat Sampling Technique)
Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi yang sering
digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh yang dibuat dalam
teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak tunggal
mungkin akan memberikan infoanasi yang baik bila komunitas vegetasi yang diteliti
bersifat homogen. Adapun petakpetak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara
random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik sampling yang telah
dikemukakan di Bab terdahulu.
Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi dan
efisiensi sampling pola penyebarannya. Misalnya, untuk vegetasi rendah, petak
contoh berbentuk lingkaran lebih menguntungkan karena pembuatan petaknya dapat
dilakukan secara mudah dengan mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak. Selain
itu, petak contoh berbentuk lingkaran akan mcmberikan kesalahan sampling yang
lebih kecil daripada bentuk petak lainnya, karena perbandingan panjang tepi dengan
luasnya lebih kecil. Tetapi dari segi pola distribusi vegetasi, petak berbentuk lingkaran
ini kurang efisien dibanding bentuk segiempat. Sehubungan dengan efisiensi sampling
banyak studi yang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk segiempat
memberikan data komposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding petak berbentuk
bujur sangkar yang berukuran sama, terutama bila sumbu panjang dari petak tersebut
sejajar dengan arah perobahan keadaan lingkungan/habitat.

Untuk memudahkan perisalahan vegetasi dan pengukuran parametemya, petak contoh


biasanya dibagi-bagi ke dalam kuadrat-kuadrat berukuran lebih kecil. Ukuran kuadratkuadrat tersebut disesuaikan dengan bentuk morfologis jenis dan lapisan distribusi
vegetasi secara vertikal (stratifikasi). Dalam hal ini Oosting (1956) menyarankan
penggunaan kuadrat berukuran 10 x 10 m untuk lapisan pohon, 4 x 4 m untuk lapisan
vegetasi berkayu tingkat bawah (undergrowth) sampai tinggi 3 m, dan 1 x 1 m untuk
vegetasi bawah/lapisan herba. Tetapi, umtmmya para peneliti di bidang ekologi hutan
membedakan potion ke dalam beberapa tingkat pertumbuhan, yaitu: semai
(permudaan tingkat kecambah sampai setinggi < 1,5 m), pancang (permudaan dengan
> 1,5 m sampai pohon muda yang berdiame[er < 10 cm), tiang (pohon muda
berdiameter 10 s/d 20 cm), dan pohon dewasa (diameter > 20 cm). Untuk
memudahkan pelaksanaannya ukuran kuadrat disesuaikan dengan tingkat
perttunbuhan tersebut, yaitu umumnya 20 x 20 m (pohon dewasa), 10 x 10 m (tiang),
5 x 5 m (pancang), dan lxl m atau 2 x 2 m (semai dan tumbuhan bawah).
Dalam metode kuadrat ini, parameter-parameter vegetasi dapat dihitung dengan
rumus-rumus berikut ini:
Kerapatan (K) =
Jumlah individu
Luas petak ukur
Kerapatan relatif (KR) =
Kerapatan satu jenis x 100%
Kerapatan seluruh jenis
Frekwensi (F) =
Jumlah petak penemuan suatu jenis
Jumlah seluruh petak
Frekwensi relatif (FR)
=
Frekwensi suatu jenis x 100%
Frekwensi seluruh jenis
Dominansi (D) =
Luas Bidang Dasar suatu jenis
Luas petak ukur
Dominansi relatif (DR) =
Dominansi suatu jenis x 100%
Dominansi seluruh jenis

(a). Petak Tunggal

Di dalam metode ini dibuat satu petak sampling dengan ukuran tertentu yang
mewakili suatu tegakan hutan. Ukuran petak ini dapat ditentukan dengan kurva
spesies-area. Untuk lebih jelasnya suatu contoh petak tunggal dapat dilihat pada
Gambar 4.

Gambar 4. Suatu petak tunggal dalam analisis vegetasi


Agar data vegetasi hasil survei lebih bersifat informatif, sebaiknya bila waktu dan
dana survey memungkinkan, setiap lokasi pohon beserta tajuknya (termasuk pancang,
semai, dan tiang) begitu pula pohon yang masih berdiri atau pohon yang roboh dalam
petak contoh, dipetakan. Hal ini akan sangat berguna untuk mengetahui pola distribusi
setiap jenis vegetasi, proporsi gap, menduga luasan tajuk dari diameter, dan lain-lain.
(b). Petak Ganda
Di dalam metode ini pengambilan contoh vegetasi dilakukan dengan menggunakan
banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata. Peletakan petak contoh sebaiknya
secara sistematis. Untuk menentukan banyaknya petak contoh dapat digunakan kurva
species-area. Sebagai illustrasi pada Gambar 6.5 disajikan cara peletakan petak contoh
pada metode petak ganda.

Gambar 5. Desain petak ganda di lapangan


Cara menghitung besamya nilai kuantitatif parameter vegetasi sama dengan metode
petak tunggal.
1.2. Metode Jalur
Metode ini paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut
kondisi tanah, topografi dan elevasi. Jalur - jalur contoh ini harus dibuat memotong
garis-garis topografi, misal tegak lurus garis pantai, memotong sungai, dan menaik
atau menurun lereng gunung. Untuk lebih jelasnya, contoh petak sampling berbentuk
jalur ini dapat dilihat pada Gambar 6

Gambar 6. Desain jalur contoh di lapangan


Perhitungan besamya nilai kuantitatif parameter vegetasi sama dengan metode petak
tunggal.
1.3. Metode Garis Berpetak
Metode ini dapat dianggap sebagai modifikasi metode petak ganda atau metode jalur,
yakni dengan cara melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur sehingga
sepanjang garis rintis terdapat petak-petak pada jarak tertentu yang sama. Gambar 7
memperlihatkan pelaksanaan metode garis berpetak di lapangan.

Gambar 7. Desain metode garis berpetak

Perhitungan besamya nilai kuantitatif parameter vegetasi sama dengan metode petak
tunggal.

1.4. Metode Kombinasi antara Metode Jalur dengan Metode Garis Berpetak
Dalam metode ini risalah pohon dilakukan dengan metode jalur dan permudaan
dengan metode garis berpetak. Untuk lebih jelasnya desain metodc ini dapat dilihat
pada Gambar 8.

Gambar 8. Desain Kombinasi Metode Jalur dengan Metode Garis Berpetak


DAFTAR PUSTAKA
1. Kusmana, C, 1997. Metode Survey Vegetasi. PT. Penerbit Institut Pertanian
Bogor. Bogor.
2. Soerianegara, I dan Indrawan, A. 1988. Ekologi Hutan Indonesia.
Laboratorium Ekologi. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Anda mungkin juga menyukai