50861654laporan Kasus Tms
50861654laporan Kasus Tms
OLEH
LAPORAN KASUS
Topik
Tanggal Kasus
: 31 Januari 2011
Tanggal Presentasi
: 12 Februari 2011
Tempat Presentasi
: RSUD Solok
Presenter
Oponen
Narasumber
Pendamping
Objektif/Presentasi
Bahan Bahasan
Cara Membahas
IDENTITAS PASIEN
2
Nama
:M
Umur
: 40 tahun
Alamat
: Talang Babungo
Pekerjaan
: Petani
Tidak bisa Buang Air Kecil (BAK) sejak 2 hari yang lalu. Pasien bisa merasakan
Pemeriksaan Fisik :
3
Keadaan Umum
: lemah
Kesadaran
Tekanan Darah
: 100/70 mmHg
Frekuensi Nadi
Frekuensi Nafas
: 21 kali/menit, teratur
Suhu
: 36,9 C
Status Generalis
Kepala
Mata
THT
Leher
Thorak
Pulmo
Cor
Abdomen
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: Sonor
Auskultasi
: Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
ballottement (-)
Vertebrae
Genitalia
Ekstremitas
Status Neurologis
Tanda perangsangan selaput otak
: tidak ada
: tidak ada
Nervi Kranialis
Motorik
: 5555 5555
eutonus-eutrofi
0000 0000
Sensorik
Fungsi Otonom
Miksi
: dipasang kateter
Defekasi
: retensi
Sekresi keringat
Fungsi seksual
Fungsi Luhur
Diagnosis Kerja
Sikap
: Pasang Kateter
IVFD RL 8 jam/kolf
Metil Prednisolon 3x1 tab
Rencana
Hb
Leukosit
Trombosit
Hematokrit
Gula Darah Sewaktu
Ureum
: 11,3 gr %
: 15.850/mm3
: 340.000 / mm3
: 33 %
: 89 mg/dl
: 280 mg/dl
6
Kreatinin
: 2,81 mg/dl
FOLLOW UP
1/2/2011
A/ - lumpuh kedua tungkai (+)
- BAK terpasang kateter dan BAB (-)
- sesak nafas berkurang
PF/ KU
: lemah
Kes
: CMC
Pulmo
: Ronkhi berkurang
Abdomen : blas datar
SN
: motorik
TD : 130/80
T : 37,5 C
: 5555 5555
0000 0000
Sensorik
: hipoestesi setinggi iga VI
Otonom
: miksi, defekasi, sekresi keringat, ereksi terganggu
WD/Paraplegi e.c. Trauma Medulla Spinalis
Th/ Tidur Alas Keras
IVFD RL 12 jam/ kolf
Dexamethasone 4x1 ampul i.v
7
Lainnya lanjut
R/ Ro Vertebrae cervikothoracal
2/2/2011
A/ - lumpuh kedua tungkai (+)
- BAK terpasang kateter dan BAB (-)
PF/ KU
: sedang
Kes
: CMC
Pulmo
: Ronkhi berkurang
Abdomen : blas datar
SN
TD : 110/60
T : 37,6 C
: motorik
: 5555 5555
Sensorik
Otonom
0000 0000
: hipoestesi setinggi iga VI
: miksi, defekasi, sekresi keringat, ereksi terganggu
TD : 130/80
T : 37 C
: motorik
: 5555 5555
Sensorik
Otonom
0000 0000
: hipoestesi setinggi iga VI
: miksi, defekasi, sekresi keringat, ereksi terganggu
: sedang
: CMC
TD : 120/70
T : 37 C
8
Pulmo
: Ronkhi berkurang
Abdomen : blas datar
SN
: motorik
: 5555 5555
Sensorik
Otonom
0000 0000
: hipoestesi setinggi iga VI
: miksi, defekasi, sekresi keringat, ereksi terganggu
: motorik
: 5555 5555
Sensorik
Otonom
0000 0000
: hipoestesi setinggi iga VI
: miksi, defekasi, sekresi keringat, dan ereksi terganggu
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Trauma medulla spinalis merupakan salah satu penyebab gangguan fungsi saraf yang
sering menimbulkan kecacatan permanen pada usia muda. Selain struktur saraf, vaskular juga
dapat dikenai. Kelainan yang lebih banyak dijumpai pada usia produktif ini seringkali
mengakibatkan penderita harus terus berbaring di tempat tidur atau duduk di kursi roda
karena tetraplegia atau paraplegia.
B. ETIOLOGI
Diantara berbagai penyebab trauma spinal, yang tersering dikemukakan adalah
kecelakaan lalu lintas, olahraga, tembakan senapan, serta bencana alam, misalnya gempa
9
bumi. Semua penyebab tadi dapat mengakibatkan destruksi secara langsung pada medulla
spinalis; kompresi oleh pecahan tulang, hematom, diskus atau komponen vertebrae lainnya;
atau dapat juga mengakibatkan iskemia akibat kerusakan atau penjepitan arteri.
C. PATOFISIOLOGI
Beberapa minggu setelah itu, pada daerah lesi akan terbentuk jaringan parut yang
terutama terdiri dari sel glia. Akson yang rusak akan mengalami pertumbuhan (sprouting)
pada kedua ujung yang terputus oleh jaringan parut tersebut. Akan tetapi hal ini tidak
mengakibatkan tersambungnya kembali akson yang terputus, karena terhalang oleh jaringan
parut yang terdiri dari sel glia. Kondisi demikian ini diduga sebagai penyebab terjadinya
kecacatan permanen pada trauma medulla spinalis.
D. KLASIFIKASI
Trauma pada medulla spinalis dapat dibagi menjadi komplet dan inkomplet
berdasarkan ada/tidaknya fungsi yang dipertahankan di bawah lesi.
KARAKTERISTIK
LESI KOMPLET
LESI INKOMPLET
Motorik
Sering (+)
Sering (+)
Sering (+)
vibrasi)
Rontgen vertebrae
Central Cord
Anterior Cord
Brown Sequard
Posterior Cord
Klinik
Kejadian
Biomekanik
Motorik
Syndrome
Sering
hiperekstensi
Gangguan
Syndrome
jarang
hiperfleksi
Paralisis
Syndrome
jarang
penetrasi
Kelemahan
Syndrome
sangat jarang
hiperekstensi
Gangguan variasi
variasi, jarang
komplet,
anggota gerak
paralisis komplet
Gangguan
biasanya bilateral
Sering hilang
ipsilateral lesi
Sering hilang
Gangguan
variasi, tidak
total, bilateral
total,
variasi, biasanya
utuh
kontralateral
Hilang total
ringan
terganggu
Protopatik
Propioseptik
khas
Jarang terganggu
11
Perbaikan
Paling buruk
ipsilateral
Fungsi buruk,
nyata
namun
indepedensi baik
E. GAMBARAN KLINIS
Trauma Medula spinalis akut dapat mengakibatkan renjatan spinal (spinal shock).
Renjatan spinal (RS) merupakan sindrom klinik yang sering dijumpai pada sebagian besar
kasus TMS di daerah servikal dan torakal. RS ditandai oleh adanya gangguan menyeluruh
fungsi saraf somatomotorik, somatosensorik, dan otonomik simpatik. Gangguan somatik
berupa paralisis flaksid, hilangnya refleks kulit dan tendon, serta anastesi sampai setinggi
distribusi segmental medula spinalis yang terganggu. Sedangkan gangguan otonomik berupa
hipotensi sistemik, bradikardia, dan hiperemia pada kulit. RS dapat berlangsung selama
beberapa hari sampai beberapa bulan. Semakin hebat trauma MS yang terjadi, semakin lama
dan semakin hebat pula RS yang terjadi.
Sebagian besar trauma MS terjadi di daerah servikal. Akan tetapi yang paling
sering mengakibatkan cedera berat adalah trauma di daerah torakal. Hal ini berkaitan dengan
penampang melintang kanalis spinalis di daerah torakal yang lebih sempit dibanding servikal.
Trauma MS di segmen torakal dapat mengakibatkan paraplegia, disertai kelemahan otot
interkostal yang dapat mengganggu kemampuan inspirasi dan ekspirasi. Semakin tinggi
segmen medula spinalis yang terkena, semakin berat pula gangguan fungsi respirasi yang
terjadi.
Cedera
servikal
mengakibatkan
setinggi
(C4-C8)
tetraplegia
segmen
dapat
dan
12
leher. Pada keadaan terakhir ini, diperlukan ventilator untuk membantu kelangsungan hidup
penderita.
F. TATALAKSANA
Terapi pada cidera medulla spinalis terutama ditujukan untuk meningkatkan dan
mempertahankan funsi sensorik dan mototrik. Pasien dengan cidera medulla spinalis komplet
hanya memiliki peluang 5% untuk kembali normal. Lesi medulla spinalis komplet yang tidak
menunjukkan perbaikan dalam 72 jam pertama, cenderung menetap dan prognosisnya buruk.
Cedera medulla spinalis inkomplet cenderung memiliki prognosis yg lebih baik. Apabila
fungsi sensorik di bawah lesi masih ada, maka kemungkinan untuk kembali berjalan adalah
lebih dari 50%.
Metilprednisolon merupakan terapi yang paling umum digunakan untuk cidera
medulla spinalis traumatika dan direkomendasikan oleh National Institute of Health di
Amerika Serikat. Sesegera mungkin (sebelum 8 jam) diberikan methylprednisolone 30
mg/kgbb bolus intravena sebagai loading dose, diikuti 5,4 mg/kgbb/jam. dosis diturunkan
(tapper) setelah 72 jam. Kajian oleh Braken dalam Cochrane Library menunjukkan bahwa
metilprednisolon dosis tinggi merupakan satu-satunya terapi farmakologik yang terbukti
13
efektif pada uji klinik tahap 3 sehingga dianjurkan untuk digunakan sebagai terapi cedera
medula spinalis traumatika.
Tindakan rehabilitasi medik merupakan kunci utama dalam penanganan pasien
cedera medula spinalis. Fisioterapi, terapi okupasi, dan bladder training pada pasien ini
dikerjakan seawal mungkin. Tujuan utama fisioterapi adalah untuk mempertahankan ROM
(Range of Movement) dan kemampuan mobilitas, dengan memperkuat fungsi otot-otot yang
ada. Pasien dengan Central Cord Syndrome / CSS biasanya mengalami pemulihan kekuatan
otot ekstremitas bawah yang baik sehingga dapat berjalan dengan bantuan ataupun tidak.
Terapi okupasional terutama ditujukan untuk memperkuat dan memperbaiki
fungsi ekstremitas atas, mempertahankan kemampuan aktivitas hidup sehari-hari/ activities
of daily living (ADL). Pembentukan kontraktur harus dicegah seoptimal mungkin.
Penggunaan alat bantu disesuaikan dengan profesi dan harapan pasien.
Penelitian prospektif selama 3 tahun menunjukkan bahwa suatu program
rehabilitasi yang terpadu (hidroterapi, elektroterapi, psikoterapi, penatalaksanaan gangguan
kandung kemih dan saluran cerna) meningkatkan secara signifikan nilai status fungsional
pada penderita cedera medula spinalis.
G. PROGNOSIS
Sebuah penelitian prospektif selama 27 tahun menunjukkan bahwa rata-rata
harapan hidup pasien cedera medula spinalis lebih rendah dibanding populasi normal.
Penurunan rata-rata lama harapan hidup sesuai dengan beratnya cedera. Penyebab kematian
utama adalah komplikasi disabilitas neurologik yaitu : pneumonia, emboli paru, septikemia,
dan gagal ginjal
Penelitian Muslumanoglu dkk terhadap 55 pasien cedera medula spinalis
traumatik (37 pasien dengan lesi inkomplet) selama 12 bulan menunjukkan bahwa pasien
dengan cedera medula spinalis inkomplet akan mendapatkan perbaikan motorik, sensorik,
dan fungsional yang bermakna dalam 12 bulan pertama.
Penelitian Bhatoe dilakukan terhadap 17 penderita medula spinalis tanpa kelainan
radiologik (5 menderita Central Cord Syndrome). Sebagian besar menunjukkan
14
hipo/isointens pada T1 dan hiperintens pada T2, mengindikasikan adanya edema. Seluruh
pasien dikelola secara konservatif, dengan hasil: 1 orang meninggal dunia, 15 orang
mengalami perbaikan, dan 1 orang tetap tetraplegia.
Pemulihan fungsi kandung kemih baru akan tampak pada 6 bulan pertama pasca
trauma pada cedera medula spinalis traumatika. Curt dkk mengevaluasi pemulihan fungsi
kandung kemih 70 penderita cedera medula spinalis; hasilnya menunjukkan bahwa
pemulihan fungsi kandung kemih terjadi pada 27% pasien pada 6 bulan pertama.
DAFTAR PUSTAKA
Baskin DS. Spinal Cord Injury : Neurology Trauma.WB Saunders : Philadelphia. 1996. P. 276296
15
Islam MS. Terapi Sel Stem pada Cidera Medula Spinalis. Cermin Dunia Kedokteran. 2006. Ed.
153. H.17-19
Price SA,Wilson LM. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. vol.2. ed.6. cet.1.
Jakarta : EGC; 2006. p.1177-1180
Pinzon S. Mielopati Servikal Traumatika : Telaah Pustaka Terkini. Cermin Dunia
Kedokteran.2006. Ed. 154. h.39-42
Pakasi RE. Patofisiologi dan Dampak Cedera Medula Spinalis pada Berbagai Sistem Tubuh.
Diunduh dari www.scribd.com
16