PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tulang mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai penunjang jaringan
tubuh, pelindung organ tubuh, memungkinkan gerakan dan berfungsi
sebagai tempat penyimpanan garam mineral, namun fungsi tersebut bisa
saja hilang dengan terjatuh, benturan atau kecelakaan yang mengakibatkan
fraktur. Fraktur atau patang tulang adalah suatu peristiwa terputusnya
kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh rudapaksa. Trauma yang menyebabkan fraktur dapat berupa
trauma langsung maupun trauma tidak langsung.10
Klasifikasi fraktur ada dua jenis yaitu fraktur tertutup dan fraktur
terbuka. Fraktur tertutup yaitu bila tidak terdapat hubungan antara fragmen
tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka yaitu bila terdapat
hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan
di kulit. Bentuk-bentuk perpatahan antara lain transfersal, oblique, spiral,
kompresi atau crush, comminuted dan greenstick.6
Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan
umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olah raga,
pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kendaraan bermotor. Mobilisasi
yang lebih banyak dilakukan oleh laki-laki menjadi penyebab tingginya
resiko fraktur. Sedangkan pada orang tua, perempuan lebih sering
mengalami
fraktur
daripada
laki-laki
yang
berhubungan
dengan
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. J
Umur
: 74 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Kristen
Pekerjaan
Alamat
: Meteseh, Boja
No. RM
: 476918
Ruang
: Anggrek 4.4
Tanggal masuk
: 4 Oktober 2015
:(-)
:(-)
:(-)
: (-)
: (-)
: (-)
: Di luar dengan dasar batu, tidak
: (-)
Riwayat Hipertensi
: (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umum
Kesadaran
Compos mentis
Tanda Vital
Status Gizi
Kepala
Mata
Kesan : Normoweight
Bentuk mesocephal, jejas (-)
Konjungtiva pucat (-/-),sklera ikterik (-/-),pupil bulat, central,
reguler, isokor, refleks cahaya (+/+), perdarahan (-),
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thorax
nafas (-)
Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostal
(-),
pernafasan
(-),
thorakoabdominal,
sela
iga
melebar
Auskultasi
Pulmo :
sinistra.
Bunyi jantung I-II murni,intensitas normalreguler, bising (-)
Depan
Inspeksi :
Statis
Dinamis
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi
Normochest, simetris
Pengembangan dada kanan = kiri, sela iga tidak melebar,
retraksi intercostal (-)
Pergerakan dada kanan = kiri, fremitus kanan = kiri
Sonor
Kanan
Kiri
Belakang :
Inspeksi statis
Dinamis
Normochest, simetris
Pengembangan dada kanan = kiri, sela iga tidak melebar,
Palpasi :
Perkusi :
Auskultasi
Kanan
Kiri
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Genitourinaria
Ekstremitas
Capp Refill
Superior
< 2 / <2
Inferior
< 2 / <2
Akral dingin
-/-
-/-
Sianosis
- /-
-/-
Edema
Status Lokalis
Regio femur dextra
Look
Penilaian
Warna
Pembengkakan
Deformitas
Feel
(-)
Angulasi
Rotasi
pemendekan
Luka terbuka
Nyeri tekan
Fungsi sensorik
Akral dingin
krepitasi
Pulsasi
a. Poplitea
b. Dorsalis pedis
Move
(+)
(+)
Aktif
Adduksi
Abduksi
(-)
Adduksi
Abduksi
(-)
(-)
(-)
Kekuatan
III.
Sulit dinilai
RESUME
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada tungkai bawah kanan setelah
jatuh dari kursi. Selasa, 26 September 2015 pukul 13.00 WIB, pasien terjatuh
saat berdiri di kursi saat sedang membetulkan plavon rumah, pasien terjatuh
dengan posisi kaki kanan sebagai penumpu badan. Setelah kejadian pasien
sadar dan mengeluh nyeri di paha kanan bagian atas, sulit digerakkan, mati
rasa (-), kesemutan (-), mual (-), muntah (-), pandangan kabur (-).
Pada pemeriksaan fisik lokalis regio femur dextra, ditemukan nyeri
tekan (+), angulasi (-), fungsi sensoris (+), pulsasi a. dorsalis pedis dextra
(+), akral dingin (-), sulit digerakan.
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Pemeriksaan
Hematologi darah
rutin :
Hemoglobin
Leukosit
Eritrosit
Hematokrit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
Limfosit
Monosit
Eosinofil
Basofil
Neutrofil
Elektrolit
Kalium
Hasil
Nilai Rujukan
11.6
7.90
3.953
35.60
H563
89.00
29.3
32.9
12.30
L22.30
H11.00
2.10
0.60
69.00
4.90
3.5-5.0 mmol/L
Natrium
Chlorida
Calsium
Clotting Time
Bleeding Time
Kimia Klinik
GDS
Ureum
Kreatinin
136
105
9.9
4 : 00
1: 15
135-145 mmol/L
85.0-105 mmol/L
8.1- 10.4 mg/dL
3-5 (menit:detik)
1-3 (menit:detik)
103
22.0
0.9
70 110 mg/dl
10-50 mg/dl
0.65- 0.98 mg/dl
V.
DIAGNOSIS
Klinis : fraktur tertutup trochanter femur dextra non komplikata
Radiologis : Fraktur intertrochanter os femur dextra displace complete
Akhir : Fraktur intertrochanter os femur dextra displace complete
PENATALAKSANAAN
a. Farmakologi
Infus RL 20 tpm
Injeksi dexketroprofen 2x 25 mg iv
Injeksi cefotaxim 2x1gr
Pemasangan bidai spalk
b. Non Farmakologi
Edukasi
Tirah baring
c. Rujuk dokter bedah , untuk dilakukan ORIF
PROGNOSIS
Posisi
baik
Qua at vitam
Garis
fraktur
(+)
Qua at
fungsionam
Qua at sanam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Femur
Femur, tulang terpanjang dan terberat dalam tubuh, meneruskan berat
tubuh dari os coxae kepada tibia sewaktu kita berdiri. Caput femoris
menganjurkan ke arah craniomedial dan agak ke ventral sewaktu bersendi
dengan acetabulum. Ujung proximal femur terdiri dari sebuah caput femoris,
dan 2 trochanter (trochanter mayor dan trochanter minor).8
10
11
2. Fraktur ekstrakapsuler
Terjadi diluar sendi dan kapsul, melalui trochanter femur yang lebih
stabilitas dari pola fraktur, yaitu fraktur stabil (pola fraktur oblik standar) dan
fraktur tidak stabil (pola fraktur oblik reverse).3
Fraktur intertrochanter
Pada fracture ini, garis fracture melintang dari trochanter
mayor ke trochanter minor. Tidak seperti fracture intracapsular,
salah satu tipe fracture extracapsular ini dapat menyatu dengan
lebih baik. Resiko untuk terjadinya komplikasi non-union dan
nekrosis avaskular sangat kecil jika dibandingkan dengan resiko
pada fractureintracapsular.
12
Terjadi
force
yang
berlangsung
terus
menerus
yang
13
D. Etiologi Fraktur
1. Trauma
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan otot yang tibatiba dan berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran,
penekukan, pemuntiran, atau penarikan. Bila terkena kekuatan langsung,
tulang dapat patah pada tempat yang terkena; jaringan lunak juga pasti
rusak. Bila terkena kekuatan tak langsung, tulang dapat mengalami
fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan itu;
kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.1
2. Kompresi
Retak dapat terjadi pada tulang, sama halnya seperti pada logam
dan benda lain, akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering
ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal, terutama pada atlet,
penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh.1
3. Patologik
Fraktur dapat terjadi karena tekanan yang normal apabila tulang itu
lemah (misalnya oleh tumor) atau apabila tulang itu sangat rapuh
(misalnya pada penyakit paget).1
E. Diagnosis
14
15
Lokasi fraktur
Jenis tulang yang mengalami fraktur
Reposisi anatomis dan immobilasi yang stabil
Adanya kontak antar fragmen
Ada tidaknya infeksi
Tingkatan dari fraktur
16
b. Fase proliferasi
Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi,
terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk
jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast.
17
d. Stadium Konsolidasi
Dengan aktifitas osteoklast dan osteoblast yang terus
menerus, tulang yang immature (woven bone) diubah menjadi
mature (lamellar bone).
e. Stadium Remodelling.
Fraktur telah dihubungkan dengan selubung tulang yang kuat
dengan bentuk yang berbeda dengan tulang normal. Dalam waktu
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun terjadi proses pembentukan
dan penyerapan tulang yang terus menerus lamella yang tebal akan
terbentuk pada sisi dengan tekanan yang tinggi.1,3,7
1.
G. Komplikasi fraktur
Komplikasi lokal pada fraktur dapat timbul secara dini maupun lanjut
Komplikasi dini pada fraktur
a. Tulang : infeksi
b. Jaringan lunak
Lepuh dan luka akibat gips
Otot dan tendon robek
18
2.
1.
2.
H. Terapi Fraktur 5
Operatif
Open Reduction Internal Fixation (ORIF)
Rehabilitasi Medik
Rehabilitasi medik untuk terapi fraktur intertrochanter meliputi :
Waktu
Hari pertama
sampai 1
minggu
Treatment
Tindakan pencegahan
Menghindari passive ROM
Range of Motion (ROM)
Active ROM pada hip dan knee dengan fleksi, ekstensi,
abduksi dan adduksi
19
Kekuatan otot
Isometric exercises pada m.gluteus dan m.quadriceps
Aktivitas fungsional
Transfer ke stand-pivot jika non-weight bearing. Jika weight
bearing, ekstremitas yang dipengaruhi, digunakan selama
transfer.
Menggunakan alat bantu untuk ambulasi.
Weight bearing
Weight bearing sesuai toleransi untuk fraktur yang stabil. Toetouch sampai partial weight bearing atau non-weight bearing
untuk fraktur tidak stabil.
Tindakan pencegahan
Menghindari berdiri pada kaki yang cedera tanpa bantuan.
Menghindari passive ROM.
Range of Motion
Active ROM pada hip dan knee. Hip difleksikan mencapai 900.
Kekuatan otot
Isometric exercises pada glutei, quadriceps dan hamstrings.
2
Minggu
Aktivitas fungsional
Tergantung pada weight bearing, patien melakukan tranfer
stand-pivot atau menggunakan ekstremitas tang dterkena
selama transfer. Untuk ambulasi, menggunakan alat bantu.
Weight bearing
Tergantung prosedur, weight bearing sesuai toleransi. Nonweight bearing sampai partial weight bearing, sampai toetouch untuk fraktur yang tidak stabil.
4 sampai 6
minggu
Tindakan pencegahan
Menghindari puntiran atau putaran pada sisi fraktur.
Range of Motion
Active, active-assistive ROM pada hip dan knee.
Kekuatan otot
Isometric exercises pada glutei, quadriceps dan hamstrings.
20
8 sampai 12
minggu
Kekuatan otot
Progressive resistive exercises pada hip dan knee.
Aktivitas fungsional
Pasien menggunakan ekstremitas yang diliputi dengan weight
bearing sesuai toleransi atau weight bearing yang penuh
selama transfer dan ambulasi. Menghentikan penggunaan alat
bantu.
Weight bearing
Penuh
12 sampai 16
minggu
Tidak berubah
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Apley, A.G.,L. Solomon. 1995. Buku Ajar Ortopedi Fraktur Sistem Apley.
Edisi 7. Jakarta: Widya Medika.
2. Brotzman S, 1996. Clinical Orthopaedic Rehabilitation. Missouri : Mosby
3. Evans, P.J., B.J McGrory. 2001. Fracture of The Proximal Femur. ME:
Orthopaedic Associates of Portland.
4. Goodman, M.S. 2011. Intertrochanteric Hip Fracture Treatment and
Management. Diakses at www.medscape.com
5. Hoppenfeld, S., 1999. Treatment and Rehabilitation of Fractures. New
York: Lippincott Williams & Wilkins
6. Mansjoer, Arif,. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2 edisi 3. Media
Aesculapius : FKUI.
7. Mardhiya, W.R. 2009. Fraktur Femur. Pekanbaru : Universitas Riau.
8. Moore, K.L., A.M.R. Agur. 2002. Essensial Clinical Anatomy. Jakarta:
Hipokrates.
9. Pratt, E. et al. 2001. Open Reduction and Internal Fixation. In
Rehabilitation for The Post Surgical Orthopedic Patient. Missouri: Mosby
Elsevier. Pp 309-13
10. Sjamsuhidajat, R., de Jong, Wim. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.
Jakarta: EGC
22