SKRIPSI Khaeriyah Nur
SKRIPSI Khaeriyah Nur
Oleh :
KHAERIYAH NUR
I 411 08 253
PENDAHULUAN
Susu tersusun atas berbagai nutrisi seperti lemak, protein, vitamin, mineral
dan beberapa senyawa organik lainnya yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia
utamanya anak-anak. Susu adalah salah satu pangan hasil ternak yang paling mudah
dan cepat untuk dicerna dibanding pangan hasil ternak lainnya seperti telur, daging,
dan sebagainya. Susu sebaiknya dikonsumsi setiap hari untuk menunjang dan
memenuhi gizi yang dibutuhkan tubuh. Tetapi pada kenyataannya, sebagian besar
masyarakat di negara kita yakni di Indonesia berpikir panjang untuk mengonsumsi
susu setiap harinya (dikarenakan berbagai faktor, salah satunya yaitu mereka tidak
terbiasa untuk mengonsumsi susu segar atau susu utuh secara langsung beda dengan
negara-negara yang sudah berkembang). Masyarakat Indonesia biasanya lebih suka
mengonsumsi susu yang telah diolah menjadi produk makanan lain seperti es krim,
yoghurt, yakult, dan lain sebagainya. Es krim merupakan makanan dengan gizi tinggi
yang sangat digemari oleh anak-anak, remaja, maupun orang dewasa.
Menurut Standar Nasional Indonesia, es krim adalah sejenis makanan semi
padat yang dibuat dengan cara pembekuan tepung es krim atau campuran susu,
lemak hewani maupun nabati, gula, dan dengan atau tanpa bahan makanan lain yang
diizinkan. Di pasaran, es krim digolongkan atas kategori economy, good average dan
deluxe. Perbedaan utama dari ketiga jenis es krim terletak pada kandungan lemak
susunya. Es krim yang tergolong baik, tentunya memiliki tekstur dan penampakan
yang halus dengan cita rasa yang enak di mulut. Sedangkan es krim yang tergolong
sedang memiliki tekstur dan penampakan yang agak kasar karena mengandung
kristal es yang cukup banyak.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat pengaruh penambahan kentang
dalam memperbaiki kualitas es krim. Manfaat dari penelitian ini yaitu agar dapat
mengetahui pengaruh penambahan kentang dalam memperbaiki kualitas es krim,
serta sebagai referensi atau pustaka bagi para mahasiswa terutama yang ingin
penelitian tentang bahan penstabil.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Komposisi Susu
Lemak Susu
Lemak susu mengandung sejumlah lipida yang berbeda dan lebih dari 98%
lemak susu adalah trigliserida. Lipida lainnya berupa kolesterol, digliserida, asam
lemak bebas, fosfolipida dan serebrosida. Komponen asam lemak pada lipida lemak
berkisar 4 20 atom karbon dan 0 4 ikatan rangkap (Malaka, 2010). Lemak
terbentuk dari unit-unit struktural dengan hidrofobisitas yang tampak jelas. Lipida
larut dalam pelarut-pelarut organik, tapi tidak dalam air. Ketidaklarutan dalam air
adalah sifat analistis yang digunakan untuk pemisahan cepat lemak dari protein dan
karbohidrat. Oleh karena itu, lipida bersifat polar dan dengan demikian secara
terpisah berbeda dari lipida alami. Minyak dan lemak berfungsi sebagai sumber dan
pelarut vitamin A, D, E dan K (Belitz dan Groosch, 1987).
Lemak dapat bersifat cair atau padat. Jika lemak berbentuk cair maka biasa
disebut minyak dalam arti yang sesungguhnya adalah minyak tumbuh-tumbuhan dan
hewan, tidak termasuk minyak bumi. Lemak larut dalam cairan seperti bensin, eter,
kloroform, dan karbon tetraklorida. Lemak ini lebih mudah larut pada alkohol dingin
dibandingkan dengan alkohol panas. Lemak sangat mudah menyerap bau dan mudah
dioksidasi. Lemak merupakan gabungan dari asam lemak dan gliserol. Lemak susu
adalah campuran dari bermacam-macam molekul (Malaka, 2010).
Minyak meningkatkan aroma dalam es krim, karakteristik produk, tekstur
yang lembut, membantu memberi bentuk, dan membantu dalam produksi untuk
properti kelelehan. Lemak terdiri dari campuran dan juga membantu dalam
pelumasan barrel pembekuan selama proses pembentukan es krim. Pembatasan
protein. Di dalam susu juga terdapat globulin dalam jumlah sedikit. Protein di dalam
susu juga merupakan penentu kualitas susu sebagai bahan konsumsi. Albumen
ditemukan 5 gram per kg susu, dalam keadaan larut. Di dalam pembentukan keju,
albumin memisah dalam bentuk whey. Beberapa hari setelah induk sapi melahirkan,
kandungan albumin sangat tinggi pada susu dan normal setelah 7 hari. Pada suhu
64oC albumin mulai menjadi padat, sifat ini identik dengan sifat protein pada telur.
Akan tetapi karena kadar albumin yang sedikit maka pada pasteurisasi tidak dapat
ditemukan, bahkan pada pemasakan yang dapat dilihat hanya merupakan titik-titik
halus pada dinding dan dasar panci (Sheba, 2008). Salah satu sifat fisik dan kimia
susu yaitu mempunyai warna putih kebiru-biruan sampai kuning kecoklatan. Warna
putih pada susu merupakan akibat penyebaran butiran-butiran koloid lemak, kalsium
kaseinat, dan kalsium posfat (Buckle et al.,1987).
B. Es Krim
Definisi umum Es krim
Es krim diduga berasal dari Cina. Dalam beberapa tulisan kuno produk
makanan beku dibuat dari pencampuran air buah-buahan dengan salju. Tehnik ini
kemudian meluas di Yunani dan Roma. Kemudian berbagai bentuk dan macam es
krim muncul di Itali pada abad pertengahan yang diduga dibawa oleh Marco Polo
yang kembali ke Itali tahun 1295 setelah 16 17 tahun tinggal di Cina yang telah
mempelajari pembuatan hidangan beku yang bahan dasarnya adalah susu. Dari Itali,
es krim kemudian meluas ke seluruh Eropa selama abad ke-17 dan menjadi makanan
yang mewah di kalangan keluarga istana (Malaka, 2010).
Es krim merupakan suatu hidangan yang berbentuk emulsi air dalam minyak
(water in oil). Es krim adalah anggota kelompok hidangan beku yang memiliki
tekstur semi padat. Berdasarkan komposisinya, es krim digolongkan menjadi tiga
kategori, yaitu economy, good average, dan deluxe (super premium). Es krim
komersial pada umumnya berjenis ekonomi (Astawan, 2010).
Komposisi Es krim
Es krim dapat dibedakan komposisi dan kandungannya. Komponen
terpenting dari es krim adalah lemak susu dan susu skim. Di Inggris, ada standar
tersendiri untuk produk es krim. Pemerintah menetapkan produk es krim harus
mengandung 2,5 % lemak susu dan 7,5 % susu skim (padatan susu non lemak). Jika
dicampur dengan buah, maka kandungan lemak susunya 5 % atau 7,5 % serta
kandungan susu krim 7,5 % atau 2,0 % (Anonim, 2009).
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan es krim adalah lemak susu,
padatan susu tanpa lemak (skim), gula pasir, bahan penstabil, pengemulsi, dan
pencita rasa (Astawan, 2010).
Lemak
Lemak bisa dikatakan sebagai bahan baku es krim. Fungsinya untuk memberi
tekstur halus, berkontribusi dengan rasa serta memberi efek sinergis pada tambahan
flavor yang digunakan. Disamping itu, penggunakan lemak akan memperindah
penampakan (Anonim, 2009).
Protein
Protein adalah padatan bukan lemak yang dapat meningkatkan tekstur es
krim, memberikan bentuk dan mempertahankan kerenyahan pada produk akhir,
Gula
Gula berguna dalam menurunkan titik beku, meningkatkan viskositas dan
memberikan rasa manis. Rasa pada es krim merupakan kombinasi antara cita rasa
dan bau, diciptakan untuk memenuhi selera konsumen. Sehingga produsen
menggunakan perasa (flavor) tertentu untuk menghasikan cita rasa yang diinginkan
konsumen. Harus dicermati titik kritis masuknya bahan-bahan haram dalam
pembuatannya, bahan-bahan yang ditambahkan selama pemrosesannya, hingga
proses penyimpanannya. Harus diperhatikan kehalalan pada lemak, susu skim,
emulsifier/pelembut yang digunakan, flavor atau perasa yang ditambahkan, kehalalan
pada whey yang digunakan. Kemudian setelah es krim jadi, maka perlu dicermati
kehalalan serbuk selulosa yang ditaburkan selama penyimpanan. Untuk meyakinkan
maka dipilih yang sudah memiliki sertifikasi halal (Anonim, 2009).
Bahan penstabil
Zat penstabil berfungsi untuk emulsi, yaitu membentuk selaput yang
berukuran mikro untuk mengikat molekul lemak, air dan udara. Dengan demikian air
tidak akan mengkristal, dan lemak tidak akan mengeras. Zat penstabil juga bersifat
mengentalkan adonan, sehingga selaput-selaput tadi bisa stabil. Bahan penstabil yang
umum digunakan dalam pembuatan es krim dan frozen dessert lainnya adalah CMC
(carboxymethyl cellulose), gelatin, Na-alginat, keragenan, gum arab dan pectin.
Berbagai jenis zat penstabil ini diduga akan memberi pengaruh yang berbeda kepada
mutu es krim (Syahputra, 2008). Hal ini akan meningkatkan viskositas, tetapi
penambahan yang berlebihan akan memberikan rasa lain di lidah (Walstra dan
Jennes, 1987).
Karaginan mampu mencegah timbulnya kristal es yang besar dan cita rasa
(flavour) dapat terasa dengan jelas dan mencair dimulut dengan baik, tetapi bila
konsentrasi karaginan ditingkatkan lagi menjadi 0,70%, ternyata tingkat kesukaan
menjadi menurun. Oleh karena itu, konsentrasi karaginan yang optimal atau tepat
adalah pada kisaran 0,30% - 0,50% (Winarno, 1990)
Kandungan Gizi Es krim
Es krim dengan kelembutan dan rasa manisnya terbukti memiliki beberapa
fakta gizi yang tak terduga. Keunggulan es krim didukung oleh bahan baku
utamanya, yaitu susu tanpa lemak dan lemak susu. Susu disebut sebagai makanan
yang
hampir
sempurna
karena
kandungan
zat
gizi
yang
lengkap.
Para peneliti menemukan lebih dari 100.000 jenis molekul yang terkandung di dalam
susu. Selain air dan lemak, molekul-molekul tersebut mencakup protein, karbohidrat,
mineral, enzim-enzim, gas, serta vitamin A, C dan D. Terdapat beberapa peneliti
yang menyatakan bahwa susu termasuk dalam golongan pangan fungsional
(Astawan, 2010).
Susu mengandung beberapa komponen bioaktif yang memiliki efek kesehatan
yang signifikan. Komponen bioaktif susu diantaranya adalah protein susu, laktosa,
asam-asam lemak dan mineral, terutama kalsium. Hal ini menyebabkan produkproduk turunan susu juga masih memiliki efek fungsional, termasuk es krim.
Sebagian besar komponen dalam susu telah diketahui fungsinya secara biologis bagi
tubuh, seperti pada protein terutama dari bagian whey, termasuk di dalamnya
alfalaktalbumin,betalaktoglobulin, imunoglobulin, laktoferin, dan glikomakropeptida
(Astawan, 2010).
10
Kriteria Uji
Satuan
Persyaratan
Keadaan
2.
Lemak
% b/b
3.
% b/b
Minimum 8,0
4.
Protein
% b/b
Minimum 2,7
5.
Jumlah Padatan
% b/b
Minimum 3,4
6.
1.1 Penampakan
1.2 Bau
1.3 Rasa
Normal
Normal
Normal
Minimum 5,0
Negatif
11
gula) serta bahan-bahan cair (lemak dan air) dicampur terpisah. Pencampuran adonan
dilakukan dengan melarutkan bahan-bahan kering ke dalam bahan cair kemudian
dipasteurisasi (Eckles et al., 1984).
Pasteurisasi
Pasteurisasi campuran es krim dilakukan dengan tujuan untuk membunuh
sebagian besar mikroba, terutama dari golongan patogen, melarutkan dan membantu
pencampuran bahan-bahan penyusun, menghasilkan produk yang seragam dan
memperpanjang umur simpan. Pasteurisasi dapat dilakukan dengan empat metode
yaitu: batch system pada suhu 680C selama 25-30 menit, HTST pada suhu 790C
selama 25-30 detik, UHT pada suhu 99 - 130 0C selama 4 detik, dan pasteurisasi
vakum pada suhu 90 - 970C selama 2 detik (Widiantoko, 2011).
Pasteurisasi standar es krim yang direkomendasikan Food and Drug
Administration (FDA) adalah 68,30C selama 30 menit, 79,40C selama 25 detik, atau
1000C selama beberapa detik (Eckles et al., 1984). Tujuan utama pasteurisasi adalah
membunuh mikroba patogen, melarutkan bahan-bahan kering, meningkatkan citarasa, memperbaiki mutu es krim, memperpanjang umur produk dan menghasilkan
produk yang seragam (Desroiser dan Tressler, 1977).
Homogenisasi
Homogenisasi pada pembuatan es krim bertujuan untuk menyebarkan globula
lemak secara merata ke seluruh produk, mencegah pemisahan globula lemak ke
permukaan selama pembekuan dan untuk memperoleh tekstur yang halus karena
ukuran globula lemak kecil, merata, dan protein dapat mengikat air bebas.
Homogenisasi susu dilakukan pada suhu 700C setelah pasteurisasi sebelum
12
13
protein susu untuk mengikat air bebas, sehingga akan menurunkan jumlah air bebas.
Perubahan selama aging adalah terbentuk kombinasi antara stabilizer dan air dalam
adonan, meningkatkan viskositas, campuran jadi lebih stabil, lebih kental, lebih
halus, dan tampak mengkilap (Widiantoko, 2011).
Pembekuan
Pembekuan pada es krim harus terjadi secara cepat untuk memperoleh kristal
es yang kecil dan tekstur yang lembut. Pembekuan disertai dengan pengocokan untuk
membekukan cairan dan memasukan udara ke dalam campuran es krim sehingga
mengembang. Ada 3 tipe pembekuan dalam pembuatan es krim yaitu (Widiantoko,
2011) :
1. Pembekuan langsung: dengan cara mengkombinasikan garam-garam dingin atau
menaikan volume amoniak langsung di sekeliling dinding silinder tempat es
krim. Penambahan dihentikan bila es krim mengental dan diteruskan melalui pipa
panjang silinder, dan terus dilakukan pengadukan sehingga udara masuk dan es
krim mengembang.
2. Pembekuan tidak langsung: dengan cara memompa campuran es krim dan udara
dalam ruang pembeku dilanjutkan dengan pengadukan.
3. Pembekuan manual dengan menggunakan garam dan es sebagai medium
pembeku yang diletakkan di sekeliling tabung tempat campuran es krim,
kemudian es krim maker digerakkan untuk memasukan udara didalamnya.
Pengerasan
Proses kristalisasi es terbentuk karena pelepasan panas pada saat suhu air
diturunkan
yang
akan
mengakibatkan
pergerakan-pergerakan
molekul
air
diperlambat. Bila air didinginkan terus sampai suhu 4 0C suatu pola baru ikatan
14
hidrogen akan terbentuk, dan ketika panas dilepas lagi setelah suhu air mencapai 0 0C
maka terbentuklah kristal es. Semakin cepat proses pengerasan es, kristal es yang
terbentuk semakin kecil dan tekstur es krim yang dihasilkan semakin lembut. Proses
pengerasan dianggap cukup bila suhu bagian tengah produk telah mencapai -180C.
Suhu pengerasan ini tergantung pada ukuran dan bentuk kemasan, luas permukaan
kemasan, suhu medium pendinginan, kecepatan pergerakan udara pendingin dan
suhu awal produk (Widiantoko, 2011).
Pengepakan/Pengemasan
Kemasan yang digunakan dapat berupa karton, plastik, kaleng atau bahan
kerupuk berbentuk kerucut bila segera akan dikonsumsi (Malaka, 2010).
Karakteristik Es Krim
Overrun
Overrun adalah jumlah peningkatan volume yang disebabkan karena
masuknya udara ke dalam campuran es krim. Gelembung-gelembung udara yang
terbentuk keberadaannya dapat dipertahankan karena diselubungi oleh lapisanlapisan globula lemak dalam sistem emulsi. Tanpa adanya overrun, maka es krim
akan berbentuk gumpalan massa yang berat dan tidak menarik untuk dimakan.
Overrun dapat dihasilkan karena pengocokan yang dilakukan ketika proses
pembekuan berlangsung. Karena pengocokan udara dapat masuk dalam campuran es
krim sehingga meningkatkan volume adonan es krim. Overrun yang baik berkisar
antara 60-100%. Es krim yang baik mempunyai overrun 80% dengan kadar lemak
12-14% (Widiantoko, 2011).
15
kamar.
Sedang
cacat-cacat
kecepatan
meleleh
dan
hal-hal
yang
Lambat meleleh, yaitu es krim tetap dalam keadaan semula setelah diletakkan
pada suhu kamar selama beberapa waktu. Keadaan ini biasanya kurang disukai
konsumen karena memberikan kesan banyaknya bahan padatan yang digunakan,
juga mencerminkan pengolahan adonan yang tidak memadai.
Tekstur es krim
Tekstur yang diinginkan pada es krim adalah lembut dan berpenampilan
creaminess (seperti kondisi kaya akan lemak). Tekstur yang lembut juga dipengaruhi
16
17
bersifat semusim dan berbentuk semak. Batangnya yang berada di atas permukaan
tanah ada yang berwarna hijau, kemerah-merahan, atau ungu tua (Landhing, 2008).
Tanaman kentang adalah salah satu tanaman budidaya tetraploid, dapat dilihat
pada Gambar 1 dan 2. Asalnya datang dari Amerika Selatan dan telah dibudidayakan
oleh penduduk di sana sejak ribuan tahun silam. Tanaman ini menyukai iklim yang
sejuk. Di daerah tropis cocok ditanam di dataran tinggi. Itu kenapa sentra-sentra
penghasil kentang di Pulau Jawa ini antara lain adalah Lembang-Jawa Barat, BatuMalang, dan Kopeng-Jawa Tengah (Landhing, 2008), serta di Pulau Sulawesi yakni
di Malino-Sulawesi Selatan.
Gambar 2. Kentang
: Plantae (Tumbuhan)
Kelas
Sub Kelas
: Asteridae
Ordo
: Solanales
Famili
Genus
: Solanum
18
Spesies
: Solanum tuberosum L.
Di Indonesia banyak di budidayakan bermacam-macam varietas kentang.
19
yang
berlebih
(dapat
berasal
dari
garam
dapur,
monosodium
20
Nutrisi
Komposisi Gizi
1.
Energi
83,00 kal
2.
Protein
2,00 g
3.
Lemak
0,10 g
4.
Karbohidrat
19,10 g
5.
Kalsium
11,00 mg
6.
Fosfor
56,00 mg
7.
Serat
0,30 g
8.
Besi
0,70 mg
9.
Vitamin B1
0,09 mg
10.
Vitamin B2
0,03 mg
11.
Vitamin C
16,00 mg
12.
Niacin
1,40 mg
21
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari tahun 2012 di Laboratorium
Bioteknologi Pengolahan Susu, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain : mixer,
refrigerator/freezer, cup, pisau, timbangan, panci pengukus, kompor gas, blender,
panci, sendok pengaduk, dan termometer.
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain : susu bubuk full
krim 1000 g, kentang kg, whipped cream 1500 g, krimer 300 g, gula pasir 1500 g,
telur 10 butir, air dan garam secukupnya.
Metode Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Menurut Winarno (1990), konsentrasi karaginan
yang optimal atau tepat adalah pada kisaran 0,30% - 0,50% karena bila konsentrasi
karaginan ditingkatkan lagi menjadi 0,70%, ternyata tingkat kesukaan menjadi
menurun. Berdasarkan hal tersebut , maka pada penelitian ini diberi perlakuan
sebagai berikut :
K0 : tanpa penambahan kentang (kontrol)
K1 : penambahan kentang 2,5 %
K2 : penambahan kentang 5 %
K3 : penambahan kentang 7,5 %
22
: Nilai pengamatan
ij
Prosedur Penelitian
Proses pembuatan es krim meliputi beberapa tahap, yaitu pencampuran
bahan, pasteurisasi, homogenisasi, pematangan (aging), pembekuan dan agitasi,
pengemasan, pembekuan, dan penyimpanan (Syahputra, 2008). Proses pembuatan es
krim yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)
2)
3)
4)
kemudian
23
Pengukusan kentang
Pasteurisasi LTLT
Kentang dihaluskan
Homogenisasi
kuning telur
Pengemasan
Es krim kentang
Gambar 3. Diagram Alir Proses Pembuatan Es Krim Kentang
Parameter Penelitian
Pengukuran Kualitas (Overrun)
Pengembangan volume (overrun) yaitu kenaikan volume es krim karena
udara yang membusa ke dalam campuran selama proses pembuihan dan pembekuan
dengan rumus (Malaka dkk., 2011):
Overrun=
24
6
Sangat suka
6
Sangat halus
1
2
Sangat Tidak Enak
6
Sangat enak
Uji Organoleptik
Warna
1
Putih krem
6
Putih
Tekstur
1
Sangat Kasar
Cita Rasa
25
Analisis Data
Analisis yang dilakukan adalah analisis organoleptik berupa uji kesukaan
(skala 1-sangat tidak suka sampai 6-sangat suka) untuk melihat tingkat kesukaan
panelis terhadap produk es krim kentang, juga uji organoleptik berupa warna (skala
1-putih krem sampai 6-putih); tekstur (skala 1-sangat kasar sampai 6-sangat halus);
dan cita rasa (skala 1-sangat tidak enak sampai 6-sangat enak). Analisis dilakukan di
Laboratorium Pengolahan Susu, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin,
dengan menggunakan 10 panelis semi terlatih. Dilakukan analisis ragam pada uji
kesukaan, uji organoleptik (cita rasa, warna dan tekstur), nilai overrun,dan daya leleh
es krim. Jika berpengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji BNT.
26
Rataan
K0 (Kontrol)
K1 (2,5%)
K2 (5%)
K3 (7,5%)
4,6ac
4,0b
4,4ab
5,0c
Total
18
Rataan
4,5
Keterangan : Superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P<0.01); angka 1 = sangat tidak suka,
angka 6 = sangat suka.
Hasil analisis ragam (Lampiran 1) menunjukkan bahwa penambahan kentang
memberikan pengaruh yang sangat nyata (P<0.01) terhadap uji kesukaan.
Berdasarkan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Lampiran 2) menunjukkan bahwa
penambahan kentang pada es krim berbeda sangat nyata (P<0.01) untuk perlakuan
K1 (penambahan kentang 2,5%) dan K3 (penambahan kentang 7,5%); sementara
berbeda nyata (P<0.05) untuk perlakuan K0 (tanpa penambahan kentang) dan K1
(penambahan kentang 2,5%), begitupun pada perlakuan K2 (penambahan kentang
5%) dan K3 (penambahan kentang 7,5%) juga berbeda nyata.
Berdasarkan Tabel 3. diketahui bahwa rata-rata tingkat kesukaan panelis pada
es krim yang dihasilkan menunjukkan angka paling tinggi pada perlakuan K3 dengan
27
penambahan kentang 7,5% yaitu 5,0 mendekati angka 6 (sangat suka). Namun,
urutan kedua ditempati oleh perlakuan K0 (kontrol) yaitu 4,6 mendekati angka 6
(sangat suka). Sedangkan angka terendah terdapat pada perlakuan K1 (penambahan
kentang 2,5%), angka = 4,0. Penilaian panelis terhadap es krim dengan perlakuan
adalah relatif karena dapat dilihat pada uji BNT (lampiran) yakni perlakuan K0
(tanpa penambahan kentang) dan K3 (penambahan kentang 7,5%) tidak berbeda
nyata, begitupun perlakuan K0 dengan K2, serta K1 dan K2 tidak berbeda jauh. Hal
ini menunjukkan bahwa panelis, ada yang menyukai es krim dengan penambahan
kentang, ada juga yang menyukai es krim tanpa penambahan kentang.
Semakin tinggi penambahan umbi kentang (Solanum tuberosum L.) sebagai
bahan penstabil es krim akan menyebabkan tingkat kesukaan es krim
semakin
meningkat. Skor pada perlakuan K1 (penambahan kentang 2,5%), angka = 4,0 adalah
paling rendah, sedangkan perlakuan K3 dengan penambahan kentang 7,5%
mempunyai skor yang paling tinggi yaitu 5,0 mendekati angka 6 (sangat suka). Hal
ini disebabkan karena pada perlakuan K3 penambahan kentang sebagai bahan
penstabil yang digunakan lebih banyak bila dibandingkan dengan perlakuan K0, K1
dan K2. Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno (1990) bahwa karaginan/bahan
penstabil mampu mencegah timbulnya kristal es yang besar dan cita rasa (flavour)
dapat terasa dengan jelas dan mencair dimulut dengan baik, tetapi bila konsentrasi
karaginan ditingkatkan lagi menjadi 0,70%, ternyata tingkat kesukaan menjadi
menurun. Oleh karena itu, konsentrasi karaginan yang optimal atau tepat adalah pada
kisaran 0,30% - 0,50%. Hal ini juga dikemukakan oleh Walstra dan Jennes (1987)
bahwa penggunaan bahan penstabil dalam pembuatan es krim akan meningkatkan
viskositas, tetapi penambahan yang berlebihan akan memberikan rasa lain di lidah.
28
Warna Es Krim
Hasil penelitian terhadap rata-rata warna es krim dengan penambahan
kentang (Solanum tuberosum L.) sebagai bahan penstabil dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata rata Uji Organoleptik terhadap Warna Es Krim dengan
Penambahan Kentang
Perlakuan
Rataan
K0 (Kontrol)
4,6a
K1 (2,5%)
4,4ab
K2 (5%)
4,0b
K3 (7,5%)
4,0b
Total
17
Rataan
4,25
Keterangan : Superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan yang nyata (P<0.05) ; angka 1 = putih krem, angka 6 =
putih.
Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan
penambahan kentang berpengaruh nyata pada taraf 5% (P<0.05) terhadap warna es
krim. Uji BNT (Lampiran 4) menunjukkan bahwa K0 (tanpa penambahan kentang)
berbeda nyata dengan K2 (penambahan kentang 5%) dan K3 (penambahan kentang
7,5%).
Angka yang ditunjukkan relatif sama yaitu mendekati angka 6 (warna putih),
dan yang paling mendekati angka 6 (warna putih) adalah perlakuan K0 = 4,6
dibanding lainnya. Hal ini disebabkan karena pada perlakuan K 0 (tanpa penambahan
kentang) dipengaruhi oleh warna susu dan tidak ada pengaruh warna dari kentang.
Sementara pada perlakuan K1, K2 dan K3 ada sedikit pengaruh dari warna kentang
yang berwarna kuning, sehingga menyebabkan warna es krim menempati angka
dibawah angka perlakuan K0. Hal ini sesuai dengan pendapat Buckle et al. (1987)
29
bahwa salah satu sifat fisik dan kimia susu yaitu mempunyai warna putih kebirubiruan sampai kuning kecoklatan. Warna putih pada susu merupakan akibat
penyebaran butiran-butiran koloid lemak, kalsium kaseinat, dan kalsium posfat.
Kentang varietas Granola (kentang sayur) yang paling banyak dibudidayakan di
sentra kentang negara kita, seperti Malino di Sulawesi Selatan memiliki bentuk umbi
bulat lonjong, warna daging umbi kuning dan mata umbi dangkal, umumnya
digunakan sebagai bahan pelengkap makanan dan masih sedikit pemanfaatannya
dalam industri pangan (Anonim, 2008).
Semakin tinggi penambahan umbi kentang (Solanum tuberosum L.) sebagai
bahan penstabil es krim menyebabkan warna es krim yang dihasilkan semakin
mendekati warna putih krem. Skor paling tinggi pada perlakuan K0 (tanpa
penambahan kentang) yaitu 4,6 (mendekati angka 6 : putih ), sementara skor paling
rendah pada perlakuan K2 (penambahan kentang 5%) dan K3 (penambahan kentang
7,5%) yaitu 4,0 yang lebih mendekati warna putih krem. Warna es krim kentang yang
mendekati warna putih krem dipengaruhi oleh warna kentang varietas granola yang
berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Anonim (2008)
bahwa kentang varietas Granola memiliki bentuk umbi bulat lonjong, warna daging
umbi kuning dan mata umbi dangkal. Menurut Setiadi dan Nurulhuda (2000), di
Indonesia banyak di budidayakan bermacam-macam varietas kentang. Ukuran umbi
bervariasi besar dan kecil. Bentuk umbi ada yang bulat, oval agak bulat (bulat
lonjong), dan bulat panjang. Secara garis besar warna umbi kentang dibedakan
menjadi tiga golongan, yaitu kentang yang berumbi kuning, putih, dan merah.
30
Tekstur Es Krim
Hasil penelitian terhadap rata-rata tekstur es krim dengan penambahan
kentang (Solanum tuberosum L.) sebagai bahan penstabil dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rata rata Uji Organoleptik terhadap Tekstur Es Krim dengan
Penambahan Kentang
Perlakuan
Rataan
K0 (Kontrol)
4,2
K1 (2,5%)
4,2
K2 (5%)
4,0
K3 (7,5%)
4,4
Total
16,8
Rataan
4,2
Keterangan : angka 1 = sangat kasar, angka 6 = sangat halus.
Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 5) menunjukkan bahwa penambahan
kentang pada es krim tidak berpengaruh nyata terhadap tekstur es krim yang
dihasilkan. Rata-rata tekstur es krim dengan penambahan kentang menunjukkan
angka yang relatif sama yaitu antara angka 4,0 4,4 mendekati angka 6 (sangat
halus). Hal ini disebabkan karena bahan baku es krim yang digunakan yaitu lemak
susu dan padatan non lemak (protein whey). Lemak berfungsi untuk memberi tekstur
halus, berkontribusi dengan rasa serta memberi efek sinergis pada tambahan flavor
yang
digunakan.
Disamping
itu,
penggunakan
lemak
akan
memperindah
selain gandum, jagung, beras, dan terigu. Bagian utama kentang yang menjadi bahan
makanan adalah umbi, yang merupakan sumber karbohidrat, mengandung vitamin
dan mineral cukup tinggi. Pernyataan ini mendukung pendapat Walstra dan Jennes
(1984) bahwa zat penstabil berfungsi untuk emulsi, yaitu membentuk selaput yang
berukuran mikro untuk mengikat molekul lemak, air dan udara. Dengan demikian air
tidak akan mengkristal, dan lemak tidak akan mengeras. Zat penstabil juga bersifat
mengentalkan adonan, sehingga selaput-selaput tadi bisa stabil.
Padatan non lemak (susu skim) merupakan sumber protein yang dibutuhkan
sebagai pengikat air dan emulsifikasi (Anonim, 2009). Widiantoko (2011)
menyatakan bahwa protein adalah padatan bukan lemak yang dapat meningkatkan
tekstur es krim, memberikan bentuk dan mempertahankan kerenyahan pada produk
akhir, mampu menaikkan overrun tanpa terbentuknya tekstur yang berkeping-keping
dan mengurangi total padatan. Protein terdiri dari laktosa, kasein, whey, mineral,
vitamin, asam, enzim, dan gas dari susu.
Widiantoko (2011) juga menambahkan bahwa tekstur yang lembut
dipengaruhi oleh bahan-bahan yang dicampurkan, pengolahan dan penyimpanan.
Tekstur es krim bergantung dari ukuran, bentuk dan ukuran partikel padatan
penyusun es krim. Tekstur yang ideal bagi es krim adalah tekstur yang sangat halus
dan ukuran partikel padatan yang sangat kecil sehingga tidak terdeteksi dalam mulut.
Penelitian Rosdiana (2008), menunjukkan bahwa pada tahap pemisahan krim susu
sampai tiga kali menghasilkan tekstur yang lebih halus dengan cita rasa dan aroma
yang lebih baik dibanding dengan tahap pemisahan krim susu yang hanya dua kali
atau satu kali.
32
Rataan
K0 (Kontrol)
4,6
K1 (2,5%)
4,0
K2 (5%)
4,4
K3 (7,5%)
4,4
Total
17,4
Rataan
4,35
Keterangan : angka 1 = sangat tidak enak, angka 6 = sangat enak.
Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 6) menunjukkan bahwa penambahan
kentang tidak berpengaruh nyata terhadap cita rasa es krim yang dihasilkan. Es krim
dengan penambahan kentang menunjukkan angka yang relatif sama pada cita rasanya
yaitu antara angka 4,0 4,6 mendekati angka 6 (sangat enak). Rata-rata panelis
menilai es krim hasil penelitian yakni tergolong enak (angka mendekati 6 : sangat
enak). Hal ini disebabkan karena es krim terasa dingin, lembut, krimy dan terasa
manis. Selain itu, juga disebabkan karena bahan baku es krim yang digunakan,
terutama lemak susu dan flavor seperti gula pasir dan kentang yang dicampurkan ke
dalam adonan es krim, sehingga menghasilkan es krim dengan cita rasa yang enak.
Hal ini sesuai dengan pendapat Winarno (1990) bahwa karaginan mampu mencegah
timbulnya kristal es yang besar dan cita rasa (flavour) dapat terasa dengan jelas dan
mencair dimulut dengan baik. Hal ini juga dikemukakan oleh Walstra dan Jennes
(1987) bahwa penggunaan bahan penstabil pada pembuatan es krim akan
33
Rataan (%)
K0 (Kontrol)
69,668a
K1 (2,5%)
68,334a
K2 (5%)
96,668b
K3 (7,5%)
88,334b
Total
323,004
Rataan
80,751
34
35
pun tinggi maka gelembung udara yang terbentuk tidak cukup banyak dibanding
pada perlakuan K2. Penambahan kentang sebagai bahan penstabil tidak boleh terlalu
rendah ataupun terlalu tinggi, karena jika kurang ataupun berlebihan tidak akan
menghasilkan nilai overrun yang sempurna sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Winarno (1990) bahwa karaginan/bahan penstabil mampu
mencegah timbulnya kristal es yang besar, tetapi bila konsentrasi karaginan
ditingkatkan lagi menjadi 0,70%, ternyata tingkat kesukaan menjadi menurun. Oleh
karena itu, konsentrasi karaginan yang optimal atau tepat adalah pada kisaran 0,30%
- 0,50%. Selain itu, menurut Walstra dan Jennes (1987) bahwa bahan penstabil akan
meningkatkan viskositas, tetapi penambahan yang berlebihan akan memberikan rasa
lain di lidah.
Nilai overrun paling tinggi terdapat pada perlakuan K2 (penambahan kentang
5%) yaitu 96,668%, sedangkan paling rendah pada perlakuan K1 (penambahan
kentang 2,5%). Hal ini dipengaruhi selama proses pembuatan es krim tersebut,
seperti proses homogenisasi, aging dan proses pengocokan disertai pembekuan.
Menurut Campbell dan Marshall (1975), homogenisasi bertujuan untuk memperkecil
ukuran dan menyebarkan globula lemak secara merata. Hal ini penting untuk
mencegah bersatunya globula lemak sehingga dapat meningkatkan kekentalan dan
menurunkan daya buihnya.
memberikan waktu pada stabilizer dan protein susu untuk mengikat air bebas,
sehingga akan menurunkan jumlah air bebas. Perubahan selama aging adalah
terbentuknya kombinasi antara stabilizer dan air dalam adonan, meningkatkan
viskositas, campuran jadi lebih stabil, lebih kental, lebih halus, dan tampak
mengkilap. Widiantoko (2011) juga menyatakan bahwa pembekuan disertai dengan
36
Rataan (menit)
K0 (Kontrol)
33,562a
K1 (2,5%)
40,524b
K2 (5%)
55,412c
K3 (7,5%)
67,078d
Total
196,576
Rataan
49,144
Keterangan : Superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan
perbedaan yang sangat nyata (P<0.01)
Berdasarkan analisis ragam (Lampiran 9), menunjukkan bahwa penambahan
kentang berpengaruh sangat nyata (P<0.01) terhadap kecepatan meleleh es krim. Uji
BNT (Lampiran 10), memperlihatkan bahwa masing-masing perlakuan berbeda
sangat nyata antara perlakuan yang satu dengan yang lainnya. Semakin tinggi/banyak
penambahan kentang sebagai stabilizer pada pembuatan es krim, maka semakin
lama/meningkat waktu yang dibutuhkan es krim tersebut untuk meleleh.
Pada Tabel 8, dapat diketahui bahwa semakin tinggi penggunaan umbi
kentang (Solanum tuberosum L.)sebagai bahan penstabil es krim maka menyebabkan
daya leleh es krim semakin lama/meningkat. Perlakuan K0 (tanpa penambahan
37
kentang) mempunyai daya leleh 33,562 menit adalah paling rendah/paling cepat
meleleh, sedangkan perlakuan K3 dengan penambahan kentang 7,5% mempunyai
daya leleh paling tinggi/paling lama meleleh yaitu selama 67,078 menit. Hal ini
disebabkan karena pada perlakuan K0 (tanpa penambahan kentang) tidak
mengandung bahan penstabil (stabilizer) sehingga membentuk banyak kristal es yang
menyebabkan es krim yang dihasilkan cepat meleleh, sedangkan pada perlakuan K3
(penambahan kentang 7,5%) mengandung cukup banyak pati kentang sebagai bahan
penstabil sehingga mampu mengikat air lebih banyak, akibatnya berdampak pada
meningkatnya viskositas es krim, sehingga menyebabkan es krim tersebut lambat
meleleh. Syahputra (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa zat penstabil
berfungsi untuk emulsi, yaitu membentuk selaput yang berukuran mikro untuk
mengikat molekul lemak, air dan udara sehingga dengan demikian air tidak akan
mengkristal dan lemak tidak akan mengeras. Zat penstabil juga bersifat
mengentalkan adonan, sehingga selaput-selaput tadi bisa stabil.
Secara umum, es krim hasil penelitian pada tiap perlakuan yang diberikan
adalah tergolong baik. Sebagaimana pernyataan Flores et al. (1992) yang
menyatakan bahwa resistensi pelelehan yang baik pada es krim berkisar 10-15 menit.
Menurut Widiantoko (2011), tingkat leleh dari suhu suatu es krim sangat
mempengaruhi kualitas dari es krim itu sendiri. Es krim yang mudah meleleh
ataupun yang terlalu keras tidak disukai oleh konsumen. Konsumen menginginkan es
krim yang memiliki permukaan yang lembut namun tidak mudah meleleh. Es krim
yang berkualitas tinggi tidak cepat meleleh saat dihidangkan pada suhu kamar
(27oC). Lambat meleleh, yaitu es krim tetap dalam keadaan semula setelah
diletakkan pada suhu kamar selama beberapa waktu. Keadaan ini biasanya kurang
38
39
Saran
Pada pembuatan es krim, sebaiknya mengggunakan umbi kentang (Solanum
tuberosum L.) pada level 5% sebagai bahan penstabil karena dapat menghasilkan
nilai overrun yang tinggi dan meningkatkan viskositasnya, serta dapat memberikan
rasa maupun flavor yang khas dan menarik.
40
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Forum Kerjasama Agribisnis Potato Chips dari Granolla.
http://foragri.blogsome.com/potato-chips-dari-granolla/. [Diakses tgl 05
Oktober 2011]
______. 2009. Es Krim. http://www.halalguide.info/2009/04/13/es-krim/. [Diakses
tgl 05 Oktober 2011]
______. 2010. Kandungan Gizi Kentang. http://eemoo-esprit.blogspot.
com/2010/10/kentang-potato.html. [Diakses tgl 03 Oktober 2011]
______. 2011. Informasi Spesies-Kentang (Solanum tuberosum L.). http://
plantamor.com.klasifikasi-kentang. [Diakses tgl 05 Januari 2012]
Arbuckle, W.S. and Marshall, R.T. 2000. Ice Cream. Chapman and Hall, New York.
145.pp.
Astawan. 2004. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat Guna. Akademi
Presindo, Jakarta.
_______. 2010. Teknologi Pengolahan Pangan dan Gizi. IPB : Bogor.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), 2009. Daftar Kandungan Gizi
Kentang. bptp-ntb@litbang.deptan.go.id; ntb bptp @yahoo.co.id. NTB,
Indonesia.
Buckle, K, A. R. Edwards, GH. Fleet and Wooton. 1987. Ilmu Pangan. Penerjemah
Hari Purnomodan Adiono. Universitas Indonesia Press
Belitz, H. D and W. Grosch. 1987. Food Chemistry. Springer-verlag Berlin.
Germany.
Campbell, J.R. and Marshall, 1975. The Science of Providing Milk for Men. Mc
Graw-Hill Book Company, New York.
Destroiser, N.W and D.K. Tessler, 1977. Fundamentals of Food Freezing. The AVI
Publishing Company, Inc. Wesport, Connecticut.
Eckles, E.H., W.B. Combs and H. Macy, 1984. Milk and Milk Product. Mc. Graw
Hill Book Co, Inc, New York.
41
Flores, R.J., J. Kliptel dan J. Tobias. 1992. Ice Cream and Frozen Dessert. In : Dairy
Science and Technology Series. Handbook 3.Y.H. Hui (ed). VHC Publisher
Inc, New York.
Hidayah, N. 2009. Manfaat Kentang bagi Kesehatan. http://ntb.litbang.deptan.
go.id/ind/index.php/artikel/185-manfaat-kentang-bagi-kesehatan. [Diakses tgl
03 Oktober 2011]
Landhing. 2008. Kentang. http://dapur-mlandhing.dagdigdug.com/2008/05/09
/kentang/. [Diakses tgl 03 Oktober 2011]
Malaka, R. 2010. Pengantar Teknologi Susu. Masagena Press : Makassar.
Malaka, R. , Maruddin,F. 2011. Penuntun Praktikum Ilmu & Teknologi Pengolahan
Susu. Jurusan Produksi Ternak Fakultas Peternakan UNHAS, Makassar.
Masykuri, Nurwantoro dan R.A. Wibawa. 2009. Pengaruh Penggunaan Keraginan
sebagai Penstabil terhadap Kondisi Fisik dan Tingkat Kesukaan pada Es Krim
Coklat. Program studi THT Fakultas Peternakan, UNDIP : Semarang.
Pipit. 2008. 1001 Khasiat Kentang. http://www.kabarinews.com/ article. cfm?
articleID=31862. [Diakses tgl 03 Oktober 2011]
Rosdiana. 2008. Skripsi : Kualitas Es Krim Susu Segar pada Tiga Tahapan
Pemisahan Krim. Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin : Makassar.
Sathe, S.K. ; S.S. Deshpande dan D.K.Salunkhe 1982. Functional Properties of
Winged Bean (Phosphocarpus) tetragonolobus (LDC) Proteins. Journal of
Food Science Vol. 47. Hal.85-509
Setiadi dan S.F. Nurulhuda, 2000. Kentang : Varietas dan Pembudidayaan. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Sheba. 2008. Protein Susu. http://queenofsheeba.wordpress.com/2008/09/17 /proteinsusu/. [Diakses tgl 05 Oktober 2011]
SNI 01-3713-1995. http://sisni.bsn.go.id/index.php/sni/Sni/download/4132. [Diakses
tgl 10 Januari 2012]
Syahputra, E. 2008. Pengaruh Jenis Zat Penstabil dan Konsentrasi Mentega yang
Digunakan terhadap Mutu dan Karakteristik Es Krim Jagung. Dept. Tekper
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara.
42
Walstra, P., dan R. Jenness. 1987. Dairy Chemistry and Physics. John Wiley and
Sons. New York.
Winarno,F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka. Jakarta.
__________. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta.
Widiantoko, R.K. 2011. Es Krim. http://lordbroken.wordpress.com/2011/04/10.
[Diakses tgl 03 Oktober 2011]
43
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Ragam Tingkat Kesukaan terhadap Es Krim dengan
Penambahan Umbi Kentang (Solanum tuberosum L.) sebagai Bahan
Penstabil.
Sumber Keragaman
JK
DB
KT
Faktor Koreksi
2.600
3
.867
Intercept
405.000
1
405.000
Perlakuan
2.600
3
.867
Error
2.400
16
.150
Total
410.000
20
Total Koreksi
5.000
19
a. R Squared = .520 (Adjusted R Squared = .430)
Keterangan : *Berpengaruh Sangat Nyata (P<0.01)
5.778
2.700E3
5.778
Sig.
.007
.000
.007*
Lampiran 2. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap Tingkat Kesukaan pada
Es Krim dengan Penambahan Umbi Kentang (Solanum tuberosum L.)
sebagai Bahan Penstabil.
Analisis Beda Nyata Terkecil Pada Taraf 5%
(i)
(j)
Mean
Difference Std. Error
(i-j)
K1
.6000*
.24495
K2
.2000
.24495
K3
-.4000
.24495
*
K1
K0
-.6000
.24495
K2
-.4000
.24495
LSD
*
K3
-1.0000
.24495
K2
K0
-.2000
.24495
K1
.4000
.24495
K3
-.6000*
.24495
K3
K0
.4000
.24495
*
K1
1.0000
.24495
*
K2
.6000
.24495
Keterangan : *Berbeda Nyata Pada Taraf 5%
K0
Sig.
.026
.426
.122
.026
.122
.001
.426
.122
.026
.122
.001
.026
44
JK
DB
KT
Sig.
1.200a
.400
3.200
.052
352.800
352.800
2.822E3
.000
Perlakuan
1.200
.400
3.200
.052*
Error
2.000
16
.125
Total
356.000
20
3.200
19
Intercept
Total Koreksi
45
Lampiran 4. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap Warna Es Krim dengan
Penambahan Umbi Kentang (Solanum tuberosum L.) sebagai Bahan
Penstabil.
Analisis Beda Nyata Terkecil Pada Taraf 5%
Mean
Difference Std. Error
(i-j)
(i)
(j)
K0
K1
.4000
.22361
.093
-.0740
.8740
K2
.6000*
.22361
.016
.1260
1.0740
K3
.6000*
.22361
.016
.1260
1.0740
K0
-.4000
.22361
.093
-.8740
.0740
K2
.2000
.22361
.384
-.2740
.6740
K3
.2000
.22361
.384
-.2740
.6740
K0
-.6000*
.22361
.016
-1.0740
-.1260
K1
-.2000
.22361
.384
-.6740
.2740
K3
.0000
.22361
1.000
-.4740
.4740
K0
-.6000*
.22361
.016
-1.0740
-.1260
K1
-.2000
.22361
.384
-.6740
.2740
K2
.0000
.22361
Keterangan : *Berbeda Nyata Pada Taraf 5%
1.000
-.4740
.4740
K1
LSD
K2
K3
Sig.
95% Confidence
Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
46
JK
Faktor Koreksi
DB
KT
.400a
352.800
.400
.133
Error
2.800
16
.175
Total
356.000
20
3.200
19
Intercept
Perlakuan
Total Koreksi
.133
Sig.
.762
.532
352.800 2.016E3
.000
.762
.532
Lampiran 6. Analisis Ragam Uji Organoleptik (cita rasa) pada Es Krim dengan
Penambahan Umbi Kentang (Solanum tuberosum L.) sebagai Bahan
Penstabil.
Sumber Keragaman
Faktor Koreksi
JK
DB
KT
Sig.
.950a
.317
1.407
.277
378.450
378.450
1.682E3
.000
.950
.317
1.407
.277
Error
3.600
16
.225
Total
383.000
20
4.550
19
Intercept
Perlakuan
Total Koreksi
47
JK
Faktor Koreksi
DB
KT
Sig.
2939.338a
979.779
8.218
.002
130414.480
130414.480
1.094E3
.000
Perlakuan
2939.338
979.779
8.218
.002
Error
1907.649
16
119.228
Total
135261.467
20
4846.987
19
Intercept
Total Koreksi
(i)
(j)
K0
K1
1.3340
6.90588
.849
-13.3058
15.9738
K2
-27.0000
6.90588
.001
-41.6398
-12.3602
K3
-18.6660
6.90588
.016
-33.3058
-4.0262
K0
-1.3340
6.90588
.849
-15.9738
13.3058
K2
-28.3340
6.90588
.001
-42.9738
-13.6942
-20.0000
6.90588
.011
-34.6398
-5.3602
6.90588
.001
12.3602
41.6398
K1
28.3340
6.90588
.001
13.6942
42.9738
K3
8.3340
6.90588
.245
-6.3058
22.9738
K0
6.90588
.016
4.0262
33.3058
6.90588
.011
5.3602
34.6398
K2
-8.3340 6.90588
.245
-22.9738
Keterangan : *Berbeda Nyata Pada Taraf 5%
Analisis Beda Nyata Terkecil Pada Taraf 1%
6.3058
K1
LSD
K3
K2
K3
K0
K1
27.0000
18.6660
20.0000
Sig.
Lower
Bound
Upper
Bound
48
Mean
Difference Std. Error
(i-j)
(i)
(j)
K0
K1
1.3340
6.90588
.849
-18.8366
21.5046
K2
-27.0000*
6.90588
.001
-47.1706
-6.8294
K3
-18.6660
6.90588
.016
-38.8366
1.5046
K0
-1.3340
6.90588
.849
-21.5046
18.8366
K2
-28.3340*
6.90588
.001
-48.5046
-8.1634
K3
-20.0000
6.90588
.011
-40.1706
.1706
K0
27.0000*
6.90588
.001
6.8294
47.1706
K1
28.3340*
6.90588
.001
8.1634
48.5046
K3
8.3340
6.90588
.245
-11.8366
28.5046
K0
18.6660
6.90588
.016
-1.5046
38.8366
K1
20.0000
6.90588
.011
-.1706
40.1706
K2
-8.3340
6.90588
Keterangan : *Berbeda Sangat Nyata Pada Taraf 1%
.245
-28.5046
11.8366
K1
LSD
K2
K3
Sig.
Lower
Bound
Upper
Bound
JK
DB
KT
Sig.
Faktor Koreksi
3390.097a
1130.032
137.856
.000
Intercept
48302.655
48302.655
5.893E3
.000
Perlakuan
3390.097
1130.032
137.856
.000*
Error
131.155
16
8.197
Total
51823.906
20
3521.252
19
Total Koreksi
49
Lampiran 10. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) terhadap Tingkat Pelelehan Es
Krim dengan Penambahan Umbi Kentang (Solanum tuberosum L.)
sebagai Bahan Penstabil.
Analisis Beda Nyata Terkecil Pada Taraf 5%
Mean
Difference Std. Error
(i-j)
(i)
(j)
K0
K1
-6.9620*
1.81077
.001
-10.8007
-3.1233
K2
-21.8500*
1.81077
.000
-25.6887
-18.0113
K3
-33.5160*
1.81077
.000
-37.3547
-29.6773
K0
6.9620*
1.81077
.001
3.1233
10.8007
K2
-14.8880*
1.81077
.000
-18.7267
-11.0493
K3
-26.5540*
1.81077
.000
-30.3927
-22.7153
K0
21.8500*
1.81077
.000
18.0113
25.6887
K1
14.8880*
1.81077
.000
11.0493
18.7267
K3
-11.6660*
1.81077
.000
-15.5047
-7.8273
K0
33.5160*
1.81077
.000
29.6773
37.3547
K1
26.5540*
1.81077
.000
22.7153
30.3927
K2
11.6660* 1.81077
Keterangan : *Berbeda Nyata Pada Taraf 5%
.000
7.8273
15.5047
K1
LSD
K2
K3
Sig.
Lower
Bound
Upper
Bound
50
(i)
(j)
K0
K1
-6.9620*
1.81077
.001
-12.2509
-1.6731
K2
-21.8500
1.81077
.000
-27.1389
-16.5611
-33.5160
1.81077
.000
-38.8049
-28.2271
1.81077
.001
1.6731
12.2509
-14.8880
1.81077
.000
-20.1769
-9.5991
-26.5540
1.81077
.000
-31.8429
-21.2651
1.81077
.000
16.5611
27.1389
1.81077
.000
9.5991
20.1769
1.81077
.000
-16.9549
-6.3771
1.81077
.000
28.2271
38.8049
1.81077
.000
21.2651
31.8429
K2
11.6660 1.81077
Keterangan : *Berbeda Sangat Nyata Pada Taraf 1%
.000
6.3771
16.9549
K3
K1
K0
K2
LSD
K3
K2
K0
K1
K3
K3
K0
K1
6.9620
21.8500
14.8880
-11.6660
33.5160
26.5540
Sig.
Lower
Bound
Upper
Bound
51
Gambar 5. Whipped-cream
Gambar 9. Kentang
52
Gambar 12.
Mixer/Pengocokan adonan
53