MIKROBIOLOGI TANAH
Acara: 1
POPULASI BAKTERI TANAH
Nama
: Luqman
NIM
: H14109050
Kelompok
:3
Asisten
\
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Tanjungpura
Pontianak
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
energy dalam metabolism dan pergerakan. Lazimnya, medium biakan berisi air,
sumber energy, zat hara sebagai sumber C, nitrogen, sulfur, fosfat, oksigen,
hydrogen serta unsur-unsur tracelement (Meryandini, 2009).
Metode agar-cawan merupakan metode yang paling sering dipakai. Metode ini telah
lama digunakan dalam penetapan mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah
yang terbawa erosi, air selokan, hasil pertanian, dan makanan. Prinsip penetapan
jumlah mikroorganisme dalam bahan tersebut adalah sama. Perbedaannya, adalah
dalam pengambilan dan penanganan contoh, pemilihan media, dan lama inkubasi
serta kondisi inkubasi. Suatu hal yang harus diperhatikan adalah bahwa bahan agar
harus mengandung seminimum mungkin senyawa yang mempunyai energy segera
tersedia seperti gula dan protein (Majid, 2007).
2.2 Karakteristik Bakteri Tanah
Bakteri tanah dapat dikelompokkan dalam beberapa karakteristik, antara
lain sebagai berikut:
2.2.1
2003):
a)
Bakteri autotrof atau bakteri lithotrofik, yaitu bakteri yang dapat
menghasilkan makanan sendiri, contohnya bakteri nitrifikasi, bakteri denitrifikasi,
bakteri pengoksidasi belerang, bakteri pereduksi sulfat.
Bakteri ini dibedakan lagi menjadi bakteri photoautotroph dan bakteri
kemoautotrof. Bakteri photoautotroph adalah bakteri yang dapat menghasilkan
makanan sendiri dengan sumber energy berasal dari sinar matahari. Sedangkan
bakteri kemoautotrof adalah bakteri yang dapat menghasilkan makanan sendiri
dengan sumberenergi berasal dari oksidasi bahan organik.
b)
Bakteri heterotrof atau bakteri organotropik, yaitu bakteri yang mendapatkan
makanan dari bahan organic atau sisa-sisa dari makhluk hidup lain, baik fauna
maupun flora, dan baik makro maupun mikro. Bakteri ini dikelompokkan menjadi
bakteri photoautotroph dan bakteri kemoautotrof. Bakteri photoautotroph adalah
bakteri yang mendapatkan makanan dari bahan organic atau sisa-sisa makhluk
hidup lain dengan sumber energy berasal dari sinar matahari. Bakteri kemoautotrof
adalah bakteri yang mendspatkan makanan dari bahan organic dengan sumber
energy yang digunakan berasal dari hasil oksidasi bahan organic.
2.2.2
adalah bakteri yang selama hidupnya tidak membutuhkan oksigen, bahkan bila
terdapat oksigen bakteri ini dapat mati. Sedangkan bakteri mikroaerofilik adalah
bakteri yang selama hidupnya hanya membutuhkan oksigen dalam jumlah yang
sedikit (Irianto, 2006).
2.2.3 Pengelompokkan Bakteri Berdasarkan Peranannya dalam Penyediaan hara
bagi Tanaman
Bakteri kelompok ini dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu bakteri pemfiksasi nitrogen,
bakteri pelarut sulfat, dab bakteri pereduksi sulfat. Bakteri pemfiksasi nitrogen
dikelompokkan lagi menjadi 3 berdasarkan hubungannya dengan tanaman, yaitu
bakteri simbiosis, bakteri asosiasi, dan bakteri yang hidup bebas di tanah (Hanafiah,
dkk, 2003).
BAB III
METODE KERJA
Alat
Bahan
BAB IV
10
-3
10
-4
10
-5
Jagung
128
133
318
Cabe
80
76
95
Jagung
432
339
132
Terong
19
66
Keladi
78
Belimbing
131
70
75
95
102
4.2 Pembahasan
Tanah merupakan habitat dari mahluk hidup baik yang berada diatas tanah
maupun di dalam tanah. Didalam tanah bakteri dan fungi memegang peran penting
dalam merombak bahan organik atau sersah-sersah daun. Berdasarkan hasil
praktikum didapatkan bahwa bakteri pada tanaman terong paling sedikit dan
bakteri pada tanaman jagung yang paling banyak. Hal ini menunjukkan bahwa
tanaman jagung memiliki simbiosis paling banyak dengan bakteri dibandingkan
jenis tanamanan lainnya.
Jumlah bakteri paling banyak ditemukan pada pengenceran 10 -3 dikarenakan
jumlah bakteri masih banyak dan mulai berkurang pada tingkat pengenceran yang
lebih tinggi. Manfaat pengenceran adalah mendapatkan biakan murni bakteri yang
lebih kecil sehingga mempermudah dalam pengamatan. Seri pengenceran dibuat
berbeda agar dapat dijadikan parameter perbandingan pengamatan. Berdasarkan
pengamatan ada hasil pengamatan yang jumlah bekteri lebih banyak pada
pengenceran 10-5dibandingkan seri pengenceran yang lebih kecil. Hal ini
disebabkan karena kurang sterilnya alat yang digunakan sehingga jumlah bakteri
pada seri sebelumnya juga ikut berkembang pad seri yang lebih tinggi.
pada musim semi dan penghujan. Pada musim kemarau aktivitasnya sangat
menurun (Majid, 2007).
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembapan yang cukup tinggi, kirakira 85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan
metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan. Jika
keadaan lingkungan tidak menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan atau zatzat kimia tertentu, beberapa spesies dari Bacillus yang aerob dan beberapa spesies
dari Clostridium yang anaerob dapat mempertahankan diri dengan spora. Spora
tersebut dibentuk dalam sel yang disebut endospora. Endospora dibentuk oleh
penggumpalan protoplasma yang sedikit sekali mengandung air. Oleh karena itu
endospora lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan
dibandingkan dengan bakteri aktif. Apabila keadaan lingkungan membaik kembali,
endospora dapat tumbuh menjadi satu sel bakteri biasa. Letak endospora di tengahtengah sel bakteri atau pada salah satu ujungnya (Kusmiati, 2003).
Mikroorganisme endofit adalah mikrorganisme yang mempunyai siklus hidup
berada dalam jaringan tanaman dan dapat membentuk koloni tanpa menimbulkan
kerusakan pada tanaman tersebut. Mikroorganisme ini dapat diekstrak dari bagian
dalam tanaman atau diisolasi dari permukaan jaringan tanaman. Selain itu
mikroorganisme ini dapat digunakan sebagai biological control bagi tanaman
patogen atau untuk memacu pertumbuhan tanaman (Irianto, 2006).
Beberapa mikroba endofit yang telah berhasil diisolasi dari bagian dalam
beberapa tanaman pangan, misalnya jagung dapat meningkatkan produksi hormon
pertumbuhan. Setiap tanaman tingkat tinggi mengandung beberapa
mikroorganisme endofit yang mampu menghasilkan senyawa biologi atau metabolit
sekunder yang diduga sebagai akibat koevolusi atau transfer genetik (genetic
recombination) dari tanaman inangnya ke dalam mikroorganisme endofit.
Mikroba endofit yang dapat menghasilkan beberapa hormon pertumbuhan
contohnya, bakteri Rhizobium yang terseleksi mampu menstimulasi pertumbuhan
dan terbukti mampu memproduksi fitohormon yaitu sitokinin dan
auksin. Azotobacterdan Azospirillum ditumbuhkan untuk memacu pertumbuhan
tanaman karena kemampuannya dalam memfiksasi nitrogen, ternyata dua mikroba
ini juga dapat menghasilkan hormon pertumbuhan seperti auksin, giberelin, dan
sitokinin. Setiap hormon yang dihasilkan sangat mempengaruhi kehidupan tanaman
(Hanafiah, dkk, 2003).
Azospirillum sp. merupakan bakteri tanah penampat nitrogen nonsimbiotik.
Bakteri ini hidup bebas di dalam tanah, yang berada disekitar atau dekat dengan
perakaran. Dari hasil penelitian Azospirillum sp. memiliki banyak manfaat dalam
tanah dan tanaman, sehingga sering digunakan sebagai biofertilizer. Bakteri ini
digunakan sebagai biofertilizer karena mampu menambat nitrogen 40-80% dari
total nitrogen dalam rotan dan 30% nitrogen dalam tanaman jagung. Selain
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah:
-
5.2 Saran
Sebaiknya menggunakan tanah tanaman herbal juga.
DAFTAR PUSTAKA
Black J G. 1999. Microbiology : Principles and Explorations. New Jersey : Prentince
Hall.
Hanafiah, Kemas Ali. Dkk. 2003. Ekologi Dan Mikrobiologi Tanah.Jakarta:
Rajawali Perss.
Irianto, Koes. 2006.Mikrobiologi.Bandung: Yrama Widya.
Kusmiati, Priadi Dodi. 2003. Kriopreservasi bakteri amilolitik Escherichia coli dengan
krioprotektan Berbeda. BioSMART 2003; 5: 21-24.
Majid, Abdul.2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Meryandini Anja et al. 2009. Isolasi bakteri dan karakterisasi enzimnya. Makara
Sains 2009; 13: 33-38.
Purwoko T. 2009. Fisiologi Mikroba. Jakarta : Bumi Aksara.
Suhardi, Koesnandar, Indriani, Arnaldo. 2008. Biosafety : Pedoman Keselamatan
Kerja di Laboratorium Mikrobiologi dan Rumah Sakit. Jakarta : PT. Multazam Mitra
Prima.
Suriawiria U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Papas Sinar Sinanti.
Tarigan, Jeneng. 1988. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Depdiknas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Sejarah ilmu mikrobiologi adalah pada saat pertama kalinya diungkapkan
penemuan animalcules yang ditemukannya mikroskop oleh Antony
Van Leeuwenhoek (1632-1723) yaitu adalah sebuah alat yang memiliki
kemampuan melihat benda-benda atau mekhluk hidup yang berukuran
sangat kecil dan tidak bias dilihat oleh mata telanjang, dengan melakukan
pengamatan tentang struktur mikroskopis biji, jaringan tumbuhan dan
invertebrata kecil. Penemuan yang terbesarnya adalah saat Leeuwenhoek
mengungkapkan bahwa diketahui adanyai dunia mikroba yang disebut
animalcules atau hewan kecil (protozoa, algae, khamir, bakteri).
Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroba meliputi
bakteri, khamir, jamur benang, ganggang biru, protozoa, virus,
mikoplasma, pleuropneumonia(PPO), yang menyerupai pleuropneumonia
(pleuropneumonia Like Organism = PPLO).Mikrobiologi yang diketahui
banyak orang memiliki dua arti yaitu sebagai ilmu dasar dan ilmu
aplikasi. Sebagai ilmu dasar yaitu sebagai alat penelitian, mempelajari
proses hidup (sel mikroba memiliki kesamaan karakter biokimia dengan
multisel). Sebagai ilmu aplikasi yaitu berperanan pada bidang kedokteran,
pertanian dan industri.
Mikroba / mikroorganisme / jasad renik adalah jasad hidup yang
ukurannya sangat kecil, hanya dapat dilihat dengan alat pembesar atau
mikroskop yaitu ukuran mikroba adalah 1 mikron atau 0,001 mm. Dalam
pembelajaran mikrobiologi pertanian kita mempelajari mengenai mikroba,
pengenalan bentuk dan jenis-jenisnyadan lain-lain dan juga yang paling
terpenting yaitu perananya dalam bidang pertanian baik yang
menguntungkan dan merugikan. Dari sanalah kita dapat mengetahui jenis
mikroba apa yang bermanfaat dan dapat kita berdayakan untuk
pemanfaatan dibidang pertanian dewasa ini.
Flora mikroba di lingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam
populasi campuran. Boleh di katakana amat jarang mikroba di jumpai
sebagai suatu spesies tunggal di alam. Semua metode mikrobiologi yang
di gunakan untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroorganisme,
termasuk penelaah ciri ciri kultural, morfologis, fisiologis, maupun
serologis, memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam
mikroorganisme saja. Dan untuk pengenalan alat dan sterilisasi
merupakan hal mendasar yang harus kita ketahui dan kuasai karena
1.2.Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah agar kita semua dapat mengetahui
danmenjelaskan tentang ruang lingkup mikrobiologi termasuk didalamnya
apa-apa saja yang dipelajari dalam praktikum ini. Mahasiswa juga
diharapkan untuk dapat menjelaskan sejarah dan peranan
mikroorganisme dalam kehidupansehari-hari dan yang paling utamanya
dalam bidang pertanian. Praktikan juga diajarkan agar nantinya dapat
menjelaskan pengelompokkan terhadap mikroorganisme yang telah kita
ketahui.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bakteri
Bakteri merupakan sel prokariotik dan mempunyai berbagai
bentuk yang sebagian m.mm dan panjang 5mbesar berbentuk batang
dengan lebar kurang dari 1 DNA diselubungi oleh satu membran inti,
terdapat organela mitokondria dan protoplas. Daerah inti berupa anyaman
benang halus yang langsung berbatasan dengan sitoplasma berisi
ribosom.Bakteri berkembang biak dengan membelah diri (Repley,2005).
Bakteri adalah organisme bersel tunggal terkecil, beberapa di antaranya
hanya memiliki diameter 0,4 mm. Sel berisi massa sitoplasma dan
beberapa bahan inti (dia tidak memilki inti sel yang jelas). Sel dibungkus
oleh dinding sel dan pada beberapa jenis bakteri dinding sel ini dikelilingi
oleh lapisan lendir atau kapsula. Kapsula terdiri atas campuran
polipeptida dan polisakarida (Repley,2005).
Berdasarkan bentuk morfologisnya, maka bakteri tiu dapat dibagi
atas ti golongan,yaitu golongan basil, golongan kokus, dan golongan
spiral. Basil (bacillus) berbentuk serupa dengan tongkat pendek, silindris.
Sebagian besar dari bakteri itu merupakan basil. Basil dapat bergandenggandengan panjang, bergandengan dua-dua, atau terlepas satu sama lain.
Yang bergandeng-gandengan panjang disebut streptobasil, yang dua-dua
disebut diplobasil. Ujung-ujung basil yang terlepas satu sama lain itu
tumpul, sedang ujung-ujung yang masih bergandengan itu tajam. Kokus
(coccus) adalah bakteri yang bentuknya serupa bola-bola kecil. Golongan
ini tidak sebanyak golongan basil. Kokus ada yang bergandeng-gandengan
panjang serupa tali leher, ini disebiut streptokokus, ada yang
bergandengan dua-dua, ini disebut tetrakokus, kokus yang mengelompok
merupakan suatu untaian disebut stafilokokus, sedang kokus yang
mengelompok serupa kokus disebut sarcina. Spiril (dari spirilum) ialah
bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok serupa spiral. Bakteri
yang berbentuk spiral itu tidak banyak. Golongan ini merupakan
golongan yang paling kecil, jika dibandingkan dengan golongan kokus
maupun golongan basil. (Waluyo,2005).
Suatu bahan makanan apabila dibiarkan pada keadaan yang
memungkinkan pertumbuhan bakteri, susu mentah misalnya dengan mutu
kesehatan yanag baik akan memungkinkan memberikan rasa asam yang
khas. Perubahan ini disebabkan oleh Streptococcus lactis dan spesiesspesies Lactobacillus tertentu. Perubahan utama yang terjadi adalah
fermentasi laktosa menjadi asam laktat. Bakteri dalam susu digolongkan
berdasarkan suhu pertumbuhan dan ketahanannya terhadap panas.
Pertimbangan ini amat praktis karena suhu rendah digunakan untuk
mencegah atau menghambat pertumbuhan mikrobia yang merusak susu
dan suhu tinggi (pasteurisasi) untuk mengurngi populasi mikrobia,
memusnahkan pathogen dan secara umum memperbaiki mutu susu.
Berdasarkan pada persyaratan suhu, tipe bakteri yang diujmpai dalam
susu ialah psikofilik, mesofilik, termofilik, dan thermodurik karena
beberapa bakteri psikofilik tertentu tumbuh pada suhu sedikit di atas
suhu beku dan beberapa bakteri thermofilik tumbuh di atas suhu 65 oC
(Waluyo,2005).
Bakteri Endofit
permukaan tanah sampai pada bakteri heterotrofik dalam tanah dan zona
akar (Suriawirnia,1995).
Bakteri mampu melakukan penambatan nitrogen udara maupun simbiosis.
Secara umum, fiksasi nitrogen biologis sebagai bagian dari input nitrogen
untuk mendukung pertumbuhan tanaman telah menurun akibat
intensifikasi pemupukan anorganik (Hindersah dan Simarmata,
2004).Unsur nitrogen termasuk unsur utama dan merupakan faktor
pembatas dalam pertumbuhan, sehingga merupakan kunci keberhasilan
pertumbuhan tanaman (Suriawirnia,2005).
Bakteri penambat N di daerah perakaran dan bagian jaringan tanaman
padi, yaitu Pseudomonas spp., Enterobacteriaceae, Bacillus, Azotobacter,
Azospirillum danHerbaspirillum telah terbukti secara nyata menambat N.
Bakteri penambat N pada rizosfer tanaman gramineae,
seperti Azotobacterpaspali dan Beijirinckia spp. merupakan kelompok
bakteri aerobik yang mengkolonisasi permukaan
akar .Azotobacter merupakan bakteri penambatan yang mampu
menghasilkan substansi zat pemacu tumbuh giberelin, sitokinin dan asam
indol asetat, sehingga pemanfaatannya dapat memacu pertumbuhan akar
(Suriawirnia,2005).
Populasi Azotobacter dalam tanah dipengaruhi oleh pemupukan dan jenis
tanaman. Kelompok prokariot fotosintetik terbesar dan menyebar secara
luas yaitu Sianobacter (Albecrt, 1998) kemampuannya menambat
N2 mempunyai implikasi untuk meningkatkan kesuburan ekosistem
tanah.Pertumbuhan Sianobaktermeningkatkan pertumbuhan agregat
sehingga mempengaruhi filtrasi, aerasi dan suhu tanah. Keberadaan
Sianobakterterhadap kebutuhan N tanaman ditentukan oleh besarnya
biomasa, masa antar dua musim tanaman, laju penambatan N, dan
besarnya N tanah yang tersedia bagi tanaman.Potensi N yang
disumbangkan oleh bakteri penambat nitrogen yang hidup bebas tidak
terlalu tinggi, karena nitrogen yang berhasil ditambat berada diluar
jaringan tanaman, sehingga sebagian hilang sebelum di serap oleh
tanaman (Suriawirnia,2005).
Biofertilizer
2.2 Jamur
Deskripsi Jamur
Istilah jamur berasal dari bahasa Yunani, yaitu fungus (mushroom) yang
berarti tumbuh dengan subur. Istilah ini selanjutnya ditujukan kepada
jamur yang memiliki tubuh buah serta tumbuh atau muncul di atas tanah
atau pepohonan (Hadioetomo,1993).
Jamur mempunyai dua karakter yang sangat mirip dengan tumbuhan yaitu
dinding sel yang sedikit keras dan organ reproduksi yang disebut spora.
Dinding sel jamur terdiri atas selulosa dan kitin sebagai komponen yang
dominan. Kitin adalah polimer dari gugus amino yang lebih memiliki
karakteristik seperti tubuh serangga daripada tubuh tumbuhan. Spora
jamur terutama spora yang diproduksi secara seksual berbeda dari spora
Banyak jamur yang sudah dikenal peranannya, yaitu jamur yang tumbuh
di roti, buah, keju, ragi dalam pembuatan bir, dan yang merusak tekstil
yang lembab, serta beberapa jenis cendawan yang dibudidayakan.
Beberapa jenis memproduksi antibiotik yang digunakan dalam terapi
melawan berbagai infeksi bakteri (Hadioetomo,1993).
Semua unsur kimia di alam akan beredar melalui jalur tertentu dari
lingkungan ke organisme atau makhluk hidup dan kembali lagi ke
lingkungan. Semua bahan kimia dapat beredar berulang-ulang melewati
ekosistem secara tak terbatas. Jika suatu organisme itu mati, maka bahan
organik yang terdapat pada tubuh organisme tersebut akan dirombak
menjadi komponen abiotik dan dikembalikan lagi ke dalam lingkungan.
Peredaran bahan abiotik dari lingkungan melalui komponen biotik dan
kembali lagi ke lingkungan dikenal sebagai siklus biogeokimia
(Kusnadi,2003).
Tubuh buah suatu jenis jamur dapat berbeda dengan jenis jamur lainnya
yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan tudung (pileus), tangkai
(stipe), dan lamella (gills) serta cawan (volva). Adanya perbedaan ukuran,
warna, serta bentuk dari pileus dan stipe merupakan ciri penting dalam
melakukan identifikasi suatu jenis jamur (Kusnadi,2003).
Secara alamiah jamur dapat berkembang biak dengan dua cara, yaitu
secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara aseksual dapat terjadi
dengan beberapa cara yaitu dengan fragmentasi miselium, pembelahan
(fission) dari sel-sel somatik menjadi sel-sel anakan. Tunas (budding) dari
sel-sel somatik atau spora, tiap tunas membentuk individu baru,
pembentukan spora aseksual, tiap spora akan berkecambah membentuk
hifa yang selanjutnya berkembang menjadi miselium (Kusnadi,2003).
Klasifikasi Jamur
Pendahuluan
Produktivitas pertanian saat ini sebagian besar didukung oleh
penggunaan bahan kimia yang intensif. Sayangnya, penggunaan bahan
kimia ini tidak dilakukan dengan bijaksana. Pestisida digunakan tanpa
aturan dan pupuk anorganik digunakan secara berlebihan. Akibatnya,
lingkungan menjadi rusak. Banyak ekosistem di sekitar daerah pertanian
telah menjadi mati akibat terjadinya ketidakseimbangan pada rantai
makanan. Pada suatu titik, bila tidak ada perubahan paradigma, maka
produk pertanian akan bermasalah, kuantitas dan mutunya akan terus
semakin menurun
Dewasa ini pupuk anorganik menjadi andalan utama dalam
mempertahankan dan meningkatkan produktivitas pertanian. Namun,
penggunaannya sudah sangat berlebihan dari yang sebenarnya diperlukan
oleh tanaman. Dari seluruh jenis pupuk anorganik yang digunakan sebagai
input pada pertanian, maka pupuk nitrogen (N) merupakan yang paling
banyak dan intensif digunakan petani. Oleh karenanya, pupuk N anorganik
inilah yang paling banyak disalahgunakan.
Menurut Cummings dan Orr (2010) kendatipun aplikasi pupuk N anorganik
telah memberikan keuntungan yang nyata pada produksi pangan dan
ketahanan pangan dunia dalam jangka pendek, namun ada keprihatinan
yang meluas terhadap keberlanjutan penggunaan teknologi ini untuk
jangka panjang agar dapat terus memberi makan seluruh populasi dunia
yang terus meningkat. Penggunaan pupuk N anorganik secara terus
menerus akan menyebabkan perusakan tanah pertanian, antara lain
sebagai akibat dari hilangnya bahan organik, pemadatan tanah,
peningkatan salinitas, dan pencucian nitrat anorganik.
Untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk nitrogen anorganik,
diperlukan terobosan baru di bidang pertanian. Ada beberapa pendekatan
yang bisa dilakukan antara lain irigasi mikro, pertanian organik, ekopertanian, dan pemanfaatan bakteri akar pemacu pertumbuhan tanaman
(BPPT). Dari pilihan yang tersedia saat ini, maka pemanfaatan BPPT
merupakan opsi yang menjanjikan. Selain secara ekonomi sangat
menguntungkan, BPPT juga sangat ramah lingkungan sehingga
diharapkan peningkatan produktivitas hasil pertanian dapat terus
berkesinambungan selamanya.
Menurut Aeron et al. (2011) ada beberapa jenis mikroba yang berpotensi
untuk dimanfaatkan. Bakteri tersebut antara lain Actinoplanes,
Agrobacterium, Alcaligens, Amorphosporangium, Arthrobacter,
Azospirillum, Azotobacter, Bacillus, Burkholderia, Cellulomonas,
Enterobacter, Erwinia, Flavobacterium, Gluconacetobacter,
Genus Azospirillum
Menurut Reis et al. (2011), Azospirillum adalah bakteri gram negatif,
termasuk dalam phylum alphaproteobacteria. Bakteri ini hidup pada
lingkungan dan tanaman yang beraneka ragam, tidak hanya tanaman
agronomi yang penting, seperti sereal, tebu, rumput, tetapi juga pada
tanaman lain seperti kopi, buah-buahan dan bungabungaan. Azospirillum adalah bakteri aerobik kemoorganotrop nonfermentatif, vibroid dan memproduksi fitohormon, terutama auksin.
Mereka menggunakan beberapa sumber karbon terutama gula dan alkohol
gula.
Sampai saat ini, setidaknya telah ditemukan 15 spesies Azospirillum.
Nama spesies Azospirillumyang telah ditemukan beserta sumber
karbonnya dapat dilihat pada Tabel 1. Namun demikian, dari sisi fisiologi
dan genetik, ada dua spesies yang paling banyak dipelajari, yaitu A.
brasilense dan A. lipoferum. Di dalam tanah, keduanya terdapat dalam
jumlah yang banyak, khususnya di daerah tropis, yang berasosiasi dengan
tanaman rumput, jagung, padi, sorgum, tebu, dan beberapa tanaman
lainnya. Namun demikian, selain berasosiasi dengan tanaman, kedua
bakteri ini juga berasosiasi dengan kondisi lingkungan lainnya, di bawah
suhu tinggi dan kontaminasi.
Spesies ketiga adalah A. amazonense, yang diisolasi dan dideskripsi pada
tahun 1983 dari tanaman rumput yang ditanam di daerah Amazon. Spesies
ini juga berasosiasi dengan tanaman padi, jagung, dan sorgum serta
tanaman rumput lainnya yang tumbuh di bagian Selatan Tengah Brasil.
Spesies yang keempat adalah A. halopraeferans. Spesies ini diisolasi dari
rumput kallar (Leptochloa fusca), yang tumbuh di daerah salin di Pakistan
dan kelihatannya spesifik pada tanaman tersebut, karena upaya untuk
mengisolasi A. halopraeferans dari tanaman lain yang tumbuh di Brasil
tidak berhasil. Berikut, spesies baru berhasil diisolasi dari tanaman padi di
Irak. Spesies ini diberi nama A. irakense. Walaupun spesies ini belum ada
dilaporkan diisolasi dari tanaman lain dan dari negara lain, tetapi spesies
ini benar Azospirillum spesies baru. Berikutnya, pada tahun 1997,
ditemukan spesies lain dari Conglomeromonas
largomobilis subsp. largomobilisyang mirip dengan spesies A.
lipoferum dan A. brasilense, tetapi secara nyata cukup berbeda. Spesies
ini diberi nama A. largimobile.
Kelompok baru dari spesies Azospirillum terus ditemukan di seluruh dunia.
Pada tahun 2001, di Brasil ditemukan spesies baru oleh ilmuwan Brasil
Johanna Dobereiner. Untuk menghargai beliau, spesies ini diberi nama A.
dobereinerae. Spesies lainnya diisolasi dari tanah pertanaman padi di
China pada tahun 1982 dan diberi nama A. oryzae. Kemudian, spesies lain
ditemukan dari akar dan batang tanaman Melinis minutiflora Beauv,
sehingga diberi nama A. melinis. Pada tahun 2007, dengan menggunakan
media semisolid pada pH 7,2 7,4, ditemukan dua spesies baru lagi di
Kanada, yang diberi nama A. canadense dan A. zeae.
Satu spesies baru berhasil diisolasi dari tanah yang terkontaminasi
minyak oleh peneliti Taiwan yang menggunakan nutrisi agar. Spesies
tersebut diberi nama A. rugosum. Pada tahun 2009, dua spesies baru
berhasil ditemukan lagi, yaitu A. palatum dan A. picis. A. palatum diisolasi
dari tanah di China dan A. picis di Taiwan. Terakhir, spesies baru A.
thiophilum diisolasi dari Rusia. Walaupun spesies ini memiliki hubungan
yang erat dengan spesies Azospirillum lainnya, tetapi spesies ini mampu
tumbuh sebagai miksotropik pada kondisi yang mikroaerobik.
Tabel 1. Spesies Azospirillum dan pola penggunaan sumber karbonnya
(Reis et al. 2011)
Simbol: + (positif), (negatif), v (variabel atau tidak konsisten), nd (not
determined)
Isolasi Azospirillum spp.
Menurut Eckert et al. (2001) isolasi Azospirillum spp. dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut. Akar tanaman tertentu dan
tanah rhizosfer diambil dari lapangan di mana tanaman tersebut telah
tumbuh lama di sana. Akar-akar tanaman dicuci dengan air steril dan
kemudian digerus dalam larutan sukrosa 4% dengan menggunakan mortar
dan pastel. Wadah kecil (sekitar 10 ml) yang mengandung 5 ml medium
NFb semi-solid bebas nitrogen diinokulasi dengan larutan berseri dari
gerusan akar atau suspensi tanah rhizosfer.
Komposisi medium NFb adalah sebagai berikut (L -1): malat (5,0 g), K2HPO4
(0,5 g), MgSO4.7H2O (0,2 g), NaCl (0,1 g), CaCl2.2H2) (0,02 g),
bromothymol blue 0,5% dalam KOH 0,2 M (2 mL), larutan vitamin filter
steril (1 mL), larutan hara mikro filter steril (2 mL), 1,64 % larutan FeEDTA
(4 mL), KOH (4,5 g). Keasaman (pH) disesuaikan menjadi 6,5 dan 1,8 gL 1
agar ditambahkan.
Larutan vitamin (dalam 100 mL) mengandung biotin (10 mg) dan
pyridoxol-HCl (20 mg) dilarutkan pada 100 C dalam water bath. Larutan
hara mikro terdiri dari bahan-bahan sebagai berikut (L -1):CuSO4.5H2O (40
mg), ZnSO4.7H2O (0,12 g), H2BO3 (1,4 g), Na2MO4.2H2O (1,0 g),
MnSO4.H2O (1,175 g.
Pada kondisi tercekam, bakteri ini mampu membentuk cyst dan floc
(agregat makro). Kedua bentuk tersebut meningkatkan daya hidup
bakteri. Fenomena ini dapat terjadi akibat umur, kondisi kultur, metal
beracun, atau cekaman air. Bentuk cyst Azospirillum brasilensis, yang
awalnya dianggap dorman, dijumpai secara fisiologis aktif. Cyst ini mampu
mengikat nitrogen tanpa kehadiran sumber karbon luar. Pada kultur yang
terus menerus dan kondisi anaerobik, sel cyst Azospirillumbrasilense SP-7
dan Sp-245 memperlihatkan aktivitas enzim nitrat reduktase (Cassan,
2011).
Mekanisme Azospirillum dalam Meningkatkan Pertumbuhan Tanaman
Mekanisme pertama yang diusulkan terhadap pemacuan pertumbuhan
tanaman oleh Azospirillumhampir sepenuhnya terkait dengan status
nitrogen dalam tanaman, melalui fiksasi biologi atau aktivitas enzim
reduktase nitrat. Akan tetapi, mekanisme ini kenyataannya kurang berarti
dari sisi agronomi dari yang pernah diharapkan. Dengan demikian,
mekanisme lain telah dipelajari dan diusulkan untuk genus mikroba ini,
antara lain produksi siderophore, pelarutan fosfat, biokontrol fitopatogen,
dan proteksi tanaman terhadap cekaman, seperti salinitas tanah, atau
senyawa beracun.
Bashan dan Hulguin (1997) mengusulkan hipotesis aditif terhadap
mekanisme Azospirillum dalam memacu pertumbuhan tanaman. Mereka
menyatakan bahwa kemungkinan lebih dari satu mekanisme yang terlibat
pada waktu yang sama. Sebagai contoh, fiksasi N2 berkontribusi kurang
dari 5% dari pengaruh Azospirillum pada tanaman. Ini tidak dapat
menjelaskan secara penuh peningkatan hasil tanaman. Ketika
dikombinasikan dengan pengaruh mekanisme lainnya, kontribusi yang
kecil ini dapat menjadi kontribusi yang berarti. Dengan demikian, aktivitas
gabungan dari semua mekanisme yang terlibat bertanggung jawab bagi
pengaruh yang besar dari inokulasi Azospirillum pada pertumbuhan
tanaman.
Reis et al. (2011) menyatakan bahwa Azospirillum spp mempengaruhi
pertumbuhan tanaman melalui banyak mekanisme. Ini termasuk fiksasi N 2,
produksi fitohormon (seperti auksin, sitokinin, dan giberelin), peningkatan
penyerapan hara, peningkatan ketahanan cekaman, produksi vitamin,
siderophore dan biokontrol, serta pelarutan P.
Namun demikian, salah satu mekanisme yang paling penting adalah
kemampuan Azospirillummenghasilkan fitohormon dan ZPT lainnya. Salah
satu mekanisme utama yang diusulkan untuk menjelaskan hipotesis
aditif adalah terkait dengan kemampuan Azospirillum sp. menghasilkan
senyawa-senyawa seperti fitohormon. Telah dikenal bahwa sekitar 80%
secara komersial dan dalam skala yang luas. Berikut Bashan dan Holguin
(1997) dan Reis et al. (2011) menjelaskan perkembangan
aplikasi Azospirillum di beberapa belahan dunia,
Inokulum Azospirillum generasi pertama dalam skala kecil diintroduksi
secara perlahan kepada pasar pertanian. Faktor utama yang menghalangi
introduksi Azospirillum dalam skala besar adalah hasil yang tidak
konsisten dan tidak dapat diprediksi. Kelemahan ini telah diketahui sejak
awal dari aplikasi Azospirillum dan menyurutkan minat dari pengguna
komersial. Dua puluh tahun evaluasi dari data percobaan lapangan
menunjukkan bahwa 60 70 % dari seluruh percobaan berhasil dengan
peningkatan hasil yang nyata, berkisar antara 5 sampai 30%. Faktor
keberhasilan utama adalah aplikasi sel hidup secara hati-hati dan
perawatan percobaan dengan benar. Sel-sel bakteri haruslah diambil dari
fase eksponen, bukan dari inokulum pada fase stasioner. Walaupun,
inokulasi lapangan belum menjadi area utama dari
penelitian Azospirillumsaat ini, beberapa percobaan lapangan dan rumah
kaca akhir-akhir ini, khususnya pada sereal, sekali lagi menunjukkan
potensial yang menjanjikan (Bashan dan Holguin, 1997).
Menurut Reis et al. (2011) pemanfaatan bakteri sebagai produk inokulum
merupakan tujuan yang ideal, berdasarkan penampilan
inokulan Rhizobium, khususnya di Brasil, di mana 100 persen produksi
menggunakan bakteri dan bukan pupuk untuk mendapatkan 100 persen N
yang dibutuhkan bagi hara tanaman. Setelah percobaan yang begitu lama,
mengisolasi dan mendeskripsi Azospirillum, akhirnya beberapa upaya juga
dilakukan untuk mendapatkan produk komersial yang menggunakan
bakteri ini.
Teknologi ini juga didasarkan pada produk Rhizobium yang diaplikasikan
pada penyelubung benih dalam campuran dengan peat atau menggunakan
bermacam formulasi larutan yang berbeda. Pada mulanya, hanya A.
brasilense dipilih sebagai inokulan. Di Amerika Serikat, satu produk yang
disebut Azo-GreenTM, yang diproduksi oleh perusahaan yang bernama
Genesis Turfs Forages, direkomendasikan diberikan pada benih untuk
meningkatkan perkecambahan, sistem akar, tahan kekeringan, dan
kesehatan tanaman. Di Italia, Jerman, dan Belgia, produk lain yang
mengandung campuran A. brasilense (strain Cd) dan A. lipoferum (strain
Br17) diformulasikan dalam campuran vermikulit atau formula larutan.
Nama komersialnya adalah Zea-NitTM dan diproduksi oleh Heligenetics
dan mereka merekomendasikan pengurangan 30 40 % pupuk N bagi
tanaman. Di Prancis, AzoGreenTM lain digunakan pada jagung dengan
kenaikan hasil 100%.
2.3 Virus
Ilmu tentang Virus disebut Virologi. Virus (bahasa latin) = racun. Hampir
semua virus dapat menimbulkan penyakit pada organisme lain. Saat ini
virus adalah mahluk yang berukuran paling kecil. Virus hanya dapat dilihat
dengan mikroskop elektron dan lolos dari saringan bakteri (bakteri filter).
(Carter,2007)
D. Iwanowsky (1892) dan M. Beyerinck (1899) adalah ilmuwan yang
menemukan virus, sewaktu keduanya meneliti penyakit mozaik daun
tembakau. Kemudian W.M. Stanley (1935) seorang ilmuwan Amerika
berhasil mengkristalkan virus penyebab penyakit mozaik daun tembakau
(virus TVM). (Carter,2007).
Tubuhnya masih belum dapat disebut sebagai sel, hanya tersusun dari
selubung protein di bagian luar dan asam nukleat (ARN & ADN) di bagian
dalamnya. Berdasarkan asam nukleat yang terdapat pada virus, kita
mengenal virus ADN dan virus ARN. Virus hanya dapat berkembang biak
(bereplikasi) pada medium yang hidup (embrio, jaringan hewan, jaringan
tumbuhan). Bahan-bahan yang diperlukan untuk membentuk bagian tubuh
virus baru, berasal dari sitoplasma sel yang diinfeksi. (Carter,2007).
Cara pencegahan penyakit karena virus dilakukan dengan tindakan
vaksinasi. Vaksin pertama yang ditemukan oleh manusia adalah vaksin
cacar, ditemukan oleh Edward Jenner (1789), sedangkan vaksinasi oral
ditemukan oleh Jonas Salk (1952) dalam menanggulangi penyebab polio.
Manusia secara alamiah dapat membuat zat anti virus di dalam tubuhnya,
yang disebut Interferon, meskipun demikian manusia masih dapat sakit
karena infeksi virus, karena kecepatan replikasi virus tidak dapat
diimbangi oleh kecepatan sintesis interferon. (Nermut,1987).
Istilah virus biasanya merujuk pada partikel-partikel yang menginfeksi selsel eukariota (organisme multisel dan banyak jenis organisme sel
tunggal), sementara istilah bakteriofage atau fagedigunakan untuk jenis
kapsid sebagian jenis virus sferik dapat diselubungi lapisan lipid, namun
biasanya protein kapsid sendiri langsung terlibat dalam penginfeksian
sel. (Nermut,1987).
Beberapa jenis virus memiliki unsur tambahan yang membantunya
menginfeksi inang.Virus pada hewan memiliki selubung virus, yaitu
membran menyelubungi kapsid.[13] Selubung ini
mengandung fosfolipid dan protein dari sel inang, tetapi juga
mengandung protein dan glikoprotein yang berasal dari virus.[13] Selain
protein selubung dan protein kapsid, virus juga membawa beberapa
molekul enzim di dalam kapsidnya. Ada pula beberapa
jenis bakteriofag yang memiliki ekor protein yang melekat pada "kepala"
kapsid. Serabut-serabut ekor tersebut digunakan oleh fag untuk
menempel pada suatu bakteri.[14] Partikel lengkap virus disebut virion.
Virion berfungsi sebagai alat transportasi gen, sedangkan komponen
selubung dan kapsid bertanggung jawab dalam mekanisme penginfeksian
sel inang. (Nermut,1987).
2.4 Nematode
Nematoda berasal dari bahasa Yunani, Nema artinya
benang. Nematoda adalah cacing yang bentuknya panjang, silindrik, tidak
bersegmen dan tubuhnya bilateral simetrik, panjang cacing ini mulai dari
2 mm sampai 1 m. Nematoda yang ditemukan pada manusia terdapat
dalam organ usus, jaringan dan sistem peredaran darah, keberadaan
cacing ini menimbulkan manifestasi klinik yang berbeda-beda tergantung
pada spesiesnya dan organ yang dihinggapi. Menurut tempat
hidupnya Nematoda pada manusia digolongkan menjadi dua
yaitu Nematoda Usus dan NematodaJaringan/Darah. Spesies Nematoda
Usus banyak, tetapi yang ditularkan melalui tanah ada tiga yaitu: Ascaris
Penyebab Cacingan
Gejala Cacingan
Gejala kurang gizi dapat beragam yaitu: berat badan turun, wajah pucat,
kulit dan rambut kering, keadaan tubuh lemah, lesu, dan mudah sakit,
mungkin selera makan kurang, kulit telapak tangan tidak merah, mudah
lelah, kurang darah dan mungkin jantung berdebar-debar, sesak nafas dan
sering pening. Gejala kurang gizi sendiri sering diabaikan dan gejala
tersebut tidak mendorong penderita untuk berobat. Penderita tidak
merasa ada keluhan untuk berobat, akibatnya banyak penderita cacingan
yang sudah lama mengidap cacingan yang menahun (Ayu,2002).
Telur yang infektif bila tertelan manusia menetas menjadi larva di usus
halus. Larva menembus di dinding usus halus menuju pembuluh darah
atau saluran limfe kemudian terbawa oleh darah sampai ke jantung
menuju paru-paru. Larva di paru-paru menembus dinding alveolus masuk
ke rongga alveolus dan naik ke trakea, daritrakea larva menuju faring dan
menimbulkan iritasi yang menyebabkan penderita akan batuk karena
adanya rangsangan dari larva ini. Larva di faring tertelan dan terbawa
ke esofagus, terakhir sampai di usus halus dan menjadi dewasa. Proses
Menurut Onggowaluyo (2001) setiap ekor cacing gelang yang ada di tubuh
manusia menghisap 0,04 gram karbohidrat setiap harinya dan bila jumlah
cacing ini terlalu banyak maka dapat menyumbat usus dan saluran
empedu.
Trichuris trichiura
b. Distribusi Geografis
Cacing ini tersebar luas di daerah beriklim tropis yang lembab dan panas,
namun dapat juga ditemukan di seluruh dunia (kosmopolit), termasuk di
Indonesia (Hart, 1997).
d. Aspek Klinis
Infeksi berat terjadi terutama pada anak-anak, cacing ini tersebar di
seluruh kolon danrektum, cacing ini menyebabkan pendarahan di tempat
perlekatannya dan dapat menimbulkan anemia. Pada anak-anak infeksi
terjadi menahun dan berat (hiperinfeksi), gejala-gejala yang terjadi adalah
diare yang disertai sindrom, anemia,prolapsus rektal dan berat badan
menurun (Onggowaluyo, 2001). Anemia ini terjadi karena penderita
mengalami malnutrisi dan kehilangan darah akibat cacing menghisap
darah dan kolon yang rapuh.
e. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan telur dalam tinja atau
menemukan cacing dewasa pada penderita prolapsusrekti (pada anak).
f. Pencegahan
Infeksi yang disebabkan oleh Trichuris trichiura dapat dicegah dengan
pengobatan, pembuatan jamban yang sehat dan penyuluhan
tentang hygiene dan sanitasi kepada masyarakat (Onggowaluyo, 2001).
d. Aspek Klinis
Gejala permulaan yang timbul setelah larva menembus kulit adalah
timbulnya rasa gatal-gatal biasa. Apabila larva menembus kulit dalam
jumlah yang banyak, rasa gatal-gatal semakin hebat dan kemungkinan
terjadi infeksi sekunder. Apabila larva mengadakan migrasi ke paru maka
dapat menyebabkan pneumonitis yang tingkat gejalanya tergantung pada
jumlah larva (Ayu,2002).
e. Pencegahan
Ayu (2002) mengemukakan hal-hal yang perlu dibiasakan agar terhindar
dari penyakit cacingan adalah sebagai berikut: membiasakan buang air
besar di WC atau kakus dan menjaga WC atau kakus tetap bersih,
membiasakan mencuci tangan dengan air memakai sabun setelah buang
air besar, setelah bekerja dan sebelum makan. Data hasil penelitian (Ayu,
2002) mengemukakan bahwa 80% infeksi kecacingan terjadi karena
kontak dengan tanah melalui kuku yang kotor, makan menggunakan
tangan tanpa menggunakan sendok dan sering lupa mencuci tangan
sebelum makan yang semuanya merupakan potensi tertelannya telur
cacing (yang akan menetas di dalam tubuh manusia), pencegahan dapat
dilakukan dengan cara mencuci makanan, buah dan sayuran yang akan
dimakan dengan memakai air bersih, memakan daging yang dimasak
dengan matang, memakai sepatu atau sandal, minum air yang bersih,
memberi pengobatan dengan obat antelmintik yang efektif, terutama
golongan rawan, memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai
sanitasi lingkungan yang baik dan cara menghindari infeksi cacing-cacing
ini (Ayu,2002).
2.5 Protozoa
Protozoa adalah hewan-hewan bersel tunggal. Hewan-hewan itu
mempunyai struktur yang lebih mejemuk dari sel tunggal hewan
multiseluler dan walaupun hanya terdiri dari satu sel, namun protoza
merupakan organisme sempurna. Karena sifat struktur yang demikian itu,
maka berbagai ahli dalam zoology menamakan protozoa itu aseluler tetapi
keseluruhan organisme dibungkus oleh satu plasma membran
(Brotowijoyo, 1986. hal: 60).
Protozoa adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan
salah satu phylum dari kingdom protista. Seluruh kegiatan hidupnya
dilakukan oleh sel itu sendiri dalam menggunakan organel-organel antara
lain membran plasma, sitoplasma, dan mitokondria (http://e-dukasi.net).
Protozoa adalah mikroorganisme menyerupai hewan yang merupakan
salah satu filum dari kingdom protista. Seluruh kegiatan hidupnya
dilakukan oleh sel itu sendiri dengan menggunakan organel-organel
antara lain Membrane plasma,Sitoplasma,Mitikondria. Protozoa berasal
dari kata protos berarti pertama dan zoa = zoo berarti hewan, jadi
protozoa adalah binatang yang pertama kali ada (Soemiadji, 1986 hal: 32).
Diantara jenisnya ada yang hidup bebas di alam dan ada pula yang hidup
sebagai parasit pada hewan atau manusia. Jenis yang hidup bebas banyak
terdapat di tempat yang becek, genangan air dan kolam, tidak terbatas di
air tawar tetapi juga di air asin (Soemiadji, 1986hal:32).
Filum protozoa merupakan hewan yang tubuhnya terdiri atas satu sel.
Nama protozoa berasal dari bahasa latin yang berarti hewan yang
pertama (proto = awal, zoon = hewan ). Hewan filum ini hidup di daerah
yang lembab atau berair, misal : di air tawar, air laut, air payau, dan tanah,
bahkan di dalam tubuh orgnisme lain. Protozoa ada yang hidup bebas,
komensal maupun parasit pada hewan lain. Hewan ini ada yang secara
individu (soliter) dan ada pula yang membentuk koloni (Soemiadji,1986
hal: 20). Sampai sekarang hewan-hewan yang termasuk dalam organisasi
tingkat protoplasma ini, tergabung dalam Philum : Protozoa (protos =
pertama, awal : zoon = hewan). Sering juga disebut bahwa protozoa ini
adalah hewan unicellular, sedang parazoa atau Metazoa adalah
multicelluler . hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa tubuh satu
organisme protozoa dapat disamakan dengan 1 cel parazoa atau metazoa.
(Brotowijoyo,1986).
Paramecium caudatum adalah kelompok protozoa yang sering dijumpai di
periran air tawar, misalnya sawah, kolam dan air yang mengenang.
Bentuknya menyerupai sandal, bagian anterior tumpul dan yang posterior
meruncing. Permukaan tubuhnya agak lentur namun bentuk tubuhnya
sudah tetap dan bagian ini disebut pellicle. Seluruh permukaan tubuhnya
ditumbuhi rambut getar yang disebut cillia, berfungsi sebagai alat gerak.
Didaerah pertengahan tubuhnya terdapat bentuk lekukan yang ujungnya
diakhiri degan bentuk kantung, ini disebut gulet. Bentuk kantung bila
terlepas dari gulet akan menjadi vakuola makanan. Sitoplasma dibedakan
menjadi dua yaitu bagian luar adalah ektoplasma dan bagian dalam
disebut endoplasma. Dibagian ektoplasma terdapat bentukan menyerupai
akar yang disebut trikosit. Fungi trikosit untuk melindungi diri dari
terhadap serangan lawan dan juga untuk menambatkan diri pada hewan
lain waktu mengambil makanan. Paramaecium caudatum mempunya dua
inti, yaitu mikronukleus dan dan makronukleus. Fungsi makronukleus
untuk mengatur proses metabolisme, sedangkan mikronukleus untuk
perkembangbiakan. Setiap sel paramaecium caudatum mempunyai dua
vakuola berdenyut, bentuk dan letaknya berbeda dengan vakuola yang
dimiliki Amoeba proteus, tetapi fungsinya sama yaitu untuk eliminasi dan
mengeluarkan air dari sitoplasma (Soemadji, 1986 hal: 308).
Merupakan filum hewan bersel satu yang dapat melakukan reproduksi
seksual (generatif) maupun aseksual (vegetatif).Habitat hidupnya adalah
tempat yang basah atau berair. Jika kondisi lingkungan tempat hidupnya
tidak menguntungkanmaka protozoa akan membentuk membran tebal dan
kuat yang disebut Kista. Ilmuwan yang pertama kali mempelajariprotozoa
adalah Anthony van Leeuwenhoek. (Brotowijoyo,1986).
BAB III
BAHAN DAN METODA
3.1.Cara Cara Membersihkan Alat
3.1.1. Judul dan tujuan :
Judul praktikum kali ini adalah cara cara membersihkan alat alat gelas
dan tujuannya untuk Memahami berbagai macam cara /prosedur
membersihkan alat-alat gelas.
3.1.2. Cara kerja :
a.
Sterilkan semua alat yang sudah dipakai dalam autoclav pada tekanan 15
lbs(2 atm Dan tempereratur 121C).rendam dengan Na3PO4selama
beberapa menit.setelah agak dingin disikat sampai bersih dan cuci dengan
air,kemudian di rendam dalam larutan HCL 1%.cuci lagi dengan air dan
aquades,keringkan dalam oven.
c.
Masukkan cover glass satu persatu kedalam larutan alkohol asam dancuci
satu persatu dengan air bersih.keringkan dan simpan dalam tempat
tertutup atau dalam petridids.
g.
Adapun judul dari praktikum kali ini yaitu Media Pertumbuhan, ini
bertujuan agar mahasiswa dapat membuat media pertumbuhan Nutrient
Agar dan Potato Dextrose Agar.
3.2.2.
Cara kerja
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Aquadest,
Alkohol 70%, Cawan petri plastic, Pinset, Pisau pemotong/gunting dan
Kertas saring
3.3.3.
Cara kerja
Cara kerja pada praktikum ini yaitu, bersihkan daun atau bagian tanaman
yang yang terinfeksi jamur rendam dalam aquadest lalu paandahkan
rendam ke alkohol 70% selama setengah menit lalu rendam kembali di
aquadest, Lalu dikeringanginkan, Siapkan dua petridish plastik, masukkan
kertas saring didalamnya lalu lembabkan jertas saring tersebut dengan
aquadest, kemudian daun atau bagian tanaman yang terinfeksi jamur
yang telah dikeringanginkan diletakkan pada kertas saring yang telah
dilembabkan, lalu tutup cawan petri tersebut, Lalu diinkubasi selama 2 x
24 jam pada suhu ruangan.
3.4. Pembiakan protozoa
3.4.1 Judul dan tujuan
Adapun judul dari praktikumnya yaitu pembiakan protozoa dan
untuk tujuannya yaitu untuk mendapatkan protozoa yang terdapat pada
rendaman air jerami.
3.4.2 Bahan dan Alat
Adapun bahan dan alat dari praktikum tentang pembiakan
protozoa yaitu akuades 300 ml, jerami 25 gr, pisau, Erlenmeyer 250 ml
3.4.2 Cara Kerja
Adapun cara kerja dari praktikum kali ini yaitu, potong jerami
sepanjang 3 cm, kemudian di isi Erlenmeyer dengan akuades dan masukan
potong jerami yang telah ditimbang sebanyak 20 gr, setelah itu baru di
inkubasi selama 2 hari.
3.5. Biakan Murni Jamur
3.5.1
Judul nya adalah pembiakan murni jamur dan tujuannya adalah untuk
menisolasi dan mengindentifikasi jamur yang berasal dari moist chamber.
3.5.2
Alat dan bahan yang digunakan yaitu, biakan jamur dari moist
chamber,aquadest,alcohol 70 %, kertas saring, medium PDA, pisau silet,
petri dish plastic dan kaca, lampu spiritus, jarum ose, pinset, incubator
dan entcase.
3.5.3
Cara Kerja
Judul dari praktikum ini adalah pengenalan mikroba dan tujuannya adalah
untuk mengenal beberapa jenis jamur dan struktur tubuhnya.
3.6.2
Cara Kerja
Cara Kerja
Bagian tanaman yang bergejala penyakit dipotong (0,5 bagian yang sakit
dan 0,5 bagian yang sehat), kemudian sterilisasi permukaan dengan
aquadest-alkohol-aquadest masing-masing selama 2 menit,sampel
dimaserasi (penghancuran) dengan mengunakan mortal dengan
menambah 10 ml aquades, sampel yang mengandung bakteri dimasukkan
kedalam testub pertama (1/10 atau 10-1) kemudian divortek, diambil 1 ml
dari tabung 10-1 dengan pipet ukur kemudian dipindahkan ke tabung 10 2
kemudian divortek,lakukan hal yang sama sampai pengenceran 10-6, hal
yang perlu diingat bahwa pipet ukur yang digunakan harus selalu
diganti,artinya setiap tingkat pengenceran digunakan pipet ukur steril
yang berbeda atau baru. Prinsipnya bahwa pipet tidak perlu diganti jika
memindakan cairan dari sumber yang sama, Ambil 1 ml cairan dari
pengenceran 10-5 dan 10-6 dengan pipet ukur dan masukkan kedalam
testub yang telah diisi media NA 9 ml,kemudian di vortek, setelah itu
tuangkan ke dalam cawan petri dan tunggu sampai media NA
padat,letakkan cawan petri tersebut di dalam ruang isolasi dengancara
membalik petri, Di incubasi selama 2 x 24 jampada suhu kamar, Amati dan
identrifikasi koloni bakteri yang tumbuh.
3.8. Biakan Murni
3.8.1. Judul dan Tujuan
Praktikum ini berjudul Biakan Murni dan bertujuan mempelajari
mendapatklan biakan biakan murni dari suatu biakan campuran.
3.8.2. Alat Dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu Jarum Ose,bunsen
dan mikroskop, Sedangkan Bahan yang digunakan yaitu suspensi
campuran, Petridisc yang telah berisi NA.
3.8.3.Cara Kerja
Setelah bakteri yang diisolasi tumbuh dalam cawan petri, maka dilakukan
metode gores untuk mendapatkan biakan murni dari bakteri yang
digunakan, dengan Memasukkan media NA kedalam cawan petri sebanyak
9 ml, dinginkan sampai agar padat,lakukan sterilisasi pada jarus ose
dengan cara membakar ose pada bunsen sampai ose kemerahmerahhan,jarum ose yang telah disterilisasi didinginkan kedalam cawan
petri yang telah di isi NA baru pada bagian pinggir,Ambil satu koloni jamur
dengan jarum ose,sentuh kan jarum ose kedalam medium dan goreskan
secara kontinyu sampai setengah permukaan agar dan lanjutkan goresan
sampai habis, Di incubasi selama 2 x 24 jam, Dan setelah tumbuh di
dokumentasikan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
(Hasilnya berupa dokumentasi dari objek yang di praktikumkan)
4.2
PEMBAHASAN
4.2.1
4.2.2
Pembuatan media
4.2.3
Isolasi jamur
Pada praktikum isolasi jamur, kita mengisolasi jamur yang terdapat pada
tanaman, pada praktikum ini kita gunakan jamur yang terdapat pada
cabai, kita mengisolasi jamur pada cabai dengan memotong bagian yang
terserang jamur pada cabai dengan ukuran 1 x 1 cm, dimana bagian yang
diisolasi itu setengah masih sehat dan setengah nya lagi yang terserang
jamur itu tujuannya agar saat dimasukkan ke media PDA, jamur itu bisa
bertahan dengan memakan bagian tanaman yang masih sehat itu dan bias
berkembang agar kita bias mengamati perkembangan jamur itu. Tapi
media PDA yang berisi biakan jamur itu kita letakkan di incubator untuk
diinkubasi, karena jika kita letakkan di sembarang tempat besar
kemungkinan jamur itu terganggu perkembangbiakannya tapi diinkubator
itu bias di sesuaikan suhu yang pas untuk perkembangan jamur tersebut.
4.2.4 Pembiakan protozoa
Dari hasil praktikum terlihatlah bahwa protozoa pada jerami ada.
Praktikan mengunakan bahan dengan potongan jerami yang di timbang
sebanyak 20 gr yang kemudian di inkubasi selama 2 hari, setelah itu baru
praktikan melihatnya di bawah mikroskop dengan mengambil sampel
airnya setetes. Protozoa yang praktikan lihat persis sama dengan
protozoa yang ada pada penelitian sebelum sebelumnya.
4.2.5
Pada praktikum biakan murni jamur ini, kita akan mengidentifikasi jamur
yang berasal dari moist chamber dengan mengambil biakan jamur
kemudian dipindahkan ke media PDA yang baru. Setelah itu diinkubasi
selama 2 x 24 jam. Hasil pengamatan yang didapat adalah bentuk koloni
nya bulat, ada yang bergerombol atau berkumpul da nada juga yang
tunggal, kemudian ukuran koloni nya ada yang kecil da nada juga yang
besar dan warna koloninya adalah putih, bentuk areal miselia nya seperti
jala. Dengan sangat cepat jamur itu berkembangbiak karena jamur itu
memperbanyak dirinya dalam hitungan detik jadi perkembangannya
sangat cepat.
4.2.6
Pengenalan mikroba
4.2.7
Isolasi bakteri
tabung reaksi yang kelima dan keenam karena pada tabung reaksi yang
kelima dan keenam lebih bagus untuk dibuat sampel pengamatan dan
tanah yang ada juga sudah sedikit. Setelah sampel diambil dituangkan ke
media NA dengan cara membalikkan cawan perti untuk menghindarkan
terjadinya kontaminasi kemudian diinkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu
kamar.
4.2.8
Biakan murni
Biakan murni bakteri adalah biakan yang terdiri atas satu spesies bakteri
yang ditumbuhkan dalam medium buatan. Medium buatan tersebut
berfungsi sebagai medium pertumbuhan. Pada medium ini bakteri dapat
tumbuh dan berkembangbiak. Bahan dasar yang digunakan untuk medium
pertumbuhan ini adalah agar-agar. Untuk bakteri heterotrof, medium
dilengkapi dengan air, molekul makanan (misal gula) sumber nitrogen dan
mineral. Untuk hasil yang lebih baik agar bakteri tumbuh, alat dan bahan
yang digunakan disterilkan terlebih dahulu.
Untuk biakan murni ini kita gunakan metode cawan gores, dengan
mengambil koloni bakteri dari hasil isolasi bakteri tanah vegetasi /
nonvegetasi yang sudah diinkubasi selama 2 x 24 jam. Teknik goresan
yang kita gunakan adalah teknik goresan kuadran. Prinsipnya adalah sam
dengan yang lainnya yaitu pengenceran dimana goresan pertama paling
pekat kemudian menjadi semakin encer pada goresan keempat yang
terletak di tengah tengah media. Jika penggoresan ini dilakukan dengan
baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme, dimana setiap
koloni berasal dari satu sel. Berdasarkan hasil pembiakan pada media
agar di cawan petri, setelah diinkubasi selama 2 x 24 jam akan tampak
koloni yang bertumpuk atau bergerombol tebal pada media agar yang
digores.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Cara membersihkan alat alat
5.1.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh suatu
kesimpulan, dimana sterilisasi merupakan suatu proses pemusnahan
mikrobia yang tidak kita inginkan dengan cara membunuh
mikroorganisme tersebut.Metode sterilisasi dapat menggunakan cara
pemanasan, menggunakan bahan kimia, penyaringan serta radiasi.
Pemanasan dapat terbagi menjadi 2 meliputi pemanasan basah dengan
uap air panas dan Auto clave , sedangkan pemanasan kering dengan
cara dibakar serta uap panas.
5.1.2 Saran
Saat melakukan sterilisasi sebaiknya praktikan harus serius dalam
melakukannya agar tidak terjadi kecelakaan.
dipastikan jarum ose itu benar benar steril agar tidak terjadi
kontaminasi.
5.8.2 Saran
Dalam melakukan goresan pada metode cawan gores, praktikan harus
berhati hati jangan sampai merusak media karena jika media rusak,
mungkin biakan tidak berkembang dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ayu.2002.biologi umum.erlangga:Jakarta.
Banyu.2010.Algae.http://banyublogz.blogspot.com/2010_01_01_archive.ht
ml Diakses
tanggal 10 Oktober 2010.
Brotowijoyo.1986.Protozoa.Bandung : Grafindo.
Carter, JB.; Saunders, VA. (2007), Virology: Principles and Applications,
England: John Wiley & Sons, Ltd.
Cheville, NF. (1994), Ultrastructural Pathology : an Introduction to
Interpretion, Iowa: Iowa State University Press,
Hadioetomo, R.S. 1993.Mikrobiologi Dasar dalam Praktik : Teknik
dan Prosedur
Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
http://blog.unila.ac.id/wasetiawan/protozoa.
http://didik-abd.blogspot.com
http://e-dukasi.net/protozoa.
http://smart-pustaka.blogspot.com/2011/03/
Karman, Oman.2007.Cerdas Belajar Biologi.Bandung:Grafindo
Kusnadi, Peristiwati, Ammi Syulasmi, Widi Purwianingsih, &
DianaRochintaniawati. 2003. Mikrobiologi.FMIPA Biologi:UMY.
Nermut, MV.; Steven, AC. (1987), Animal Virus Structure, New York:
Elsevier Science Publishing Company
Onggowaluyo.2001.Biologi.UMM Press : Malang.