Anda di halaman 1dari 11

HomePBS

Metode Pertukaran Gambar


Untuk Berkomunikasi
Dengan Anak Autis
Strategi Pengajaran Menggunakan Picture Exchange Communication
System (PECS)

Ignatius Dharta Ranu Wijaya


7/9/2012

PENDAHULUAN
Sudah lama kita ketahui bahwa anak-anak penyandang Autisme
tampaknya membutuhkan semacam struktur yang visual untuk
membantu mereka berkomunikasi. Ada beberapa cara yang pernah
dipakai, diantaranya adalah bahasa isyarat dan penggunaan kata-kata
tertulis. Keduanya memang cukup membantu, tetapi pada bahasa
isyarat, anak melihat dahulu lawan bicaranya, kemudian meniru serta
mengkoordinasikan gerakannya sendiri. Hal ini sangat sulit dilakukan oleh
anak autis terutama mereka yang mengalami juga Dyspraxia. Sifat urutan
pada setiap bahasa termasuk bahasa isyarat, menyulitkan anak dalam
memberikan isyarat yang lebih dari satu kata. Pada pemakaian kata-kata
tertulis, meskipun tingkat keberhasilannya relatif tinggi, sungguh tidak
pada tempatnya serta sulit untuk mengajarkan kata-kata tertulis pada
anak dengan usia dini (2-3 tahun).
Untuk memecahkan persoalan di atas, kini banyak guru atau
pembimbing yang menggunakan struktur visual; berbentuk gambar atau
diagram kecil dengan kata-kata tertulis dibawahnya yang dimengerti
dan dipahami oleh siapa saja yang menggunakannya. Struktur visual
yang banyak digunakan saat ini adalah COMPIC (Computerized
Pictograph In Communication) dan PECS (Picture Exchange
Communication System), karena keduanya telah tersedia dan terbukti
efektif dalam membantu anak-anak penyandang autisme serta
gangguan perkembangan lainnya.
Foto atau gambar-gambar lukisan nyata tidak digunakan pada kedua
system komunikasi di atas karena mewakili benda sesungguhnya dan
bukan sebagai sebuah simbol. Penting sekali bagi anak-anak
penyandang autisma untuk memahami suatu simbol yang mewakili
benda yang ada dalam kelompok suatu kategori tertentu serta tidak
hanya mewakili benda yang pernah dikenalnya saja. Jika kita memotret
seekor kucing, foto tersebut hanya mewakili kucing itu, tetapi symbol
kucing yang universal pada COMPIC maupun PECS mewakili semua jenis
kucing, tidak peduli warna, bentuk maupun ukurannya.

PICTURE EXCHANGE COMMUNICATION SYSTEM (PECS)


One of the principal advantages of PECS is the integration
of theoretical and practical perspectives from the fields of
applied behavior analysis and speech/language pathology
(Bondy & Frost, 1999)

Andrew Bondy sebagai seorang behaviorist merancang rencana


pendidikan ABA bagi anak-anak autis yang menekankan pada adanya
kesempatan berkomunikasi di setiap kesempatan dalam hidup mereka.
Proses pengajaran dianggap sebagai suatu proses pemahaman
terhadap lingkungan alamiah setiap anak, seperti; sekolah dan tempat
umum lainnya.
Strategi dasar pengajaran diturunkan dari ABA, hal ini dibuktikan dengan
penggunaan; powerful reinforcers, prompting, fading, shaping, dan lain
sebagainya. Picture Exchange Communication System (PECS)
dikembangkan di Universitas Delaware yang menyelenggarakan progam
pendidikan bagi anak autistik di bawah arahan dari Bondy.
Awalnya, PECS dibangun sebagai sarana pembantu untuk berkomunikasi
pada anak-anak dengan spektrum autisme yang duduk di taman kanakkanak. Sejak saat itu kemudian berkembang dan pada akhirnya
diadaptasi juga penggunaannya bagi anak-anak yang mengalami
permasalahan bahasa dan bicara. Pertimbangan bagi Bondy dan Frost
dalam mengembangkan PECS adalah adanya proses yang relatif lama
untuk menunggu hasil dari terapi wicara dan adanya kompleksitas
kemampuan motorik yang diperlukan untuk menguasai bahasa isyarat
maka PECS disusun sebagai suatu sistem komunikasi sosial yang interaktif
dan dapat diterapkan secara dini. Mereka menekankan akan
pentingnya; having children learn to approach their communicative
partner from the beginning of training rather than solely waiting for
specific clues from the partner (Bondy & Frost, 1999).
A. The Pyramid Education Model (Bondy & Frost, 1999)
Pendekatan ini menekankan pada 4 elemen struktural penting yang
secara bersamaan membangun dasar dari program PECS, yaitu:

komunikasi yang fungsional


aktivitas-aktivitas fungsional
imbalan yang kuat ( "no reinforcer = no lesson")
intervensi perilaku yang direncanakan dengan matang

Bondy dan Frost juga menambahkan metoda-metoda instruksional dari


priramida diatas dengan:

format-format rencana pengajaran


berbagai startegi pemberian bantuan (prompt)
startegi error correction
perencanaan proses generalisasi

Komunikasi fungsional
Aktivitas fungsional
Imbalan
Rencana intervensi
perilaku

format rencana pengajaran


error correction

strategi prompting

rencana generalisasi

Unsur-unsur struktural dasar di atas dan metoda intruksional yang spesifik


sangat penting untuk implementasi program pendidikan yang efektif.
Bondy juga merekomendasikan; intervensi yang bersifat individual,
program yang berdasarkan data dan pengembangan kurikulum.
Pendekatan ini bersandar pada penetapan suatu proses komunikasi
yang fungsional, bahkan untuk anak yang nonverbal. Bondy sungguhsungguh menentang terhadap pengajaran tanpa sistem seperti yang
digambarkannya di atas.
Prioritas tertinggi ditempatkan pada penetapan dan identifikasi yang
berkelanjutan dari powerful reinforcers. Hal ini juga selalu disampaikan
oleh Bondy di setiap sesi pelatihan yang diberikannya, "tidak ada
reinforcer berarti tidak ada pelajaran."
Model Intervensi dari PECS:
1.
2.
3.
4.
5.

Sarana Utama Dalam Pemberian Instruksi


Lebih Dari Sekedar Meminta
Penggunaan Pendekatan Visual Dalam Berkomunikasi
Perluasan dari Aplikasi Modalitas Secara Visual
Pelatihan Staf dan Implementasi Program

B. Bagaimana Cara Kerja PECS

Sistem komunikasi ini menggunakan pertukaran fisik (item-item


tertentu) untuk mengembangkan inisiatif siswa dalam
berkomunikasi.
Siswa pada awalnya belajar untuk meminta item-item tertentu
yang diinginkannya.
Siswa diajarkan meminta dengan memberikan kartu penukaran
(gambar yang mewakili apa yang diinginkannya) kepada orang
dewasa yang memegang sesuatu yang diinginkan siswa
tersebut.

C . A p a k a h S e m u a S is w a H a r u s M e n g g u n a k a n P E C S ?
Siswa yang menggunakan PECS umumnya adalah yang :
1. Tidak mampu menunjukkan secara efektif keinginan dan
kemauannya.
2. Tidak mampu berpartisipasi secara penuh di kelas akibat kesulitan
berkomunikasi.
3. Tidak siap atau malah tidak punya inisiatif berkomunikasi dengan
orang lain.
4. Memiliki motorik halus (fine motor) yang buruk, sehingga sulit
membentuk gerakan-gerakan dalam bahasa isyarat.
5. Memiliki keterampilan menirukan (imitasi) yang buruk, sehingga sulit
belajar menggunakan bahasa isyarat.
6. Menunjukkan frustasi, kemarahan atau perilaku destruktif tanpa
sebab yang jelas.
7. Tidak menunjukkan sistem komunikasi yang fungsional di rumah.
B e h a v io r a l M o d ific a tio n T e c h n iq u e d ig u n a k a n d a la m P E C S !
Antecedent (before)

Siswa melihat sesuatu yang sungguh-sungguh


diinginkannya.

Behavioral (during)

Siswa memintanya.

Consequence (after)

Item diberikan, reinforces yang memperkuat


perilaku meminta

D . P e r s ia p a n U ta m a D a la m P E C S
1. Perbendaharaan Reinforcement
Reinforcement:
Ditentukan oleh anak sendiri
Preferensi Anak
Komunikasi tujuan yang utamanya
Update reinforcer inventory
Engineer the environment
Teknik menentukan Positive Reinforcement (R+):
1. Melihat dan menunggu apa yang dilakukan anak
2. Reinforcer Assessment (sampling)
3. Mencoba dan melihat
4. Bertanya
Dengan mengetahui kesenangan anak, kita dapat memberikan
motivasi bagi mereka untuk berbicara.
Makanan yang disukai anak, mainan yang disukai anak, permainan
fisik yang dinikmati anak dan dengan siapa anak menghabiskan
waktunya.
2. Pemilihan simbol yang efektif
Rasionalisasi penggunaan sistem komunikasi visual/taktil pada para
penyandang autisme:

Richard Mills, 2002

Contoh hirarki simbol dari yang termudah hingga yang paling sulit:

3. Mengajarkan penggunaannya
Mengajarkan PECS:
(1) Pertukaran fisik
(2) Memperluas spontanitas.
(3) Diskriminasi Gambar
(4) Struktur Kalimat
(5) Menanggapai Pertanyaan : mau apa?
(6) Spontanitas dalam memberi komentar dan respon.

PECS bukan model yang linear


Ph a se 1
Ph a se 2

Ph a se 3

Ph a se 2

Ph a se 4

Ph a se 2

Ph a se 5

Ph a se 2

Ph a se 6

Phase 2 tidak pernah berhenti karena yang


diajarkan adalah: persistence & distance

E. Ta h a p a n P EC S
1. Pertukaran fisik
Tujuan :
a. Siswa menggapai kearah pengajar yang memegang
item.
b. Siswa mengambil kartu/symbol.
c. Siswa memberikan kartu/gambar/symbol.
Cara:
Memberikan bantuan fisik.
Secara bertahap mengurangi bantuan fisik.
Secara bertahap mengurangi bantuan gestural.
2. Memperluas spontanitas.
Tujuan :
a. Siswa berjalan kearah kartu/gambar/simbol
b. Siswa mengambil kartu/gambar/symbol.
c. Siswa membawa kartu/gambar/symbol lalu memberikan.
Cara :
Menjauhkan kartu/gambar/symbol dari siswa.
Menambah jarak dengan siswa.
Menambah jarak antara siswa dan kartu/gambar/symbol.
3. Diskriminasi Gambar
Tujuan :
a. Siswa mampu memilih kartu/gambar/symbol sesuai
keinginannya.
b. Siswa mampu meminta barang sesuai dengan
keinginannya.

Cara :
Diskriminasi
Correspondence checks
Mengurangi ukuran kartu
4. Struktur Kalimat
Tujuan :
a. Siswa mengenal kalimat sederhana
b. Siswa dapat menggunakan strip kalimat.
c. Siswa mampu menyusun kartu/gambar/symbol menjadi
sebuah kalimat lengkap yang berarti.
Cara :
Menggunakan kartu/gambar/symbol saya mau yang
stasioner.
Membantu bantuan verbal.
Menghilangkan keterikatan visual pada obyek yang diinginkan.
5. Menanggapi Pertanyaan : mau apa?
Tujuan :
a. Siswa mampu menjawab pertanyaan mau apa.
b. Mampu meminta sesuatu yang diinginkannya secara
spontan.
Cara :
Memperlambat antecendent
Menggunakan gesture dengan menunjuk.
6. Spontanitas dalam memberi komentar dan respon.
Tujuan :
a. Siswa mampu menggunakan kalimat saya mau
b. Siswa mampu menggunakan kalimat saya mau (2D &
3D)
c. Siswa mampu menggunakan kalimat saya punya
d. Siswa mampu menggunakan kalimat Tanya lainnya.
Cara :
Sama dengan cara tahap 5
Konsep bahasa lainnya dapat juga diajarkan, seperti:
1. Warna, bentuk, ukuran danlain-lain.
2. Fungsi komunikasi tambahan.
3. Ya?Tidak, pilihan dan lain-lain.
4. Lain-lain.

Contoh Lembar Pencatatan PECS

Nama : ________________________
Catat setiap hasil yang dicapai anak pada akhir sessi pengajaran

Tanggal

Tahap

Kosa Kata

Keterangan

DAFTAR PUSTAKA

Dyah Puspita & Dra. Adriana. S, Meningkatkan Ketrampilan Berkomunikasi


Pada Anak Autis (makalah Seminar), 2002.
Fern Sussman, More Than Word, 1999.
Johnson, C., (1994). Interview With Ivar Lovaas, The Advocate (Autism
Society of America), Nov-Dec 1994
Judy Gardner & Pat Webb, Communication For All Kids (Using an
Exchange Communication System in Your Classroom), 1999.
Jura Tender, Mengajarkan
makalah). 1999.

Kemampuan

Berkomunikasi

(kumpulan

Lori Frost & Andrean. S. Bondy, The Picture Exchange Communication


System (PECS), 1999.
McClannahan, L. E., and Krantz, P. J., (1999). Topics In Autism: Activity
Schedules for Children With Autism: Teaching Independent Behavior,
Bethesda, MD : Woodbine House
Merk L. Sundberg & James W, Teaching Language To Children With Autism
Or Other Developmental Disabilities, 1998.
Nia T & Elita S., Kiat Meningkatkan Spontanitas Penyandang Autisma
Dalam Berkomunikasi (makalah Seminar), 2000.
Peta Kelty, Anak Anda Belum Berbicara (makalah Seminar), 2000
Skinner, B.F. (date unknown) A Brief Survey of Operant Behavior. B.F.
Skinner Foundation Web Site [http://www.bfskinner.org/Operant.asp]
Sundberg, M, & Partington, J, (1998). Teaching Language to Children with
Autism or Other Developmental Disabilities, Danville, CA: Behavior Analysts

Anda mungkin juga menyukai